Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN VI
ARGENTOMETRI

Nama : Fathimah Dhea Azzahra


NIM : 220440
Tanggal : 21 Desember 2023

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS


STIKes BINA CIPTA HUSADA PURWOKERTO
TAHUN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan
Mahasiswa mampu menetapkan kadar suatu senyawa dalam
sampel secara argentometri.

B. Dasar Teori
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan
pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan
analit. Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl- , I- , Br- ) dengan
ion perak Ag+ . Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri, yaitu
titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan
menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3. Istilah Argentometri
diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan
pembentukan endapan dengan ion Ag+ (Underwood, 2001).
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan
perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut
juga dengan metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan
pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau endapan. (Anonim,
2015).
Pengendapan terjadi apabila suatu sampel diberi sebuah pereaksi
yang spesifik dan dari reaksi tersebut menunjukkan hasil yang positif,
yaitu terbentuk zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat yang
keluar dari larutan, biasanya dikenal dengan endapan (Rakhmawati dan
Suprapto, 2013).
Titrasi adalah suatu proses dalam analisis volumetrik dimana suatu
atau larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya melalui buret
kedalam larutan lain yang belum diketahui konsentrasinya. Zat yang akan
ditentukan kadarnya disebut titran dan zat yang sudah diketahui kadarnya
tersebut disebut titer (Ika, 2009).
Titrasi Argentometri merupakan titrasi pengendapan.
Titrasi pengendapan merupakan reaksi titran dengan titrat membentuk
endapan yang sukar larut seperti misalnya ion klorida dititrasi dengan
larutan perak nitrat (AgNO3) membentuk endapan perak klorida (AgCl)
berwarna putih warna. Pengendapan dalam titrasi pengendapan
dipengaruhi oleh pH maupun adanya komplekson (Sari, et. al., 2014).
Reaksi pengendapan adalah apakah reaksi ini dapat terjadi pada
suatu keadaan tertentu. Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat
dalam larutan maka kesimpulan yang lebih umum mengenai pengendapan
dasar larutan adalah Ksp. Jika nilai Q > Ksp maka akan terjadi
pengendapan. Jika nilai Q<Ksp maka larutan tidak akan mengendap, dan
jika Q = Ksp maka larutan tepat jenuh (Petrucci, 1989).
Jika suatu garam memiliki tetapan hasil kali larutan yang besar,
maka dikatakan garam tersebut mudah larut. Sebaliknya jika harga tetapan
hasil kali larutan dari suatu garam tertentu sangat kecil, dapat dikatakan
bahwa garam tersebut sukar untuk larut. Harga tetapan hasil kali kelarutan
dari suatu garam dapat berubah dengan perubahan temperatur.Umumnya
kenaikan temperatur akan memperbesar kelarutan suatu garam, sehingga
harga tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut juga akan semakin besar
(Petrucci, 1989).
Contoh dari reaksi argentometri yang biasa digunakan adalah
reaksi penentuan NaCl menggunakan kation Ag+. Dimana ion perak dari
titran akan bereaksi dengan anion klorida dari analit dan membentuk
garam AgCl yang tidak mudah larut. Ketika ion klorida dalam NaCl telah
habis, maka ion perak yang berlebih akan bereaksi dengan indikator dan
menghasilkan warna coklat. Indikator yang digunakan biasanya ion
kromat (Kisman,1998). n,1998).
Berdasarkan jenis indikator dan teknis yang digunakan,
argentometri dibedakan menjadi:
a. Metode Mohr
Digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam
suasana netral. Kalium kromat berperan sebagai indikator. Pada
metode ini, tingkat keasaman (pH) berpengaruh pada proses titrasi
(Mulyono, 2005).
b. Metode Volhard
Dalam metode ini, sejumlah larutan standar
AgNO3 ditambahkan berlebih pada larutan yang mengandung
anion halida. Lalu sisa larutan AgNO3 yang tidak bereaksi dengan
halida dititrasi dengan tiosianat (KSCN atau NH4SCN)
menggunakan Fe3+ sebagai indikator (Suirta, 2010).
c. Metode Fajans
Metode ini menggunakan indikator adsorpsi yang merupakan
pewarna, sebagai contohnya diklorofluorescein (Harjadi, 1993).
Titrasi harus dilakukan pada pH diatas minimum dan harus dengan
campuran endapan agar pH tidak turun selama titrasi berlangsung
(Triwahyuni dan Yusrin, 2008).
Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk mengetahui saat
reaksi sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator.
Indikator pada umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa
tersebut akan berubah warna dengan adanya perubahan pH. Indikator
dapat menanggapi munculnya kelebihan titran dengan terjadi perubahan
terjadi perubahan warna karena sistem kromofornya diubah oleh reaksi
asam basa (Suirta, 2010).
Pada saat terjadi perubahan warna indikator maka saat itulah titrasi
dihentikan. Indikator akan berubah warna pada saat titik ekuivalen. Titik
ekuivalen adalah titik pada proses titrasi saat asam dan basa habis
bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan suatu indikator.
Saat perubahan warna indikator terjadi maka saat itu disebut dengan titik
akhir titrasi (Sukmariah,1990).

C. Alat dan Bahan


Alat :
1. Erlenmeyer
2. Beaker glass
3. Gelas ukur
4. Pipet volume
5. Filler
6. Labu ukur
7. Tabung buret
8. Statif dan klem

Bahan :
1. NaCl(baku primer)
2. AgNO³ (Perak nitrat)
3. K²Cr²O⁷ 5% (Kalium dikromat 5%)
4. Fluorescein
5. Aquadest
6. Infus (yang mengandung NaCl)

D. Prosedur
a. Metode Mohr
 Membuat larutan koreksi indikator
1. Siapkan 1 mL K²Cr²O⁷ 5%
2. Kemudian tambahkan 50 mL aquadest, lalu campurkan
keduanya kedalam erlenmeyer
3. Homogenkan lalu teteskan larutan baku sekunder sebanyak ½
tetes. Keluarkan larutan baku sekunder sampai muncul titik tetesan
tetapi tidak boleh mengenai erlenmeyer. Amati volume pada buret
dan tidak boleh melebihi 0,05 mL
4. Kemudian tuangkan aquadest pada kapiler buret, lalu aduk ad
homogen. Itulah koreksi indikator K²Cr²O⁷ 5%
 Preparasi larutan baku primer
1. Pipet larutan NaCl sebanyak 10 mL, kemudian masukkan
kedalam erlenmeyer
2. Tambahkan aquadest sebanyak 40 mL, kemudian tambahkan
larutan K²Cr²O⁷ sebanyak 1 mL. Aduk sesekali sampai homogen
3. Siapkan wadah/kantong plastik berwarna hitam. Kemudian
lakukan proses titrasi dengan larutan baku sekunder yang sudah
disiapkan sebelumnya kedalam buret
4. Sambil sesekali di buka penutup plastik hitam. Lakukan titrasi
sampai timbul warna kecoklatan dan muncul endapan berwarna
pink atau kecoklatan didalam erlenmeyer
5. Lakukan prosedur mohr menggunakan 2 kali titrasi
b. Metode Fajans
1. Pipet baku primer sebanyak 10 mL, kemudian masukkan kedalam
erlenmeyer
2. Tambahkan 40 mL aquadest, lalu tambahkan indikator fluorencein
sebanyak 3-5 tetes kemudian tutup kembali dengan penutup plastik
hitam
3. Lakukan titrasi seperti metode mohr dengan menggunakan larutan
baku sekunder (AgNO3) yang telah disiapkan di dalam buret
4. Kemudian lakukan titrasi sampai muncul endapan berwarna pink.
Sambil sesekali dilihat sampai terbentuk adanya suspensi berwarna
pink yang jika didiamkan lama akan mengendap sampai terbentuk
endapan berwarna merah muda
5. Kemudian amati berapa volume TAT yang didapat. Catat dan
lakukan prosedur ini minimal 2 kali
c. Preparasi sampel
1. Gunakan larutan sampel infus yang mengandung NaCl, kemudian
lakukan preparasi menggunakan pipet berbagai ukuran (10 mL, 15 mL,
20 mL atau 25 mL).
2. Kemudian larutkan kedalam labu ukur 50 mL. Lalu preparasi
menggunakan cara mohr maupun fajn.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
No Perlakuan Hasil
1 Metode mohr Timbul warna kecoklatan dan
muncul endapan pink yang
awalnya hijau neon/kuning
2 Metode fajans Suspensi pink, endapan
bewarna merah muda yang
awalnya hijau muda

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan analisis argentometri
menggunakan 2 metode, yakni metode mohr dan fajn. Pada titrasi
argentometri dengan metode mohr dilakukan pembuatan koreksi indikator
menggunakan kalium dikromat terlebih dahulu, setelah itu dilakukan
preparasi larutan baku primer. Langkah pertama yang dilakukan yaitu
pipet larutan NaCl sebanyak 10 mL, kemudian masukkan kedalam
erlenmeyer. Tambahkan aquadest sebanyak 40 mL, kemudian tambahkan
larutan K²Cr²O⁷ sebanyak 1 mL dan aduk sesekali sampai homogen.
Siapkan wadah/kantong plastik berwarna hitam, hal ini dilakukan sebelum
penentuan kadar karena larutan AgNO3 bersifat sangat mudah mengalami
fotolisis jika terkena cahaya. Kemudian lakukan proses titrasi dengan
larutan baku sekunder yang sudah disiapkan sebelumnya kedalam buret.
Sambil sesekali di buka penutup plastik hitam. Didapatkan titrasi dengan
timbulnya warna kecoklatan dan muncul endapan berwarna pink didalam
erlenmeyer.
Pada argentometri metode yang digunakan selanjutnya adalah
metode fajn. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah pipet baku
primer sebanyak 10 mL, kemudian masukkan kedalam erlenmeyer.
Tambahkan 40 mL aquadest, lalu tambahkan indikator fluorencein
sebanyak 3-5 tetes kemudian tutup kembali dengan penutup plastik hitam.
Penutupan menggunakan plastik hitam ini sama halnya dengan yang sudah
dipaparkan pada tahap mohr. Lakukan titrasi seperti metode mohr dengan
menggunakan larutan AgNO3 yang telah disiapkan di dalam buret.
Kemudian didapatkan titrasi dengan terbentuk adanya suspensi berwarna
pink yang jika didiamkan lama akan mengendap sampai terbentuk endapan
berwarna merah muda.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada praktikum kering kali ini dilakukan analisis argentometri
berdasarkan video pengamatan . Pada praktikum ini dapat disimpulkan
bahwa dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak
mudah larut antara titran dengan analit. Dan digunakan 2 metode pada
praktikum ini yaitu :
1.) Metode Mohr adalah reaksi pengendapan dimana senyawa klorida dalam
NaCl berada pada suasana netral dengan tambahan larutan baku sekunder
perak nitrat (AgNO3) dan penambahan larutan indikator kalium
kromat (K2CrO4) pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak
klorida setelah titik ekuivalen.
2.) Metode fajans, ada 2 tahap untuk menerangkan TAT dengan indikator
absorpsi (fluorescein). Indikator adsorbsi dapat dipakai untuk titrasi
argentometri. Titrasi argentometri yang menggunakan indikator adsorbsi
ini dikenal dengan sebutan titrasi argentometri metode fajans

B. Saran
Pada saat praktikum kering ini didapati adanya kendala pada saat
penayangan video praktikum, diharapkan kedepannya dapat di unduh
terlebih dahulu agar praktikum berjalan lancar. Dan saat melakukan
pengamatan praktikum kembali bersama kelompok, saat pengamatan
sebaiknya mahasiswa membagi rata tugas agar yang lain tetap paham akan
praktikum yang dilakukan saat berjalannya praktikum.

BAB IV
I. DAFTAR PUSTAKA
Sri Royani. 2022. Buku Petunjuk Kimia Analisis. Purwokerto : STIKes Bina Cipta
Husada.
Winda Fourthelina, dkk. 2020. Metode Titrasi Argentometri (Volhard, Mohr, dan
Fajans). Medan : Universitas Negeri Medan.
Intyastiwi P, dkk. 2007. Laporan Praktikum Kimia Analitik Dasar : Argentometri.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Nadiyah Salma A. 2019. Laporan Akhir Praktikum : Argentometri. Bandung :
Universitas Padjajaran.
Rafika Febrianti. 2015. Makalah Analisis Senyawa Kimia : Argentometri.
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Jamilatul Rahmah, dkk. Buku Ajar : Kimia Analisis. Sidoarjo : Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo.

II. LAMPIRAN
Gambar 6.1 Hasil titrasi metode mohr
Sebelum :

Sesudah :

Gambar 6.2 Hasil titrasi metode fajn


Sebelum :

Sesudah :

Anda mungkin juga menyukai