Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA LINGKUNGAN 1
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN

NAMA

: ISMI RIDHA

NIM

: 1610815120009

KELOMPOK : VII
ASISTEN

: VERRY REZKY ANANDA

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016

PERCOBAAN 1
PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN
I.

TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan pada praktikum ini adalah pembuatan larutan

NaOH dan larutan HCl, pengenceran larutan, dan standarisasi larutan NaOH
dan larutan HCl.
II.

TINJAUAN PUSTAKA

Larutan dapat di definisikan sebagai campuran homogen antara dua zat


atau lebih. Bila kita memasukan sedikit gula ke dalam air, gula akan pecah
menjadi molekul-molekulnya, hingga diperoleh campuran homogen antara
gula dan air, yaitu larutan gula. Dalam hal ini gula merupakan pelarut atau
solvent. Larutan dalam air seperti ini disebut aqueous solution perbedaan
antara pelarut dan zat terlarut sebenarnya relatif, suatu zat pada suatu saat
dapat merupakan solute dan pada saat lain dapat merupakan solvent. Biasanya
kita mengambil zat yang banyak sebagai zat pelarut dan zat yang sedikit
aebagai zat terlarut. Misalnya dalam alkohol merupakan zat terlarut dan air
merupakan pelarut dalam alkohol 96% maka alkohol merupakan pelarut
sedangkan air merupakan zat terlarut. Suatu larutan disebut encer apabila
sedikit zat terlarut dilarutkan sejumlah besar pelarut. Larutan disebut pekat
jika jumlah zat terlarutnya banyak. Sedangkan jumlah pelarutnya sedikit.
Secara kuantitatif ukuran encer dan pekat dinyatakan dalam istilah
konsentrasi (Sukardjo, 1985)
Larutan standar primer meupakan larutan standar yang dibuat dari
larutan standar dengan kemurnian sangat tinggi yang umumnya dipasok oleh
NIST, NIBCS yang dipakai untuk kalibrasi larutan standar yang dibuat.
Larutan standar skunder merupakan larutan yang konsentrasinya ditentukan
dengan metode analitik yang dapat dipercaya (Darlina, 1998)
Di Bumi ini jarang ditemukan zat murni, pada umumnya

berupa

campuran, misalnya air mengandung berbagai garam dan gas. Udara beisi
nitrogen, oksigen dan gas lain sedangkan tanah adalah campuran berbagai zat

padat dan cair. Dua zat tau lebih disebut bercampur bila partikelnya tersebar
dalam wadah yang sama sehingga bersentuhan satu sama lain. Komponen
campuran

dapat

mempunyai

komposisi

perbandingan

beragam

dan

bergantung pada kebutuhan. Misalnya kita dapat membuat campuran air dan
alkohol dengan perbandingan 1:10, 1:1, 13:1 dan sebagainya. Pada reaksi
kimia perbandingan itu harus tertentu dan tetap. Contohnya perbandingan
massa reaksi hidrogen dengan oksigen harus 1:9 menghasilkan air. Dua zat
dapat bercampur jika ada interaksi antara partikelnya. Interaksi itu ditentukan
oleh wujud dan sifat zatnya. Oleh sebab itu, campuran dapat dibagi atas gasgas, gas-paday, cair-cari dan padat-padat. Berdasarkan keadaan fase zat
setelah bercampur, maka campuran ada yang homogen dan heterogen.
Campuran homogen adalah campuran yang membentuk suatu fase, yaitu
mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara suatu bagian dengan bagian
lain di dekatnya contohnya air gula dan alkohol di dalam air. Campuran
heterogen adalah campuran yang mengandung dua fase atau lebih, contonya
air susu dan air kopi (Syukri, 1999).
Ekstrasi pelarut yaitu bila suatu zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut di ekstrasi pelarut lain, maka proses itu disebut ekstrasi pelarut. Dalam
laboratorium ekstrasi pelarut dapat dilaksanakan dalam sebuah corong
terpisah. Dalam industri, ekstrasi pelarut sering kali dilaksanakan dimana
tetesan-tetesan pelarut yang ringan bergerak ke atas melewati arus ke bawah
lambat-lambat dari pelarut yang lebi berat. Ekstrasi arus (Countercurrent)
semacam itu sangat efesien karena pada ujung bawah tabung, pelarut yang
telah kehilangan hampir semua zat terlarutnya diekstrasi oleh pelarut yang
lain yang masih bersih. Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen
klorida (HCl). Ia adalah komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini
juga digunakan secara luas dalam industry. Asam klorida mempunyai sifat
sangat korosif dan berbahaya bagi kesehatan bila terserap oleh manusia
(Petrucci, 1987).
Suatu campuran dikatakan homogen karena susunannya seragam
sehingga tidak teramati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan
mikrosop optik. Larutan (solution) terdiri dari zat pelarut (solvent) dari satu

atau lebih zat terlarut (solute). Pelarut adalah medium tempat suatu zat lain
melarut. Pelarut dikenal juga sebagai zat pendispersi yaitu tempat
menyebarnya partikel-partikel zat terlarut. Zat terlarut adalah zat yang
terdisporsi di dalam pelarut. Fase larutan yaitu solvent atau solute dapat
berupa gas, zat cair atau zat padat. Semua gas dapat bercampur dengan
sesamanya. Oleh karena itu, semua campuran gas adalah larutan. Cairan pada
umumnya dapat melarutkan berbagai macam padatan, cairan dan gas
membentuk larutan. Perbedaan anara pelarut dan zat terlarut sebenarnya
relatif. Suatu zat pada saat tertentu dapat berubah zat terlarut dan pada saat
yang lain berupa zat pelarut. Biasanya kita menyebut zat yang paling banyak
sebagai pelarut dan yang sedikit sebagai pelarut dan yang sedikit sebagai zat
terlarut. Kepekatan suatu larutan adalah jumlah zat yang terlarut dalam suatu
larutan. Larutan pekat adalah larutan yang memiliki keasamaan tinggi, yaitu
larutan yang mengandung cukup banyak zat terlarut per satuan jumlah
larutan. Larutan encer adalah larutan yang memiliki kepekatan rendah, yaitu
larutan yang ada di dalamnya mengandung sedikit zat terlarut. Larutan jenuh
(saturated solution) adalah larutan yang mengandung zat terlarut dengan
jumlah maksimum. Pada larutan jenuh yang terdapat kesetimbangan antara
partikel yang melarut dan partikel yang tidak melarut. Larutan yang
mengandung zat terlarut dengan jumlah lebih sedikit disbanding dengan
kemampuan. Pelarutnya disebab larutan tidak jenuh (unsaturated solution).
Sedangkan larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah lebih banyak
dari kemampuan pelarutnya disebut larutan lewat jenuh (super saturated
solution) (Sumardjo, 2006).
Larutan baku primer berfungsi untuk membakukan atau untuk
memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang
ketepatan atau kepastian konsentrasi sukar diperoleh melalui pembuatan
secara langsung. Larutan yang sukar dibuat secara kuantitatif ini selanjutnya
dapat berfungsi sebagai larutan baku (larutan baku skunder) setelah
dibakukan jika larutan tersebut bersifat stabil sehingga dapat digunakan untuk
menetapkan konsentrasi larutan lain atau kadar suatu cuplikan. Larutan baku
primer dibuat seteliti dan setepat mungkin (secara kuantitatif). Zat yang dapat

digunakan sebagai zat baku primer harus memenuhi persyaratan seperti


berikut :
a. Kemurnian tinggi (pengotornya tidak melebihi 0,02%)
b. Stabil (tidak menyerap H2O dan CO2, tidak bereaksi dengan udara, tidak
mudah menguap, tidak mudah terurai dan tidak berubah pada
pengeringan). Zat yang stabil berarti memiliki rumus kimia yang pasti
dan akan mudah menimbangnya.
c. Memiliki bobot molekul (BM:Mr) atau bobot ekuivalen (BE) tinggi, dan
d. Larutannya bersifat stabil.
Dalam hal tingkat kemurnian, reagen yang digunakan analisa kuantitatif
harus mempunyai spesifikasi selain syarat-syarat tersebut harus dipenuhi.
Kesalahan-kesalahan selama proses pembuatan seperti pengeringan,
pengukuran (penimbangan) dan pemindahan zat juga harus dihindarkan
kecuali karena kesalahan alat. Dengan demikian larutan yang diperoleh akan
terukur secara teliti dan tepat melalui pengemasan (penyimpanan)yang baik
akan bertahan lama (Mulyono, 2006).
III.

ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas beker, labu

ukur, Erlenmeyer, pipet tetes, pipet volume, propipet, buret, statif dan klem
dan botol semprot.
B. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Aquadest,
indikator metil merah, indikator PP, Na2CO3 0,1 N 0,53 gram, HCl pekat
36% 0,1 N 0,86 mL, NaOH 0,1 N 0,4 gram.
IV.
PROSEDUR PERCOBAAN
A. Standarisasi larutan HCl dengan larutan Na2CO3
1. Mengambil larutan HCl sebanyak 10 mL dan memasukkan ke dalam
Erlenmeyer .
2. Menambahkan indikator metil merah sebanyak 3 tetes.
3. Mengisi larutan Na2CO3 sebanyak 10 mL ke dalam buret.
4. Menitrasi larutan HCl sampai terjadi perubahan warna.
5. Mencatat volume Na2CO3 yang terpakai.
B. Penentuan Konsentrasi NaOH dengan HCl

1. Mengambil larutan NaOH sebanyak 10 mL dan memasukkan ke dalam


Erlenmeyer
Menambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes.
Mengisi larutan HCl ke dalam buret.
Menitrasi larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna
Volume HCl yang terpakai dicatat.

2.
3.
4.
5.

V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Standarisasi HCl 0,1 N dengan larutan Na2CO3
No.
1.

Langkah Percobaan
Diambil Larutan HCl 10 ml

2.

bening
Larutan HCl setelah ditetesi indikator Larutan
metil merah sebanyak 3 tetes

Hasil Pengamatan
Larutan
berwarna
berwarna

keunguan

Tabel 2. Titrasi larutan HCl 0,1 M dengan larutan Na2CO3


Titrasi
Volume HCl

Volume Na2CO3

Perubahan warna

10 ml

2,9 ml

Keunguan Orange

2
Rata-rata

10 ml
10 ml

3,2 ml
3,05 ml

Keunguan Orange

ke

Tabel 3. Hasil pengamatan penentuan konsentrasi NaOH dengan HCl


No.
1.
2.

Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
Diambil larutan HCl 10 ml
Larutan berwarna bening.
Larutan HCl setelah ditetesi Larutan berwarna kuning.
indikator metil merah

Table 4. Titrasi larutan NaOH dengan larutan HCl sebagai titran


Titrasi
Volume NaOH
ke

Volume HCl

Perubahan warna

Kuning merah
1

10 ml

48,8 ml
keunguan
Kuning merah

10 ml

47,6 ml.
keunguan

Rata-rata

10 ml

48,2 ml.

Perhitungan
1. Penentuan konsentrasi larutan HCl pekat
Diketahui : Massa jenis HCl (BE)

= 11,90 gram/ml

Konsentrasi HCl pekat

= 37% (b/b)

Massa HCl dalam 1 L larutan pekat

= 37% x 11,90
= 440,3 gram

Mr HCl pekat
Jawab:
[HCl] =

BE/ Mr HClpekat
1L
440,3 gram/36, 5 mol1
1L

= 12,06 M
2. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl
Diketahui : V HCl pekat = 4,15 ml
M HCl

= 12,06 M

V1

= 500 ml

Ditanya : Molaritas 1 = ?
Jawab : M1 x V1

= M2 x V2

M1 x 500

= 12,06 x 4,15

M1

= 50,049 / 500

M1

= 0,100098 M

1. Pembuatan larutan NaOH

= 36,5 gram/mol

Diketahui:

m = 2 gr
Mr = 40 gr/mol
V = 500 ml

Ditanya:

M =.?
Jawab:
M=

m 1000

Mr
V

M=

2 1000

40 500

M = 0,1 M
2. Pembuatan larutan Na2CO3
Diketahui:
m

= 1, 325 gr
Mr
= 106 gr/mol
V
= 200 ml
M =?

Ditanya:
Jawab:
m 1000

M = Mr
V
M=

1,325 1000

106
200

M = 0,0625 M
3. Standarisasi HCl dengan larutan Na2CO3
Diketahui:
VNa2CO3
= 3,05 ml
VHCl
= 10 ml
MNa2CO3

= 0,0625 M

a (valensi) Na2CO3
NNa2CO3

= 2 ek/mol
=Mxa
= 0,0625 mol/l x 2 ek/mol
= 0,125 ek/L
NHCl saat ekuivalen = ?

Ditanya:
Jawab:
(N x V)Na2CO3
= (N x V)HCl
( 0,125 ek/L x 3,05 ml)
= NHCl x 10 ml
0,38 ek/L
= NHCl x 10 ml
NHCl
= 0,038 ek/l
4. Penentuan konsentrasi NaOH dengan HCl
Diketahui:
VNaOH
= 10 ml
VHCl
= 48,2 ml
NHCl
= 0,030625 N
Ditanya:
NNaOH
= .?
Jawab:
(N x V)HCl
= (N x V)NaOH
(0,030625 ek/L x 48,2 ml)
= NNaOH x 10 ml

1,48 ek/l
NNaOH

= NNaOH x 10 ml
= 0,148 N

B. PEMBAHASAN
1. Standarisasi Larutan HCl dengan Larutan Na2CO3
Asam Klorida merupakan asam kuat dan Na 2CO3 merupakan garam
yang bersifat basa. Natrium karbonat merupakan zat kimia yang stabil
terhadap lingkungan (udara dan cahaya) zat murni. Oleh karena itu, Na 2CO3
digunakan dalam percobaan ini. Tujuan standarisai larutan HCl dan Na 2CO3
adalah untuk mengetahui konsentrasi HCl yang mana HCl sebagai titrat dan
Na2CO3 sebagai titran.
Pada percobaan ini indikator metil merah diteteskan sebanyak 3 tetes
ke dalam larutan HCl dikarenakan Na2CO3 merupakan basa lemah yang
memiliki pH dibawah 7 seperti indikator metil merah yang memiliki range
pH sebesar 4,4 6,2. Perubahan warna yang terjadi saat HCl diteteskan
indikator metil merah adalah berwarna merah muda. Sedangkan hasil titrasi
dari larutan HCl adalah berwarna kuning.
Persamaan reaksi:
2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + CO2(g) + H2O(aq)
Saat dilakukan percobaan pertama didapatkan volume titrasi sebesar
2,9 ml. Sedangkan saat percobaan kedua volume titrasinya sebesar 3,2 ml.
Jika kita hitung volume rata-ratanya maka menggunakan rumus volume
titrasi pertama ditambah volume titrasi kedua lalu dibagi dengan dua. Maka
2,9 ml ditambah 3,2 ml lalu dibagi 2 menghasilkan 3,05 ml. Jadi volume
rata-rata titrasi dalam percobaan ini adalah 3,05 ml.
Faktor yang mempengaruhi normalitas HCl adalah karena adanya
faktor relatif yaitu kesalahan dalam pengenceran dan penimbangan bahanbahan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi standarisasi HCl adalah
temperatur larutan yang tidak stabil. Penambahan akuades yang berlebihan,
pembacaan miniskus yang tidak tepat dan pengadukan saat proses titrasi.
2. Pembentukkan Konsentrasi NaOH dan HCl
Natrium hidroksida termasuk basa kuat dan HCl merupakan asam
kuat. Pada percobaan ini untuk menentukan konsentrasi NaOH dengan cara
standarisasi atau tritrasi. Hal yang pertama dilakukan adalah larutan NaOH

diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu indikator


metil merah diteteskan sebanyak 3 tetes. Saat penambahan indikator tersebut
terjadi perubahan warna menjadi kuning. Kemudian larutan HCl diisi ke
dalam buret. Larutan NaOH dititrasi sampai terjadi perubahan warna dan
warnanya berubah menjadi merah muda.
Persamaan reaksi:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(aq)
Saat dilakukan percobaan pertama didapatkan volume sebesar 48,8
ml. Sedangkan saat percobaan kedua volume sebesar 47,6 ml. Hal ini
didapatkan dari V pada buret pertama ditambahkan V pada buret kedua.
Jika kita hitung volume rata-ratanya maka menggunakan rumus volume
pada percobaan pertama ditambah volume percobaan kedua lalu dibagi
dengan dua. Maka 48,8 ml ditambah 47,6 ml lalu dibagi 2 menghasilkan
48,2 ml. Jadi volume rata-rata dalam percobaan ini adalah 48,2 ml.
3. Larutan
Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba
sama (ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan
zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan
zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom,
maupun molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair, pelarutnya
(solvent) adalah cairan, dan zat yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut
(solute), bisa berwujud padat, cair, atau gas. Dengan demikian, larutan sama
denga pelarut (solvent) ditambah zat terlarut (solute). Khusus untuk larutan
cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar.
Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat
yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute), bias berwujud padat,
cair atau gas. Dengan demikian, larutan sama dengan pelarut (solvent)
ditambah zat terlarut (solute). Khusus untuk larutan cir, maka pelarutnya
adalah volume terbesar.
Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
a.Larutan tak jenuh, yaitu larutan yang mengandung zat terlarut (solute)
kurang dari zat yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau
dengan kata lain, larutan yang partikel-partikelnya tidak dapat habis

bereaksi dengan pereaksi (masih bias melarutkan zat). Larutan tak jenuh
terjadi apabila hasil kali konsentrasi ion < KSP berarti larutan belum jenuh
(masih dapat larut).
b. Larutan jenuh, yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang
larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya. Atau
dengan kata lain, larutan yang partikel-partikelnya tepat habis bereaksi
dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi
apabila hasil konsentari ion = KSP berarti tepat larutan jenuh.
c.Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh), yaitu suatu larutan yang mengandung
lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau
dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut
sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila hasil kali
konsentrasi ion > KSP berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
4. Larutan Standar
Larutan

standar

atau

larutan

baku

adalah

larutan

yang

konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai


titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat
ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya
atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetric
dan ditempatkan di Erlenmeyer.
1. Larutan baku primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi
larutannya

diketahui

secara

tepat

melalui

metode

gravimetri

(perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi


larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui
perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat
pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contohnya
K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat dan asam benzoat. Larutan baku
primer berfungsi untuk membakukan atau untuk memastikan
konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang ketepatan
atau kepastian konsentrasi sukar diperoleh melalui pembuatan secara
langsung.
Syarat-syarat larutan baku primer :

a.Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan,


dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110
- 120 derajat celcius dan disimpan dalam
keadaan murni.
b.Zat harus tidak berubah berat dalam
penimbangan

di

udara,

hal

ini

menunjukan bahwa zat tidak boleh


higroskopik, tak pula dioksidasi oleh
udara atau dipengaruhi karbindioksida.
c.Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya
dengan uji-uji kualitatif dan kepekaan
tertentu.
2. Larutan baku sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui
dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni.
Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan
larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contohnya
AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2.
Syarat-syarat larutan baku sekunder :
a. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer.
b. Mempunyai berat ekuivalen yang tinggi untuk memperkecil
kesalahan penimbangan.
c. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan (Bassett, 1994).
5. NaOH, HCL dan Na2CO3
a. NaOH
Natrium hidroksida murni terbentuk putih padat dan tersedia
dalam bentuk pekat, sepihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%
yang biasa disebut larutan Sorensen. Natrium hidroksida tidak larut
dalam dietil eter dalam pelarut non polar lainnya. Larutan NaOH
akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Wikepedia,
2015).
b. HCl
Asam Klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen (HCl).
Asam klorida adalah asam kuat dan merupakan komponen utama
dalam tabung ciri-ciri fisika asam, klorida seperti titik didih, tititk
leleh, massa jenis dan pH tergantung pada konsentrasi atau molaritas

HCl dalam larutan asam terebut. Asam klorida sangat sulit


mengalami reaksi redoks (Wikipedia, 2015)
c. Na2CO3
Natrium karbonat juga dikenal sebagai soda cuci atau soda abu.
Natrium karbonat adalah garam natrium dan asam karbonat murni
berwarna, bubuk tanpa warna yang menyerap embun dari udara,
punya rasa alkali atau pahit dan membentuk larutan alkali yang kuat
(Wikipedia, 2015).
6. Fungsi Indikator
Fungsi indikator dalam proses titrasi adalah untuk menentukan titik
ekuivalen ketika dua larutan telah mencapai netralisasi. Indikator dapat
berupa internal maupun eksternal.
Indikator internal dicampur

dengan

reaktan

dan

biasanya

menyediakan tampilan visual segera, sementara indikator eksternal adalah


alat elektrokimia. Dalam kimia, titrasi merupakan teknik analitis yang
digunakan untuk memastikan konsentrasi larutan tidak dikenal. Metode ini
melibatkan larutan standar konsentrasi dikenal disebut titran serta larutan
lain dengan konsentrasi diketahui disebut analit.
Titran dengan hati-hati ditambahkan ke analit dengan menggunakan
buret, sampai keadaan keseimbangan di antara dua larutan diperoleh. Titik
ekuivalen, yang mengacu pada contoh ketika analit sepenuhnya habis,
ditentukan dengan menggunakan senyawa asam-basa, atau dikenal sebagai
indikator pH, atau perangkat eksternal seperti pH meter.
Asam lemah dan lemah basa biasanya digunakan sebagai indikator
pH. Senyawa ini ditambahkan ke titran dan analit selama proses titrasi.
Contoh umum indikator pH adalah metil oranye, metil merah, fenol merah
dan phenolphthalein.
Perubahan warna yang diamati menunjukkan bahwa reaksi hampir
atau benar-benar dinetralkan. Namun, pH indikator tidak 100 persen
akurat. Dalam hal presisi, pH meter merupakan indikator yang banyak
disukai ketika titrasi kedua larutan.
Dalam percobaan ini menggunakan indikator metil merah. Indikator
metil merah digunakan saat percobaan bagian a dan b. Percobaannya

adalah standarisasi HCl 0,1 N dengan larutan Na2CO3 dan penentuan


konsentrasi NaOH dan HCl.
7. Fungsi Standarisasi
Dalam percobaan kali ini perlu melakukan standarisasi dengan
tujuan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang
dihasilkan. Larutan

standar

selanjutnya

digunakan

dalam

proses

analisis kimia dengan metode titrasi asam basa. Prinsip titrasi ini
adalah menentukan jumlah asam jika ditambahkan asam dalam jumlah
ekuivalen atau

sebaliknya.

Proses

titrasi

diakhiri

apabila

telah

mencapai titik ekuivalen yaitu titik dimana penambahan sedikit titran


akan menyebabkan perubahan pH yang cukup besar. Titik titrasi biasanya
ditandai perubahan warna indikator PH. Indikator adalah molekul
pewarna yang warnanya tergantung pada konsentrasi H 2O. Indikator ini
sesungguhnya merupakan asaam
konjunggasinya

menjadi

lemah

atau

basa

lemah

yang

asam-basa yang menyebabkan perubahan

warna.
8. Rumus Pengenceran Molaritas
Kemolaran atau Molaritas adalah banyaknya jumlah mol zat
terlarut dalam tiap liter larutan. Atau konsentrasi suatu larutan yang
mengukur banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Kemolaran
atau Molaritas lambangnya M. Molaritas dapat dirumuskan sebaga
berikut :
M = n.V
Keterangan :
M = Kemolaran/Molaritas (mol/L)
n = Mol zat (mol)
V = Volume yang ditempati zat (L)

Pengenceran suatu larutan adalah suatu penambahan zat pelarut ke


dalam suatu larutan sehingga konsentrasi larutan menjadi lebih kecil

dengan menambahkan air (pelarut). Persamaan rumusnya adalah sebagai


berikut :

M1.V1 = M2. V2
Keterangan :
M1 = Kemolaran/Molaritas 1 (mol/L)
V1 = Volume yang ditempati zat 1 (L)
M2 = Kemolaran/Molaritas 2 (mol/L)
V2 = Volume yang ditempati zat 2 (L)
9. Mengapa standarisasi HCl harus Na2CO3 ?
Larutan standar adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya.
Pada percobaan ini sudah ada tiga larutan standar, antara lain larutan HCl
0,1 M dan NaOH 0,1 M sebagai zat pelarut, juga larutan Na 2CO3 0,1 M
sebagai titran, yang ditempatkan pada buret. Penempatan Na2CO3 pada
buret tidak hanya untuk mengukur volumenya, melainkan digunakan
sebagai titran. Titrasi dilakukan untuk mengetahui volume yang digunakan
pada standarisasi juga konsentrasi larutan, sebagai penentu volume yang
telah digunakan suatu larutan.
HCl (asam klorida) adalah asam kuat yang memenuhi kriteria paling
utama larutan standar, pada percobaan ini HCl juga digunakan sebagai
larutan standar. HCl tergolong elektrolit kuat. NaOH (natrium hidroksida)
juga dikenal dengan sebagai soda api. NaOH adalah basa yang paling
umum digunakan di laboratorium kimia. NaOH dapat terionisasi sempurna
dalam larutannya sehingga tergolong elektrolit kuat. NaOH termasuk
larutan standar pada percobaan ini, karena konsentrasinya sudah diketahui
0,1 M. Ada pula Na2CO3 (natrium karbonat), larutan standar yang
digunakan sebagai titran untuk mendapatkan volume yang digunakan dari

standarisasi larutan HCl. Na2CO3 digunakan sebagai titran untuk


melakukan standarisasi larutan HCl karena Na 2CO3 bersifat sedikit
higroskopis, memiliki berat ekivalen yang tinggi dan merupakan basa kuat
sehingga baik untuk titrasi asam kuat.
VI.

KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa

kesimpulan, antara lain:


1. Standarisasi dan penentuan konsentrasi dilakukan dengan titrasi.
2. Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan
secara teliti konsentrasi dari suatu larutan.
3. Pengenceran larutan adalah proses mengurangi konsentrasi zat terlarut
dalam larutan dengan menambahkan akuades.
4. Nilai dari konsentrasi suatu larutan dapat dinyatakan dalam satuan
molaritas.
5. Fungsi indikator metil merah sebagai petunjuk akhir titrasi dalam
pencapaian titik ekivalen.
6. Warna bening larutan HCl yang ditambahkan indikator metil merah akan
berubah menjadi warna merah muda. Sedangkan warna bening NaOH
yang ditambahkan indikator metil merah akan berubah menjadi warna
kuning.
7. Na2CO3 digunakan sebagai titran untuk melakukan standarisasi larutan
HCl karena Na2CO3 bersifat sedikit higroskopis, memiliki berat ekivalen
yang tinggi dan merupakan basa kuat sehingga baik untuk titrasi asam
kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Bassett, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H, dan Mendham, J. 1994. Buku
Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Darlina. 1998. Pembuatan Larutan Standar dan Pereaksi Pemisah KID RIA T 3. Pusat
Radioisotop dan Radiofarmaka
Mulyono. 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Bumi Aksara. Jakarta.
Sukarjo. 1985. Kimia Anorganik. Bina Aksara. Yogyakarta.
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB. Bandung.
Ralph. H. Petrucci. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat
Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Wikipedia, Bahasa Indonesia. 2015. Ensiklopedia Bebas. Id. Wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai