PERCOBAAN VII
TITRASI PENGENDAPAN
OLEH
NAMA
RIZAL SUHARDIMAN
STAMBUK
F1C1 15 098
KELOMPOK :
VII (TUJUH)
ASISTEN
SARJUNA
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan
endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Hal dasar
yang diperlukan dari titrasi
pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya
interferensi yang mengganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Titrasi pengendapan biasa disebut juga argentometri.
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti
perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan
endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah
dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat AgNO3.
Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion
Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat
ditentukan.
Setiap tahap titrasi selalu terbentuk kesetimbangan antara titrant yang
sudah ditambahkan dan titrat. Ini merupakan dasar utama perhitungan titik-titik
kurva titrasi. Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak
mudah larut antara titran dengan analit. Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari
kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi antara analit dan titrant. Endapan
dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan kurva titrasi argentometri yang
memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan
tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang
landai sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak
Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan
analit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan
standart perak nitrat AgNO3. Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan
untuk menentukan ion halida akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan
merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion
fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-. Untuk lebih jelasnya, dilakukan praktikum
mengenai titrasi pengendapan untuk mengetahui kadar garam dapur (NaCl) dan
KBr dengan metode yang berbeda yaitu cara volvard dan fajans.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu :
1. Bagaimana menentukan kadar klorida dalam sampel dengan
cara volvard?
2. Bagaimana
menentukan
kadar
bromida
dalam
sampel
Titrasi adalah merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengetahui
jumlah zat kimia yang luas pemakaiannya. Pada dasarnya cara titrimetri ini terdiri
dari pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara
stoikiometri dengan zat yang akan ditentukan. Larutan pereaksi ini biasanya
diketahui kepekatannya dengan pasti dan disebut pentiter atau larutan baku.
Sedangkan proses penambahan pentiter ke dalam larutan
ditentukan disebut titrasi. Dalam proses titrasi pengendapan, ada beberapa hal
yang mesti diperhatikan yaitu sebagai berikut : (1) Terjadinya kesetimbangan, (2)
Zat yang akan ditentukan harus bereaksi secara stoikiometri dengan zat pentiter,
(3) Endapan yang terbentuk harus cukup sukar larut, sehingga terjamin
kesempurnaan reaksi sampai 99,9%, dan (4) Harus tersedia cara penentuan titik
akhir yang sesuai (Rivai, 1995).
Titrasi argentometri dengan cara Fajans adalah sama seperti pada cara
Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator
yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine atau
fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag +. Titrannya adalah
AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah dan pH tergantung pada macam
anion dan indikator yang dipakai. Indikator absorbsi adalah zat yang dapat diserap
oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini
dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam
indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada
dalam lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit
AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan
berada pada lapisan sekunder (Khopkhar, 1990).
Indikator umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa
tersebut akan berubah warnanya dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat
menanggapi munculnya kelebihan titran dengan adanya perubahan warna.
Indikator berubah warna karena sistem kromofornya diubah oleh reaksi asam-basa
(Suirta, 2010).
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa
panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum
dan sesudah titrasi. Larutan asam yang akan dititrasi dimasukkan ke dalam gelas
kimia (erlenmeyer), dengan mengukur volumnya terlebih dulu dengan memakai
pipet gondok. Untuk mengamati titik ekuivalen dipakai indikator yang perubahan
warnanya di sekitar titik ekuivalen. Saat terjadi perubahan warna itu disebut titik
akhir. Proses titrasi asam-basa sering dipantau dengan penggambaran pH larutan
yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan. Gambar yang
diperoleh tersebut disebut kurva pH, atau kurva titrasi (Yurida dkk., 2013).
Volumetri adalah suatu analisa kuantitatif yaitu jumlah suatu zat dicari
dengan mereaksikan suatu volume larutan zat itu dengan larutan suatu zat standar
yang telah diketahui konsentrasinya. Kunci keberhasilan suatu titrasi adalah
mendapatkan secara tepat volume zat mentitrasi yang dapat bereaksi dengan suatu
volume zat dititrasi hingga dari perbandingan volume itu dapat dihitung
konsentrasi zat yang diketahui. Pada penelitian ini digunakan titrasi pengendapan,
yaitu suatu titrasi antara dua zat yang menghasilkan endapan. Pada tercapainya
titik akhir titrasi, ion mentitrasi akan berlebihan dan dapat dinyatakan dengan
indikator yang sesuai. Reaksi pada cara titrasi ini hampir selalu antara Ag + dengan
ion halida dan tiosianat, dan sering disebut argentometri (Setiorini dan Handoyo,
2010).
C. Prosedur Kerja
1. Menentukan kadar Khlorida dalam sampel dengan cara volvard
1 gram NaCl
-
Larutan NaCl
-
Dipipet 25 mL
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
250 mL
Ditambahkan 5 mL HNO3 0,1 N
Residu
Filtrat
-
Ditambahkan 1-2 mL
indikator feri ammonium
sulfat 40%
Dititrasi dengan larutan
standar NH4CNS 0,1 N
1,2 g KBr
- dilarukan dengan aquades dalam
dipipet 25 mL
dimasukkan ke dalam erlenmeyer
250mL
1. Tabel Pengamatan
No
1.
2.
3.
4.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Keteranagan
Gambar
Larutan seperti
AgNO3
endapan putih
Tetap berwarna
putih
KBr + Fluoresein
Larutan berwarna
(indikator)
hujau bening
Larutan berwarna
KBr + fluoresein
putih kehijauan
seperti susu
2. Analisis data
Perhitungan kadar klorida
Diketahui :
N AgNO3
V AgNO3
= 23,5 mL = 23,5.10-3 L
BM NaCl
= 58,5 g/mol ek
Kadar NaCl =
100
25 (V x N) AgNO3
( V x N) NH4CNS x BE NaCl
Berat Sampel
X 100%
100
Kadar NaCl =
-3
25 (23,5.10-3x 0,1) AgNO3 ( 1. 10 x 0,1) NH4CNS x 58,5 g/mol
1,0 gram
X
100%
V AgNO3
= 4,5 mL = 4,5.10-3 L
Mr KBr
= 119 g/mol ek
Bromida
AgNO3 + NaCl
AgCl + NaNO3
AgNO3 + NH4SCN
AgSCN + NH4NO3
3NH4SCN + FeNH4(SO4)2
Fe(SCN)3 + 2(NH4)2SO4
AgNO3 + KBr
AgBr + KNO3
B. Pembahasan
asam dengan larutan baku amonium tiosianat yang mempunyai hasil kali
kelarutan 7,1 x 10-13. Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan
garam besi (III) nitrat atau besi (III) amonium sulfat sebagai indikator yang
membentuk warna merah dari kompleks besi (III)-tiosianat dalam lingkungan
asam nitrat 0,5 1,5 N. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion
besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH) 3 sehingga titik akhir dapat ditunjukkan
pH larutan harus dibawah 3. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna 0,7 1%
sebelum titik ekivalen. Untuk mendapatkan hasil yang teliti pada waktu akan
dicapai titik akhir, titrasi dikocok/digoyang-goyangkan kuat kuat supaya ion
perak yang diabsorbsi oleh endapan perak tiosianat dapat bereaksi dengan
tiosianat.
indikator
teradsorbsi
pada
adsorbsi
bersifat
permukaan
ionik
endapan.
sehingga
Indikator
dapat
adsorbsi
AgBr
menyerap
ion
Br-
sehingga
butiran
koloid
bermuatan negatif. Karena FI- juga bermuatan negatif maka FItidak dapat diserap oleh endapan AgBr. Pada titik ekivalen tidak
ada kelebihan ion Br- maupun Ag+; koloid netral, setetes titran
AgNO3 membuat kelebihan Ag+ yang kemudian diserap oleh
endapan sehingga bermuatan positif sehingga bisa menarik FIdan menyebabkan warna endapan berubah menjadi merah muda
pada saat inilah tercapai titik akhir titrasi. Namun, pada saat
percobaan yang dilakukan tidak terbentuk warna merah muda.
Larutan tetap berwarna putih kehijauan, hal ini dapat disebabkan
karena molaritas pada larutan indikator yang digunakan cukup
besar dan
pada larutan. Larutan AgNO3 yang digunakan pada proses titrasi sebanyak
13,6 mL dengan persentase kadar bromida sebanyak 53,94%.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan titrasi pengendapan atau
argentometri, yaitu:
1. Kadar klorida dapat ditentukan melalui metode Volhard menggunakan
indikator besi (III) ammonium sulfat (FeNH4(SO4)2) dan larutan standar
AgNO3, sehingga kadar NaCl yang diperoleh sebesar 9999,96%.
2. Kadar bromida dapat ditentukan melalui metode Fajans menggunakan
indikator adsorbsi (fluoresein) dan larutan standar AgNO3, sehingga kadar
KBr yang diperoleh sebesar 53,94%.
DAFTAR PUSTAKA