Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

KELARUTAN
Jumat, 5 April 2019
07.00-10.00 WIB
Shift D Kelompok 2
Asisten Laboratorium : 1. Bestka Zausha
2. Shella Widiyastuti

Nama Anggota NPM Tugas


Amalia Amanda 260110180130 Hasil
Meliana Griselda 260110180131 Cover, Kesimpulan, Editor
M. Raihan Riyaldi 260110180132 Lampiran
Inge Puspa Riana K 260110180133 Abstrak
M. Fikri Satria P 260110180134 Pembahasan
Ananda O Larasati 260110180135 Pembahasan
Zirly Yusriani K 260110180136 Pendahuluan, Daftar Pustaka
M. Ariq al-Faruq 260110180137 Pembahasan
Amabel Odelia S 260110180138 Pendahuluan, Daftar Pustaka
Salma Hasni A 260110180139 Metode

LABORATORIUM FARMASI FISIKA DAN TEKNOLOGI FARMASI


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
ABSTRAK
Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam pelarut hingga
larutan menjadi jenuh. Bila suatu pelarut melarutkan zat terlarut sampai batas
kemampuan melarutnya, larutan ini dikatakan larutan jenuh. Percobaan ini
bertujuan untuk menentukan kelarutan sampel dalam pelarut campuran dengan
prinsipnya yaitu penambahan kosolven. Kosolven adalah pelarut yang
ditambahkan dalam suatu sistem untuk membantu atau meningkatkan stabilitas
dari suatu zat. Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah asam
salisilat dan asam benzoat. Sampel ditambahkan dengan pelarut campuran hingga
jenuh, kemudian dititrasi dengan NaOH yang telah dibakukan. NaOH termasuk
ke dalam larutan baku sekunder dimana untuk menentukan konsentrasinya harus
dilakukan pembakuan terlebih dahulu oleh larutan baku primer. Semakin banyak
kosolven yang ditambahkan maka nilai kelarutan suatu zat akan semakin besar.
Kata Kunci : Kelarutan, larutan baku primer, larutan baku sekunder,
kosolven.

ABSTRACT
Solubility is the amount of solute that can be dissolved in the solvent until
the solution becomes saturated. When a solvent at a certain temperature dissolves
the solute to the extent of its ability to dissolve, this solution is said to be a
saturated solution. This experiment aims to determine the solubility of samples in
mixed solvents with the principle of adding cosolvent. Cosolvent is a solvent
added to a system to help or improve the stability of a substance. The samples
used in this experiment are salicylic acid and benzoic acid. The sample was
added with a mixture of solvents until saturated, then titrated with NaOH which
had previously been standardized with Oxalic Acid. NaOH itself is included in the
secondary standard solution where to determine its concentration must be
standardized first by the primary standard solution. The more cosolvent added,
the greater the solubility of a substance.
Keywords: Solubility, primary standard solution, secondary standard solution,
cosolvent.
PENDAHULUAN
Praktikum ini dilakukan uji akan melarutkan senyawa non-polar,
kelarutan yang bertujuan untuk dan pelarut organik akan melarutkan
membuat larutan Natrium Hidroksida senyawa organik (Khopkar, 1990).
(NaOH) yang dibakukan dengan Larutan merupakan satu
larutan asam oksalat (H2C2O4) campuran yang bersifat homogen
dengan indikator fenolftalein, yang terdiri dari dua atau lebih zat.
membuat pelarut campur dan etanol, Zat yang jumlahnya lebih sedikit
air, dan propilenglikol, menentukan disebut zat terlarut, sedangkan zat
kelarutan asam benzoat dan asam yang jumlahnya lebih banyak disebut
salisilat dari berbagai macam pelarut zat pelarut. Kelarutan dari zat terlarut
campur serta membuat grafik yaitu jumlah maksimum yang terlarut
hubungan konsentrasi dengan akan larut dalam sejumlah tertentu
presentase campuran pelarut. pelarut. Dalam konteks kualitatif, ada
Adapun prinsip-prinsip yang zat-zat yang dapat larut, sedikit larut,
mendasari praktikum kali ini, yakni dan tidak larut (Chang, 2004).
netralisasi, kosolven dan like Kelarutan dari suatu endapan
dissolve like. Netralisasi merupakan merupakan konsentrasi dari larutan
suatu reaksi yang terjadi anatara ion jenuhnya. Hal-hal yang dapat
H+ dan ion OH- dimana ion-ion memengaruhi kelarutan ialah, suhu,
tersebut akan bereaksi membentuk tekanan, konsentrasi bahan lain yang
garam dan air (Sumardjo, 2006). terkandung dalam larutan, dan
Prinsip berikutnya yaitu kosolven. komposisi pelarutnya (Pinalia, 2011).
Kosolven merupakan suatu pelarut Salah satu parameter untuk
yang apabila ditambahkan pada suatu mencapai konsentrasi obat yang
larutan dapat membantu melarutkan diharapkan adalah dengan melihat
atau meningkatkan stabilitas suatu fenomena pelarutan satu zat terlarut
zat (Swarbrick dan Boylan, 1996). dalam pelarut tertentu untuk
Prinsip terakhir yaitu like dissolve menciptakan sistem homogen.
like, yaitu suatu kondisi dimana Kelarutan berair rendah merupakan
pelarut polar akan melarutkan masalah utama dalam pengembangan
senyawa polar, pelarut non-polar formulasi. Setiap obat yang akan
diserap harus berbentuk larutan dan pelarut polar, pelarut non-polar, dan
berada di tempat penyerapan. pelarut semi polar. Jika suhu suatu
Berbagai metodenya bergantung senyawa semakin meningkat maka
pada sifat obat, lokasi penyerapan, kelarutan senyawa tersebut akan
dan karakteristik bentuk sediaan semakin cepat. Hal tersebut
yang akan digunakan (Savjani et al., dikarenakan terdapat tambahan
2012). energi pada senyawa untuk
Karakter fisikokimia yang memutuskan ion-ion dari senyawa
memiliki peran penting dalam tahap elektrolitnya (Martin, 1990).
preformulasi ialah faktor kelarutan Konsentrasi larutan
terutama jika sediaan ditunjukkan merupakan komposisi yang
untuk dibuat dalam bentuk larutan menunjukkan dengan jelas
seperti sediaan infus, injeksi dan perbandingan jumlah zat terlarut
sediaan larutan oral. Kelarutan terhadap pelarut. Kelarutan dapat
merupakan faktor penentu sangat kecil atau sangat besar, dan
keberhasilan proses formulasi jika jumlah zat terlarut melewati titik
sediaan obat. Selain itu, dapat juga jenuh, zat itu akan mengendap.
memengaruhi bioavabilitas dalam Dalam kondisi tertentu suatu larutan
proses terapi. Obat di dalam tubuh dapat mengandung lebih banyak zat
harus mengalami proses pelarutan terlarut daripada dalam keadaan
terlebih dahulu kemudian diabsorpsi jenuh (Adha, 2015).
sehingga pada akhirnya dapat Asam salisilat memiliki pH
memberikan efek farmakologi yang 3,5 dengan pKa 3,7. Hal ini
diinginkan dalam janga waktu menyebabkan asam salisilat berada
tertentu (Wisudyaningsih et al, dalam larutan dan dalam bentuk
2014). terionkan sehingga akan
Kelarutan memiliki beberapa meningkatkan kelarutannya dalam
faktor yang dapat memengaruhi, fase gerak yang relatif polar
antara lain, suhu, jenis pelarut, dan (Siswanto, et al, 2016). Sedangkan
hasil kali kelarutan. Jenis pelarut asam benzoat lebih banyak
terdiri dari beberapa macam yaitu, digunakan dalam bentuk garam
karena kelarutannya yang lebih baik. melarutkan sampel, asam oksalat
Garam yang digunakan ialah yang digunakan sebagai baku
Natrium Benzoat yang larut dalam 2 primer untuk membakukan NaOH,
bagian air dan dalam 90 bagian asam salisilat dan asam benzoat
etanol (93%) P (Anggraini, et al, sebagai sampel yang akan diamati
2015). kelarutannya, etanol, dan propilen
glikol sebagai bahan untuk pelarut
METODE PENELITIAN campuran, NaOH sebagai titran
untuk mengetahui kelarutan
Alat
Alat yang digunakan dalam sampel, dan indikator fenolftalein
praktikum kelarutan ini antara lain untuk mengetahui titik akhir titrasi.
buret untuk proses titrasi dalam
menentukan kelarutan, beaker Prosedur
glass yang berfungsi sebagai wadah Dalam praktikum ini yang
larutan yang diuji, gelas ukur untuk pertama dilakukan adalah praktikan
mengukur banyaknya cairan yang membuat larutan NaOH 0,1 N
diperlukan, erlenmeyer yang sebanyak 200 mL. Kemudian
digunakan untuk tempat sampel larutan ini dibakukan dengan
saat dilakukan titrasi, neraca larutan asam oksalat 0,1 N
analitik untuk menimbang zat yang sebanyak 50 mL menggunakan
diuji, pipet yang berfungsi untuk indikator pp untuk mengetahui titik
mengambil cairan dalam jumlah akhir titrasi. Titrasi pembakuan ini
kecil, batang pengaduk untuk dilakukan sebanyak dua kali.
mengaduk agar didapat campuran Selanjutnya dibuat pelarut
yang homogen, dan statif dan klem campuran yang terdiri dari
sebagai tempat untuk meletakkan campuran aquades dengan etanol
buret. dan aquades dengan propilenglikol
dengan perbandingan berbeda-beda
Bahan yang telah ditentukan sebelumnya
Bahan yang digunakan dalam sebanyak 10 buah. Volume akhir
praktikum ini yaitu aquadest untuk
dari tiap pelarut campur ini adalah larutan NaOH yang telah dibakukan
20 mL. sebelumnya. Kemudian dicatat
Kemudian pada sampel 1-5, volume NaOH dari dititrasi dan
ditambahkan sedikit asam benzoat dihitung kelarutan tiap sampelnya.
sampai jenuh, dan pada sampel 6- Terakhir, dibuatlah grafik
10 ditambahkan asam salisilat hubungan antara konsentrasi
sampai jenuh. dengan persentase pelarut campur.
Setiap sampel kemudian
ditambahkan indikator fenolftalein
tiga tetes dan dititrasi menggunakan

HASIL

V NaOH V NaOH
Pelarut
Air Etanol Propilenglikol Asam Asam C
campuran
benzoat salisilat
1 20 - - 1ml - 0,5495
2 19 1 - 0,5ml - 0,274
3 19 - 1 0,2ml - 0,109
4 17 3 - 0,3ml - 0,164
5 17 - 3 - 0,3ml 0,186
6 15 5 - - 0,2ml 0,124
7 15 - 5 - 0,2ml 0,124
Tabel 1. Hasil pengamatan kelarutan dari Asam Benzoat dan Asam Salisilat dalam berbagai
pelarut campuran
Grafik Kelarutan
0.3

0.25

0.2
Kelarutan

0.15

0.1

0.05

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Penambahn Pelarut

Etanol Propilenglikol

Grafik 1. Hubungan kelarutan pelarut campuran dengan penambahan pelarut berupa etanol dan
propilenglikol

konsentrasi zat terlarut dalam larutan


PEMBAHASAN jenuh pada temperatur tertentu,
Kelarutan adalah suatu sedangkan secara kualitatif
kemampuan suatu zat yang dapat didefinisikan sebagai interaksi
larut dalam pelarut tertentu. Hasil spontan dari dua atau lebih zat untuk
dari zat yang tersebut ini disebut membentuk disperse moleculer
larutan jenuh. Suatu zat yang akan homogen. Menurut U.S.
mengalami kelarutan harus Pharmacopeia dan National
disesuaikan dengan zat pelarut yang Formulary definisi kelarutan obat
dapat melarutkan zat yang akan adalah jumlah ml pelarut di mana
dilarutkan. Pada keadaan ini, suhu akan larut 1gram zat terlarut.
dan ukuran permukaan sangat Faktor-faktor yang
berpengaruh, semakin tinggi suhu mempengaruhi kelarutan adalah pH,
semakin cepat suatu zat akan larut. temperatur, jenis pelarut, bentuk dan
Semakin kecil luas permukaan, ukuran partikel, konstanta dielekrik
semakin cepat pula suatu zat itu pelarut, dan surfaktan, serta efek
larut. Kelarutan dalam besaran garam. Semakin tinggi temperatur
kuantitatif didefinisikan sebagai maka akan mempercepat kelarutan
zat, semakin kecil ukuran partikel zat sitrat P, dan natrium sitrat P. Asam
maka akan mempercepat kelarutan benzoat merupakan zat kimia dengan
zat, dan dengan adanya garam akan rumus kimia C7H6O2. Menurut
mengurangi kelarutan zat. Farmakope Indonesia Edisi III,
Pada pelarut campur, semakin kelarutan asam salisilat larut dalam
tinggi nilai konstanta dielektrik maka 350 bagian air dan dalam 3 bagian
kelarutan zat semakin meningkat, etanol (95%) p; larut dalam 8 bagian
akan tetapi yang diperoleh dari hasil kloroform p dan dalam 3 bagian eter
percobaan hasilnya tidak sesuai. Hal P.
ini karena adanya faktor kesalahan Pada praktikum kali ini asam
dalam menimbang residu, salah salisilat dan asam benzoat dilarutkan
dalam pengadukan, dan sebagainya. dalam macam-macam pelarut
Semakin tinggi proses pengadukan, campur antara lain: campuran etanol
semakin tinggi tingkat kelarutannya. dan aquadest dengan volume yang
Pada penambahan ion sejenis, berbeda-beda pada setiap tiga kali
menurun kantingkat kelarutan, percobaan, dan campuran
sedangkan penambahan surfaktan propilenglikol dan aquadest dengan
meningkatkan kelarutan. volume yang berbeda-beda pada
Pada praktikum kali ini setiap tiga kali percobaan, dan juga
membahas tentang pengaruh pelarut kelarutan asam salisilat dan asam
campur terhadap kelarutan asam benzoat dalam pelarut tunggal yaitu
salisilat dan Asam Benzoat. Asam aquadest.
salisilat merupakan zat kimia dengan Pada uji larutan ini dilakukan
rumus kimia C7H6O3. Menurut untuk mengetahui kelarutan asam
Farmakope Indonesia Edisi III, salisilat dan asam benzoat paling
kelarutan asam salisilat larut dalam besar pada berbagai pelarut campur.
550 bagian air dan dalam 4 bagian Pelarut campur tersebut dibuat
etanol (95%) p; mudah larut dalam dengan berbagai variasi volume pada
kloroform p dan dalam eter P; larut air, etanol, dan propilenglikol.
dalam larutan amonium asetat P, Dilakukan sebanyak sepuluh macam
dinatrium hidrogenfosfat P, kalium modifikasi pelarut campur. Cairan
propelienglikol memiliki sifat yang Pada percobaan kali ini
lebih kental dibandingkan air dan dibutuhkan NaOH untuk penetapan
alkohol. Pada saat pencampuran kadar asam salisilat dan asam
ketiga cairan, propilen glikol tidak benzoat dalam berbagai pelarut
bisa cepat larut dalam air sehingga campur. Sebelum NaOH digunakan
diperlukan bantuan pengocokan diperlukan proses pembakuan NaOH,
untuk menghomogenkan ketiga karena NaOH merupakan larutan
campuran tersebut. Hasil yang dilihat baku sekunder. Pembakuan NaOH
dari percobaan kali ini adalah dengan ini menggunakan asam oksalat
melihat kadar yang dihasilkan asam sebagai larutan baku primer.
salisilat dan asam benzoat dalam Digunakan pula indikator
macam berbagai pelarut campur. fenolftalein dalam proses pembakuan
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat ini sebagai tolak ukur bahwa titrasi
dinyatakan sebagai konsentrasi zat telah mencapai titik ekuivalen.
terlarut didalam larutan jenuhnya Proses titrasi dilakukan sampai
pada suhu dan tekanan tertentu. terjadinya perubahan warna rosa
Kelarutan suatu zat sangat pada analit. Perubahan warna rosa ini
dipengaruhi oleh jenis pelarut atau menandakan telah tercapainya titik
polaritas pelarut. Pelarut polar akan akhir titrasi.
melarutkan lebih baik zat-zat polar Terlebih dahulu NaOH
dan ionik, begitu pula sebaliknya. ditimbang sebanyak 0,8 g
Kelarutan juga bergantung pada menggunakan kaca arloji karena
struktur zat, seperti perbandingan NaOH memiliki sifat yang tidak
gugus polar dan non polar dari suatu stabil, mudah menguap, dan
molekul.Makin panjang rantai gugus higroskopis. Kemudian NaOH di
non polar suatu zat, makin sukar zat larutkan dalam air mendidih. Tujuan
tersebut larut dalam air. Menurut Air harus dipanaskan agar air
Hilderbrane: kemampuan zat terlarut tersebut bebas dari CO2. Karena
untuk membentuk ikatan hidrogen apabila terdapat CO2, H+ dalam air
lebih penting dari pada kemolaran akan bereaksi dengan CO2 sehingga
suatu zat. membentuk HCO3. HCO3 bersifat
asam lemah yang akan bereaksi NaOH yang di dapat dari hasil titrasi
dengan Na+ membentuk Na2CO3 yaitu 0,09 N.
yang merupakan larutan buffer. Pada percobaan ini, sampel
Kemudian larutan NaOH harus yang digunakannya yaitu asam
ditutup dengan plastic wrap. benzoat dan asam salisilat. untuk
Penggunaan asam oksalat mengetahui pengaruh pelarut
untuk pembakuan NaOH di campuran terhadap kelarutan sampel,
karenakan asam oksalat merupakan maka dibuat berbagai campuran yaitu
larutan baku primer, dimana larutan air, etanol, dan propilenglikol. Hal
baku primer ini bersifat stabil yang ini di lakukan untuk membandingkan
konsentrasinya tidak akan berubah – kelarutan sampel di berbagai macam
ubah jika didiamkan dalam waktu pelarut. Sampel asam benzoat dan
yang lama. asam salisilat di masukkan ke dalam
Kemudian NaOH dibakukan Erlenmeyer dan dibuat menjadi
menggunakan larutan baku primer larutan jenuh.
asam oksalat dengan di beri 2-3 tetes Masing – masing sampel
fenolftalein sebagai larutan kemudian di titrasi dengan NaOH
pembanding yang akan memberikan hasil pembakuan. Sebelum titrasi,
warna jika larutan tersebut telah indikator fenolftalein di tetesi 2 – 3
baku. Warna yang dihasilkan dari tetes. Hal ini karena penambahan
proses pembakuan ini yaitu warna fenolftalein mempengaruhi
rosa yang memiliki pH > 7. Larutan perubahan warna ketika telah
asam oksalat yang digunakan mencapai titik ekuivalen. Setelah
memiliki konsentrasi 0,1 N. NaOH itu, setiap sampel dilihat dan dicatat
dimasukkan ke dalam buret volume NaOH yang terpakai dan
kemudian dititrasi sedikit demi dilakukan perhitungan konsentrasi.
sedikit ke dalam Erlenmeyer yang Kemudian dibuat grafik yang
berisi asam oksalat. Ketika warna menunjukkan perbedaan hasil dari
berubah menjadi merah muda, hal tiap campurannya. Hasil yang
menunjukan bahwa titrasi telah didapat dari praktikum ini adalah
mencapai titik ekuilen. Konsentrasi asam benzoat dengan pelarut air 20
ml memiliki persen kelarutan Oleh karena faktor – faktor
tertinggi yaitu 0.59%. hal ini di tersebut, maka ketika konsentrasi
sebabkan karena asam benzoat dari larutan asam dan etanol
mudah larut dalam air panas. dinaikkan maka kemampuan
Sedangkan persen kelarutan terendah melarutkan dari pelarut campuran
adalah asam benzoat dengan pelarut tersebut meningkat
campuran air 19 ml dan
propilenglikol 1 ml yaitu 0.105%. KESIMPULAN
Hal ini disebabkan karena 1. Larutan NaOH dapat
kelarutan dipengaruhi oleh faktor- dibuat dan dibakukan
faktor lain seperti faktor pengadukan, dengan larutan Asam
suhu, luas permukaan, dan Oksalat dan indikator
viskositas. Semakin rendah fenolftalein dengan hasil
viskositas suatu larutan maka akan 0,09N
semakin tinggi nilai kelarutan dari 2. Pelarut campuran dapat
larutan itu. Propilenglikol merupakan dibuat dengan variasi
suatu bahan dengan nilai viskositas penambahan etanol dan
atau kekentalan yang cukup tinggi propilenglikol
sehingga jika digunakan sebagai 3. Kelarutan asam benzoat
pelarut akan memiliki nilai kelarutan dan asam salisilat dalam
yang rendah. setiap pelarut campur
Konstanta dielektrik suatu dapat ditentukan dengan
pelarut campur berbanding terbalik hasil yang bervariasi: Pc 1
dengan konsentrasi asam salisilat, di = 0,549; Pc 2 = 0,274; Pc
mana semakin tinggi nilai 4 = 0,109; Pc 5 = 0,164;
konsentrasi asam salisilat, maka nilai Pc 7 = 0,186; Pc 8 =
konstanta dielektriknya semakin 0,124; dan Pc 10 = 0,124.
rendah, sebaliknya semakin rendah 4. Grafik hubungan
nilai konsentrasi asam salisilat, maka penambahan pelarut
nilai konstanta dielektriknya semakin dengan kelarutan
tinggi. menunjukkan bahwa
semakin banyak zat Konsep Inti. Jakarta:
pelarut yang Erlangga.
ditambahkan, semakin Khopkar, S.M. 1990. Konsep
tinggi kelarutan suatu Dasar Kimia Analitik.
senyawa. Jakarta: UI Press.
Martin, A. 1990. Farmasi
Fisik. Jakarta: UI
Press.
Pinalia, A. 2011. Kajian
DAFTAR PUSTAKA Metode Filtrasi
Adha, S. 2015. Pengaruh Gravitasi dan Vakum.
Konsentrasi Larutan Jurnal Sains dan
HNO3 dan Waku Teknologi Dirgantara.
Kontak terhadap Vol 6(3): 113-121.
Desorpsi Kalium (II) Savjani, K.T., Anuradha,
yang Terikat pada K.G., Jignasa, K.S.
Biomassa Azalla 2012. Drug Solubility:
Mycropylla Sitrat. Importance and
Kimia Student. Vol Enhancement
1(1): 616-642. Techniques. Tersedia
Anggraini, D. T., Wahyu, P. secara online di
dan Elly, P. 2015. https://www.ncbi.nlm.
Using Extract of The nih.gov/pmc/articles/P
Cinnamon Toward MC3399483/
Quality From Nata de [Diakses pada 30
Coco Beverages. Maret 2019].
Jurnal FKIIP UNS. Siswanto, A., Achmad, I.,
Vol 12 (1): 915-921. Akhmad. K. N., dan
Chang, R. 2004. Kimia Sudibyo, N. 2016.
Dasar: Konsep- Metode HPLC untuk
Penerapan Aspirin
dan Asam Salisilat Kelarutan Ofloksasin.
dalam Plasma Kelina Jurnal Ilmu
secara Stimulan. Kefarmasian
Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol 12(1):
Indonesia. Vol 6 (2): 25-31.
60-78.
Sumardjo, D. 2006. LAMPIRAN PERHITUNGAN
Pengantar Kimia: a. Pembuatan NaOH 0,1N
Buku Panduan Kuliah 200ml
Mahasiswa g 1000
N= . . eq
mr V
Kedokteran dan
g 1000
Program Strata 1 N= . .1
40 200
Fakultas Bioeksakta.
0,1 . 40
Jakarta: EGC. g= =0,8 gram
5
Svehla, G. 1990. Analisis b. Pembuatan As.Oksalat 0,1N
Kualitatif Makro dan 50ml
Semimikro. Jakarta: g 1000
N= . . eq
PT Kalman Media mr V
Pustaka g 1000
0,1= . .2
126 50
Swarbrick, J., dan Boylan,
g=0,315 gram
J.C. 1996.
c. Pembuatan PP
Encyclopedia of
2 200 mg
Pharmaceutical =
10 ml 100 ml
Technology, Volume
w=20 mg
14. New York: Marcel
w=0,02 g
Dekker.
Wisudyaningsih, B., dan
d. Perhitungan kelarutan
Suwaldi, A. 2014.
- Pelarut campuran 1
Pengaruh pH dan
(Asam benzoat)
Kekuatan Ionik
V NaOH . N NaOH
terhadap Profil Kelarutan= . BE
V sampel
1 .0,09 Kelarutan=0,1864
Kelarutan= .122,14
20
Kelarutan=0,5495
- Pelarut campuran 8
- Pelarut campuran 2 (Asam salisilat)
(Asam benzoat) V NaOH . N NaOH
Kelarutan= . BE
V NaOH . N NaOH V sampel
Kelarutan= . BE
V sampel 0,2 .0,09
Kelarutan= . 138,12
0,5 . 0,09 20
Kelarutan= . 122,14
20
Kelarutan=0,1243
Kelarutan=0,2747

- Pelarut campuran 10
- Pelarut campuran 4 (Asam salisilat)
(Asam benzoat) V NaOH . N NaOH
Kelarutan= . BE
V NaOH . N NaOH V sampel
Kelarutan= . BE
V sampel 0,2 .0,09
Kelarutan= . 138,12
0,2 .0,09 20
Kelarutan= . 122,14
20
Kelarutan=0,1243
Kelarutan=0,1099

e. Pembakuan NaOH
- Pelarut campuran 5 V1 = 10,8ml
(Asam benzoat) V2 = 11ml
V NaOH . N NaOH
Kelarutan= . BE V3 = 11,2ml
V sampel
10,8+ 11+ 11,2
0,3 . 0,09 △V =
Kelarutan= . 122,14 3
20
△ V =11 ml
Kelarutan=0,1648
N 1. V 1=N 2 .V 2
N 1.11=0,1. 10
- Pelarut campuran 7
N 1=0,09 N
(Asam salisilat)
V NaOH . N NaOH
Kelarutan= . BE
V sampel
0,3 . 0,09
Kelarutan= . 138,12
20
LAMPIRAN
Gambar 1. Penimbangan Gambar 2. Penimbangan Gambar 3. Penimbangan
Fenolftalein NaOH Asam Oksalat

Gambar 6. Sampel 2, 3
Gambar 5. Sampel 5, 6,dan
dan 4
7
Gambar 4. Sampel 1
(Aquadest)
Gambar 7. Sampel 8, 9
Gambar 8. Penyiapan Statif Gambar 9. Pembuatan
dan 10
dan Buret larutan NaOH

Gambar 11. Larutan Asam

Gambar 10. Pembuatan Oksalat A, B, dan C Gambar 12. Pembakuan

larutan Oksalat NaOH oleh Asam Oksalat

Gambar 13. Penambahan Gambar 14. Penambahan Gambar 15. Pembuatan


etanol pada sampel Propilenglikol pada sampel Asam Benzoat
Gambar 17. Hasil titrasi Gambar 18. Hasil titrasi
Gambar 16. Melakuakan
sampel 1 sampel 2 dan 4
titrasi pada sampel

Gambar 19. Hasil titrasi Gambar 20. Hasil titrasi Gambar 21. Hasil titrasi

sampel 5 dan 7 sampel 8 dan 10 sampel 3, 6 dan 9

Anda mungkin juga menyukai