Anda di halaman 1dari 22

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik

Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V

Identifikasi Kurkumin pada Temulawak secara


Kromatografi Lapis Tipis

Leni Nusi (441412056)


Department of Chemistry Education, Faculty of Mathematics and Natural Sciences
Gorontalo State University
E-mail: Leni.nusi@ymail.com
Report Received: April 23, 2014

1. Tujuan
Identifikasi senyawa sample yang mengandung kurkumin dengan menggunakan KLT
2. Dasar Teori
1

Kromatografi berasal dari bahasa Yunani Kromatos yang berarti warna dan Graphos yang

berarti menulis. Kromatografi mencakup berbagai proses yang berdasarkan pada perbedaan distribusi
dari penyusun cuplikan antara dua fasa. Satu fasa tinggal pada system dan dinamakan fasa diam.
1

Anonym, 2012
1

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V
Fasa lainnya, dinamakan fasa gerak, memperkolasi melalui celah-celah fasa diam. Gerakan fasa
menyebabkan perbedaan migrasi dari penyusun cuplikan. Komponen yang kurang larut dalam fasa
gerak atau yang lebih kuat terserap atau terabsorpsi pada fasa diam akan tertinggal, sedangkan
komponen yang lebih larut atau kurang terserap akan bergerak lebih cepat.
2

Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi molekul-molekul

komponen antara dua fasa ( fasa gerak dan fasa diam ). Yang kepolarannya berbeda. Apabila molekulmolekul kompinen berinteraksi secara lemah dengan fasa diam maka komponen tersebut akan
bergerak lebih cepat meninggalkan fasa diam. Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada
daya inteaksi komponen-komponen campuran dengan fasa diam dan fasa gerak. Apabila dua atau
lebih komponen memiliki daya intaraksi dengan fasa diam atau fasa gerak yang hampir sama maka
komponen tersebur sulit dipisahkan
3

Dalam teknik kromatografi,campuran senyawa dapat dipisahkan menjadi komponnnya

berdasarkan pendistribusian zat diantara dua fase, yaitu fase diam (stasioner) dan fase gerak (mobile),
asas penting dari kromatografi adalah bahwa senyawa yang berbeda mempunyai koefisien distribusi
yang berbeda diantara kedua fase yang disebutkan tadi. Senyawa yang berinteraksi lemah dengan
fase diam akan lebih lama tinggal dalam fase gerak dan bergerak cepat dalam sistem kromatografi,
sebaliknya senyawa yang berinteraksi kuat dengan fase diam akan bergerak lambat. Idealnya, setiap
komonen dalam campuran senyawa bergerak dengan laju yang berbeda dalam sistem kromatografi
sehingga menghasilkan pemisahan sempurna. Cara kromatografi dapat digunakan untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif.
4

Komponen-komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase yaitu (1) Fase Diam

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam
pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan
fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana
dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut
yang sesuai. (2) Fase Gerak Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting
pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antara
Hendayana; Kimia Pemisahan; 2006: 1-2
Team Teaching DDPA. 2012
4
Himam Haqiqi Sohibul. 2008
2
3

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V
adsorbent dengan eluent sangat 2 menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu
pemisahan komponen gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan
jumlah umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau
campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis
adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik
pelarut.
5

Jenis kromatografi yaitu (1) Kromatografi cair-padat atau kromatografi adsorpsi dipakai dalam

analisis biokimia dan organic, (2) Cair-cair atau Kromatografi partisi, fasa diam berupa lapis tipis cairan
terserap pada permukaan padatan inert berpori, (3) Kromatografi gas-padat dipakai untuk memurnikan
gas, (4) Kromatografi gas-cair kadang-kadang juga dinamakan Kromatografi fasa uap oleh pakar
organic. Metode ini banyak dipakai dalam pemisahan, (5) Kromatografi ion penukar merupakan
merupakan bidang khusus kromatografi cair-padat, (6) Kromatografi kertas adalah bidang khusus
dalam kromatografi cair-cair, (7) Kromatografi lapis tipis sama dengan kromatografi kertas hanya saja
kertas diganti dengan lapis tipis kaca atau plastic yang dilapisi dengan selapis tipis alumina, silica atau
materi lain dalam bentuk serbuk halus, (8) Filtrasi Jel merupakan proses pemisahan yang dilakukan
dengan jel terdiri atas dekstran yang dimodifikasi, (9) Elektroforesis kontinu adalah proses kromatografi
kertas.
6

Teknik kromatografi yang digunakan adalah metode kromatografi lapis tipis dan kromatografi

kolom. (1) Kromatografi lapis tipis (KLT) Merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi
senyawa murninya. Kromatografi lapis tipis merupakan analisis yang cepat sederhana karena tidak
memerlukan banyak bahan baik sampel maupun eluennya. Prinsip kerja dari KLT sama dengan
kromatografi lainnya hanya saja KLT menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumunium yang
seragam pada suatu lempeng gelas, logam, atau platik yang keras (fase diam). Fase geraknya
merupakan pelarut atau campuran pelarutyang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang
diperoleh. (2) Kromatografi Kolom Adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk
memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Prinsip kerjanya adalah didasarkan pada
perbedaan afinitas absorbsi komponen-komponen campuran terhadap permukaan fasa diam. Sampel

5
6

Astin, Lukum , 2006 : 50-51


Rgmaisyah, 2009
3

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V
yang memiliki afinitas besar terhadap absorben akan secara selektif tertahan dan yang afinitasnya
paling kecil akan mengikuti aliran pelarut.
7

Kurkumin atau kurkuminoid adalah suatu campuran yang kompleks berwarna kuning oranye yang

diisolasi dari tanaman dan memiliki efek terapeutik, terdapat pada berbagai jenis Curcuma sp, antara
lain pada kunyit dan temulawak. Kurkumin adalah senyawa polifenol aktif dengan rumus molekul
C21H20O6. Kurkumin memiliki 2 bentuk tautomer yaitu keto dan enol. Gugus dengan sifat pendorong
elektron cenderung menstabilkan tautomer keto, sedangkan gugus penarik elektron cenderung
menstabilkan tautomer bentuk enol. Kurkumin baik dari kunyit dan temulawak, telah terbukti secara
ilmiah melalui berbagai pengujian pre-klinik dan klinik, berkhasiat untuk mengobati berbagai macam
penyakit degeneratif seperti kardiovaskular, stroke, reumatik, sebagai anti oksidan yang mengikat
radikal bebas, penurun kadar lipid darah, meluruhkan plak pada otak penderita penyakit Alzheimer,
kemampuan memerangi sel kanker dan infeksi virus maupun bakteri. Kunyit maupun temulawak sangat
prospektif untuk dikembangkan menjadi berbagai produk obat bahan alam seperti minuman kesehatan,
pangan fungsional (nutraseutikal), kosmeseutikal (kometik dan produk kesehatan pribadi), jamu, herbal
terstandar dan fitofarmaka dengan label global.
8

Ada beberapa prinsip penampakan noda pada kromatografi lapis tipis yaitu sebagai berikut : (1)

Pada UV 254 nm, lempeng akan berfluoresensi sedangkan sample akan tampak berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalh karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan indicator fuoresensi yang terdapat pada lempeng. Fuoresensi cahaya yang tampak merupakan
amisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika electron yang teeksitasi dari tingkat
enrgi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energy. (2) Pada UV 366 nm noda akan berfuoresensi dan lempeng akan berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi
cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarka oleh komponen tersebut ketika
electron yang terksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembai ke
keadaan semula sambil melepaskan energi. (3) Pereaksi semprot H2SO4 10% Prinsip penampakan

7
8

Anonym, 2012
Soebagio, 2005
4

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V
noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor
dalam mrusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang geombangnya akan bergeser
ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.
9

Perhitungan nilai Rf, Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran

diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran
ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna
masing-masing. Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas
kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.
Pengukuran berlangsung sebagai berikut : Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai
berikut : Rf=jarak yang ditempuh oleh komponen jarak yang ditempuh oleh pelarut

3. Alat dan Bahan


3.1 Alat
No

Nama alat

Gambar alat

Anonym, 2013
5

Fungsinya

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V
1

Alat soxhlet

Digunakan dalam ekstraksi temulawak


secara soxhletasi

Neraca Analitik

Untuk menimbang sampel

Alat evaporasi

Untuk mendapatkan ekstrak kental

Statif dan klem

Untuk menyangga dan menjepit corong


pisah

Penangas

Untuk memanaskan larutan

Chember

Wadah pelarut yang digunakan saat


elusi

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V
7

Plat KLT

Untuk menguji perbandingan senyawa

Kolom

Sebagai tempat fasa diam dan fasa


gerak

Pipet

Memindahkan larutan dalam skala kecil

10

Benang Woll

Mengikat sampel dalam kertas saring

11

Kertas Saring

Untuk Membungkus sampel

12

Pompa Vakum

Mengalirkan air

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V
13

Lampu UV

14

Selang

15

Botol Vial

16

Mistar

untuk melihat warna yang dihasilkan

Aliran air

Wadah penyimpanan hasil ekstraksi

Mengukur panjang jarak pergerakan


noda

17

Pensil

18

Pingset

Memberikan batas pada kertas KLT

Untuk mengangkat plat KLT

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V
19

Menotol noda pada plat KLT

Pipa Kapiler

3.2 Bahan
No
1

Nama bahan
Temulawak

Sifat Fisik

Sifat Kimia

- berbentuk agak bulat


- Mengandung kurkumin
- memiliki banyak percabangan - kulit luar berwarna jingga kecokelatan,
- daging buah berwarna merah jingga
pendek
- rasanya pahit agak getir dan
kekuning-kuningan
beraroma khas kunyit.

n-Heksan

- Tampilan: cairan tak berwarna

- Rumus molekul: C6H14

- Titik leleh: 95 C, 178 K,

- Massa molar: 86.18g/mol

139 F

- Massa jenis: 0.6548 g/mL

- Titik didih: 69 C, 342 K,156 F

- Memiliki rantai lurus

- Kelarutan dalam air: 13mg/L pada - Seyawa alkana


20C
3

Kloroform

Methanol

Dietil eter

- Rumus molekul CHCl3


- Massa molar 119.38 g/mol
- Penampilan Colorless liquid
- Densitas 1.48 g/cm3

- Rumus molekul CH3OH


- Massa molar 32.04 g/mol
- Penampilan colorless liquid
- Densitas 0.7918 g/cm
- Liquid
- Keasaman (pKa) ~ 15.5
- Rumus molekul C4H10OC2H5OC2H5
- Massa molar 74.12 g/mol,
- Penampilan jernih
- cairan tak berwarna
- Densitas 0.7134 g/cm

at 20 C

- Titik lebur 97 C, -142.9 F (176 K)


- Titik didih 64.7 C, 148.4 F (337.8 K)
- Kelarutan dalam air Fully miscible
- Viskositas 0.59 mPas at 20 C
- Momen dipol 1.69 D (gas)
-

Titik lebur 116.3 C (156.85 K)

Titik didih 34.6 C (307.75 K)

Kelarutan dalam air 6.9 g/100 ml


(20 C)

Titik lebur -63.5 C


Titik didih 61.2 C
Kelarutan dalam air 0.8 g/100 ml

Viskositas 0.224 cP at 25 C.

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V

4. Prosedur Kerja
4.1 Soxhletasi

4.2 Epavorasi

4.3 Komatografi Lapis Tipis

10

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V

4.4 Komatografi Kolom


4.4.1 Teknik Pengepakan Kolom Dengan Metode Kering

- Memasukkan kedalam kolom yang berisi pelarut metanol dengan


menambahkan secara terus menerus sampai silica gel yang
berada dalam kolom menjadi padat.
- Memasukkan sedikit kapas dibagian atas silica gel
- Memasukkan sampel ekstrak temulawak kedalam kolom secara
merata
- Mengalirkan pelarut kedalam kolom secara terus menerus
sehingga terjadi pemisahan
11

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V
- Mengeluarkan hasil pemisahannya sesuai dengan warnanya
masing-masing
- Melakukan KLT untuk masing-masing warna degan perbandingan
eluen methanol dan etil asetat

5. Hasil Pengamatan
5.1 hasil pengamatan
No
1

Perlakuan
Mencuci, mengupas, mengiris serta,menghaluska

Hasil pengamatan

n temulawak
Menimbang 30 gr temulawak

Mengsoxhlet dengan 300 mL methanol selama 4 Sirkulasi 1 menitke 31

Siap di gunakan

Sirkulasi 2menitke 42:43

jam.

Sirkulasi 3 menitke 59:35


Sirkulasi 4 menitke 73:09
Sirkulasi 5 menitke 86:01
Sirkulasi 6 menitke 99:52
Sirkulasi 7 menitke 111:03
Sirkulasi 8 menitke 123:03
Sirkulasi 9 menitke 134:03
Sirkulasi 10 menitke 145:53
Sirkulasi 11 menitke 156:41
Sirkulasi 12 menitke 170:20

12

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V
Sirkulasi 13 menitke 182:22
Sirkulasi 14 menitke 196:46
Sirkulasi 15 menitke 215:54
Sirkulasi 16menitke221:16
Hasilekstrakadalah = 11,02 gram.
4

Mendinginkan hasil ekstrak yang diperoleh dan


mengepaporasinya dengan evavorator.

Melakukan KLT ekstrak temulawak sebelum Jarak eluen


9 : 1 = 3,9 cm

kolom

8 : 2 = 4,1 cm
7 : 3 = 4 cm
6 : 4 = 4 cm
5 : 5 = 4,1 cm
4 : 6 = 3,9 cm
3 : 7 = 4,1 cm
2 : 8 = 3,9 cm
6
7

1 : 9 = 3,9 cm
Melakukan kolom
Menghasilkan ekstrak yang akan di KLT
Melakukan KLT ekstrak temulawak sesudah Jarak eluen
9 : 1 = 4 cm

kolom

8 : 2 = 4,1 cm
7 : 3 = 4 cm
6 : 4 = 4 ,95 cm
5 : 5 = 3,9 cm

5.2 Perhitungan
5.2.1 Perhitungan harga Rf sebelum kromatografi kolom pada temulawak

Perbandingan 9:1

Perbandingan 5:5

13

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V

Perbandingan 8:2

Perbandingan 4:6

Perbandingan 7:3

Perbandingan 3:7

Perbandingan 6:4

Perbandingan 2:8

Perbandingan 1:9

5.2.2 Perhitungan harga Rf sesudah kromatografi kolom pada temulawak

Perbandingan 9:1

Perbandingan 6:4

14

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V

Perbandingan 8:2

Perbandingan 5:5

Perbandingan 7:3

15

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V

6. Pembahasan
Pada percobaan identifikasi kurkumin pada temulawak secara KLT pertama melakukan metode
ekstraksi Soxhlet (Soxhletasi). Temulawak yang akan digunakan sebelumnya mencuci, mengupas,
mengiris, serta menghaluskan temulawak agar mempermudah proses ekstraksi, ini berhubungan
dengan ukuran partikel, dimana semakin kecil ukuran partikel semakin luas bidang sentuh pelarut,
sehingga sampel lebih mudah terekstrak.
Pertama yang kita lakukan yaitu menimbang terlebih dahulu temulawak yang telah dihaluskan
sebanyak 30 gr. Kemudian temulawak tersebut dibungkus dengan kertas saring. Cara membungkus
sampel harus hati-hati, terlebih dahulu kertas saring digulung sesuai dengan diameter klonsong (tetapi
tidak menyentuh dinding klonsong), dan tingginya sesuai dengan siphon. Untuk mengikatnya juga
diperlukan kecermatan agar kertas saring tidak hancur dan harus disisahkan benang untuk pengikatan
yang bagian atas, hal ini berfungsi agara sampel bisa kita keluarkan dengan cara menariknya lewat
benang tersebut. Setelah itu dimasukkan kedalam tempat ekstraktor soxhlet. Kemudian itu dimasukkan
kedalam tempat ekstraktor soxhlet. Memasukkan 300 mL metanol dan batu didih kedalam labu bulat,
fungsi ditambahkan dengan batu didih untuk menghindari letupan pada saat pemanasan karena akan
terjadi tumbukan akibat adanya perbedaan tekanan uap pada suhu dengan tekanan atmosfer dan
tekanan kolom cairan, dan kemudian mengalirkan air pada pendingin (kondensor) fungsi dari
kondensor yaitu untuk mengubah zat penyari dalam hal ini metanol menjadi molekul-molekul penyari
atau

mengubah

uap

menjadi

cairan.

Langkah

selanjutnya

yaitu

mengamati

sirkulasi

(perputaran/perpindahan) yang terjadi pada proses soxhletasi dan rentang waktu yang dibutuhkan.
Kemudian memulai pemanasan dan mengekstraksi larutan hingga 16 kali siklus pada menit ke 221 :
16. Proses ini berlangsung selama 3 jam agar penyarian zat aktif menjadi sempurna. Semakin banyak
jumlah sirkulasi maka akan memiliki peluang yang lebih besar untuk memperoleh minyak yang lebih
banyak.

16

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V

Gambar menghaluskan temulawak

Gambar menimbang temulawak

Gambar saat mengsoxhletasi

Kemudian labu didinginkan dan pelarut diuapkan dengan cara evaporasi pada evaporator
tujuannya agar pelarut dapat menguap. Hingga diperoleh residu yang agak pekat. Hasil ekstrak adalah
11.02 gram

Gambar saat evaporasi

Gambar Ekstrak kental temulawak

Kemudian melakukan KLT ekstrak temulawak sebelum kolom. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui
kuantitasnya. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk platsilika dan fase geraknya
disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Pertama dilakukan mengambil sampel
kurkumin hasil dari evaporasi serta mengambil kurkumin standar sebagai perbandingan antara sampel
kurkumin yang diperoleh secara soxhletasi dan sampel yang telah ditetapkan. Fungsi digunakan
sampel standar untuk melihat apakah hasil yang diperoleh akan sesuai dengan hasil standar. Jika
ternyata sama hasilnya maka sampel yang dicari terdapat kurkumin, tapi jika hasilnya jauh berbeda
dapat dikatakan pada sampel tersebut tidak terdapat kurkumin sesuai yang diinginkan. Selain itu, hal
yang sama kita lakukan yaitu membuat eluen dari berbagai variasi antara perbandingan n-Heksan
dengan dietileter dengan perbandingan (9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:7, 1:9) Kemudian. Kemudian
menggaris plat KLT, Sebuah garis menggunakan pensil digambar dekat bagian bawah lempengan dan
setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di
lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta,
pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk.

17

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V
Kemudian Sample tersebut ditotolkan pada plat KLT Setelah plat KLT yang telah ditotolkan dengan
sample ini dimasukkan ke dalam gelas chamber, lalu dicelupkan ke dalam gelas chamber yang telah
berisi eluen dari perbandingan 9:1-1:9 dengan posisi yang lurus agar eluen yang membawa noda
keatas lurus dan bersamaan dengan sampel standar. maka segera ditutup gelas ini dengan
menggunakan kaca arloji. Alasan untuk menutup chamber adalah untuk meyakinkan bawah kondisi
dalam botol terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam chamber
biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam
chamber dengan uap mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan,
komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang
berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna. Ketika pelarut mendekati bagian atas
plat, plat dipindahkan dari chamber dengan menggunakan pinset dan posisi pelarut ditandai dengan
sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan. Kemudian dikeringkan dengan mengayunkan
tangan. Setelah itu melihat warna dan bentuk yang dihasilkan dibawah lampu UV. Pelarut organik naik
disepanjang lapisan tipis zat padat diatas lempengan dan bersamaan dengan pergerakan pelarut
tersebut, zat terlarut sample dibawa dengan laju yang tergantung pada kelarutan zat terlarut tersebut
dalam fasa bergerak dan interaksinya dengan zat padat. Setelah garis depan pelarut bergerak sekitar,
lempengan dikeringkan dan noda-noda zat terlarutnya diperiksa seperti pada kromatografi kertas.
Setelah diamati beberapa saat, maka terbentuk warna kuning pada plat KLT tersebut. Yang
menyebabkab warna dari senyawa-senyawa pada kromatografi lapis-tipis adalah perbedaan tingkat
kepolaran warna dari senyawa-senyawa yang sejauh mana tingkat kepolaran itu mempengaruhi
perbedaan atau pemisahan yang ditandai dengan tebentuknya spot-spot senyawa dalam kromatografi
lapis-tipis itu tergantung dari migrasi pelarut (fase mobil/fase gerak) terhadap fasa diamnya, yaitu
kromatografi lapis-tipis tersebut.

Gambar plat KLT


18

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V
Setelah letak noda komponen diketahui dan diberi tanda batas, maka harga Rf (Retardation factor)
dapat dihitung. Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan kromatografi lapis
tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram dan pada
kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel. Harga Rf didefinisikan sebagai
perbandingan antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal.
Rf = Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yang ditempuh pelarut
Nilai Rf bersifat karakteristik dan menunjukkan identitas masing-masing komponen. Komponen
yang paling mudah larut dalam pelarut harganya akan mendekati satu. Sedangkan komponen yang
kelarutannya rendah akan mempunyai Rf hampir nol.
Untuk menguji kemurnian senyawa yang diperoleh, dilakukan pengujian dengan menggunakan
kromatografi kolom. Proses pembuatan kolom harus dilakukan dengan hati-hati. Terjadi beberapa kali
cracking atau kerusakan kolom dikarenakan eluen yang digunakan menguap dan membentuk
gelembung pada kolom. Pertama kita melakukan percobaan dengan cara basa, pertama yang
dilakukan yaitu memasukan kapas kedalam kolom agar fasa diam tidak keluar dari kolom pada proses
cara basa ini pertama dilakukan yaitu mencampurkan silica gel dengan metanol sehingga menjadi
seperti bubur kemudian memasukan kedalam kolom. Dan membuka kran secara perlahan-lahan
sehingga fasa diam tertinggal lama pada kolom kemudian memasukan sampel kedalam kolom dan
kemudian memasukan tetes demi tetes eluen kedalam kolom, sehingga terbentuk seperti pita. Dimana
cara basa ini lambat tetapi hasilnya bagus karena kerapatannya.

Gambar kolom dengan cara basa

Pada metode ini digunakan fasa diam yaitu silika gel karena kolom yang dibentuk dari silika gel
memiliki tekstur dan struktur yang lebih kompak dan teratur. Silika gel merupakan fasa diam yang
bersifat sangat polar, sedangkan eluen yang digunakan adalah n-Heksan dengan dietileter dari

19

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V
perbandingan 9:1-1:9 yang bersifat nonpolar. Pada percobaan kromatografi kolom cara basa ini
diperoleh hasil, terbentuk 3 fasa yaitu fasa berwarna merah kecoklatan, orange, dan kuning. Saringan
pertama yang berwarna kuning memiliki Rf paling besar sehingga dapat dipastikan bahwa komponen
berwarna kuning adalah kurkumin. Selain itu, kurkumin adalah senyawa non polar, terbukti bahwa dia
tidak berikatan terlalu lama dengan fasa diam silika gel. Sedangkan senyawa berwarna oranye yang Rf
nya berada ditengah merupakan senyawa semipolar yaitu bisdemetoksikurkumin, dan senyawa yang
paling polar adalah saringan ketiga yang berwarna merah kecoklatan dan memiliki nilai Rf paling kecil
yaitu Desmetoksikurkumin. Desmetoksikurkumin terdapat pada saringan ketiga karena komponen ini
bersifat non polar sehingga terikat dengan fasa diam silika gel yang bersifat polar.
Setelah melakukan cara basa kita melakukan cara kering, pada cara kering ini pertama yang
dilakukan yaitu memasukan kapas terlebih dahulu agar fasa diam tidak keluar dari kolom kemudian
memasukan silica gel secara perlahan sehingga tidak terjadi patahan pada kolom, kemudian
memasukan methanol kedalam kolom dan memasukan sampel kemudian menetes sedikit demi sedikit
eluen kedalam kolom sehingga terbentuk pita. Dimana cara kering ini sangat cepat tetapi banyak
kesalahan yag akan terjadi ketika proses kolom, diantaranya adalah patahnya silika gel yang berada
pada kolom sehingga digunakan aseton untuk menyambung kembali patahan tersebut. Pembalutan
kapas yang diberi aseton dapat menghilangkan gelembung udara. Aseton yang menguap dengan
menyerap energi panas dari tabung menyebabkan kolom akan kehilangan energi dan mengalami
penurunan suhu sehingga gelembung udara akan naik ke permukaan.

Gambar kolom dengan cara kering

Setelah melakukan kromatografi kolom ini padatan yang dihasilkan dianalisis dengan kromatografi
lapis tipis dengan eluen n-Heksan dan dietileter dengan perlakuan sama seperti pada KLT sebelum
kolom dengan eluen yang dipakai yaitu 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5. Pada KLT sesudah kolom ini pada

20

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V
perbandingan 7:3 terdapat noda yang bagus

Gambar plat KLT


7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengematan, dapat disimpulkan bahwa pada temulawak yang digunakan
sebagai sampel dalam percobaan ini mengandung Kurkumin. Eluen yang dapat mengelusi secara
tepat adalah eluen n-heksan : dietil eter dengan dengan perbandingan 7 : 3.

Daftar Pustaka
21

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik


Tahun 2014, Tanggal 16, Modul V
Anonim (2012). Pengertian Kromatografi. (online). http://www.chem-is-try.org. diakses tanggal 20 april
2014
Anonim (2012). Pengertian Kurumin. (online). http://balittro.litbang.deptan.go.id diakses tanggal 20 april
2014
Anonym (2013). Kromatografi lapis tipis. (online) http://greenhati.blogspot.com/p/html diakses tanggal
20 april 2014
Hendayana, Sumar (2006). Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Himam Haqiqi (2008). Kromatografi Lapis Tipis. (online)http://d4him.files.wordpress.com/2009/02pdf. di
akses tanggal 20 april 2014
Lukum, A. (2006). Bahan Ajar Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Gorontalo : Laboratorium Kimia
Universitas Negeri Gorontalo
Rgmaisyah (2009). Tekni Kromatografi. (online) http://rgmaisyah.wordpress.com/2009/10/10/. diakses
tanggal 20 april 2014
Soebagio. (2005). Kimia Analitik II. Malang: UM Press.
Team Teaching (2012). Penuntun Praktikum DDPA. Gorontalo: UNG

22

Anda mungkin juga menyukai