Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR 1
REAKSI ASAM BASA

OLEH :
NAMA : SINTA SARAH AMALIA
NIM : K1A021036
ASISTEN : NURUL HAYATI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021
DAFTAR ISI
REAKSI ASAM BASA ................................................................................ 1
I. TUJUAN ............................................................................................ 1
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 1
III. METODE PERCOBAAN ................................................................. 4
3.1. Alat .............................................................................................. 4
3.2. Bahan .......................................................................................... 4
3.3. Prosedur percobaan ................................................................... 4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 6
4.1. Data Pengamatan ....................................................................... 6
4.2. Data Perhitungan ....................................................................... 6
4.3. Pembahasan................................................................................ 7
V. KESIMPULAN................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 11

ii
REAKSI ASAM BASA

I. TUJUAN
1. Mampu menguasai reaksi asam basa
2. Mampu menguasai Teknik titrasi asam basa
3. Mampu membuat larutan standar
4. Mampu terampil dan dapat melakukan pekerjaan secara baik dan
teliti dengan kesalahan sekecil mungkin

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam perkembangan teori asam-basa dimulai dengan


mengklasifikasi zat-zat menjadi asam atau basa yang didasarkan atas sifat-
sifat dan karakteristik yang ditunjukkan oleh zat-zat tersebut dalam larutan
air. Asam dan Basa mempunyai sifat-sifat tertentu yang dapat
mempermudah kita untuk mengenalnya. Misalnya larutan asam
mempunyai rasa asam. Sebagai contoh jus lemon dan cuka rasanya asam.
Sedangkan basa memiliki rasa pahit atau sepat, sebagai contonya adalah
sabun. Selain rasa, sifat-sifat asam dan basa juga dapat ditentukan dengan
melihat pengaruhnya terhadap indikator. Indikator merupakan suatu zat
kimia yang dapat berubah warnanya tergantung dari keasaman atau
kebasaan suatu larutan. Contoh yang paling sederhana adalah kertas
lakmus. Kertas lakmus akan mempunyai warna biru jika dicelupkan pada
larutan yang bersifat basa dan menjadi warna merah muda jika dicelupkan
pada larutan yang bersifat asam (Dwi dkk, 2017)

Konsep asam basa dapat dikatakan masih bersifat alami. Suatu


senyawa bersifat asam apabila mempunyai rasa masam, dapat mengubah
indikator kertas lakmus biru menjadi merah, bila ditambah logam dapat
melepaskan gelembunggelembung gas hidrohen, sehingga dapat
disimpulkan bahwa senyawa yang bersifat asam adalah senyawa yang
mengandung ion hidrogen. Asam senyawa dirumuskan dengan HX,
dengan X adalah gugus yang terikat oleh hidrogen. Senyawa bersifat basa
apabila mempunyai rasa pahit, dapat mengubah indikator kertas lakmus
merah menjadi biru, dan mengandung gugus hidroksi (OH- ), sehingga
seneyawa yang bersifat basa dapat dirumuskan dengan MOH, dengan M
adalah gugus yang terikat oleh OH (Sastrohamidjojo, 2005)

Asam-Basa Bronsted-Lowry Tahun 1923 J.N Bronsted di Denmark


dan T.M. Lowry di inggris secara terpisa memberikan cara lain dalam

1
2

mendefiniasikan asam dan basa. Asam adalah donor proton dan basa
adalah aseptor proton. Definisi ini dapat mengklasifikasikan sifat asam
atau basa suatu larutan dalam pelarut lainnya selain pelarut air. Menurut
Bronsted, asam adalah segala zat yang dapat memberikan proton, dan basa
adalah zat yan dapat menerima proton. Ketika suatu asam menghasilkan
proton, zat 2 yang kekurangan proton adalah zat yang mempunyai sedikit
afinitas proton, dalam hal ini adalah basa. Jadi menurut Bronsterd terdapat
asam basa konjugasi, yaitu asam atau basa pasangan (Underwood, 2002)

Asam-basa Lewis Teori yang sangat umum mengenai prilaku asam


dan basa dinyatakan oleh G.N. Lewis. Menurut konsep ini, suatu asam
lewis adalah sebagai spesi apa saja bertindak sebagai penerima pasangan
electron dalam reaksi kimia, dan suatu basa lewis ialah donor pasangan
electron. Definisi lewis memperluas konsep asam-basa ke sejumlah reaksi
yang tidak melibatkan transfer proton. Teori asam basa Lewis yang
menyebutkan larutan asam basa disebut juga dengan larutan elektrolit.
Senyawa asam basa tersebut banyak ditemukan dalam kehidupan
seharihari, seperti air jeruk, cuka, sabun, dan masih banyak lagi. Yang
kedua adalah teori asam basa Arhenius, yang menyebutkan asam adalah
suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam aur akan melepaskan ion
hidrogen (H+ ). Sedangkan basa adalah senyawa yang jika dilarutkan ke
dalam air akan memberikan ion hidroksida (OH+ ) (Underwood, 2002).

Titrasi merupakan salah satu prosedur dalam ilmu kimia yang digunakan
untuk menentukan molaritas dari suatu zat asam dan basa. Tingkat
keasaman atau kebasaan dapat ditentukan dengan menggunakan asam atau
basa yang ekuvalen. Ekuivalen asam setara dengan satu mol hidroksida.
Ada dua cara yang biasa dignakan untuk memprediksi dan menentukan
titik ekuivalen, yaitu menggunakan pH meter dan indikator asam basa.
Titrasi asam basa disebut juga titrasi netralisasi. Reaksi netralisasi terjadi
antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa, dan
membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain, reaksi
netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam)
dengan penerima proton (basa) (Zaid, 2008).Banyak zat yang warnanya
dalam larutan bergantung pada suasana pH (konkentrasi ion hidrogen).
Senyawa-senyawa ini disebut sebagai indikator asam-basa yang banyak
digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi. Indikator asam basa
umumnya adalah senyawa organik dengan massa molekul besar yang
dalam air atau pelarut lain dapat bersifat asam atau basa. Indikator asam
basa adalah suatu hal yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
keasaman atau kebasaan suatu zat. Indikator dibagi menjadi dua, yaitu
indikator tunggal dan indikator universal. Indikator tunggal hanya dapat
3

membedakan larutan yang hanya bersifat asam atau basa, tidak dapat
menentukan harga pH dan pOH. Indikator universal dapat digunakan
untuk membedakan larutan asam atau basa dengan mengetahui harga pH
dan pOH dari larutan (Harjadi, 1990).

Titrasi asam basa dapat memberikan hasil yang cukup akurat, sehingga
digunakan pengamatan dengan indikator bilangan pH pada titik ekuifalen
4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan akurat pada titrasi asam atau
basa lemah, jika penetresinya basa atau asam kuat dengan perbandingan
tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104 . Pada reaksi asam basa, proton
ditrasnfer dari satu molekul ke molekul lain. Dalam air proton biasanya
tersolvasi sebagai H3O. Reaksi asam basa bersifat refersibel. Temperatur
dapat mempengaruhi titrasi asam basa, pH, dan perubahan warna indikator
secara tidak langsung (Khopkar, 1990)
III. METODE PERCOBAAN
3.1.Alat
Alat yang dipakai pada percobaan reaksi asam basa adalah neraca
analitik, labu volumetri 100 mL, gelas piala 50 mL, corong, pipet tetes
untuk percobaan pembuatan dan penetapan larutan standar.Sedangkan
untuk percobaan titrasi asam basa, alat yang dibutuhkan adalah buret 50
mL, statif, pipet volumetri 10 mL, Erlenmeyer 250 mL, corong.

3.2.Bahan
Pada percobaan reaksi asam basa digunakan Kristal H2C2O4 0,1N,
aquades untuk pembuatan dan penetapan larutan standar. Percobaan titasi
asam basa menggunakan bahan seperti, H2C2O4 0,1N; sampel larutan
NaOH; sampel larutan HCl; indikator phenolphtaelein (pp).

3.3.Prosedur percobaan
3.3.1. Pembuatan dan penetapan larutan standar

Bahan

- Sejumlah kristal asam oksalat ditimbang untuk membuat


larutan asam oksalat 0,1 dalam 100mL
- Larutkan asam oksalat tersebut dilarutkan dengan 25 mL
aquades dalam sebuah gelas piala 50 mL
- Dituangkan dalam labu volumetri 100 mL
- Ditambahkan aquades sambil membilas gelas piala
sampai mendekati tanda batas.
- Tutup labu volumetri, kemudian dikocok sambil
dijungkirbalikkan agar larutan homogen
- Normalitas asam oksalat dihitung Gunakan larutan
standar ini untuk menentukan konsentrasi larutan NaOH
pada titrasi asam basa.

Hasil akhir

4
5

3.3.2. Titrasi Asam Basa

Bahan

- Dimasukkan larutan NaOH ke dalam biuret yang bersih


dan kering.
- Meniscus larutan dihitung pada titik “nol” dan jangan ada
gelembung udara di dalamnya.
- Sebanyak 10 mL larutan asam oksalat dipipet kedalam
labu Erlenmeyer,di tambahkan 2 tetes indikator
phenolphthalein.
- Erlenmeyer ditempatkan di bawah buret dan mulailah
titrasi.
- Titrasi segera diakhiri pada saat terjadi perubahan warna
menjadi merah muda terang yang stabil selama 20 detik
yang menendai titik ekivalen titrasi telah tercapai.
- Volume larutan NaOH yang digunakan dicatat.
- Diulangi titrasi sekali lagi dengan selisih hasil kurang
dari 1%.
- Konsentrasi larutan NaOH dihitung.
- Sebanyak 10 mL larutan sampel asam HCl dipipet
kedalam Erlenmeyer, tambahkan 2 tetes indikator
henolphtalein
- Diulangi pengerjaan titrasi seperti diatas sebanyak dua
kali dengan selisih hasil kurang dari 1%. Hitung
konsentrasi larutan HCl
Hasil akhir
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Data Pengamatan
No. Perlakuan Pengamatan
1. Larutan NaOH dilarutkan Larutan NaOH larut
dengan 25 mL aquades dalam aquades di dalam
gelas piala
2. Larutan asam oksalat dipipet Warna larutan asam
sebanyak 10 mL ke dalam oksalat putih (bening)
labu Erlenmeyer, kemudian
sebanyak 2 tetes indikator
phenolphtaelein
ditambahkan
3. Labu Erlenmeyer Warna larutan berubah
ditempatkan di bawah buret, menjadi merah muda
kemudian titrasi dimulai.
4. Volume NaOH dicatat, Warna larutan merah
kemudian titrasi diulangi muda
sekali lagi dan dihitung
konsentrasinya.
5. Larutan sempel asam HCl Larutan HCl berada di
dipipet sebanyak 10 mL ke dalam Erlenmeyer
dalam labu Erlenmeyer.
6. Sebanyak 2 tetes indikator Indikator phenolptaelein
phenolphtaelein bercampur dengan HCl
ditambahkan. menghasilkan larutan tak
berwarna
4.2.Data Perhitungan
4.2.1. Penentuan konsentrasi NaOH

V NaOH = 3,5 mL
V H2C2O4 = 10 mL

V NaOH . N NaOH = V H2C2O4 . N H2C2O4


3,5 . N NaOH = 10 . 0,1
N NaOH = 0,29 N

4.2.2. Penentuan konsentrasi HCl


V HCl = 10 mL
V NaOH = 3,9 mL

6
7

V HCl . N HCl = V NaOH . N NaOH


10 . N HCl = 3,7 . 0,29
N HCl = 1,07 N

4.3.Pembahasan

Titrasi merupakan suatu proses penentuan banyak suatu larutan


dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk beraksi secara
lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisa. Titrasi asam
basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan jumlah
senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Umumnya senyawa
organic dapat larut dalam pelarut organic, karena itu senyawa organic
dapat ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert Titik
ekuivalen yaitu pH pada saat asam dan basa atau titran (zat yang akan
ditentukan kadarnya) dan titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya)
tepat ekuivalen atau secara stoikiometri tepat habis beraksi. Titik
ekuivalen ini dapat dicapai pada saat pH larutanya sebesar 7. Titik
ekuivalen biasa disebut titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi adalah titik
dimana titran melebihi titer, ditandai dengan perubahan warna. Indikator
adalah zat yang warnanya akan berubah bila berada dalam lingkungan
yang sifatnya berlawanan (Wvandiari, 2006). Indikator digunakan dalam
titrasi agar titik akhir titrasi dan teoritis berdekatan, harus menggunakan
indikator yang memiliki trayek perubahan warana disekitar titik akhir
teoritis (Suhardjo, 1986).

Digunakan larutan asam oksalat dalam percobaan ini sebagai larutan


standar primer. Sedangkan dalam percobaan titrasi kali ini NaOH dan HCl
berfungsi sebagai larutan standar sekunder, yaitu larutan yang konsentrasi
tidak diketahui tepat karena berasal dari zat yang tidak murni. Dan
phenolphtaelein (PP) sebagai indicator warna. Titik titrasi ditandai dengan
perubahan sifat fisik, phenolphtaelein dalam larutan asam tidak berwarna
karena tidak terionisasi, sedangkan dalam larutan basa berwarna merah
muda karena terionisasi (Sunarya dkk, 2007). Percobaan titrasi asam basa
kali ini menggunakan 10 mL larutan asam oksalat 0,1 N yang bersifat asam
lemah yang akan dititrasi dengan larutan NaOH yang bersifat basa kuat
dan belum diketahui molaritasnya. Sebelumnya dibuat terlebih dahulu
larutan asam oksalat 0,1 N oleh asisten praktikum dengan menimbang
sejumlah kristal asam oksalat yang diperlukan untuk membuat larutan
asam oksalat 0,1 N dalam 100 mL. Selanjutnya asam oksalat dilarutkan
dengan 25 mL aquades dalam sebuah gelas piala 50 mL. Selanjutnya
8

dituangkan ke dalam labu volumetri 100 mL dan ditambahkan aquades


dalam sebuah gelas piala 50 mL. Labu volumetri ditutup, kemudian
dikocok agar larutan homogen. Hitung normalitas larutan asam oksalat
tepat 0,1 N.

Percobaan kesatu adalah penentuan konsetrasi larutan NaOH dengan


metode titrasi asam basa. Titrasi diawali dengan memasukkan larutan
NaOH ke dalam buret, akan tetapi tidak boleh langsung dimasukkan ke
dalam buret. Larutan NaOH harus dimasukkan ke dalam gelas beaker
terlebih dahulu, kemudian buret dilepaskan dari statif dan larutan NaOH
dimasukkan ke dalam buret melalui dinding tabung. Meniscus larutan
diatur pada titik “nol” dan jangan ada gelembung udara di dalamnya, buret
diletakan kembali pada statif. Larutan asam oksalat yang sudah dibuat oleh
asisten praktikum dipipet ke dalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan
indikator phenolphtaelein sebanyak 2 tetes. Erlenmeyer yang berisi
campuran asam oksalat dan indikator phenolphtaelein diletakkan di bawah
buret, kemudian kran buret sedikit demi sedikit dibuka dan erlenmeyer
digoyangkan terus menerus hinga berubah warna menjadi merah muda.
Reaksi yang terjadi

2NaOH + H2C2OH → Na2C2O4 + 2H2O

Setelah warna larutan stabil atau tidak berubah warna selama 20 detik,
terlihat pada buret volume larutan NaOH yang digunakan sebanyak 3,5
mL. didapatkan konsentrasi NaOH sebesar 0,29 N berdasarkan rumus

VNaOH . NNaOH = VH2C2O4 . NH2C2O4

Percobaan selanjutnya adalah penentuan konsentrasi HCl. Titrasi


diawali dengan memasukkan larutan NaOH ke dalam buret, akan tetapi
tidak boleh langsung dimasukkan ke dalam buret. Langkah untuk
melakukan titrasi sama sepeti titrasi NaOH. Erlenmeyer yang berisi
campuran HCl dan indikator phenolphtaelein diletakkan di bawah buret,
kemudian kran buret sedikit demi sedikit dibuka dan erlenmeyer
digoyangkan terus menerus hinga berubah warna menjadi merah muda.
Ketika campuran berubah warna, itu menunjukkan ion H+ dalam larutan
HCl telah dinetralkan seluruhnya oleh ion OH- dari NaOH. Jika larutan
NaOH ditambahkan terus, dalam campuran akan kelebihan ion OH-
sehingga warnanya merah muda (Sunarya dkk,2007).

Reaksi yang terjadi dalam titrasi


9

2NaOH + HCl → NaCl + 2H2O

Setelah warna larutan stabil atau tidak berubah warna selama 20 detik,
terlihat pada buret volume larutan NaOH yang digunakan sebanyak 3.9
mL. Kemudian dihitung konsentrasi larutan HCl dan didapatkan
konsentrasi HCl sebesar 1.073 N berdasarkan rumus berikut

VNaOH . NNaOH = VHCl . NHCl

Penuangan larutan sekunder (NaOH) dilakukan secara perlahan atau


tetes demi tetes agar titik akhir titrasi tidak terlampaui dan data yang
diperoleh lebih akurat. Larutan yang dititrasi dikocok perlahan agar NaOH
cepat tercampur dan bereaksi dengan asam oksalat atau HCl menjadi
larutan homogen. Indikator basa yang biasa digunakan dalam titrasi asam
basa adalah indikator yang dapat berubah warna saat mencapai titik akhir
titrasi. Indikator yang digunakan adalah dalam percobaan ini adalah
indikator phenolphtaelein atau lebih dikenal dengan sebutan “PP”.
Indikator phenolphtaelein dipilih karena dalam percobaan ini basa
berperan sebagai larutan standar sekunder, sedangkan asam berperan
sebagai larutan yang dititrasi. Jadi, ketika larutan yang dititrasi masih
bersifat asam dan netral, maka indikator phenolphtaelein tidak berubah
warna, sedangkan saat sudah mencapai titik akhir titrasi (menjadi bersifat
basa) indikator phenolphtaelein akan memberikan warna merah muda.
Phenolphtaelein akan berubah warna juka larutan mencapai pH 8 atau
lebih (Ayi, 2010).

Proses Titrasi Asam Basa Sisa Volume NaOH


V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Diperoleh reaksi-reaksi asam basa dalam percobaan titrasi
asam basa :
2NaOH + H2C2OH → Na2C2O4 + 2H2O
2NaOH + HCl → NaCl + 2H2O
5.1.2. Titrasi asam basa yaitu suatu cara atau teknik dengan
mereaksikan larutan asam (asam oksalat dan HCl) dengan
basa (NaOH) sebagai titer hingga mencapai titik ekuivalen.
Kemudian data hasilnya digunakan untuk mencari
konsentrasi, dan diperoleh konsentrasi NaOH adalah 0,29 N
sedangkan konsentrasi HCl adalah 1,07 N.
5.1.3. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya diketahui
secara tepat dari suatu unsur atau zat. dalam percobaan kali
ini, larutan yang digunakan sebagai larutan standar adalah
asam oksalat 0,1 N yang terbuat dari kristal asam oksalat yang
dilarutkan dengan 25 mL aquades.

5.2. Saran
5.2.1. Berhati-hati dalam melakukan praktikum karena larutan HCl
bersifat korosif, dan gas yang dihasilkan oleh larutan NaOH
dapat mengakibatkan gangguan pernafasan.
5.2.2. Alat dan bahan diamati dan dicek kembali, supaya pada saat
berlangsungnya praktikum tidak ada kendala mengenai alat
yang dapat menghambat jalannya praktikum.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ayi. 2010. Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Harjadi. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

Rivai. (1990). Analisi Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press.

S.M.Khopkar. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Sunarya, Y. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk kelas XI.
Bandung: PT. Setia Purna Inves.

Syukri. (1999). Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: UI press.

Underwood, D. a. (1993). Analis Organik Kuantitatif Edisi IV. Jakarta:


Erlangga.

11

Anda mungkin juga menyukai