Di Susun Oleh :
Kelompok I
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................3
A. Latar Belakang ........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................3
C. Tujuan .....................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................4
BAB III METODE PERCOBAAN ...............................................................................................7
A. Waktu Dan Tempat .................................................................................................7
B. Alat Dan Bahan ......................................................................................................7
C. Prosedur Kerja ........................................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................................9
A. Hasil ........................................................................................................................9
B. Pembahasan ............................................................................................................10
BAB V PENUTUP.........................................................................................................................11
A. Kesimpulan .............................................................................................................11
B. Saran .......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................12
BAB 1
2
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Larutan kimia adalah cairan suatu unsur yang dilarutkan dalam air. Larutan ini
memiliki kadar PH tententu yang mempunyai karakteristik asam basa tergantung
jumlah PH apa kurang dari PH normal atau lebih. Maka dengan itu pengukuran PH
sangat dibutuhkan dalam menentukan Asam dan basa tidaknya suatu larutan. Ada
banyak cara untuk mengukur jumlah PH larutan, ada yang menggunakan alat, larutan
kimia, maupun indicator alam berupa bunga-bunga
Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan
cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan atau
konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan
penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan kepekaan larutan
adalah molaritas. Molaritas, persen berat, persen volume, atau sebagainya
Dalam dunia kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat. Zat yang jumlahnya sedikit didalam larutan disebut zat terkarut atau solut,
sedangkan jumlahnya yang lebih banyak dari pada zat-zat lain dalam larutan disebut
pelarut atau solven. Proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan
disebut pelarut atau solvasi. Contoh larutan yang umum sering di jumpai adalah padatan
yang di lakukan dalam cairan. Seperti garam atau gula yang dilarutkan dalam air. Gas
dapat pula dilakukan dalm cairan. Setelah itu, airan dapat pula larut dalam cairan
lain,dan gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloy dan mieral
tertentu.
Dalam pembutan larutan, dapat diketahui reaksi reaksi apa saja yang terjadi jika zat
terlarut dan zat pelarut saling bercampur membentuk larutan. Reaksi-reaksi yang
muncul itu tidak hanya terjadi dalam labotarium namun juga bisa terjadi dialam kita.
Sehingga percobaan ini juga sangat erat kaitannya dengan keterampilan dasar dalam
bekerja di labotarium kimia.
B. Rumusan Masalah
1. Siswa dapat mengetahui pembuatan larutan NaOH dan CuSO4
2. Siswa dapat memnentukan PH dari larutan NaOH dan CuSO4
C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui cara dan proseder pembuatan larutan
2. Dapat memperhitungkan Ph suatu
3.
3
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam merupakan zat yang memiliki sifat-sifat yang spesifik, misalnya memiliki
rasa asam, dapat merusak permukaan logam juga lantai marmer atau sering disebut
dengan korosif. Asam juga dapat bereaksi dengan logam dan menghasilkan gas
hydrogen, sebagai indicator sederhana terhadap senyawa asam, dapat dipergunakan
kertas lakmus, dimana asam dapat mengubah kertas lakmus biru menjadi merah.
Apabila suatu larutan memiliki (H+) sama dengan (OH-) walaupun bukan air murni
larutan tersebut dikatakan netral. Asam adalah zat yang menyebabkan (H+) lebih
4
besar daripada (OH-) sedang basa adalah zat yang menyebabkan (OH-) lebih besar
daripada (H+). Dalam larutan asam kita anggap bahwa (H+) berasal dari asamnya, dan
(H+) dari air diabaikan. Dalam larutan basa kita anggap bahwa (OH-) berasal dari
basanya, dan (OH-) dari air diabaikan
Basa merupakan istilah kimia yang digunakan untuk semua zat yangdapat
menetralkan asam. Selain karena kemampuan basa yang dapat menetralkan asam,
basa pun memiliki kemampuan untuk melarutkan minyak dan debu, sehingga basa
digunakan untuk berbagai keperluan.Sebagai indicator sederhana senyawa basa dapat
dipergunakan kertas lakmus, dimana basa dapat mengubah kertas lakmus merah
menjadi biru.
Asam adalah suatu zat yang bila dilarutkan kedalam air akan menghasilkan ion
hidronium (H+). Asam umumnya merupakan senyawa kovalen dan akan bersifat
asam bila sudah larut ke dalam air. Sedangkan basa adalah suatu senyawa yang di
dalam air (larutan) daapt menghasilkan ion OH-. Umumnya basa terbentuk dari
senyawa ion yang mengandung gugus hidroksida (OH-) di dalamnya. Penjelasan
tentang asam dan basa menurut Svante Arrhenius tidak memuaskan untuk
menjelaskan tentang sifat asam basa pada larutan yang bebas air atau pelarutnya
bukan air. Misalnya asam asetat akan bersifat asam bila dilarutkan kedalam air tetapi
ternyata sifat asam tersebut tidak tampak ketika dilarutkan dalam benzene. Dari
kenyataan tersebut, Johannes Brosted dan Thomas Lowry secara terpisah
mengusulkan bahwa yang berperan dalam memberikan sifat asam dan basa suatu
larutan adalah ion H+ atau Proton (Sudarmo,2006).
Sifat asam basa suatu larutan dapat ditentukan menggunakan indikator kertas
lakmus yaitu melalui indikator warna yang aka menunjjukan sifat dari suatu larutan
misalnya lakmus ,akan berwarna merah dalam larutan yang brsifat asam dan akan
berubah menjadi biru dalam larutan yang bersifat basa, sifat asam basa juga dapat
ditentukan dengan mengukur Ph-nya. Ph merupakan indikator yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam memiliki ph kurang dari 7,
larutan bas memiliki ph lebih dari 7, sedangkan larutan netral memiliki ph = 7
5
Menurut teori Stave August Arrhenius (1859-1927) asam adalah zat yang
melepaskan ion H+ dan basa merupakan zat yang menghasilkan ion hidroksida OH-
Bab III
Metode Percobaan
1.1. Waktu Dan Tempat
6
Neraca analitik
Labu takar 100 mL
Batang pengaduk
Gelas kimia 100 mL
Corong kaca
Sendok Tanduk
Kaca arloji
Botol semprot
2. Bahan-bahan:
Aquadest
Padatan CuSO4
Tisu
1.3 Prosedur Kerja
1. Ditimbang dengan tepat 1 gram padatan CuSO4 dengan menggunakan kaca arloji.
2. Dipindahkan secara kuantitatif padatan CuSO4 kedalam gelas kimia 100 mL.
3. Ditambahkan 25 Ml aquadest dan diaduk hingga padatan larut sempurna.
4. Dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 100 Ml dengan menggunakan
corong kaca.
5. Dibilas gelas kimia, batang pengaduk, dan corong kaca, dan hasil bilasannya
dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL.
6. Ditambahkan aquadest hingga batas tinggi pemulihan larutan 0,5 hingga 1 cm dari
tanda batas.
7. Dikeringkan aquadest yang menempel pada leher labu ukur dengan
menggunakan tisu.
8. Ditambahkan aquadest hingga batas tanda pada labu ukur dengan menggunakan
pipet tetes.
9. Ditutup labu takar dan dibolak-balikan labu ukur sambil dipegang tutupnya hingga
beberapa kali.
7
4. Pindahkan larutan NaOH kedalam labu takar dengan ukuran sesuai dengan volume
larutan yang akan dibuat, kemudian tambahkan aquades ke dalam labu takar sampai
dengan tanda tera
Bab IV
1.1 Hasil
Rumus Perhitungan:
a. Persen Volume:
CuSO4 0,1 M sbanyak 100 mL
M= g/Mr x 1000/mL
0,1= g/160 x 1000/100
g= 0,1 x 16
= 1,6 gram
M= g/Mr x 1000/mL
0,1= g/40 x 1000/100
8
g= 0,1 x 4
= 0,4 gram
1.2. Pembahasan
Tujuan praktikum reaksi-reaksi kimia adalah untuk mengenal berbagai reaksi kimia dan untuk
menentukan stoikiometri reaksi. Reaksi kimia adalah proses perubahan kimia antara zat-zat
preaksi atau reaktan yang berubah menjadi zat-zat hasil reaksi atau produk. Pada dasarnya ada
berbagai jenisnya reaksi kimia, Dimana reaksi kimia ini dapat di-kelompokan berdasarkan
bagaimana struktur atau cara atom tersusun kembali pada hasil reaksi kimia. Beberapa jenis
reaksi kimia adalah reaksi pembakaran merupakan reaksi antara suatu zat dengan oksigen
menghasilkan zat yang jenisnya baru dan panas, reaksi pembakaran juga dapat menimbulkan
api, ledakan atau hanya menimbulkan pendar. Reaksi kombinasi atau reaksi redoks yang
merupakan unsur bebas, reaksi redoks merupakan reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan
oksidasi atau reaksi yang didalamnya terdapat serah terima elektron. Reaksi penguraian
merupakan reaksi kimia yang apabila senyawa tunggal bereaksi membentuk dua atau lebih zat.
Reaksi penggatian tunggal merupakan reaksi yang terjadi apabila seluruh unsur menggantikan
kedudukan unsur lain. Reaksi penggantian ganda merupakan reaksi yang terjadi apabila dua
unsur saling berganti ion. Terakhir adalah reaksi metatesis yang terdiri dari reaksi pengendapan
yang merupakan proses reaksi yang membentuk endapan, reaksi netralisasi merupakan reaksi
antara asam dan basa, dan reaksi pembentukan gas yang merupakan reaksi kimia yang reaksinya
dihasilkan gas. Untuk mengetahui terjadinya reaksi kimia dari suatu proses kimia dapat dilihat
dari beberapa tanda, seperti pembentukan endapan, pembentukan gas, perubahan warna dan
perubahan suhu. Variasi kontinu adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan
stoikiometri reaksi dengan mengamati sederetan reaksi yang kuantitas molar preaksinya di
ubah-ubah dan bervariasi, akan tetapi kuantitas molar totalnya sama.
Pada percobaan ini mencampurkan larutan NaOH dengan CuSO4. Dari percobaan dapat dilihat
bahwa 15 ml NaOH dengan 5 ml CuSO4 menghasilkan tidak terlalu banyak endapan dan
campuran larutan berwarna biru. 10 ml NaOH detambahkan dengan 15 ml CuSO4
menghasilkan endapan yang sedikit dan campuran berwarna biru kehijauan.
9
10
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari praktikum yang telah kami lakukan kami dapat melihat dan kami dapat mengamati
bagaimana cara pembuatan larutan NaOH dan CuSO4 yang di mana dapat di ketahui bahwa
pembuatan larutan ini banyak membutuhkan ketelitian serta bagaimana cara orang mengamati
hasil dari pembuatan larutan tersebut. Pengukuran PH dapat kita liat dari setiap larutan yang kita
buat.
B. saran
sebaiknya, di praktikum selanjut kami dapat membuat larutan dengan benar dan kami
dapat memahami prosedur kerja pembuatan larutan. Serta membuat larutan larutan baru
dengan hasil percobaan yang beragam
DAFTAR PUSTAKA
11