ASIDIMETRI-ALKALIMETRI
Hari / Jam Praktikum : Rabu / 13.00 – 16.00
Tanggal Praktikum : 21 November 2018
Kelompok : Sampel Na2CO3 kode no.3
Asisten : 1. Hanindhiya Fikriani
2. Tirza Ecclesia Orowitz
Meliana Griselda
260110180131
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
ASIDIMETRI-ALKALIMETRI
I. TUJUAN
Dapat menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan metode titrasi
asidimetri atau alkalimetri.
II. PRINSIP
2.1.Analisa Kuantitatif
Analisa kuantitatif umumnya digunakan untuk mengetahui
kuantitas atau jumlah kadar suatu zat. (Svehla, 1985)
2.2.Netralisasi
Netralisasi adalah proses yang bertujuan untuk mengubah
derajat keasaman suatu zat menjadi netral. (Hamzani, et al., 2017)
2.3.Indikator
Titrasi adalah suatu proses dimana suatu larutan yang belum
diketahui kadarnya secara pasti diteteskan ke larutan lain yang telah
baku primer atau telah diketahui kadarnya secara pasti hingga tercapai
titik ekivalen. (Almatsier, 2003)
III. REAKSI
Natrium Karbonat
Peribahan warna yang terjadi saat titik akhir titrasi adalah akibat
kesetimbangan dari bentuk molekul dan ion dari indikatornya. Seperti
halnya fenolftalein yang tetap bening dalam asam dan menjadi merah
saat basa adalah akibat bergesernya kesetimbangan dan fenolftalein
berubah menjadi ion saat suasana basa menjadikannya mampu
mengeluarkan warna merah. (Purwono & Mahardani, 2009).
5.2.Bahan
5.2.1. Aquadest 5.2.5. Metil Jingga
5.2.2. Asam oksalat 5.2.6. NaOH
5.2.3. Fenolftalein 5.2.7. Sampel
5.2.4. HCl (Na2CO3 kode no.3)
Timbangan
Statif dan klem analitik
VI. PROSEDUR
Sebelum memulai praktikum, dibuatlah larutan baku primer Asam
Oksalat 0,1N sebanyak 50mL. Asam Oksalat sebanyak 0,45 gram
ditimbang lalu dilarutkan dengan 50mL Aquadest di dalam labu ukur.
Setelah membuat larutan Asam Oksalat, larutan NaOH 0,1N dibuat
terlebih dahulu dengan menimbang padatan NaOH sebanyak 10 gram lalu
dilarutkan dengan air sebanyak 2,5 liter yang telah dididihkan terlebih
dahulu, akan tetapi NaOH dilarutkan ketika air sudah dingin. Setelah air
dimasukkan ke beaker glass, NaOH dimasukkan lalu dilarutkan dengan air
melalui pengadukan, kemudian mulut beaker glass ditutup dengan plastic
wrap. Terbentuklah larutan NaOH 0,1N.
Setelah larutan dibuat, larutan NaOH butuh untuk dibakukan. Untuk
memabakukan larutan NaOH, dilakukan dengan Asam Oksalat. Larutan
NaOH dimasukkan ke dalam buret lalu menitrasi 10mL larutan Asam
Oksalat 0,1N yang telah ditetesi fenolftalein. Titrasi dilakukan secara triplo.
Setelah larutan Asam Oksalat dan NaOH dibuat, selanjutnya
dibuatlah larutan HCl. HCl sebanyak 8mL 12M dimasukkan ke beaker glass
lalu ditambahkan aquadest hingga 1000mL agar terjadi pengenceran
sehingga HCl memiliki konsentrasi 0,1N.
Setelah itu, larutan HCl juga butuh untuk dibakukan. Untuk
membakukan larutan HCl, dilakukan dengan NaOH yang telah baku dari
prosedur sebeumnya. Larutan HCl dimasukkan ke dalam buret lalu
menitrasi 10mL larutan NaOH yang telah ditetesi metil jingga. Titrasi
dilakukan secara triplo.
Sampel (Na2CO3 kode no. 3) digerus di dalam mortir hingga
homogen. Setelah itu, sampel ditimbang sebanyak 300mg dan dibuat tiga
(300mg x 3). Lalu, setiap 300mg sampel dilarutkan dengan 20mL aquadest
di dalam Erlenmeyer. Setelah diperoleh 20mL larutan sampel, sampel
dititrasi triplo dengan HCl yang telah baku pada prosedur dengan indikator
metil jingga hingga didapatkan volume rata-rata. Setelah didapatkan
volume rata-rata, kadar sampel dihitung.
VII. DATA PENGAMATAN
a) Padatan Asam
a) Didapatkan
Oksalat
padatan Asam
ditimbang lalu
Oksalat
dimasukkan ke
sebanyak
labu ukur 50mL
0,4503 gram
dengan corong
b) Aquadest 50mL
b) Aquadest
telah
sebanyak 50mL
dimasukkan ke
dimasukkan ke
labu ukur
labu ukur 50mL
Didapat larutan
Asam Oksalat Gambar 1. Menimbang padatan
Asam Oksalat 0,1N Asam Oksalatl
dilarutkan dengan
sebanyak 100mL
auqadest
a) Buret telah
bersih dari zat
a) Buret diisikan selain NaOH
larutan NaOH dan telah diisi
b) Dimasukkan oleh NaOH
larutan Asam b) Erlenmeyer
Oksalat 0,1N berisi larutan
10mL ke dalam berwarna
erlenmeyer lalu bening
ditetesi beberapa c) Larutan di
tetes fenolftalein dalam
c) Erlenmeyer erlenmeyer
dititrasi oleh berubah
NaOH hingga menjadi
berubah warna keunguan
d) Dihitung volume d) Didapatkan
Gambar 7. Pembakuan NaOH
rata-rata dan volume rata-
konsentrasi NaOH rata : 14,2mL
dan konsentrasi
NaOH : 0,1N
7.4. Pembuatan Larutan HCl
a) Larutan HCl
12M yang telah
tersedia di
laboratorium
diambil
sebanyak 8mL Gambar 5. Pengambilan larutan
HCl 12M
b) Larutan HCl a) Didapat larutan
yang telah HCl pada labu
diambil ukur dengan
diencerkan konsentrasi
menjadi 0,1N 0,1N
dalam labu ukur
dengan
ditambahkan
1000mL
aquadest
a) Buret telah
bersih dari zat
a) Buret diisikan selain HCl dan
larutan HCl telah diisi oleh
b) Dimasukkan HCl
larutan NaOH b) Erlenmeyer
0,1N 10mL ke berisi larutan
dalam berwarna
erlenmeyer lalu kuning
ditetesi beberapa c) Larutan di
tetes metil jingga dalam
c) Erlenmeyer erlenmeyer
dititrasi oleh HCl berubah
hingga berubah menjadi merah
Gambar 7. Pembakuan HCl
warna keunguan
d) Dihitung volume d) Didapatkan
rata-rata dan volume rata-
konsentrasi HCl rata : 11,2mL
dan konsentrasi
HCl : 0,089N
7.6. Penentuan Kadar Sampel
a)Didapatkan
a) Sampel (Na2CO3 padatan sampel
kode no.3) digerus yang telah
dalam mortir homogen dan
hingga homogen bersifat lebih
b) Sampel ditimbang halus
sebanyak 0,3gram b) Didapatkan
dan dibuat tiga tiga sampel
sampel dengan sebanyak 0,3
berat yang sama gram
Gambar 8. Penimbangan Na2CO3
c) Masing-masing c) Didapat
sampel dilarutkan larutan bening
dengan 20mL tetapi menjadi
Aquadest dalam kuning ketika
Erlenmeyer lalu ditetesi
diteteskan indikator
beberapa tetes metil jingga
indikator metil d) Larutan
jingga dalam
d) Masing-masing erlenmeyer
sampel dititrasi berubah
dengan HCl menjadi
0,089N hingga jingga
berubah warna kemerahan Gambar 9. Pembuatan larutan
Na2CO3 20mL
menjadi jingga e) Didapatkan
kemerahan volume rata-
rata : 20,1mL
e) Dihitung volume dan kadar
rata-rata HCl dan Na2CO3 :
kadar sampel 31,6039%
VIII. PERHITUNGAN
8.1. Perhitungan HCl
M= (P% x ρ x 10)/Mr = (37% x 1,81 g/mL x 10)/36,5 g/mol=12 M
Almatsier, S., 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Andari, S., 2013. Perbandingan Penetapan Kadar Ketoprofen Tablet Secara Alkalimetri
Dengan Spektrofotometri - UV. Jurnal Eduhealth, 3(2) : 114-119.
Basset, J., 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Erlangga.
Cairns, D., 2004. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Chang, R., 2005. Kimia Dasar : Konsep Konsep Inti. 3rd penyunt. Jakarta: Erlangga.
Hamzani, S., Raharja, M. & Ali, Z., 2017. Proses Netralisasi pH pada Air Gambut di Desa
Sawahan Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Kesehatan Lingkungan,
14(2) : 459-466.
Harjadi, W., 1990. Ilmu Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Indira, C., 2015. Pembuatan Indikator Asam Basa Karamunting. Jurnal Kaumia , 11(1) : 1-10.
Nuryanti, S., Matsjeh, S., Anwar, C. & Raharjo, T. J., 2010. Indikator Titrasi Asam Basa dari
Ekstrak Bunga Sepatu. Agritech, 30(3) : 178-183.
Padmaningrum, R. T., 2006. Titrasi Asidimetri. Tersedia Online pada:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/regina-tutik-padmaningrum-dra-
msi/c3titrasi-asidimetri.pdf
[Diakses 26 November 2018].
Purwono, B. & Mahardani, C., 2009. Pembuatan Senyawa Turunan Azo dari Eugenol dan
Penggunaannya sebagai Indikator Titrasi. Indonesian Journal of Chemistry, 9(1) : 95-
98.
Rubinson, Judith, F. & Kenneth, A., 1998. Contemporary in Analytical Chemistry. Toronto:
John Wiley & Sons.
Svehla, G., 1985. Vogel : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.
Underwood, A. & Day, R., 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.