Anda di halaman 1dari 42

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MIPA


UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

PERCOBAAN IV : PENENTUAN KADAR SENYAWA OBAT


GOLONGAN ALKALOID

OLEH :

NAMA : ELIS
NIM : 17031014141
KELOMPOK : IV
KELAS : VI D
ASISTEN : YENI SETIAWATI

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah

atau kadar dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam suatu

sampel. Analisis kuantitatif dalam kimia farmasi secara spesifik

bertujuan untuk mengetahui kadar suatu senyawa obat dalam sampel

misalnya sediaan tablet atau untuk mengetahui tingkat kemurnian

suatu bahan obat.

Analisis secara volumetri adalah analisis kimia kuantitatif yang

dilakukan dengan menentukan banyaknya volume suatu larutan yang

bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari suatu zat yang akan

ditentukan konsentrasinya.

Analisis kuantitatif dengan metode volumetri didasarkan pada

reaksi kimia yang spesifik, yaitu reaksi netralisasi. Reaksi ini

dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret

sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat

menjadi ekivalen satu sama lain.

Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan

endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit.

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen

yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini

tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan).


Percobaan indentifikasi dan penetapan kadar alkaloid dengan

metode argentometri dan metode spektrofotometri UV-Vis bertujuan

untuk mengetahui suatu sediaan alkaloid yaitu teofilin memiliki

kandungan alkaloid sesuai yang tercantum dalam kemasan suatu

sediaan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud Percobaan

a. Mampu menentukan metode penetapan kadar senyawa obat

golongan alkaloid.

b. Mampu menentukan kadar teofilin dalam sediaan farmasi.

2. Tujuan Percobaan

a. Untuk menentukan metode penetapan kadar senyawa obat

golongan alkaloid.

b. Untuk menentukan kadar teofilin dalam sediaan farmasi.

C. PRINSIP PERCOBAAN

Menentukan kadar senyawa obat golongan alkaloid secara

kuantitatif pada suatu sampel menggunakan metode argentometri

yaitu penambahan AgNO3 belebih ke dalam sampel dan dengan

metode spektrovotometri UV-Vis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI UMUM

1. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder terbanyak yang

memiliki atom nitrogen yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan

dan hewan. Sebagian besar senyawa alkaloid bersumber dari

tumbuh-tumbuhan. Alkaloid umumnya ditemukan dalam kadar yang

kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang

berasal dari jaringan tumbuhan (Ningrum, 2016).

Sifat-sifat fisika dari alkaloid adalah umumnya mempunyai 1

atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun

tersier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya

tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya).

Kebanyakan alkaloid yang telah diidolasi berupa padatan kristal

tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran

dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa

seperti nikotin dan konin berupa cairan (Anonim, 2015).

Kebanyak alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa

yang kompleks spesies aromatic berwarna. Pada umumnya basa

bebas alkaloid hanya larut dalam air. Garam alkaloid quartener

sangat larut dalam air. Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat

tersebut tergantung pada adanya pasangan electron pada nitrogen.


Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat

melepaskan elektorn (Anonim, 2015).

Kebanyakan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut

sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan

sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-

oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat

menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung

dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa

organik atau anorganik sering mencegah dekomposisi (Anonim,

2015).

Klasifikasi alkaloid, yaitu (Anonim, 2015) :

a. Alakaloid sesungguhnya

Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut

menunjukkan aktivitas fisiologi yang luas, hampir tanpa

terkecuali bersifat basa, lazim mengandung nitrogen dalam

cincin heterosiklik.

b. Protoalkaloid

Protoalkaloid merupakan amin yang relative sederhana

dimana nitrogen dan asam amino tidak terdapat dalam cincin

heterosiklik.

c. Pseudoalkaloid

Pseudoalkaloid biasanya bersifat basa. Ada dua seri

alkaloid yang terpenting yaitu alkaloid steroidal.


2. Argentometri

Metode titrasi endapan merupakan analisis volumetri yang

berdasarkan pada reaksi pembentukan endapan. Metode titrasi

pengendapan yang paling banyak digunakan adalah metode

argentometri. Titrasi pengendapan dengan metode argentometri

merupakan metode umum untuk menetapkan kadar senyawa

halogenida (Cl-, Br- dan I-) dan senyawa-senyawa lain (SCN) yang

membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) (Cartika, 2016).

Berdasarkan jenis indikator dan teknik titrasi yang digunakan,

maka titrasi argentometri dapat dibedakan, yaitu: (Cartika, 2016)

a. Metode Mohr

Titrasi argentometri dengan metode Mohr dilakukan

berdasarkan pada pembentukan endapan berwarna pada titik

akhir titrasi antara ion Ag+ sebagai larutan titer dengan ion

CrO42- sebagai indicator. Reaksi yang terjadi pada titik akhir

titrasi:

2 Ag+ + CrO42- Ag2CrO4 (merah bata)

Cara ini dilakukan dengan suasana netral yaitu sekitar pH

6,5-10. Pada pH >10 akan terbentuk endapan AgOH yang akan

terurai menjadi Ag2O, sedangkan apabila pH <6,5 (asam), ion

kromat akan bereaksi dengan H+ menjadi Cr2O72-.


b. Metode Volhard

Titrasi argentometri dengan metode Volhard dilakukan

berdasarkan pembentukan senyawa yang larut dan berwarna

sebagai hasil reaksi antara ion Fe 3+ sebagai larutan titer dengan

ion SCN- sebagai indicator. Reaksi yang terjadi pada titik akhir

titrasi:

Fe3+ + SCN- Fe(SCN)2- (larutan merah)

Metode Volhard merupakan reaksi tidak langsung antara

larutan titer dengan zat uji. Larutan titer yang digunakan adalah

larutan kalium tiosianat (KSCN) atau ammonium tiosianat

(NH4SCN). Dalam hal ini sampel direaksikan dengan larutan

perak nitrat berlebih dalam suasana asam, sisa perak nitrat

direaksikan dengan larutan baku tiosianat. Suasana asam

diperlukan untuk mencegah terjadinya hidrolisis ion Fe 3+.

c. Metode Fayans

Titrasi argentometri dengan metode Fayans dilakukan

dengan menggunakan indicator adsorpsi. Indicator adsorpsi

bekerja dengan cara endapan mengadsorpsi indicator pada titik

ekivalen dan dalam proses penyerapan tersebut terjadi

perubahan warna indikator. Senyawa organik yang sering

digunakan sebagai indikator adsorpsi adalah fluorescein (HFI).

Pada kondisi ion klorida berlebih, anion FI - tidak diserap oleh

perak klorida koloidal, tetapi dalam keadaan ion perak berlebih,


ion FI- dapat ditarik ke permukaan sehingga partikel bermuatan

positif.

3. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan untuk penentuan

terhadap sampel yang berupa larutan, gas atau uap. Pada

umumnya sampel harus diubah menjadi suatu larutan yang jernih.

Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa

persyaratan yaitu harus melarutkan sampel dengan sempurna,

pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkat terkonjugasi

pada struktur molekulnya dan tidak berwarna (tidak boleh

mengabsorbsi sinar yang dipakai oleh sampel), tidak terjadi

interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis, kemurniannya

harus tinggi (Suhartati, 2013).

Spektrum UV-Vis digambarkan dalam bentuk dua dimensi

dengan absis merupakan panjang gelombang dan ordinat

merupakan absorban (serapan). Umumnya spectrum UV-Vis

berbentuk pita lebar pita melebar dari spectrum UV-Vis disebabkan

karena energi diabsorbsi selain menyebabkan transis elektronik

terjadi pula transisi rotasi electron dan vibrasi elektron ikatan dalam

molekul (Suhartati, 2013).

Hukum dasar yang digunakan dalam metode

spektrofotometri adalah hukum Lambert-Beer, dimana persamaan

yang digunakan adalah :


Log (ɪ0 / ɪt) = - log T = A = abc

Dimana ɪt adalah intensitas sinar yang diteruskan, ɪ 0 adalah

intensitas sinar dating, T adalah transmitansi, A adalah

absorbansi, a adalah absorbtivitas atau koefisien ekstingsi molar,

b adalah tebal media atau kuvet (cm), dan c adalah konsentrasi

larutan. Nilai koefisien ekstingsi molar bergantung pada sifat

absorpsi molar spesies dan panjang gelombang yang digunakan

(Nisyak, 2019).

Berdasarkan hokum Lambert-Beer diatas dapat diketahui

bahwa absorbansi (A) berbanding lurus dengan konsentrasi (c),

karena nilai b harganya 1 cm dapat diabaikan dan a merupakan

suatu tetapan. Artinya, konsentrasi makin tinggi maka absorbansi

yang dihasilkan makin tinggi pula, begitu juga sebaliknya apabila

konsentrasi makin rendah maka absorbansi yang dihasilkan makin

rendah. Pada hokum Lambert-Beer terdapat beberapa batasan,

antara lain adalah (Nisyak, 2019) :

1. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis

2. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai

penampang yang sama

3. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak

bergantung dengan yang lain dalam larutan tersebut

4. Tidak terjadi fluoresensi atau fosforisensi

5. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.


B. URAIAN BAHAN

1. Aquadest (FI III, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Aquadest, air suling

RM / BM : H2O / 18,00

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa,

tidak berbau.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai Pelarut

2. Teofilin C (FI III, 1979)

Nama resmi : THEOPYLLINUM

Nama lain : Teofilin

RM / BM : C7H8N4O2.H2O / 198,18

Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, pahit

Kelarutan : Larut dalam ±180 bagian air, mudah larut

dalam air panas, larut dalam ±170 bagian

etanol (95%) P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel

3. Perak Nitrat (FI III, 1979)

Nama resmi : ARGENTII NITRAS

Nama lain : Perak nitrat

RM / BM : AgNO3 / 169,87

Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur

berwarna putih, tidak berbau, menjadi gelap


jika kena cahaya

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam

etanol (95%) P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung dari

cahaya

Kegunaan : Sebagai pereaksi

4. Asam Nitrat (FI III, 1979)

Nama resmi : ACIDUM NITRICUM

Nama lain : Asam nitrat

RM / BM : HNO3 / 63,01

Pemerian : Cairan berasap, sangat korosif, bau khas,

Sangat merangsang

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

5. Amonium Tiosianat (FI III, 1979)

Nama resmi : AMONIUM TIOSIANAT

Nama lain : Amonium tiosianat

RM / BM : NH4SCN / -

Pemerian : Hablur tidak berwarna

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut

dalam etanol (95%) P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai penitran


6. Besi (III) Amonium Sulfat (FI III, 1979)

Nama resmi : BESI (III) AMONIUM SULFAT

Nama lain : Besi (III) ammonium sulfaat

RM / BM : Fe(NH4KSO4)2 .12H2O / -

Pemerian : Hablur berwarna lembayung pucat atau

serbuk hablur tidak berwarna

Kelarutan : Larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

7. Asam Klorida (FI III, 1979)

Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama lain : Asam Klorida

RM / BM : HCl / 36,46

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau

merangsang, jika diencerkan asap dan bau

hilang

Kelarutan : Larut dalam etanol, asam asetat tidak larut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

8. Ammonia (FI III, 1979)

Nama resmi : AMMONIA

Nama lain : Ammonia

RM / BM : NH4OH / 35,05

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas,

menusuk kuat
Kelarutan : Mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

9. Aminofilin (FI III, 1979)

Nama resmi : AMINOPHYLLINE

Nama lain : Aminofilin

RM / BM : C16H24N10O4

Pemerian : Bubuk putih atau kuning terang, kadang-

kadang berupa granul. Berbau seperti

ammonia

Kelarutan : Mudah larut dalam air (larutan dapat menjadi

berasap karena adanya penyerapan

karbondioksida), sebagian tidak larut pada

alcohol dehidrat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai sampel


BAB III

METODE PERCOBAAN

A. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan adalah buret, erlenmeyer, labu

tentukur, gelas kimia, pipet tetes, pipet skala, statif-klem, botol coklat,

gelas ukur, timbangan analitik, kuvet, spektrofotometer.

Bahan-bahan yang digunakan adalah aquadest, teofilin,

aminofilin, Asam klorida, ammonia, perak nitrat, asam nitrat, besi (III)

ammonium sulfat, ammonium tiosianat.

B. CARA KERJA

1. Penetapan Kadar Teofilin Dengan Metode Argentometri

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang 250 mg sampel

c. Ditambahkan 50 mL air dengan 8 mL ammonia encer

d. Dihangatkan perlahan-lahan di atas penangas air hingga larut

e. Ditambahkan 20 mg AgNO 3 0,1 N

f. Dilanjutkan pemanasan di atas penangas air selama 15 menit,

dinginkan

g. Dicuci 3x, tiap kali dengan 10 mL air

h. Diasamkan filtrat dan air cucian dengan HNO 3 P

i. Ditambahkan 2 mL besi (III) ammonium sulfat 8%

j. Dititrasi dengan ammonium tiosianat 0,1 N


2. Penetapan Kadar Aminofilin Dengan Metode Spektrofotometri

UV- Vis

a. Kurva baku (sampel murni)

1) Disiapkan alat dan bahan

2) Dimasukkan 50 mg sampel

3) Dilarutkandalam aquadest ad 100 mL (larutan stok 100 ppm)

4) Diencerkan menjadi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10

ppm, saring

5) Dibuang 5 filtrat pertama

6) Ditambahkan 0,5 mL HCl P pada 1 mL filtrate dan encerkan

dengan air sampai 50 mL

7) Diukur absorbansinya dengan panjang gelombang 270 nm

b. Kurva sampel (Sediaan)

1) Disiapkan alat dan bahan

2) Dimasukkan 50 mg sampel

3) Ditambahkan dengan aquadest ad 100 mL (larutan stok 100

ppm)

4) Diencerkan menjadi 10 ppm, ditambahkan 0,5 mL HCl P di

add aquadest 50 mL

5) Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 270 nm


c. Larutan Blanko

1) Disiapkan alat dan bahan

2) Dimasukkan HCl P 0,5 mL dalam labu tentukur, ditambahkan

aquadest ad 50 mL

3) Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 270 nm


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. TABEL PENGAMATAN

1. Penetapan Kadar Teofilin Metode Argentometri

Sampel Vt Perubahan Warna

Neo Napacin 13 mL Merah

2. Spektrofotometri

a. Sediaan

Sampel (x) Absorban (y)

Aminofilin 4,54

b. Zat Murni

Sampel (x) Absorban (y)

2 ppm 0,041

4 ppm 0,061

6 ppm 0,072

8 ppm 0,081

10 ppm 0,11

B. PEMBAHASAN
Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah

(kadar) absolute atau relative dari suatu elemen atau spesies yang

ada di dalam sampel, misalnya terhadap bahan-bahan atau sediaan

yang digunakan di dalam farmasi, obat di dalam jaringan tubuh, dan

sebagainya (Gandjar, 2007).

Pada percobaan penentuan kadar senyawa obat golongan

alkaloid ini digunakan sampel teofilin murni dan aminofilin sediaan

dengan menggunakan metode argentometri dan spektorotometri UV-

Vis yang bertujuan untuk mengetahui kadar dari teofilin dan aminofilin.

Metode titrasi pengendapan yang paling banyak digunakan

adalah metode argentometri. Titrasi pengendapan dengan metode

argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar

senyawa halogenida (Cl-, Br- dan I-) dan senyawa-senyawa lain (SCN)

yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO 3) (Cartika,

2016).

Pada metode argentometri sampel teofilin dilarutkan

menggunakan air. Dilarutkan dengan air karena berdasarkan

kelarutan dari teofilin adalah larut dalam ±180 bagian air, mudah larut

dalam air panas, larut dalam ±170 bagian etanol (95%) P (FI III, 1979).

Pada percobaan ditambahkan AgNO 3 sehingga terbentuk

endapan perak-teofilin. Untuk menyempurnakan dan mempercepat

pengendapan dilakukan pemanasan. Hasil endapan yang akan

terbentuk kemudian disaring dan dicuci dengan aquadest untuk


memisahkan sisa AgNO3 yang tidak bereaksi dengan teofilin

(Klamentina, 2012).

Ditambahkan larutan HNO 3 P karena titrasi pengendapan ini

dilakukan dalam suasana asam. Bila suasana dalam labu Erlenmeyer

basa, maka ion Fe 2+ akan diendapkan (Klamentina, 2012).

Penetapan kadar dengan metode spektrofotometri dilakukan

dengan pembuatan kurva baku, larutan sediaan dan larutan blanko.

Pembuatan dan penggunaan larutan blanko pada percobaan ini untuk

digunakan sebagai pembanding (Ayu, 2016).

Pada percobaan yang telah dilakukan diperoleh kadar teofilin

pada neo napacin dengan metode argentometri adalah 0,0936%,

sedangkan pada metode spektrofotometri UV-Vis diperoleh kadar

aminofilin adalah 571,443%.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Metode penetapan kadar senyawa obat golongan alkaloid

menggunakan metode argentometri dan spektrofotometri UV-Vis.

2. Kadar teofilin pada neo napacin dengan meode argentometri

diperoleh 0,0936%, sedangkan metode spektrofotometri UV-Vis

untuk aminofilin diperoleh 571,443%.

B. SARAN

Sebaiknya alat-alat dan bahan yang akan digunakan lebih

dilengkapi lagi, agar praktikum berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2015. Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpana terhadap
Stabilitas Triprolidin HCl dan Pseudoephedrin HCl dalam Sediaan
Sirup Obat Flu. Politeknik Negeri. Bandung.

Cartika, Harpolia., 2016. Kimia Farmasi. Kemenntrian Kesehatan RI.


Jakarta.

Ditjen POM., 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta.

Hanif, Romadhani., 2016. Metode Validasi Penetapan. UMP press.

Klamentina, Anggi., 2012. Laporan Praktikum Kimia Farmasi Analitik.


Stikes Bakti Husada. Tasikmalaya.

Suhartati, Tati., 2013. Dasar-Dasar Spektrofotometri UV-Vis dan


Spektrofotometri Massa untuk Penentuan Struktur Senyawa
Organik. Aura. Lampung.

Ningrum, Retno., 2016. Identifikasi Senyawa Alkaloid dari Batang


Karamunting (Rhodomyrtus tometosa) sebagai Bahan Ajar Biologi
untuk SMA Kelas X. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia Volume 2
No.3. Universitas Muhammadiyah. Malang.

Nisyak Khoirun dkk. 2019. BIOKIMIA:Penuntun Praktikum Biokimia. CV


Penerbit Qiara Media: Pasuruan Jawa Timur.

LAMPIRAN
A. Perhitungan

1. Penetapan Kadar Teofilin Metode Argentometri

Diketahui: Vt = 13 mL = 0,013 L

BS= 250 mg

N = 0,1 mol/L

Bst = 18,02 mg

Fk = 0,1

Ditanyakan= %kadar?

Penyelesaian:

Vt x N x Bst
% kadar = x 100 %
Bs x Fk

mol
0,013 L x 0,1 x 18,02 mg
= L
x 100 %
250 mg x 0,1

0,0234
= 100 %
25

= 0,0936%

2. Spektrofotometri

Sampel (x) Absorban (y) X2 Y2 XY


2 ppm 0,041 4 0,001681 0,082
4 ppm 0,061 16 0,003721 0,244
6 ppm 0,072 36 0,005184 0,432
8 ppm 0,081 64 0,006561 0,648
10 ppm 0,11 100 0,0121 1,100
ƩX 30 ƩY 0,365 ƩX2 220 ƩY2 0,029247 ƩXY 2,506

Dit :
a) Nilai a
b) Nilai b
c) Nilai x
d) Nilai % Kadar Sampel
Jawab:

a) Nilai a
( ∑ Y ) ( ∑ X 2 )−( ∑ XY )( ∑ X )
a = 2
n ( ∑ X 2 ) −( ∑ X )
( 0,365 ) (220 ) – ( 2,506 ) (30 )
a =
5 ( 220 )−( 30 )2
80,3 – 75,18
a =
1,100−900
5,12
a =
200
a = 0,0256

b) Nilai b
n ( ∑ XY ) −( ∑ X )( ∑ Y )
b = 2 2
n ( ∑ X ) −( ∑ X )
5 ( 2,506 )−( 30 ) ( 0,365 )
b =
5 ( 220 )− (30 )2
12,53−10,95
b =
1,100−900
1,58
b =
200
b = 0,0079

c) Persamaan linear
Y = a + b (X)
4,54=0,0256+ ( 0,0079 ) ( X )
4,54−0,0256=(0,0079)X
4,5144=0,0079 X
4,5144
X=
0,0079
X =571,443038 mg/L (ppm)

d) % Kadar Sampel
C . V . Fp
% Kadar Sampel= ×100 %
Bs
571,443038. 0,1 .5
% Kadar Sampel= ×100 %
50

285,7215
% Kadar Sampel = 100%
50

% Kadar Sampel = 571,443%

Anda mungkin juga menyukai