PENDAHULUAN
1
Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat
kelarutan senyawa yang akan dipisahkan.Pemisahan senyawa biasanya
menggunakan beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi
sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan
dipisahkan. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan,
atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase
gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen suatu
senyawa yang dipisahkan dengan kromatografi lapis tipis tergantung pada
jenis pelarut, zat penyerap dengan sifat daya serap masing-masing komponen.
Komponen yang terlarut akan terbawa oleh fase diam (penyerap) dengan
membandingkannya dengan standar yang sangat memakan waktu dan harus
dilakukan terpisah pada kondisi eluen yang sama. Dalam hal ini untuk
mendapatkan resolusi yang baik, penting untuk memilih dua campuran
pelarut yang berbeda, meskipun dengan kekuatan pelarut yang sama.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2.Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
4
2.4. Analisis Logam Instrumen
Gel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon
dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada
permukaan gel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.
Permukaan gel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai di sekitarnya,
sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.
Pada kromatografi lapis tipis, fase diam berupa plat yang biasanya disi
dengansilica gel. Sebuah garis pensil di gambar dekat bagian bawah fase diam dan
setetes larutan campuran ditempatkan di atasnya. Garis pada fase diam berguna
5
untuk menunjukkan posisi asli campuran. Pembuatan garis harus menggunakan
pensil karena jika semua ini dilakukan dengan tinta, pewarna dari tinta juga akan
bergerak sebagai kromatogram berkembang. Ketika titik campuran kering, fasa
diam diletakkan berdiri dalam gelas tertutup yang telah berisi fasa gerak dengan
posisi fase gerak di bawah garis. Digunakan gelas tertutup untuk memastikan
bahwa suasana dalam gelas jenuh dengan uap pelarut.
Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan
oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan
jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.Jadi, pada permukaan jel silika
terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari
permukaan silika.
Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk
ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana
halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.. Fase diam lainnya yang biasa
digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan
juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian
digunakan serupa untuk alumina.
Kelarutan senyawa dalam pelarut. Tergantung pada besar atraksi antara molekul-
molekul senyawa dengan pelarut.
6
Senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Tergantung pada
bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silika. Senyawa yang dapat
membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih kuat dibanding
senyawa lainnya hanya dapat mengambil bagian interaksi van der Waals yang
lemah. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa
yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu
substansi pada permukaan. Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada
tingkatan yang sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama
pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan jel silika. Atraksi
antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting-hal ini akan
mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik pada larutan keluar dari
permukaan silika. Penyerapan pada kromatografi lapis tipisbersifat tidak
permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada
permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut. Dengan jelas
senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut
dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu
proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti
bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke
atas lempengan. Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak
terpisahkan dengan baik ketika anda membuat kromatogram. Dalam kasus itu,
perubahan pelarut dapat membantu dengan baik termasuk memungkinkan
perubahan pH pelarut.
Fase Diam dan Fase Gerak KLT
7
diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran.
Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
Fase Diam
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika gel
atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik
yang keras. Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk
kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat
berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase diam lainnya yang biasa digunakan
adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga
memiliki gugus -OH.
Fase Gerak
Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang
relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika)
Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silika. Hal ini
tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel silica
8
1. Pemeriksaan kualitatif dan kemurnian senyawa obat.
Keburukan dari teknik ini mungkin hanya pada prosedur pembuatan lempengnya
yang memerlukan tambahan waktu, kecuali bila telah tersedia lempeng yang
diproduksi secara komersial.
9
BAB III
PROSEDUR KERJA
Siapkan alat dan bahan, masukkan sampel Alpara kedalam gelas kimia
dan tambahkan 10 mL Etanol. Kemudian saring di gelas kimia. Ambil pipa
kapiler lalu totolkan sampel ke lempeng dengan ukuran panjang 5 cm dan
lebar 10 cm. Pada bagian bawah diukur 1,5 cm kemudian diberi titik disetiap
1 cm. Dibagian atas diukur 0,5 cm kemudian digaris.
Masukkan Metanol kedalam chamber dan tambahkan Etil asetat (3 : 1),
kemudian jenuhkan dengan kertas saring kedalam chamber yang telah
ditentukan ukurannya. Diamkan beberapa menit dan lihat yang terjadi setelah
itu keluarkan kertas saring dari chamber dengan menggunakan pinset.
Masukkan lempeng yang tadi kedalam chamber dengan menggunakan pinset
sampai noda naik keatas.. Setelah sampai batas, lempeng diangkat dari
chamber dengan memakai pingset lalu keringkan. Kemudian lempeng itu
dilihat dibawah lampu sinar UV 254 dan 366 lalu amati yang terjadi,berikan
tanda pada hasilnya. Setelah itu, hitung nilai Rfnya.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Jarak yang Jarak yang
Jumlah
Sampel Eluen ditempuh ditempuh Rf
noda
senyawa terlarut pelarut
Metanol :
Arpala 1 3,5 cm 5,5 cm 0,6
Etil Asetat
4.2 Pembahasan
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kecepatan peramabatan komponen dalam medium tertentu. Pada
kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase
yaitu fase diam dan fase gerak.
Pemisahan KLT dikembangkan oleh Ismailoff dan Schraiber pada
tahun (1938). Tekniknya menggunakan penyokong fase diam berupa lapisan
tipis sepreti lempeng kaca, aluminium atau plat inert.
Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanya dinyatakan sebagai
factor resensi, Rf:
Pada fase diam, jika dilihat mekanisme pemisahan, fase diam
dikelompokkan menjadi yaitu kromatogarfi serapan (Silika gel, alumina,
keiselguhr), kromatografi partisi (Selulosa, keiselguhr, silika gel),
kromatografi penukar ion (Penukar ion selulosa, resina penukat ion),
kromatografi gel (Sephadex, Biogel)
Pada fase gerak, pada proses serapan, yang terjadi jika menggunakan
silika gel, alumina dan fase diam lainnya, pemilihan pelarut mengikuti aturan
kromatografi kolom serapan. System tak berair paling banyak digunakan dan
contoh pelarut organik dalam seri pelarut mikroskop diberikan dalam Tabel
25, yang meliputi (sifat hidrofob menaik) methanol, asam asetat, etanol,
aseton, etil asetat, eter, kloroform (perlu diperhatikan pada kloroform yang
distabilkan dengan etanol) benzene, sikloheksana, dan eter petroleum.
Aspirin, phenacetin dan kofein (APC) sering digunakan dalam
kombinasi sebagai sediaan antipiretik analgetik. Penentuan dan
11
identifikasinya sangat penting yang dapat dilakukan secara kromatografi lapis
tipis.
Prosedur di sini mengikuti Ganshirt dan Malzachur dan penyiapan
lempeng sederahan menurut metode Less dan De Muria. Noda ditampakkan
dengan semprotan permanganat dalam suasana asam, yang akan
mengoksidasi senyawa sampel hingga menghilangkan warna permanganate.
Pada percobaan kromatografi lapis tipis, zat penyerapan merupakan
lapisan tipis serbuk halus dilapiskan pada lempeng kaca, logam atau plastik,
tetapi umumnya digunakan lempeng kaca. KLT dengan lapis tipis penukar
ion dapat digunakan untuk pemisahan.
Pada percobaan kromatografi lapis tipis sampel yang digunakan yaitu
Alpara. Pada percobaan kromatografi lapis tipis fase diamnya berupa lapisan
yang seragam pada permukaan dibidang datar yang didukung oleh plat
aluminium. Pada pelaksanaanya dapat dilakukan elusi secara menaik
(ascending), menurun (descending) atau dengan cara elusi 2 dimensi. Fase
diamnya adalah lempeng dan fase geraknya adalah perbandingan Metanol dan
Etil asetat yang membawa sampel kebatas eluen dan selanjutnya dilihat pada
lampu sinar UV 254 dan 366 menghasilkan nilai Rfnya sama dengan 0,6.
Adapun faktor kesalahan yang dapat terjadi dari praktikum KLT adalah
apabila konsentrasi dan komposisi larutan yang digunakan tidak sesuai maka
akan mengganggu nilai Rf. Pada saat tidak terbentuknya noda bulat
sempurna, hal ini juga disebabkan oleh senyawa asing dan pencemaran pada
pelarut yang digunakan (wadah yang digunakan kotor) ataupun adanya
partikel lain yang menempel pada lempeng.
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
13
Dari hasil percobaan ini dapat dismpulkan bahwa sampel Alpara jumlah
nodanya satu, jarak yang ditempuh senyawa terlarut 3,5 cm, dan jarak
yang ditempuh pelarut 5,5 cm, sehingga dihasilkan nilai Rf 0,6.a
14
DAFTAR PUSTAKA
Kantasubrata, Julia. 1993. Warta Kimia Analitik Edisi Juli 1993. Situs Web
Resmi Kimia Analitik : Pusat Penelitian Kimia LIPI
15