1. Tujuan
Identifikasi senyawa sample yang mengandung kurkumin dengan menggunakan KLT
2. Dasar Teori
1
Kromatografi berasal dari bahasa Yunani Kromatos yang berarti warna dan Graphos yang
berarti menulis. Kromatografi mencakup berbagai proses yang berdasarkan pada perbedaan distribusi
dari penyusun cuplikan antara dua fasa. Satu fasa tinggal pada system dan dinamakan fasa diam.
1
Anonym, 2012
1
komponen antara dua fasa ( fasa gerak dan fasa diam ). Yang kepolarannya berbeda. Apabila molekulmolekul kompinen berinteraksi secara lemah dengan fasa diam maka komponen tersebut akan
bergerak lebih cepat meninggalkan fasa diam. Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada
daya inteaksi komponen-komponen campuran dengan fasa diam dan fasa gerak. Apabila dua atau
lebih komponen memiliki daya intaraksi dengan fasa diam atau fasa gerak yang hampir sama maka
komponen tersebur sulit dipisahkan
3
berdasarkan pendistribusian zat diantara dua fase, yaitu fase diam (stasioner) dan fase gerak (mobile),
asas penting dari kromatografi adalah bahwa senyawa yang berbeda mempunyai koefisien distribusi
yang berbeda diantara kedua fase yang disebutkan tadi. Senyawa yang berinteraksi lemah dengan
fase diam akan lebih lama tinggal dalam fase gerak dan bergerak cepat dalam sistem kromatografi,
sebaliknya senyawa yang berinteraksi kuat dengan fase diam akan bergerak lambat. Idealnya, setiap
komonen dalam campuran senyawa bergerak dengan laju yang berbeda dalam sistem kromatografi
sehingga menghasilkan pemisahan sempurna. Cara kromatografi dapat digunakan untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif.
4
Komponen-komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase yaitu (1) Fase Diam
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam
pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan
fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana
dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut
yang sesuai. (2) Fase Gerak Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting
pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antara
Hendayana; Kimia Pemisahan; 2006: 1-2
Team Teaching DDPA. 2012
4
Himam Haqiqi Sohibul. 2008
2
3
Jenis kromatografi yaitu (1) Kromatografi cair-padat atau kromatografi adsorpsi dipakai dalam
analisis biokimia dan organic, (2) Cair-cair atau Kromatografi partisi, fasa diam berupa lapis tipis cairan
terserap pada permukaan padatan inert berpori, (3) Kromatografi gas-padat dipakai untuk memurnikan
gas, (4) Kromatografi gas-cair kadang-kadang juga dinamakan Kromatografi fasa uap oleh pakar
organic. Metode ini banyak dipakai dalam pemisahan, (5) Kromatografi ion penukar merupakan
merupakan bidang khusus kromatografi cair-padat, (6) Kromatografi kertas adalah bidang khusus
dalam kromatografi cair-cair, (7) Kromatografi lapis tipis sama dengan kromatografi kertas hanya saja
kertas diganti dengan lapis tipis kaca atau plastic yang dilapisi dengan selapis tipis alumina, silica atau
materi lain dalam bentuk serbuk halus, (8) Filtrasi Jel merupakan proses pemisahan yang dilakukan
dengan jel terdiri atas dekstran yang dimodifikasi, (9) Elektroforesis kontinu adalah proses kromatografi
kertas.
6
Teknik kromatografi yang digunakan adalah metode kromatografi lapis tipis dan kromatografi
kolom. (1) Kromatografi lapis tipis (KLT) Merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi
senyawa murninya. Kromatografi lapis tipis merupakan analisis yang cepat sederhana karena tidak
memerlukan banyak bahan baik sampel maupun eluennya. Prinsip kerja dari KLT sama dengan
kromatografi lainnya hanya saja KLT menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumunium yang
seragam pada suatu lempeng gelas, logam, atau platik yang keras (fase diam). Fase geraknya
merupakan pelarut atau campuran pelarutyang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang
diperoleh. (2) Kromatografi Kolom Adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk
memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Prinsip kerjanya adalah didasarkan pada
perbedaan afinitas absorbsi komponen-komponen campuran terhadap permukaan fasa diam. Sampel
5
6
Kurkumin atau kurkuminoid adalah suatu campuran yang kompleks berwarna kuning oranye yang
diisolasi dari tanaman dan memiliki efek terapeutik, terdapat pada berbagai jenis Curcuma sp, antara
lain pada kunyit dan temulawak. Kurkumin adalah senyawa polifenol aktif dengan rumus molekul
C21H20O6. Kurkumin memiliki 2 bentuk tautomer yaitu keto dan enol. Gugus dengan sifat pendorong
elektron cenderung menstabilkan tautomer keto, sedangkan gugus penarik elektron cenderung
menstabilkan tautomer bentuk enol. Kurkumin baik dari kunyit dan temulawak, telah terbukti secara
ilmiah melalui berbagai pengujian pre-klinik dan klinik, berkhasiat untuk mengobati berbagai macam
penyakit degeneratif seperti kardiovaskular, stroke, reumatik, sebagai anti oksidan yang mengikat
radikal bebas, penurun kadar lipid darah, meluruhkan plak pada otak penderita penyakit Alzheimer,
kemampuan memerangi sel kanker dan infeksi virus maupun bakteri. Kunyit maupun temulawak sangat
prospektif untuk dikembangkan menjadi berbagai produk obat bahan alam seperti minuman kesehatan,
pangan fungsional (nutraseutikal), kosmeseutikal (kometik dan produk kesehatan pribadi), jamu, herbal
terstandar dan fitofarmaka dengan label global.
8
Ada beberapa prinsip penampakan noda pada kromatografi lapis tipis yaitu sebagai berikut : (1)
Pada UV 254 nm, lempeng akan berfluoresensi sedangkan sample akan tampak berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalh karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan indicator fuoresensi yang terdapat pada lempeng. Fuoresensi cahaya yang tampak merupakan
amisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika electron yang teeksitasi dari tingkat
enrgi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energy. (2) Pada UV 366 nm noda akan berfuoresensi dan lempeng akan berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi
cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarka oleh komponen tersebut ketika
electron yang terksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembai ke
keadaan semula sambil melepaskan energi. (3) Pereaksi semprot H2SO4 10% Prinsip penampakan
7
8
Anonym, 2012
Soebagio, 2005
4
Perhitungan nilai Rf, Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran
diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran
ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna
masing-masing. Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas
kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.
Pengukuran berlangsung sebagai berikut : Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai
berikut : Rf=jarak yang ditempuh oleh komponen jarak yang ditempuh oleh pelarut
Nama alat
Gambar alat
Anonym, 2013
5
Fungsinya
Alat soxhlet
Neraca Analitik
Alat evaporasi
Penangas
Chember
Plat KLT
Kolom
Pipet
10
Benang Woll
11
Kertas Saring
12
Pompa Vakum
Mengalirkan air
Lampu UV
14
Selang
15
Botol Vial
16
Mistar
Aliran air
17
Pensil
18
Pingset
Pipa Kapiler
3.2 Bahan
No
1
Nama bahan
Temulawak
Sifat Fisik
Sifat Kimia
n-Heksan
139 F
Kloroform
Methanol
Dietil eter
at 20 C
Viskositas 0.224 cP at 25 C.
4. Prosedur Kerja
4.1 Soxhletasi
4.2 Epavorasi
10
5. Hasil Pengamatan
5.1 hasil pengamatan
No
1
Perlakuan
Mencuci, mengupas, mengiris serta,menghaluska
Hasil pengamatan
n temulawak
Menimbang 30 gr temulawak
Siap di gunakan
jam.
12
kolom
8 : 2 = 4,1 cm
7 : 3 = 4 cm
6 : 4 = 4 cm
5 : 5 = 4,1 cm
4 : 6 = 3,9 cm
3 : 7 = 4,1 cm
2 : 8 = 3,9 cm
6
7
1 : 9 = 3,9 cm
Melakukan kolom
Menghasilkan ekstrak yang akan di KLT
Melakukan KLT ekstrak temulawak sesudah Jarak eluen
9 : 1 = 4 cm
kolom
8 : 2 = 4,1 cm
7 : 3 = 4 cm
6 : 4 = 4 ,95 cm
5 : 5 = 3,9 cm
5.2 Perhitungan
5.2.1 Perhitungan harga Rf sebelum kromatografi kolom pada temulawak
Perbandingan 9:1
Perbandingan 5:5
13
Perbandingan 8:2
Perbandingan 4:6
Perbandingan 7:3
Perbandingan 3:7
Perbandingan 6:4
Perbandingan 2:8
Perbandingan 1:9
Perbandingan 9:1
Perbandingan 6:4
14
Perbandingan 8:2
Perbandingan 5:5
Perbandingan 7:3
15
6. Pembahasan
Pada percobaan identifikasi kurkumin pada temulawak secara KLT pertama melakukan metode
ekstraksi Soxhlet (Soxhletasi). Temulawak yang akan digunakan sebelumnya mencuci, mengupas,
mengiris, serta menghaluskan temulawak agar mempermudah proses ekstraksi, ini berhubungan
dengan ukuran partikel, dimana semakin kecil ukuran partikel semakin luas bidang sentuh pelarut,
sehingga sampel lebih mudah terekstrak.
Pertama yang kita lakukan yaitu menimbang terlebih dahulu temulawak yang telah dihaluskan
sebanyak 30 gr. Kemudian temulawak tersebut dibungkus dengan kertas saring. Cara membungkus
sampel harus hati-hati, terlebih dahulu kertas saring digulung sesuai dengan diameter klonsong (tetapi
tidak menyentuh dinding klonsong), dan tingginya sesuai dengan siphon. Untuk mengikatnya juga
diperlukan kecermatan agar kertas saring tidak hancur dan harus disisahkan benang untuk pengikatan
yang bagian atas, hal ini berfungsi agara sampel bisa kita keluarkan dengan cara menariknya lewat
benang tersebut. Setelah itu dimasukkan kedalam tempat ekstraktor soxhlet. Kemudian itu dimasukkan
kedalam tempat ekstraktor soxhlet. Memasukkan 300 mL metanol dan batu didih kedalam labu bulat,
fungsi ditambahkan dengan batu didih untuk menghindari letupan pada saat pemanasan karena akan
terjadi tumbukan akibat adanya perbedaan tekanan uap pada suhu dengan tekanan atmosfer dan
tekanan kolom cairan, dan kemudian mengalirkan air pada pendingin (kondensor) fungsi dari
kondensor yaitu untuk mengubah zat penyari dalam hal ini metanol menjadi molekul-molekul penyari
atau
mengubah
uap
menjadi
cairan.
Langkah
selanjutnya
yaitu
mengamati
sirkulasi
(perputaran/perpindahan) yang terjadi pada proses soxhletasi dan rentang waktu yang dibutuhkan.
Kemudian memulai pemanasan dan mengekstraksi larutan hingga 16 kali siklus pada menit ke 221 :
16. Proses ini berlangsung selama 3 jam agar penyarian zat aktif menjadi sempurna. Semakin banyak
jumlah sirkulasi maka akan memiliki peluang yang lebih besar untuk memperoleh minyak yang lebih
banyak.
16
Kemudian labu didinginkan dan pelarut diuapkan dengan cara evaporasi pada evaporator
tujuannya agar pelarut dapat menguap. Hingga diperoleh residu yang agak pekat. Hasil ekstrak adalah
11.02 gram
Kemudian melakukan KLT ekstrak temulawak sebelum kolom. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui
kuantitasnya. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk platsilika dan fase geraknya
disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Pertama dilakukan mengambil sampel
kurkumin hasil dari evaporasi serta mengambil kurkumin standar sebagai perbandingan antara sampel
kurkumin yang diperoleh secara soxhletasi dan sampel yang telah ditetapkan. Fungsi digunakan
sampel standar untuk melihat apakah hasil yang diperoleh akan sesuai dengan hasil standar. Jika
ternyata sama hasilnya maka sampel yang dicari terdapat kurkumin, tapi jika hasilnya jauh berbeda
dapat dikatakan pada sampel tersebut tidak terdapat kurkumin sesuai yang diinginkan. Selain itu, hal
yang sama kita lakukan yaitu membuat eluen dari berbagai variasi antara perbandingan n-Heksan
dengan dietileter dengan perbandingan (9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:7, 1:9) Kemudian. Kemudian
menggaris plat KLT, Sebuah garis menggunakan pensil digambar dekat bagian bawah lempengan dan
setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di
lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta,
pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk.
17
Pada metode ini digunakan fasa diam yaitu silika gel karena kolom yang dibentuk dari silika gel
memiliki tekstur dan struktur yang lebih kompak dan teratur. Silika gel merupakan fasa diam yang
bersifat sangat polar, sedangkan eluen yang digunakan adalah n-Heksan dengan dietileter dari
19
Setelah melakukan kromatografi kolom ini padatan yang dihasilkan dianalisis dengan kromatografi
lapis tipis dengan eluen n-Heksan dan dietileter dengan perlakuan sama seperti pada KLT sebelum
kolom dengan eluen yang dipakai yaitu 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5. Pada KLT sesudah kolom ini pada
20
Daftar Pustaka
21
22