Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

ANALISIS GUGUS FUNGSI: ALKALOID, SULFONAMIDA, DAN


BARBITURAT

Hari/tanggal : Selasa/19 Maret 2019


Shift/kelompok : D/4
Waktu Praktikum : 07.00 – 10.00
Asisten : 1. Rusydina Sabila
2. Rezkia Azka Kamila

Meliana Griselda
260110180131

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI DAN KIMIA MEDISINAL


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ALKALOID, SULFONAMIDA,
DAN BARBITURAT

I. TUJUAN
Mengetahui cara identifikasi senyawa golongan alkaloid, sulfonamida,
dan barbiturat.

II. PRINSIP
2.1.Pembentukan Senyawa Kompleks

Senyawa yang tersusun dari atom pusat dan ligan. Senyawa


kompleks terbentuk akibat terjadinya ikatan kovalen koordinasi
anatara ion logam atom pusat dengan suatu ligan (Lestaro, et al.,
2014).

2.2.Reaksi Oksidasi Reduksi


Reaksi oksidasi-reduksi atau redoks, adalah reaksi dimana
elektron berpindah (tereksitasi) di antara komponen-komponen yang
bereaksi untuk membentuk produk. Zat yang menerima elektron,
bilangan oksidasinya akan menurun, sementara bilangan oksidasi akan
naik bagi senyawa atau zat yang memberikan elektron. (Oxtoby, et al.,
2001)

2.3.Pengendapan
Pengendapan melibatkan banyaknya reaksi yang terjadi dalam
suatu larutan. Pengendapan terjadi akibat adanya fase zat yang sukar
larut dari campurannya sehingga kemudian ia membentuk fase
tersendiri yang dikenal sebagai sebutan endapan. (Svehla, 1985)
III. REAKSI
3.1.Kinin HCL dengan H2SO4

(Svehla, 1985)

3.2.Papaverin dengan H2SO4

(Clark, 2003)
3.3.Papaverin dengan Pereaksi Liebermann

(Clark, 2003)
3.4.Sulfamerazin dengan p-DAB HCl

(Roth & Blaschke, 1985)

3.5.Sulfamerazin dengan Vanillin Asam Sulfat

(Svehla, 1985)

3.6.Luminal dengan Asam Sulfat dan a-Naftol

(Svehla, 1989)

3.7.Barbital dengan Asam Sulfat dan a-Naftol

(Svehla, 1989)
IV. TEORI DASAR
Analisis kualitatis berkaitan erat dengan identifikasi zat dengan
cara kimia untuk mengetahui kandungan apa saja yang ada dalam
suatu sampel. Umumnya, dilakukan melalui pencampuran atau
pengendepan, namau, untuk tingkat laboratorium dilakukan dengan
spektroskopi (Underwood & Day, 2001).
Kinerja dari analisis kualitatif juga mengacu pada prinsip
pemisahan ataupun sintesis zat dengan pereaksi dan hasil reaksi yang
khas (Cokrosarjiwanto, 1997).
Analisis kualitatif adalah analisis kimia yang mencari ada atau
tidaknya suatu komponen dalam sebuah cuplikan/sampel
(Pudjaatmuka, 2001). Analisis ini merupakan proses identifikasi
kation dan anion dalam suatu senyawa (Liao, et al., 2015). Dalam
metode analisis kualitatif ini, kita menggunakan beberapa pereaksi
diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi
ini dilakukan untuk mengetahui klasifikasi zat yang diidentifikasi
(Wiro, 2009). Analisis kualitatif di sini dimaksudkan untuk memeriksa
senyawa anorganik, baik diperiksa melalui uji reaksi kering maupun
uji reaksi basah. (Sulistyarti, 2017)
Uji reaksi kering dilakukan untuk sampel zat tanpa melalui
tahapan pemanasan, pelelehan, penguraian, atau pun pembebasan gas.
Uji reaksi basah dilakukan dengan membuat sampel dalam bentuk
larutan lalu ditambahi pereaksi tertentu yang kelak dipakai untuk
diamati perubahannya, seperti, terbentuknya endapan, pembebasan
gas, atau perubahan fisik, seperti bau atau pun warna, kemudian dapat
dikenali zat yang diperiksa tersebut (Sulistyarti, 2017).
Uji reaksi biasanya berkaitan dengan pengendapan. Hubungan
antara reaksi dengan endapan dapat diilustrasikan sebagai : semakin
banyaknya jumlah ion garam yang mampu berikatan dengan air, akan
memberi dampak pada larutannya, yaitu, semakin banyak pula
endapan yang dari larutan tersebut yang akan terbentuk. (Kusuma, et
al., 2015). Hasil kali kelarutan atau yang lebih dikenal sebagai Ksp,
memiliki pengaruh yang sangat berarti bagi reaksi pengendapan. Hal
itu dapat dihubungkan dengan, jika Ksp suatu zat itu tinggi, maka
pengendapan tidak terjadi. Tetapi jika Ksp zat tersebut tidak tinggi,
maka pengendapan kemungkinan besar akan terjadi. (Sulistiyono &
Shofi, 2017)
Betapa banyak reaksi-reaksi dalam kimia yang menghasilkan
endapan. Endapan itu sendiri berperan sangat penting dalam analisa
kualitatif. Endapan yang terbentuk dapat berbentuk kristal atau kolid
dan memungkinkan untuk menghasilkan warna yang berbeda-beda.
Endapan dapat terjadi jika larutan menjadi terlampau jenuh dengan zat
yang bersangkutan. (Masterton & Hurley, 1990)
Jika suatu endapan dapat larut, maka konsentrasi molar dari
larutan tersebut akan sama dengan larutan jenuhnya. Kelarutan sendiri
dipengaruhi oleh konsentrasi, volume, suhu, dan tekanan. Salah satu
prinsip pada analisa kualitatif adalah menambahkan campuran zat lain.
Jika kebanyakan penambahan pereaksi memicu endapan, tetapi
penambahan pereaksi berlebih dapat melarutkan endapan. Hal ini
dikarenakan reaksi senyawa tersebut akan membentuk ion senyawa
kompleks. (Masterton & Hurley, 1990)
Alkaloid adalah salah satu senyawa hasil metabolit sekunder
dari jaringan tumbuhan maupun hewan yang memiliki atom nitrogen.
Senyawa ini bersifat alkali sehingga mampu mengganti basa mineral
dalam tumbhan. Alkaloid pada tumbuhan umumnya terrdapat pada
akar, batang, daun, dan biji. Alkaloid sendiri merupakan hasil
metabolit sekunder yang berifat racun jika tanpa pengolahan yang
berfungsi untuk melindungi tumbuhan (Wink, 2008). Dalam bidang
farmasi, alkaloid berperan sebagai anti dari berbagai penyakit, seperti :
diabetes, malaria, diare, dan mikroba. Meskipun begitu, perlu
penelitian lebih lanjut mengenai senyawa golongan alkaloid secara
spesifik untuk menganalisa kadar toksik yang mungkin saja
ditimbulkan (Ningrum, et al., 2016).
Sulfanilamida adalah senyawa turunan dari p-aminobenzen.
Sulfonilamid merupakan suatu senyawa yang memiliki ciri substitusi
gugus N pada N1 atau N4. Senyawa ini dapat digunakan sebagai obat
untuk antimikroba, khususnya bakteri gram positif dan negatif
(Siswandono & Soekardjo, 1995). Sulfonamid dapat membentuk
kompleks-kompleks yang stabil dengan kation-kation tertentu. Oleh
karena senyawa ini mempunyai donor nitrogen, oksigen, dan sulfur, ia
dapat membentuk senyawa khelat dan dapat berikatan dengan merkuri,
tembaga, nikel, dan logam berat lainnya (Palar, 1994).
Barbiturat merupakan derivat dari asam barbiturat (2,4,6 –
trioheksa hidroplamidin). Banyak dari obat hipnotik maupun
sedativum yang berasal dari golongan barbiturat. Obat golongan ini
biasanya baru bekerja secara teurapetik dalam tubuh ketika telah
dimetabolisme oleh tubuh dan hasil metabolitnya telah diserap tubuh.
Tetapi, khasiat lain bisa muncul akibat posisi S terdapat gugus alkil
atau aril. Barbiturat yang memiliki efek yang bertahan lama umumnya
golongan fenobarbital dan pirimidin yang strukturnya mirip barbiturat
(Sulistia, 2009).
Penggolongan barbiturat didasarkan pada durasi kerja tiopental
atau obat yang kerjanya singkat. Pentobarbital, sekobarbital, dan
amobarbital merupakan senyawa yang memiliki durasi kerja yang
singkat (hitungan hari). Hal itu terjadi karena konsentrasi obat ini
dalam otak berada dibawah efektif (Stringer, 2009).
V. ALAT DAN BAHAN
5.1.Alat

5.1.1. Kapas 5.1.5. Penjepit kayu


5.1.2. Kertas lakmus 5.1.6. Pipet tetes
5.1.3. Pelat tetes 5.1.7. Sinar UV (254nm & 366nm)
5.1.4. Pembakar bunsen 5.1.8. Tabung reaksi

5.2.Bahan
5.2.1. a-Naftol
5.2.2. Aquadest
5.2.3. Asam Asetat anhidrat
5.2.4. Asam salisilat
5.2.5. Asam sulfat
5.2.6. Aseton
5.2.7. Barbital
5.2.8. Br2 0,8%
5.2.9. CuSO4
5.2.10. HCl 2N
5.2.11. Heksamin
5.2.12. Hg2Cl2
5.2.13. Kinin HCl
5.2.14. Kloroform
5.2.15. Papaverin HCl
5.2.16. Pereaksi Kopayyi-Zwikker
5.2.17. Pereaksi Liebermann
5.2.18. Pereaksi Marquis
5.2.19. Pereaksi p-DAB
5.2.20. Sulfadiazin
5.2.21. Sulfamerazin
5.2.22. Vanillin sulfat
VI. PROSEDUR
Sebelum memulai praktikum, dibuatlah berbagai perekasi yang
akan dipakai dalam uji identifikasi, seperti, Pereaksi Liebermann, p-
DAB, CuSO4, H2SO4, HgCl2, dll.
Setelah membuat larutan perekasi, setiap sampel disiapkan.
Sampel dalam praktikum ini berupa kinin HCl, Papaverin HCl,
Sinkonin, Sulfadiazin, dan Barbital. Sampel dapat dibuat menjadi
larutan dalam tabung reaksi.
Untuk sampel kinin HCl, dibuat dua sediaan dalam tabung
reaksi kemudian tabung reaksi ke-1 ditambahkan H2SO4 lalu diamati
fluoresensi di bawah UV 254nm dan 366nm. Untuk tabung reaksi ke-
2, sampel dikristalkan dengan penambahan HgCl2.
Untuk sampel papaverin HCl, dibuat tiga sediaan dalam tiga
tabung reaksi. Tabung ke-1 direaksikan dengan larutan pereaksi
Liebermann. Tabung ke-2 ditambahkan perekasi Marquis. Tabung ke-
3, sampel dikristalkan dengan HgCl2.
Untuk sampel sinkonin, dibuat empat sediaan dalam empat
tabung reaksi. Tabung ke-1 ditambahkan pereaksi Liebermann. Tabung
ke-2 ditambahkan pereaksi Marquis. Tabung ke-3, sampel dikristalkan
dengan HgCl2. Tabung ke-4 ditambahkan asam asetat anhidrat dan tiga
tetes H2SO4 pekat. Lalu tabung dipanaskan dan dilihat fluoresensinya
di bawah sinar UV 254nm dan 366nm.
Untuk sampel heksamin, dibuat dua sediaan dalam dua tabung
reaksi. Tabung ke-1 dicampurkan dengan asam salisilat dan 1ml
H2SO4 pekat lalu tabung dipanaskan.
Untuk sampel sulfadiazin, dibuat empat sediaan dalam empat
tabung reaksi. Tabung ke-1, ditambahkan HCl 2N dan p-DAB. Tabung
ke-2 ditambahkan larutan CuSO4. Tabung ke-3 ditambahkan vanillin
sulfat dan H2SO4. Tabung ke-4 ditambahkan reagen Kopayyi-Zwikker.
Untuk sampel Sulfamerazin, dibuat lima sediaan dalam lima
tabung reaksi. Tabung ke-1 ditambahkan HCl 2N dan pereaksi p-DAB.
Tabung ke-2 ditambahkan larutan CuSO4. Tabung ke-3 ditambahkan
dengan larutan H2SO4 dan Vanillin sulfat. Tabung ke-4 ditambahkan
reagen Kopayyi-Zwikker. Tabung ke-5 dikristalkan dengan aseton.
Untuk sampel barbital dibuat empat sediaan dalam tabung
reaksi. Tabung ke-1 ditambahkan reagen Kopayyi-Zikker. Tabung ke-2
ditambahkan a-Naftol dan H2SO4. Tabung ke-3 ditambahkan pereaksi
Liebermann. Tabung ke-4, sampel dikristalkan dengan aseton.

VII. DATA PENGAMATAN


7.1.Identifikasi Golongan Alkaloid
HASIL
NO PROSEDUR
LITERATUR PRAKTIKUM
➢ Sampel Kinin HCl
a.) Uji 1 Warna biru pada Terlihat pendaran
- Ditambahkan H2SO4 UV (Svehla, warna biru di UV
- Diamati fluoresensi di bawah 1985) 366nm dan biru
sinar UV 254nm & 366nm samar di UV 254nm

b.) Uji 2 Kristal persegi Terbentuk kristal


- Sampel dikristalkan dengan panjang (Depkes persegi panjang
HgCl2 RI, 1979)
➢ Sampel Papaverin HCl
a.) Uji 1 Larutan hitam Larutan kuning
Ditambahkan pereaksi dengan sedikit
Liebermann endapan (Clark,
2007)
b.) Uji 2 Larutan ungu/ros Larutan ungu, panas
Ditambahkan pereaksi kecokelatan di bawah tabung
Marquis (Clark, 2007)
c.) Uji 3 Kristal bulat Kristal bulat
Sampel dikristalkan dengan bergerombol
HgCl2 (Svehla, 1985)
➢ Sampel Sinkonin
a.) Uji 1 Larutan bening
Ditambahkan pereaksi kekuningan
Liebermann
b.) Uji 2 Larutan menjadi
Ditambahkan pereaksi berwarna bening
Marquis kekuningan
c.) Uji 3 Terlihat pendaran
Ditambahkan asam asetat warna ungu
anhidrat dan tiga tetes H2SO4
pekat lalu tabung dipanaskan
dan diamati fluorsesnsinya di
bawah UV
d.) Uji 4 Tidak terbentuk
Sampel dikristalkan dengan kristal
HgCl2
➢ Sampel Heksamin
a.) Uji 1 Larutan merah, Larutan merah
Ditambahkan larutan asam dihasilkan busa kehitaman
salisilat kehitaman setelah
pemanasan
(Clark, 2007)
b.) Uji 2 Reaksi yang Larutan bening dan
- Ditambahkan H2SO4 2N terjadi bersifat kertas lakmus tidak
dan satu tetes formaldehid asam dan tidak berubah warna
- Mulut tabung reaksi ditutup merubah lakmus
dengan kapas beserta kertas merah (Clark,
lakmus merah yang telah 2007)
dibasahi

7.2.Identifikasi Senyawa Golongan Sulfonamida


HASIL
NO PROSEDUR
LITERATUR PRAKTIKUM
➢ Sampel Sulfadiazin
a.) Uji 1 Kuning jingga Larutan kuning
- Sampel ditambahkan HCl 2N (Sasmita, 1979)
dan p-DAB
b.) Uji 2 Laruan kebiruan Larutan biru
- Ditambahkan larutan CuSO4 (Sasmita, 1979)
c.) Uji 3 Larutan merah- Larutan merah
- Sampel ditambahkan jingga (Sasmita, kemudian berubah
Vanillin sulfat dan H2SO4 1979) menjadi hijau
d.) Uji 4 Larutan merah Larutan merah muda
- Sampel ditambahkan muda (Clark,
pereaksi Kopayyi-Zwikker 2007)
➢ Sampel Sulfamerazin
a.) Uji 1 Larutan merah Larutan kuning
- Sampel ditambahkan HCl 2N jingga (HMF,
dan p-DAB 1979)
b.) Uji 2 Laruan biru muda Larutan biru muda
- Ditambahkan larutan CuSO4 (HMF, 1979)
c.) Uji 3 Larutan merah Larutan merah pekat,
- Sampel ditambahkan pekat (HMF, dihasilkan panas
Vanillin sulfat dan H2SO4 1979)
d.) Uji 4 Larutan merah Larutan merah muda
- Sampel ditambahkan muda (HMF,
pereaksi Kopayyi-Zwikker 1979)
7.3.Identifikasi Golongan Barbiturat
HASIL
NO PROSEDUR
LITERATUR PRAKTIKUM
➢ Sampel Barbital
a.) Uji 1 Larutan ungu Larutan ungu muda
- Sampel ditambahkan (Clark, 2007) dengan endapan
pereaksi Kopayyi-Zwikker warna putih
b.) Uji 2 Larutan ungu Larutan ungu
- Sampel ditambahkan a- kehitaman dan panas
Naftol dan H2SO4 dihasilkan
c.) Uji 3 Reaksi eksoterm Terbentuk dua
- Sampel ditambahkan lapisan (bening dan
pereaksi Liebermann keruh). Dihasilkan
panas di dasar
tabung. Setelah
kelamaan, larutan
menjadi biru muda.
d.) Uji 4 Terbentuk kristal Terbentuk endapan
- Sampel dikristalkan dengan bubuk (Depkes dan dadih berwarna
aseton RI, 1995) putih

VIII. PERHITUNGAN
-

IX. PEMBAHASAN

Senyawa golongan alkaloid yang akan diidentifikasi adalah


kinin HCl, Papaverin HCl, Sinkonin, dan heksamin. Kinin HCl
dilakukan dua uji. Uji yang pertama adalah mereaksikan kinin HCl
dengan asam sulfat. Sampel kinin HCl yang telah dilarutkan dalam
aquadest ditetesi oleh asam sulfat (H2SO4). Hasil yang terbentuk
berupa larutan yang kuning dan jernih. Gugus H+ dari asam sulfat
mampu bereaksi dengan kinin HCl membentuk senyawa kompleks.
Setelah itu, SO42- berikatan dengan gugus R pada kinin. Hasil reaksi
ini kemudian diamati di bawah sinar UV untuk dilihat fluoresensi.
Warna yang ditimbulkan dalam alat sinar UV berupa pendaran terrang
berwarna biru. Hasil ini sesuai dengan literatur. Pendaran biru tersebut
dapat terpendar dalam alat UV karena senyawa kromofor yang terdapat
pada kinin HCl (berupa gugus N, ikatan rangkap) dimana atom di
dalam strukturnya mengalami delokalisasi yang kemudian terkonjugasi
atau berpindah-pindah. Akibat dari eksitasi (berpindah-pindah)
elektron, daya absorbansi semakin besar hingga terpancarlah pada
gelombang warna tertentu. Uji kedua untuk identifikasi kinin HCl
adalah mereaksikan sampel dengan HgCl2 agar terbentuk kristal.
Setelah HgCl2 ditambahkan, terbentuk kristal jarum sesuai dengan
literatur. Bentuk kristal ini menjadi ciri khas dari kinin HCl

Untuk sampel papaverin HCl, dilakukan tiga pengujian. Uji


yang pertama adalah mereaksikan papaverin HCl dengan pereaksi
Liebermann. Larutan yang ditimbulkan adalah larutan berwarna
kuning. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur, karena ada
kemungkinan literatur yang didapatkan kurang relevan atau ada pula
kemungkinan reagen Liebermann yang ada dalam laboratorium sudah
rusak karena sering terlihat dalam keadaan terbuka dalam
laboratorium. Seharusnya hasil yang ditmbulkan adalah larutan hitam
dengan sedikit endapan akibat gugus -OCH3 yang berikatan dengan
cincin benzena. Uji yang kedua adalah dengan mereaksikan papaverin
HCl dengan pereaksi Marquis. Hasil yang ditimbulkan adalah larutan
berwarna ungu. Hasil ini sesuai dengan literatur yang didapatkan.
Namun, reaksi akan lebih sempurna jika haisl yang ditimbulkan berupa
larutan cokelat, karena pereaksi Marquis akan menimbulkan warna
coklat jika mendeteksi cincin aromatis terkonjugasi. Reaksi ini bersifat
spontan dan menghasilkan energi berupa kalor, atau dinamakan reaksi
eksoterm yang dibuktikan dengan terasa panas di dasar tabung. Uji
ketiga adalah mereaksikan papaverin HCl dengan HgCl2, hasil dari
reaksi ini adalah krsital bulat yang sesuai dengan literatur dimana ini
merupakan ciri khas dari papaverin HCl.

Untuk sampel heksamin dilakukan dua uji. Pengujian pertama


mereaksikan heksamin dengan asam salisilat. Identifikasi ini dilakukan
dalam bentuk larutan. Setelah itu, ditambahkan H2SO4 pekat sebagai
pemberi suasana asam dan sebagai katalisator, tak hanya itu,
pemanasan juga diperlukan setelah pencampuran reagen sebagai
katalisator yang pada biasanya digunakan untuk memecah ikatan
molekul dari senyawa yang bereaksi. Setelah reaksi, larutan heksamin
dalam tabung reaksi menjadi merah kehitaman. Warna ini akibat reaksi
amin aromatik primer pada heksamin dengan pereaksi. Pengujian
kedua adalah mereaksikan heksamin dengan asam sulfat 2N dan satu
tetes formaldehid. Fungsi asam sulfat di sini adalah sebagai pemberi
suasana asam pada reaksi. Setelah mulut tabung reaksi ditutup dengan
kapas dan kertas lakmus merah yang telah dibasahi. Tujuan penutupan
dengan kapas ini adalah untuk mencegah sampel bereaksi dengan zat
di luar tabung reaksi dan juga untuk menangkap senyawa gas yang
mungkin dihasilkan dan bersifat asam sehingga tak akan merubah
kertas lakmus yang berperan sebagai alat penguji. Sebenarnya ada
pengujian terakhir untuk membandingkan antar golongan alkaloid
sampel, yaitu uji kristal. Kristal dari heksamin memiliki ciri khas yang
dapat membedakannya dari kinin HCl dan Papaverin HCl, berupa
kristal bulat segienam.

Untuk sampel sinkonin dilakukan empat uji. Pengujian pertama


dengan mereaksikan sinkonin dengan pereaksi Liebermann dan
menghasilkan larutan bening kekuningan. Uji kedua adalah dengan
ditambahkan pereaksi Marquis dan menghasilkan larutan bening
kekuningan. Uji ketiga adalah upaya mengkristalkan sampel dengan
HgCl2, akan tetapi tidak terbentuk kristal. Uji keempat adalah
mereaksikan sinkonin dengan asam asetat anhidrat dan tiga tetes asam
sulfat pekat yang berperan dalam katalisator bersama dengan
pemanasan tabung setelahnya. Perlakuan ini berhasil membuat
elektron dalam senyawa tereksitasi dan terpendar dalam gelombang
warna tertentu pada sinar UV berupa pendaran berwarna ungu.

Untuk identifikasi golongan sulfonamida, terdapat dua sampel,


sulfadiazin dan sulfamerazin. Untuk sulfadiazin dilakukan empat uji.
Pengujian pertama adalah dengan mereaksikan sulfadiazin dengan HCl
2N dan p-DAB. Hasil yang ditimbulkan adalah larutan kuning. Hasil
ini sesuai dengan literatur, yang secara langsung menunjukkan bahwa
sulfadiazin mampu bereaksi postifi dengan p-DAB HCl dimana ia
mampu mendeteksi keberadaan gugus amin primer pada sulfadiazin
yang menjadikan larutan akhir berwarna kuning. Pengujian kedua
adalah dengan menambahkan CuSO4 pada sampel. Hasil yang
ditimbulkan adalah larutan berwarna biru akibat dari sediaan CuSO4
yang dari awal berwarna biru dikarenakan ia merupakan senyawa
transisi yang berwarna biru. Akan tetapi pereaksi ini merupakan
pereaksi umum untuk golongan sulfonamida, dimana warna biru atau
hijau merupakan hasil positif akan adanya gugus sulfonamida.
Pengujian ketiga adalah dengan mereaksikan sulfadiazin dengan
vanillin sulfat dan asam sulfat. Asam sulfat di sini berperan sebagai
pembawa suasana asam agar reaksi dapat berlangsung. Hasil yang
ditimbulkan adalah larutan hijau yang berbeda dengan literatur. Hal ini
dikarenakan ada kemungkinan asam sulfat dalam laboratorium
terkontaminasi, karena praktikan sempat melihat terdapat dua wadah
asam sulfat dimana yang satu normal sementara yang lainnya berwarna
pink dengan keadaan terbuka. Pengujian keempat dengan
menambahkan pereaksi Kopayyi-Zwikker pada sampel. Hasil yang
ditimbulkan adalah larutan berwarna merah muda, hal ini dikarenakan
pereaksi mampu mendeteksi keberadaan SO2NH pada sampel
sulfadiazin. Hasil yang ditunjukkan adalah positif dan sesuai dengan
literatur.

Untuk sampel sulfamerazin, dilakukan lima pengujian. Uji


pertama dengan menambahkan p-DAB HCl pada sampel, dihasilkan
larutan jingga. Hasil ini sesuai dengan literatur. Uji kedua dengan
menambahkan larutan CuSO4 pada sampel. Hasil yang ditimbulkan
adalah hasil positif berupa larutan biru muda yang menandakan adanya
gugus sulfonamid, hasil ini sesuai dengan literatur. Uji ketiga adalah
dengan mereaksikan sampel dengan asam sulfat dan vanillin sulfat,
terbentuk larutan merah pekat. Reaksi ini bersifat spontan dan
menghasilkan energi berupa kalor, atau dinamakan reaksi eksoterm
yang dibuktikan dengan terasa panas di dasar tabung. Uji ini sesuai
dengan literatur. Uji keempat adalah dengan menambahkan sampel
dengan pereaksi Kopayyi-Zwikker. Hasil yang ditimbulkan adalah
larutan berwarna merah muda, hal ini dikarenakan pereaksi mampu
mendeteksi keberadaan SO2NH pada sampel sulfamerazin. Hasil yang
ditunjukkan adalah positif dan sesuai dengan literatur. Pengujian
kelima adalah menambahkan aseton ke larutan sulfamerazin dan
dibentuklah kristal dalam tabung reaksi sesuai dengan literatur.

Untuk golongan barbiturat, sampel yang digunakan hanya


barbital. Barbital dalam identifikasinya dilakukan lima pengujian.
Pengujian pertama, sampel ditambahkan a-Naftol dengan asam sulfat.
Hasil yang ditimbulkan adalah larutan ungu kehitaman. Pengujian
kedua dilakukan dengan pereaksi Kopayyi-Zwikker dan menimbulkan
larutan ungu muda dengan sedikit endapan putih, hasil identifikasi
Kopayyi-Zwikker terhadap gugus N yang berdampingan. Pengujian
ketiga dengan pereaksi Liebermann dimana hasilnya adalah terbentuk
dua lapisan (keruh dan bening) dengan reaksi eksoterm (panas di dasar
tabung) dan terbentuk dadih putih. Pengujian terakhir adalah
menambahkan larutan barbital dengan aseton, namun uji kali ini tidak
sesuai literatur karena yang muncul adalah endapan putih, sementara
literatur menunjukkan harusnya ada kristal bubuk. Mungkin saja
penglihatan harus dilakukan di bawah mikroskop atau faktor kurang
lihainya praktikan.

X. KESIMPULAN
Identifikasi golongan alkaloid, sulfonamida, dan barbiturat
dapat dilakukan sesuai pereaksi umum dan spesifik untuk
mengidentifikasi senyawa khas tiap golongannya.
DAFTAR PUSTAKA

Clark, A. V., 2003. Theory and Practice of Chemistry. London: SAGE Publication.
Clark, J., 2007. Carbonyls. Tersedia online pada:
http://www.chemistryrules.me.uk/candrands/carbonyls.htm
[Diakses 19 Maret 2019].
Cokrosarjiwanto, 1997. Kimia Analitik Kualitatif. Yogyakarta: UNY Press.
Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan.
Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakara: Depkes RI.
HMF, 1979. Cardsystem dan Reaksi Warna. Bandung: ITB.
Lestaro, I., Afrida & Sanova, A., 2014. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Logam
Kadmium (II) dengan Ligan Kufperon. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains,
16(1):1-8.
Ningrum, R., Purwanti, E. & Sukarsono, 2016. Identifikasi Senyawa Alkaloid dari Batang
Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) sebagai Bahan Ajar Biologi untuk SMA Kelas
X. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 2(3): 231-236.
Palar, H., 1994. Penamaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.
Roth, H. & Blaschke, G., 1985. Analisis Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sasmita, U., 1979. Dafttar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Bhiantara Karya Aksara.
Siswandono & Soekardjo, B., 1995. Kimia Medisinial. Surabaya: Universitas Airlangga Press.
Stringer, J., 2009. Konsep Dasar Farmakologi. 3rd penyunt. Jakarta: EGC.
Sulistia, G., 2009. Farmakologi dan Terapi. 6th penyunt. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Svehla, G., 1985. Vogel : Buku Teks Analisis Kualitatif Anorganik Makro dan Semimikro. Jakarta:
PT Kalman Media Pustaka.
Svehla, G., 1989. Vogel's Qualitative Inorganic Analysis. 7th penyunt. London: Prentince Hall.
Underwood, A. & Day, J. R., 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Utami, S., Macis, A., Rajdagukguk, B. & Purwanto, B., 2009. Sifat Fisik, Kimia, dan FTIR
Spektrofotometri Gambut Hidrofobik Kalimantan Tengah. Jurnal Tanah Trop,
14(2):159-166.
Wink, M., 2008. Ecological Roles of Alkaloids. Jerman: Willey-VHC Verlog GmbH & Co..
Wiro, 2009. Analisis Kualitatif Kation dan Anion. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN

Gambar 1.. Organoleptik Gambar 2. Kinin Gambar 3 Fluoresensi


Kinin HCl HCl+HgCl2 Kinin HCl pada
Spektrofotometer UV-Vis
366 nm

Gambar 4. Fluoresensi Kinin Gambar 5. Sulfadiazin Gambar 6. Sulfadiazin


HCl pada Spektrofotometer ditambahkan reagen ditambahkan reagen
UV-Vis 254 nm CuSO4 Kopayyi-Zwikker
Gambar 7. Sulfadiazin Gambar 8. Sulfadiazin Gambar 9. Sulfadiazin
ditambahkan reagen ditambahkan reagen ditambahkan reagen vanillin
P-DAB HCl vanillin sulfat sulfat dan asam
sulfat

Gambar 10. Barbital Gambar 11. Barbital Gambar 12. Barbital


dengan pereaksi dengan pereaksi dengan pereaksi
Kopayyi Zwikker Liebermann Liebermann (setelah
ditunggu lama)

Gambar 13. Barbital dengan Gambar 14. Barbital dengan Gambar 15.Heksamin +
a-Naftol dan Asam aseton air As. Salisilat + H2SO4 lalu
Sulfat dipanaskan
Gambar 16. Oragnoleptis Gambar 17. Heksamin+ Gambar 18. Chinchonine
Heksamin As.salisilat + ditambahkan asam asetat
H2SO4 anhidrat, asam sulfat
pekat, dan diamati di
bawah sinar UV

Gambar 19. Chinconine Gambar 20. Chinconine Gambar 21. Papaverin


ditambahkan dengan
ditambahkan dengan HgCl2 ditambahkan dengan pereaksi
pereaksi Liebermann
Marquis

Gambar 22. Papaverin Gambar 23. Papaverin Gambar 24. Sulfamerazin


ditambahkan dengan HgCl2 ditambahkan dengan pereaksi dalam HCl 2N ditambahkan
Marquis p-DAB
Gambar 25. Sulfamerazin Gambar 26. Sulfamerazin Gambar 27. Sulfamerazin
dengan pereaksi dengan CuSO4 dengan vanillin
kopayyi zwikker sulfat

Gambar 28. Sulfamerazin


dengan kristalisasi
aseton air

Anda mungkin juga menyukai