Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

FRAKSINASI DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM EKSTRAK DAUN JAMBU


BIJI ( Psidium guajava)
Disusun oleh :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Anggela Merici
Vabella Eka
Herlina Ekawati
Putri Sakinah
Nurul Shalika
Elsa Dwi H
Linda Hadi L.S
Lutvia Zahrotul W
Adisty Nurwildani
Ghaasiyah Larasati
Dini Octafiani
Wahyu Agustina
Putri Efina T.R
Edwin Tanjaya

(132210101001)
(132210101003)
(132210101005)
(132210101007)
(132210101011)
(132210101013)
(132210101015)
(132210101017)
(132210101019)
(132210101021)
(132210101023)
(132210101025)
(122210101027)
(132210101029)

KELOMPOK A1
BAGIAN BIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bahan alam terutama tumbuh tumbuhan memiliki manfaat yang sangat banyak
bagi manusia. Selain untuk bahan pangan, tumbuh tumbuhan juga dapat dimanfaatkan
sebagai obat obatan. Tumbuhan memproduksi metabolit sekunder yang sebenarnya
tidak penting bagi pertumbuhan tanaman. Metabolit sekunder diproduksi sebagai bentuk
pertahanan diri bagi tanaman. Metabolit sekunder itulah yang dimanfaatkan manusia
sebagai bahan obat obatan.
Untuk mengetahui kandungan senyawa aktif yang terdapat pada tumbuhan perlu
dilakukannya screening terlebih dahulu dengan menggunakan uji fitokimia. Sedangkan,
untuk mengisolasi senyawa aktif perlu dilakukan ekstraksi yang akan menghasilkan
ekstrak tanaman. Untuk mengekstrak suatu senyawa aktif perlu digunakan pelarut yang
spesifik dan sesuai dengan senyawa aktif yang dibutuhkan. Terdapat tiga jenis pelarut,
yaitu pelarut polar, pelarut semi polar, dan pelarut non polar. Pelarut polar yang biasa
digunakan adalah metanol dan air, pelarut semi polar yang biasa digunakan adalah etil
asetat, sedangkan pelarut non polar yang biasa digunakan adalah n-heksan.
Senyawa kimia di alam umumnya terdapat dalam bentuk campuran, oleh sebab itu
diperlukan pemisahan, fraksinasi adalah proses pemisahan suatu zat dari campuran
beberapa zat, pemisahan dilakukan dengan tehnik yang bermacam macam seperti
kromatografi (KKt, KLT, KCKT, KCV, KK, KGC) dan ekstraksi cair-cair. terkadang
digunakan kombinasi keduanya, seringkali dilakukan secara berulang-ulang agar didapat
fraksi zat yang lebih banyak.
Metode fraksinasi/pemisahan umumnya:
1. Ekstraksi Cair-cair
Ekstraksi cair-cair adalah metode pemisahan dengan menggunakan dua cairan
pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga senyawa tertentu terpisahkan menurut
kesesuaian sifat dengan cairan pelarut (prinsip solve dissolve like).
2. Kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan zat dari campuran berdasarkan
perbedaan migrasi komponen komponen dari fase diam oleh fase gerak. Pemisahan
ini dilakukan berdasarkan sifat fisika kimia dari molekul, seperti :
Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan).
Kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus

(adsorbs/penjerapan).
Kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap
(keatsirian).

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan fraksinasi dari
ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) dengan kromatografi kolom.

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimana proses pemisahan komponen komponen senyawa kimia pada ekstrak

daun Psidium guajava?


Berapa nilai Rf yang diperoleh dari pemisahan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)?
Berapa fraksi yang dihasilkan dari pemisahan KLT?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam praktikum ini digunakan metode Fraksinasi atau proses pemisahan. Proses
pemisahan bisa menggunakan prinsip ekstraksi cair-cair atau dengan kromatografi kolom.
Digunakan eluen yang dialirkan melewati kolom secara terus menerus sampai diperoleh fraksi
yang diinginkan.
Adapun tipe fraksinasi yang digunakan tergantung dari jenis sampel dan tujuan dari
separasi.Untuk metode separasi pada campuran yang tidak terlalu kompleks, yaitu dengan
kolom dan eluen yang digunakan dibuat sesuai dengan banyaknya fraksi-fraksi yang
diinginkan. Misalnya eluen yang digunakan sebanyak 100 ml, maka didapatkan fraksi 20 x
5 ml. seandainya kita menggunakan eluen dalam jumlah besar, sementara dari fraksi yang kita
inginkan jumlahnya kecil maka dibutuhkan waktu yang lama untuk menganalisa. Karena
jumlah fraksi yang didapatkan cukup banyak pada beberapa fraksi yang dihasilkan apabila
konsentrasi komponen yang diinginkan rendah maka dimungkinkan terjadinya negatif palsu
pada masing-masing fraksi. Jika proses pemisahan yang dilakukan tidak se4mpurna, maka
konsentrasi dari komponen yang diinginkan tidak terlalu besar. Jadi, untuk mengatasinya bisa

menggunakan analisa dengan komputer dan fraksinasi menggunakan eluen yang sesuai.Bisa
juga menggunakan metode HPLC yang dilengkapi dengan UV sehingga kita bisa
mengidentifikasi dan mengisolasi komponen dan hasil yang didapat dalam bentuk
kromatogram.
Fraksinasi merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk memisahkan golongan
utama kandungan yang satu dari kandungan golongan utama yang lainnya. Fraksinasi
merupakan prosedur pemisahan komponen-komponen berdasarkan perbedaan kepolaran
tergantung dari jenis senyawa yang terkandung dalam tumbuhan.
Dalam metode fraksinasi pengetahuan mengenai sifat senyawa yang terdapat dalam
ekstrak akan sangat mempengaruhi proses fraksinasi. Oleh karena itu, jika digunakan air
sebagai pengekstraksi maka senyawa yang terekstraksi akan bersifat polar, termasuk senyawa
yang bermuatan listrik. Jika digunakan pelarut non polar misalnya heksan, maka senyawa
yang terekstraksi bersifat non polar dalam ekstrak. Pada prakteknya dalam melakukan
fraksinasi digunakan dua metode yaitu dengan menggunakan corong pisah dan kromatografi
kolom.
Corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair
untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut
dengan densitas yang berbeda yang tak tercampur.
Umunya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa organiklipofilik
seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroforom, ataupun etilasetat. Kebanyakan pelarut
organik berada di atas fase air kecuali pelarut yang memiliki atom dari unsur halogen.
Pemisahan ini didasarkan pada tiap bobot dari fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada pada
bagian dasar sementara fraksi yang lebih ringan akan berada di atas. Tujuannya untuk
memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain. Senyawa yang
bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa non polar akan masuk ke pelarut non
polar.
Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola, mempunyai
penyumbat di atasnya dan di bawahnya. Corong pemisah yang digunakan dalam laboratorium
terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun teflon. Ukuran corong
pemisah bervariasi antara 50 ml sampai 3 L. Dalam skala industri, corong pemisah bisa
berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.
Untuk mendapatkan isolat murni dari ekstrak suatu tumbuhan, perlu dilakukan
pemisahan dan pemurnian karena ekstrak mengandung berbagai komponen. Pemisahan atau
separasi adalah suatu langkah operasional untuk memisahkan komponen yang dituju dengan

komponen lainnya. Ada beberapa metode separasi dan yang cukup banyak digunakan adalah
kromatografi.
Kromatografi merupakan suatu bentuk pemisahan fisik campuran komponen dalam
suatu sampel (ekstrak) berdasarkan perbedaan migrasi komponen-komponen tersebut dari fase
diam oleh pengaruh fase gerak. Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan
menggunakan kromatografi yang sering digunakan di laboratorium fitokimia meliputi:
1 Kromatografi Kertas
Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan dan
keatsirian senyawa yang akan dipisah. Kromatografi Kertas, atau biasa disingkat KKt, dapat
digunakan untuk kandungan tumbuhan yang mudah larut dalam air, yakni karbohidrat, asam
amino, basa asam nukleat, asam organik, dan senyawa fenolat. Satu keuntungan utama KKt
ialah kemudahan dan kesederhanaannya pada prosesi pemisahan, yaitu hanya pada lembaran
kertas saring yang berlaku sebagai medium pemisahan dan juga sebagai penyangga.
Keuntungan lain adalah keterulangan bilangan Rf yang besar pada kertas sehingga
pengukuran Rf merupakan parameter berharga dalam memaparkan senyawa tumbuhan baru.
Bilangan Rf adalah jarak yang ditempuh senyawa pada kromatografi, nisbi terhadap
garis depan. Bilangan Rf diperoleh dengan mengukur jarak antara titik awal dan pusat bercak
yang dihasilkan senyawa, lalu jarak ini dibagi dengan jarak antara titik awal dan garis depan.
Bilangan ini selalu berupa pecahan dan terletak antara 0,01 0,99.
2 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Preparatif
KLT secara umum merupakan metode pilihan untuk pemisahan semua kandungan yang
larut dalam lipid, yaitu lipid, steroid, karetenoid, kuinon sederhana, dan klorofil. Bila KLT
dibandingkan dengan KKt, kelebihan KLT ialah keserbagunaan, kecepatan, dan kepekaannya.
Keserbagunaan KLT disebabkan oleh kenyataan bahwa di samping selulosa, sejumlah
penyerap yang berbeda-beda dapat disaputkan pada pelat kaca atau penyangga lain.
Kecepatan KLT yang lebih besar disebabkan oleh sifat penyerap yang lebih padat bila
disaputkan pada pelat dan merupakan keuntungan bila kita menelaah senyawa labil. Akhirnya,
kepekaan KLT sedemikian rupa sehingga dapat memisahkan bahan yang jumlahnya lebih
sedikit dari ukuran g.
Kekurangan KLT yang asli ialah kerja penyaputan pelat kaca dengan penyerap. Kerja
ini kemudian agak diringankan dengan adanya penyaput otomatis. Jenis KLT yang paling baru
ialah KLT yang menggunakan pelat bersaputkan mikropartikel silica yang halus yang biasa
digunakan untuk kolom KCKT. Kromatografi yang demikian disebut Kromatografi Lapis
Tipis Kinerja Tinggi (KLTKT) dan biasanya menghasilkan pemisahan yang lebih efisien dan
lebih cepat dari pada pemisahan pada lapisan silica yang biasa. KLT preparatif dilakukan

dengan menggunakan lapisan tebal (sampai 1mm) sebagai pengganti lapisan penyerap yang
tipis (0,10 0,25 mm). Tahapan pemisahan KLT preparatif sama dengan tahapan pada KKt.
3 Kromatografi Gas (KG)
KG dinyatakan dengan volume retensi Rv, yaitu volume gas pembawa yang diperlukan
untuk mengeluasi suatu komponen dari kolom, atau dinyatakan dengan waktu retensi Rt, yaitu
waktu yang diperlukan untuk mengelusi komponen dari kolom. Kedua parameter ini hampir
selalu dinyatakan nisbi terhadap senyawa baku (sebagai RRv atau RRt) yang dapat
ditambahkan ke dalam ekstrak cuplikan atau dapat berupa pelarut yang digunakan untuk
melarutkan cuplikan. Perubahan utama dalam KG adalah sifat fase diam dalam kolom dan
suhu kerja. Keduanya diubah-ubah menurut kepolaran dan keastirian senyawa yang
dipisahkan. Banyak golongan senyawa dibuat turunannya secara rutin (terutama menjadi eter
trimetilsilil).
Radas yang diperlukan untuk KG sangat canggih dan mahal dibandingkan radas untuk
KLT atau KKt. Namun pada prinsipnya, KG tidaklah lebih rumit dari prosedur kromatografi
yang lain.
Radas KG mempunyai empat bagian utama berikut:
a. Kolom
Berupa pipa kecil yang panjang (misalnya 3 m x 1 mm), biasanya terbentuk dari logam
yang berbentuk kumparan untuk menghemat ruang. Kolom ini dikemas dengan fase diam
(misalnya silikon 5 15%) yang melekat pada serbuk lembam. Kemasan tersebut bukanlah
suatu keharusan karena dapat pula digunakan cara lain seperti kolom silika terbuka. Di sini
fase diam dilapisi film pada permukaan kolom bagian dalam (kapiler KG).
b. Pemanas
Disediaan untuk memanaskan kolom secara meningkat, mulai dari 50 350o C dengan
laju baku. Bila perlu suhu dapat dipertahankan pada batas tertinggi. Suhu di tempat masuk
kolom dikendalikan terpisah sehingga cuplikan dapat diuapkan dengan cepat ketika
diteruskan ke kolom. Cuplikan yang dilarutkan dalam eter atau heksana disuntikkan jarum
semprit ke dalam gerbang masuk melalui septum karet.
c. Aliran Gas
Terdiri atas gas pembawa yang lembam seperti Nitrogen dan Argon. Pemisahan
senyawa dalam kolom bergantung pada pengaliran gas ini melalui kolom dengan laju aliran
yang terkendali.
d. Gawai Pendeteksi
Diperlukan untuk mengukur senyawa ketika sebuah senyawa dialirkan melalui kolom.
Sering pendeteksian didasarkan pada pengionan nyala atau tangkap-elektron. Cara pertama
memerlukan tambahan gas Hidrogen dalam campuran gas dan akan terbakar habis dalam
pendeteksi yang sebenarnya. Gawai pendeteksi dihubungkan dengan perekam potensiometri

yang memberikan hasil pemisahan berupa serangkaian puncak yang berbeda-beda


kekuatannya.
Hasil KG dapat dinyatakan dengan volume retensi Rv, yaitu volume gas pembawa yang
diperlukan untuk mengelusi suatu komponen dari kolom, atau dinyatakan dengan waktu
retensi Rt, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengelusi komponen dari kolom. Kedua
parameter ini hampir selalu dinyatakan nisbi terhadap senyawa baku (sebagai RRv atau RRt)
yang dapat ditambahkan ke dalam ekstrak cuplikan atau dapat berupa pelarut yang digunakan
untuk melarutkan cuplikan. Perubah utama dalam KG adalah fase diam dalam kolom dan
suhu kerja. Kedua-duanya diubah-ubah menurut kepolaran dan keatsirian senyawa yang
dipisahkan. Banyak golongan senyawa dibuat turunannya secara rutin (terutama menjadi eter
trimetilsilil) sebelum dikromatografi gas karena dengan demikian memungkinkan pemisahan
pada suhu yang lebih rendah.
Alat KG dapat disusun sedemikian rupa sehingga komponen yang dipisahkan dapat
dianalisis dengan cara spektrometri atau dengan cara lain. Yang paling sering dilakukan
adalah menghubungkan KG dengan spektrometer massa (SM). Radas gabungan KG-SM ini
telah muncul pada tahun-tahun belakangan ini sebagai cara terpenting dari semua cara analisis
fitokimia
4 KCKT Preparatif
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) digunakan terutama untuk golongan
senyawa tak atsiri, macam terpenoid tinggi, segala jenis senyawa fenol, alkaloid, lipid, dan
gula. KCKT berhasil paling baik untuk senyawa yang dapat terdeteksi di daerah spektrum UV
atau spektrum sinar tampak. Sebagian besar pemisahan dengan KCKT modern menggunakan
kolom siap pakai dan berbagai jenis kolom ini disediakan oleh pabrik. Namun, kebanyakan
pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan kolom partikel silika mikropori untuk
semyawa non polar atau kolom balik untuk senyawa polar. Satu hal praktis terakhir yang patut
disebutkan adalah pelarut harus ultramurni. Prinsip pemisahan KCKT preparatif sama dengan
KCKT analitik, yang membedakan hanyalah pada penggunaan kolom yang lebih besar dan
injektor lebih banyak.
KCKT dapat disamakan dengan KG dalam hal kepekaan dan kemampuannya
menghasilkan data kualitatif dan kuantitatif dengan sekali kerja saja. Perbedaannya ialah fase
diam yang terikat pada polimer berpori terdapat dalam kolom baja tahan karat yang bergaris
tengah kecil, dan fase gerak cair mengalir akibat tekanan yang besar. Alat KCKT lebih mahal
dari pada KG, terutama karena diperlukan sistem pompa yang cocok, serta semua sambungan
harus disekrup agar menahan tekanan. Fase geraknya adalah campuaran pelarut yang dapat
bercampur. Campuran ini dapat tetap susunannya (pemisahan isokratik) atau dapat diubah

perbandingannya secara sinambung dengan menambahkan ruang pencampur kepada susunan


alat (elusi landaran). Senyawa dipantau ketika keluar dari kolom dengan menggunakan
pendeteksi, biasanya dengan mengukur spektrum serapan UV. Dapat ditambahkan pemadu
(integrator) untuk mengolah data yang dihasilkan dengan mikroprosesor.
Perbedaan utama antara KCKT dan KG ialah bahwa cara pertama biasanya dilakukan
pada suhu kamar sehingga senyawa tidak mendapat perlakuan yag memungkinkan terjadinya
tata susun ulang termal selama pemisahan. Namun, mungkin saja pengendalian suhu kolom
KCKT menguntungkan pada pemisahan kritis sehingga mungkin diperlukan selubung yang
dikendalikan dengan termostat. Kolom, yang biasanya dikemas dengan partikel bulat kecil
yang terbuat dari silika yang berlapiskan atau berkaitan dengan fase diam, terutama peka
terhadap cemaran. Dengan demikian ekstrak tumbuhan perlu dimurnikan dan disaring
sebelum disuntikkan ke dalam pangkal kolom.
5 Kromatografi Kolom Konvensional
Beberapa langkah atau tahap untuk melakukan kromatografi kolom adalah sebagai
a

berikut:
Fase diam yang telah diaktifkan dalam keadaan kering atau telah dicampur sejumlah cairan,
dimampatkan dalam tabung kaca berdiameter tertentu yang bagian bawahnya punya lubang

pengalir.
Maksimal 1% ekstrak dari jumlah fase diam dilarutkan pada sedikit pelarut, dikeringkan
dengan fase diam dan diletakkan bagian atas kolom. Selanjutnya, aliri dengan pelarut
pengembang terpilih dengan atau tanpa tekanan udara. Tiap komponen campuran akan

c
d

bergerak turun dengan kecepatan khas sehingga terjadi pemisahan dalam kolom.
Selama proses pengaliran, kran pengalir dialirkan dengan kecepatan alir tertentu.
Pelarut pengembang yang keluar ditampung, lalu dianalisis dengan KLT. Tampungan yang
Rf-nya sama dikumpulkan.

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah ekstrak daun jambu biji atau
Psidii Folium dari Psidium guajava. Taksonomi tumbuhan jambu biji yaitu :
Kingdom
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Plantae (Tumbuhan)
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Rosidae
: Myrtales
: Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
: Psidium
: Psidium guajava L.

Pemerian

: Bau khas aromatik, rasa kelat

Makroskopis

: Daun: tunggal, bertangkai pendek, panjang tangkai daun

0,5cm sampai 1cm, helai daun berbentuk bundar telur agak menjorong atau bulat memanjang,
panjang 5 13 cm, lebar 3 6 cm, pinggir daun rata agak mengubang ke atas, permukaan atas
agak licin, warna hijau kelabu. Serbuk : warna hijau keabu-abuan. Fragmen pengenal adalah
banyak terdapat rambut penutup yang terlepas, hablur kalsium oksalat, stomata tipe
anomositik, mesofil dengan kelenjar lisigen. Mengandung tanin 5% .

Kandungan zat kimia : Daun jambu biji mengandung tanin, eugenol (minyak atsiri), minyak
lemak, damar, zat samak, triterpenoid dan asam afel. Buahnnya mengandung asam amino
(triptofan, lisin), kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, vitamin B1 dan vitamin C
(Muhlisah, 2007).
Kuersetin (suatu aglikon) adalah salah satu zat aktif kelas flavanoid yang secara biologis
amat kuat. Bila vitamin C mempunyai aktivitas antioksidan 1, maka quersetin memiliki
aktivitas antioksidan 4,7. Flavanoid merupakan sekelompok besar antioksidan bernama
polifenol yang terdiri atas antosianin, biflavon, katekin, flavanon, flavon dan flavonol.
Kuersetin termasuk ke dalam kelompok flavonol.
Kuersetin adalah senyawa kelompok flavonol terbesar, kuersetin dan glikosidanya
berada dalam jumlah sekitar 60-75% dari flavonoid. Kuersetin dipercaya dapat melindungi
tubuh dari beberapa jenis penyakit degenerative dengan cara mencegah terjadinya proses
peroksidasi lemak. Kuersetin memperlihatkan kemampuan mencegah proses oksidasi dari
Low Density Lipoproteins (LDL) dengan cara menangkap radikal bebas dan menghelat ion
logam transisi.
Ketika flavonol kuersetin bereaksi dengan radikal bebas, kuersetin mendonorkan
protonnnya dan menjadi senyawa radikal, tetapi elektron tidak berpasangan yang dihasilkan
didelokalisasi oleh resonansi. Hal ini membuat senyawa kuersetin radikal memiliki energi
yang sangat rendah untuk menjadi radikal yang reaktif.

Struktur Kuersetin
Tiga gugus dari keursetin yang membantu dalam kestabilan dan bertindak sebagai
antioksidan ketika bereaksi dengan radikal bebas yaitu:
1

Gugus O-dihidroksil pada cincin B

2
3

Gugus 4-oxo dalam konjugasi dengan alkena 2,3


Gugus 3- dan 5-hidrosil

Gugus fungsi tersebut dapat mendonorkan electron pada cincin yang akan meningkatkan
jumlah resonansi dari struktur benzene senyawa kuersetin.

BAB III
METODE PENELITIAN
2.1 ALAT DAN BAHAN
Kolom kromatogrfi
10 buah vial 25 ml
Labu alas bulat

Erlenmeyer
Beaker glass
Pipet tetes
Pinset
Kapas
Batang pengaduk
Cawan porselen
Soxhlet
Penotol mikro
Timbangan
Tissue
Gelas ukur
Statif

2.2 CARA KERJA


A. Preparasi ekstrak

Menimbang sampel 0,3 g ditambah 25 ml methanol dan 0,7 ml HCl 57%.

Dimasukkan ke dalam labu alas bulat, jangan lupa ditambah dengan batu didih.

Dihidrolisis selama 30 menit pada suhu 70 oC.

Dipekatkan diatas water bath dengan cawan porselen.

Mengambil kloroform 60 ml kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer.


Keringkan dengan serbuk silica gel.

Mengambil aseton 13,2 ml kemudian dimasukkan dalam Erlenmeyer yang berisi kloroform.
B. Pembuatan eluen 80 ml untuk fraksinasi

asam formiat 6,8 ml kemudian masukkan dalam Erlenmeyer yang berisi campuran kloroform dan a

Menutup Erlenmeyer dengan aluminium foil, kemudian dikocok pelan.

C. Fraksinasi dengan kromatografi kolom

ebanyak 30 g dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambah eluen 2 cm diatas permukaan silic

Dikocok hingga merata dan dimasukkan ke dalam kolom kromatografi.

Sebelumnya kolom kromatografi disumbat dengan kapas dibagian bawahnya.

Ditunggu selama 30 menit untuk memampatkan dan melihat kolom retak


dikeringkan dengan silica gel dimasukkan kedalam kolom dengan hati-hati, kemudian ditambah de
atau tidak.

enetesannya (1 tetes/detik), ditampung dalam 10 buah vial yang telah diberi nomor , masing-masin
Kolom dialiri dengan eluen sampai 2 cm di atas permukaan silica gel.

emudian vial diuapkan hingga volumenya tinggal setengah ( 10 menit), kemudian didinginkan.

Kemudian ditotolkan pada lempeng KLT, dieluasi dan dilihat pada sinar UV 254nm.

Apabila menghasilkan noda yang sama vial-vial tersebut digabung.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Panjang lempeng

= 12 cm

Jarak noda (vial 1-5) = 7,5 cm


Jarak noda (vial 6-9) = 1 cm

Vial No-

Rf

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

0,94
0,94
0,94
0,94
0,94
0,125
0,125
0,125
0,125
-

BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini ditujukan untuk melakukan fraksinasi ekstrak daun jambu biji
dengan menggunakan kromatografi kolom. Dipilih bagian daun sebagai ekstrak dikarenakan
daunnya diketahui mengandung senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam
malat (Depkes, 1989). Sebelum melakukan fraksinasi, ada bebrapa hal yang harus dilakukan
yakni preparasi sampel dan pemilihan eluen. Selama preparasi, sampel ditambahkan metanol
dan HCL 57%. Metanol digunakan sebagai pelarut pengekstrasi sedangkan penambahan HCL
digunakan dalam proses hidrolisis, yakni untuk memotong ikatan glikosida pada ekstrak daun
jambu biji sehingga akan didapat quersetin yang terkandung di dalamnya. Dimana quersetin
merupakan senyawa golongan flavonoid jenis flavonol dan flavon.Menurut Seshadri dan
Vasishta dalam Depkes (1989) telah diteliti bahwa ekstrak etanol dari daun jambu biji
mengandung quersetin, 3-arabinosapiranosida, guayaverin dan leukosin dengan kadar
quersetin sampai 0,02% yang berkhasiat mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada
manusia.

Selain memilih fase diam, pemilihan eluen juga merupakan faktor yang berpengaruh
besar. Eluen dipilih apabila ekstrak yang ditotolkan menghasilkan noda yang terpisah dengan
baik dan memiliki nilai Rf yang sama dengan noda standar. Selain itu, dalam pengujian
menggunakan KLT sebaiknya menggunakan eluen yang selalu baru sehingga nilai Rf senyawa
terpisah akan selalu tetap.
Tahap selanjutnya adalah fraksinasi dengan kromatografi kolom. Pada praktikum kali
ini digunakan kolom lambat, hal tersebut dikarenakan peralatan untuk kolom cepat tidak
tersedia pada laboratorium. Dalam pengerjaan

percobaan fraksinasi, terdapat dua cara

pengerjaan yakni cara basah dan cara kering. Kedua cara tersebut dibedakan berdasarkan ada
tidaknya silika gel di dalam ekstrak. Pada cara basah, tidak ada penambahan silika gel setelah
dilakukan penguapan diatas cawan sehingga dapat langsung dimasukkan ke dalam kolom,
sedangkan pada cara kering ditambahkan silika gel hingga berbentuk seperti granul. Cara
fraksinasi yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah cara basah. Dalam menuang eluen
tidak boleh ada gelembung di dalam kolom agar kolom tidak pecah. Selain itu bagian bawah
yang telah disumbat juga tidak boleh bocor agar silika tidak jatuh. Pengaliran eluen pertama
kali dapat dibuang karena eluen tersebut belum membawa zat aktif ekstrak. Untuk selanjutnya
diatur penetesannya, yakni satu tetes/detik. Tetesan ini kemudian ditampung di dalam vial
yang sudah diberi nomor sebanyak 15 mL dalam 10 vial. Setelah itu, vial-vial tersebut
disimpan di dalam lemari asam selama 1 minggu.
Setelah penyimpanan di dalam lemari asam, vial diuapkan/ dipekatkan di dalam water
bath hingga volumenya menjadi setengahnya atau bahkan seperempatnya. Tujuannya adalah
agar mempermudah dalam penotolan pada lempeng KLT. Penotolan dilakukan sebanyak 2
kali yang artinya sebanyak 4 l. Dari hasil uji dengan KLT diperoleh 4 noda. Noda 1 dan 2
diberikan oleh vial nomor 1 dan 2, noda 3 dan 4 dihasilkan oleh vial nomor 3 dan 4,
sedangkan untuk vial nomor 5, 6,7,8,9 dan 10 noda tak tampak. Sehingga dari ada tidaknya
noda sampel ekstrak daun jambu biji terbagi menjadi tiga fraksi.

BAB V
PENUTUP
Dari hasil praktikum, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penambahan HCL dalam preparasi sampel bertujuan untuk proses hidrolisis, yaitu
untuk memotong ikatan glikosida pada ekstrak daun jambu biji sehingga akan didapat
quersetin yang terkandung di dalamnya.
2. Eluen dipilih apabila ekstrak yang ditotolkan menghasilkan noda yang terpisah dengan
baik dan memiliki nilai Rf yang sama dengan noda standar.
3. Pada saat penuangan eluen tidak di perbolehkan adanya gelembung di dalam kolom
hal ini bertujuan agar kolom tidak pecah. Selain itu bagian bawah yang telah disumbat
juga tidak boleh bocor agar silika tidak jatuh.
4. Dari hasil uji dengan KLT diperoleh 9 noda dengan nilai Rf mulai dari 0,125-0,94
Nilai Rf 0,125 diberikan oleh vial nomor 6-9. Sedangkan untuk vial nomor 1-5
memberikan nilai Rf sebesar 0,94. Namun pada vial nomor 10 tidak menunjukkan
adanya noda.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1979. Materia Medika Indonesia Jilid 1.Jakarta: Depkes RI


Ansel, C.Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta : UI
Press
Arifin, A. S. 1986. Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta : Penerbit Karunia
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun: Cara Modern Menganalis Tumbuhan.
Bandung. ITB
Muhlisah, Fauziah. 2007. Tanaman Obat Keluarga (Toga). Jakarta : Niaga Swadaya. Hal 2628
Sirait, Midran .1980 .Materia Medika Indonesia Jilid I .Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Voigh, Rudolf. 1994 .Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi kelima. Yokyakarta : UGM
Press

LAMPIRAN
1. PREPARASI EKSTRAK

Dihidrolisis selama 30 menit

Dipanaskan dicawan porselin

Hasil dari hidrolisis ekstrak

sampai kental

Dituang dalam cawan porselin

2. PEMILIHAN ELUEN UNTUK FRAKSINASI

Eluen =
Kloroform : aseton : asam
formiat
150 : 33 : 17

3. FRAKSINASI DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM


- Menyiapkan pemisahan dengan kromatografi kolom

Ditunggu +- 30
menit

Pembuatan Silica Gel + Eluen(a)

Memasukan (a) ke kolom


Bag bawah diberi kapas

Pembuatan ekstrak kering

Ekstrak hasil hidrolisis ditambah


Silica gel sampai terbentuk granul

Sistem Kromatografi kolom dasar

Uji Kromatografi Lapis Tipis

Anda mungkin juga menyukai