Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FISIKA FARMASI

KELARUTAN

NAMA : SITI MARYATUL KIBTIAH

NIM : 34190308

PROGRAM STUDI FARMASI

STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

2020
KATA PENGHANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul pengamatan organisme parasit secara mikroskopis  ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Khafidoh kurniasih S,farm Apt  pada mata kuliah  fisika farmasi. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengamatan
organisme parasit secara mikroskopis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Khafidoh kurniasih S,farm


Apt selaku  dosen mata fisika farmasi.  yang telah memberikan tugas ini sedingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membagi sebaga pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makala ini.

Saya mnyadari makala yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demu kesempurnaan makalah ini.

Tarakan, 4 april 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KELARUTAN
B. ISTILAH KELARUTAN
C. KELARUTAN ENDAPAN
D. PERUBAHAN KELARUTAN
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN
F. KECEPATAN KELARUTAN
G. SIFAT LARUTAN
H. TIPE LARUTAN

BAB III PENUTUP


1. KESIMPULAN
2. DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
       Dalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling
baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-
kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetik,
dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji
kemurnian. Pengetahuan yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan
sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberikan informasi
mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat. Selain itu, pelepasan
zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika
zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorbsi
setelah zat aktifnya telarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha
untuk mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan
menaikkan kelarutan zat aktifnya.
       Kelarutan adalah kemampuan suatu zat telarut melarut pada suatu
pelarut. Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu, dan
secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih
zat untuk membentuk disperse molekular homogen. Kelarutan suatu
senyawa bargantung pada sifat fisika, dan kimia zat terlarut dan pelarut,
juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk
jumlah yang kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.
Pada percobaan ini, akan ditentukan kelarutan zat secara kuantitas,
pengaruh pelarut campur yakni air, alkohol, dan gliserin ; dan penambahan
surfaktan yakni tween 80 terhadap kelarutan suatu zat yakni Asam
benzoat.

1.2.Tujuan praktikum
       Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.      Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
2.      Menerangkan factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
3.      Menjelaskan usaha-usaha yang di gunakan untuk meningkatkan  kelarutan
suatu zat aktif dalam air dalam pembuatan sediaan cair
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu,
zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut
(solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang lat
dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh.
Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu
pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa
Inggris lebih tepatnya disebut miscible.

Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni


ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat.
Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit
terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering
diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada
sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam
beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk
menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang
metastabil.

Dalam kondisi tertentu, kesetimbangan kelarutan daat terlampaui


hingga menghasilkan apa yang disebut sebagai larutan supersaturasi, yang
bersifat metastabil. Metastabilitas kristal dapat pula mengarah pada perbedaan
yang terlihat dalam jumlah zat kimia yang terlarut bergantung pada bentuk atau
ukuran partikel kristalin. Suatu larutan supersaturasi secara umum mengkristal
ketika 'bibit' kristal muncul dan kesetimbangan secara cepat terjadi. Fenilsalisilat
adalah salah satu zat yang teramati ketika meleleh secara sempurna dan
kemudian didinginkan di bawah titik fusinya.

B. Istilah kelarutan

Tingkat kelarutan terentang luas, dari sangat larut (tanpa batas) (larut
sepenuhnya) seperti etanol dalam air, hingga sangat tidak larut, seperti perak
klorida dalam air. Istilah tak larut terkadang digunakan untuk senyawa yang
sangat tidak larut. Sejumlah istilah deskriptif lainnya digunakan untuk
mengelompokkan tingkat kelarutan pada aplikasi yang diberikan.

Ambang batas untuk menggambarkan sesuatu sebagai tidak dapat larut, atau
istilah yang serupa dengan itu, mungkin tergantung pada aplikasinya. Sebagai
contoh, satu sumber menyatakan bahwa suatu zat digambarkan sebagai "tidak
larut" ketika kelarutannya kurang dari 0,1 g per 100 mL pelarut.

Jumlah bagian pelarut yang diperlukan


Istilah Kelarutan
untuk melarutkan 1 bagian zat

Sangat mudah larut Kurang dari 1

Mudah larut 1 – 10

Larut 10 – 30

Agak sukar larut 30 – 100

Sukar larut 100 – 1.000

Sangat sukar larut 1.000 – 10.000

Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

C. Kelarutan endapan

Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif


yang melibatkan pembentukan endapan. Endapan merupakan zat yang
memisahkan diri sebagai suatu fasa padat yang keluar dari larutan. Endapan
mungkin berupa kristal (kristalin) atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan
dengan cara penyaringan atau pemusingan (centrifuge). Endapan terbentuk jika
larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.

Kelarutan (S) suatu endapan, menurut definisi merupakan sama dengan


konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai
kondisi, seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu,
dan pada komposisi pelarutnya. Perubahan kelarutan dengan tekanan, tak
mempunyai arti penting yang praktis dalam analisis anorganik kualitatif, karena
semua pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer;
perubahan yang sedikit dari tekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang
berarti atas kelarutan. Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan
suhu. Umumnya dapat dikatakan, bahwa kelarutan endapan bertambah besar
dengan kenaikan suhu, meskipun dalam beberapa hal yang istimewa
(seperti kalium sulfat), terjadi yang sebaliknya. Laju kenaikan kelarutan dengan
suhu berbeda-beda, dalam beberapa hal yang kecil sekali, dalam hal-hal lainnya
sangat besar. Pada beberapa hal perubahan kelarutan dengan berubahnya suhu
dapat menjadi dasar untuk pemisahan. Misalnya, pemisahan
ion timbul dari perak dan raksa(I) dapat dicapai dengan mengendapkan ketiga
ion itu mula-mula sebagai klorida, diteruskan dengan menambahkan air panas
pada campuran. Air panas ini akan melarutkan timbal(II) klorida, tetapi perak
dan raksa(I) klorida praktis tak larut dalamnya. Setelah menyaring larutan panas
itu, ion timbal akan ditemukan dalam filtrat dan dapat diidentifikasikan dengan
reaksi-reaksi khas.

Adanya endapan yang terlarut mempengaruhi berbagai parameter air,


seperti Total Dissolved Solids atau nilai pH larutan. Total dissolved solids adalah
jumlah padatan terlarut, biasanya dalam satuan ppm (parts per million).
Sementara pH adalah potensial hidrogen atau derajat keasaman, yang
menunjukkan aktivitas ion hidrogen pada suatu senyawa. Penting untuk
mengukur TDS dan pH pada larutan dalam berbagai aplikasi, seperti industri,
purifikasi air minum, air bersih, dan lain-lain. Alat lab untuk mengukur TDS
disebut TDS meter, sementara alat lab untuk mengukur pH disebut pH meter
air dan pH meter tanah.

D. Perubahan kelarutan

Perubahan kelarutan dengan komposisi pelarut mempunyai sedikit arti


penting dalam analisis anorganik kualitatif. Meskipun kebanyakan pengujian
dilakukan dalam larutan berair, dalam beberapa hal lebih menguntungkan bila
memakai zat lain (seperti alkohol, eter, dan sebagainya) sebagai pelarut.
Pemisahan logam-logam alkali misalnya, dapat dicapai
dengan mengekstraksi garam-garamnya secara selektif dengan berbagai pelarut.
Dalam hal-hal lain pereaksi yang dipakai dalam pengujian, dilarutkan dalam
pelarut, dan penambahan pereaksi itu pada larutan uji sebenarnya mengubah
komposisi medium. Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat-zat
lain, terutama ion-ion dalam campuran itu. ada perbedaan yang menyolok
antara efek dari apa yang disebut ion-sekutu dan ion-asing. Ion-sekutu adalah
suatu ion yang juga merupakan salah satu bahan endapan. Dengan perak
nitrat misalnya, baik ion perak maupun ion klorida merupakan ion-sekutu, tetapi
semua ion lainnya adalah ion-asing.

Umumnya dapat dikatakan, bahwa kelarutan suatu endapan berkurang


banyak sekali jika salah satu ion-sekutu terdapat dengan berlebihan. Meskipun
efek ini mungkin diimbangi dengan pembentukan suatu kompleks yang dapat
larut dengan ion-sekutu yang berlebihan itu. Misalnya, kelarutan perak
sianida dapat ditekan dengan menambahkan ion-ion perak berlebihan dengan
larutan. Di lain pihak, jika ion sianida ditambahkan berlebihan, mula-mula
kelarutan berkurang sedikit tetapi bila jumlah sianida lebih banyak ditambahkan,
endapan akan melarut seluruhnya disebabkan oleh pembentukan ion kompleks
disiano-argentat [Ag(CN)2]-. Dengan adanya ion-asing, kelarutan endapan
bertambah, tetapi penambahan ini umumnya sedikit, kecuali bila terjadi reaksi
kimia (seperti reaksi pembentukan kompleks atau reaksi asam-basa) antara
endapan dengan ion-asing, di mana pertambahan kelarutan lebih menyolok,
Karena pentingnya efek ion-sekutu dan ion-asing atas kelarutan endapan dalam
analisis anorganik kualitatif.

E. Faktor-faktor yang memengaruhi kelarutan antara lain :

1. Sifat dari solute (zat terlarut) dan solvent (pelarut)

Zat terlarut yang sifatnya polar akan mudah larut dalam solvent yang
polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air.

Sedangkan zat terlarut yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula.
Misalnya, alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.
2. Cosolvensi (zat penambah kelarutan)

Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya


penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.

Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan
gliserin atau solutio petit.

3. Kelarutan

Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang
sukar larut memerlukan banyak pelarut. 

4. Temperatur

Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat
tersebut dikatakan bersifat endoterm karena pada proses kelarutannya
membutuhkan panas.

5. Salting Out

Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang


mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan
penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi
kimia.

Contohnya: kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke dalam air
tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.

6. Salting In

Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang


menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar.

Contohnya: Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang
mengandung Nicotinamida.

7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara
senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya: Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.

F. KECEPATAN KELARUTAN

Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.

1.Ukuranpartikel.
Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin luas permukaan solute
yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.

2.Suhu.
Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.

3.Pengadukan.
Pengadukan mekanik akan menambah kecepatan kelarutan dibanding jika tidak
diaduk.

Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas
misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam
yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain.
Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada
bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair
yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan
air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol
disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam
dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan).

Zat terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut
dalam air misalnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya amonia,
karbon dioksida, dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya alkohol dan
cuka. Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut
sebagai pelarut. Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air disebut larutan alkohol.
Larutan 60 % alkohol dengan 40 % air disebut larutan air dalam alkohol. Larutan
60 % gula dengan 40 % air disebut larutan gula karena dalam larutan itu air
terlihat tidak berubah sedangkan gula berubah dari padatan (kristal) menjadi
terlarut (menyerupai air).

Sebutir kristal gula pasir merupakan gabungan dari beberapa molekul


gula. Jika kristal gula itu dimasukkan ke dalam air, maka molekul-molekul gula
akan memisah dari permukaan kristal gula menuju ke dalam air (disebut
melarut). Molekul gula itu bergerak secara acak seperti gerakan molekul air,
sehingga pada suatu saat dapat menumbuk permukaan kristal gula atau molekul
gula yang lain. Sebagian molekul gula akan terikat kembali dengan kristalnya
atau saling bergabung dengan molekul gula yang lain sehingga kembali
membentuk kristal (mengkristal ulang). Jika laju pelarutan gula sama dengan laju
pengkristalan ulang, maka proses itu berada dalam kesetimbangan dan
larutannya disebut jenuh.

G. Sifat Larutan.

Sifat fisik zat dapat dikelmpokkan dalam sifat koligatif,


aditif dan konstitutif. Dalam bidang termodinamika, sifat termodinamika dari
sistem digolongkan, dalam sifat ekstensif, bergantung pada jumah zat dalam
sistem (misalnya massa dan volume) dan sifat intensif , yang tidak bergantung
jumlah zat dalam sistem (misalnya temperatur, tekanan kerapatan, tegangan
permukaan, dan viskositas dari cairan murni).

1. Sifat koligatif 

Terutama bergantung pada jumlah partikel dalam larutan. Sifat koligatif


larutan adalah tekanan osmosis, penurunan tekanan uap, penurunan titik beku,
dan kenaikan titik didih. Harga sifat koligatif kira-kira sama untuk konsentrasi
yang setara dari berbagai zat nonelektrolit dalam larutan tanpa mengindahkan
jenis atau sifat kimiawi dari konstituen. Dalam menetapkan sifat koligatif dari
larutan zat padat dalam cairan, dianggap zat padat tidak menguap dan tekanan
uap di atas larutan seluruhnya berasal dari pelarut.

2. Sifat Aditif

Bergantung pada andil atom total dalam molekul atau pada jumlah sifat
konstituen dalam larutan. Contoh sifat aditif dari suatu senyawa adalah berat
molekul, yaitu jumlah massa atom konstituen. Massa dari komponen suatu
larutan juga bersifat aditif, massa total dari larutan adalah jumlah massa masing-
masing komponen.

3. Sifat Konstitutif  

Bergantung pada penyusunan dan untuk jumlah yang lebih sedikit, pada
jenis dan jumlah atom dalam suatu molekul. Sifat ini memberikan petunjuk
terhadap aturan senyawa tunggal, dan kelompok molekul dalam sistem. Banyak
sifat fisik yang sebagian aditif dan sebagian konstitutif. Pembiasan cahaya, sifat
listrik, sifat permukaan dan antarpermukaan dan kelarutan obat setidak-
tidaknya sebagian berupa sifat konstitutif dan sebagian sifat aditif.

H. Tipe Larutan

Larutan dapat digolongkan sesuai dengan keadaan terjadinya zat


terlarut dan pelarut, dan karena tiga wujud zat (gas, cair, padat kristal), ada
sembilan kemungkinan sifat campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut.

Contoh Sifat Zat Terlarut dan Pelarut

Zat Terlarut Pelarut Contoh

Gas Gas Udara

Zat Cair Gas Air dalam oksigen

Zat Padat Gas Uap iodium dalam udara

Gas Zat Cair Air berkarbonat

Zat Cair Zat Cair Alakohol dalam air

Zat Padat Zat Cair Larutan NaCl dalam air

Gas Zat Padat Hidrogen dalam paladium

Zat Cair Zat Padat Minyak mineral dalam parafin


Zat Padat Zat Padat Campuran emas-perak, campuran alum
Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam
kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut).Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh
adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah
konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur
tertentu.Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam
konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur tertentu,
terdapat juga zat terlarut yang tidak larut.

Disamping itu, kelarutan adalah fungsi sebuah parameter molekul Pengionan


struktur dan ukuran molekul stereokimia dan struktur elektronik. Semuanya akan
mempengaruhi antar aksi pelarut dan terlarut, seperti pada bagian terdahulu, air
membentuk ikatan hydrogen dengan ion atau dengan senyawa non ionik, sedangkan
polar melalui gugus –OH, -NH, atau dengan pasangan elektron tak mengikat pada atom
oksigen atau nitrogen. Ion atau molekul akan memperoleh sampel hidrat dan akan
memisah dari bongkahan zat padat dan artinya melarut.

            Kelarutan dalam Farmakope Indonesia, diartikan dengan kelarutan pada suhu


20○C (FI III) atau 25○C (FI IV) dinyatakan dalam satu bagian bobot zatpadat atau 1 bagian
volume zat cair dalam bagian volume tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain.

            Kelarutan yang tanpa angka adalah kelarutan pada suhu kamar (250C) pernyataan
bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 gram zat padat atau 1 mL zat cair dalam
sejumlah mL pelarut.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Disamping itu, kelarutan adalah fungsi sebuah parameter molekul Pengionan
struktur dan ukuran molekul stereokimia dan struktur elektronik. Semuanya akan
mempengaruhi antar aksi pelarut dan terlarut, seperti pada bagian terdahulu, air
membentuk ikatan hydrogen dengan ion atau dengan senyawa non ionik, sedangkan
polar melalui gugus –OH, -NH, atau dengan pasangan elektron tak mengikat pada atom
oksigen atau nitrogen. Ion atau molekul akan memperoleh sampel hidrat dan akan
memisah dari bongkahan zat padat dan artinya melarut.

            Kelarutan dalam Farmakope Indonesia, diartikan dengan kelarutan pada suhu


20○C (FI III) atau 25○C (FI IV) dinyatakan dalam satu bagian bobot zatpadat atau 1 bagian
volume zat cair dalam bagian volume tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain.

            Kelarutan yang tanpa angka adalah kelarutan pada suhu kamar (250C) pernyataan
bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 gram zat padat atau 1 mL zat cair dalam
sejumlah mL pelarut.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M . 2003 . Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik . Yogyakarta : UGM-Press.
Ditjen POM . 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,.

Martin, Alfred dkk. 1990. Farmasi Fisika jilid I dan II Edisi III. Press; Yogyakarta.

Mohtar, 1989. Farmasi Fisika. Gajah Mada University Press ; Yogyakarta.

R. Voight . 1994 . Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima . Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

https://www.dictio.id/t/faktor-faktor-apa-saja-yang-mempengaruhi-kelarutan/12028/2

https://id.wikipedia.org/wiki/Kelarutan?wprov=sfla1

Anda mungkin juga menyukai