KIMIA DASAR 1
REAKSI ASAM BASA
OLEH :
NAMA : SINTA SARAH AMALIA
NIM : K1A021036
ASISTEN : NURUL HAYATI
ii
REAKSI ASAM BASA
I. TUJUAN
1. Mampu menguasai reaksi asam basa
2. Mampu menguasai Teknik titrasi asam basa
3. Mampu membuat larutan standar
4. Mampu terampil dan dapat melakukan pekerjaan secara baik dan
teliti dengan kesalahan sekecil mungkin
1
2
mendefiniasikan asam dan basa. Asam adalah donor proton dan basa
adalah aseptor proton. Definisi ini dapat mengklasifikasikan sifat asam
atau basa suatu larutan dalam pelarut lainnya selain pelarut air. Menurut
Bronsted, asam adalah segala zat yang dapat memberikan proton, dan basa
adalah zat yan dapat menerima proton. Ketika suatu asam menghasilkan
proton, zat 2 yang kekurangan proton adalah zat yang mempunyai sedikit
afinitas proton, dalam hal ini adalah basa. Jadi menurut Bronsterd terdapat
asam basa konjugasi, yaitu asam atau basa pasangan (Underwood, 2002)
Titrasi merupakan salah satu prosedur dalam ilmu kimia yang digunakan
untuk menentukan molaritas dari suatu zat asam dan basa. Tingkat
keasaman atau kebasaan dapat ditentukan dengan menggunakan asam atau
basa yang ekuvalen. Ekuivalen asam setara dengan satu mol hidroksida.
Ada dua cara yang biasa dignakan untuk memprediksi dan menentukan
titik ekuivalen, yaitu menggunakan pH meter dan indikator asam basa.
Titrasi asam basa disebut juga titrasi netralisasi. Reaksi netralisasi terjadi
antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa, dan
membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain, reaksi
netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam)
dengan penerima proton (basa) (Zaid, 2008).Banyak zat yang warnanya
dalam larutan bergantung pada suasana pH (konkentrasi ion hidrogen).
Senyawa-senyawa ini disebut sebagai indikator asam-basa yang banyak
digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi. Indikator asam basa
umumnya adalah senyawa organik dengan massa molekul besar yang
dalam air atau pelarut lain dapat bersifat asam atau basa. Indikator asam
basa adalah suatu hal yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
keasaman atau kebasaan suatu zat. Indikator dibagi menjadi dua, yaitu
indikator tunggal dan indikator universal. Indikator tunggal hanya dapat
3
membedakan larutan yang hanya bersifat asam atau basa, tidak dapat
menentukan harga pH dan pOH. Indikator universal dapat digunakan
untuk membedakan larutan asam atau basa dengan mengetahui harga pH
dan pOH dari larutan (Harjadi, 1990).
Titrasi asam basa dapat memberikan hasil yang cukup akurat, sehingga
digunakan pengamatan dengan indikator bilangan pH pada titik ekuifalen
4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan akurat pada titrasi asam atau
basa lemah, jika penetresinya basa atau asam kuat dengan perbandingan
tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104 . Pada reaksi asam basa, proton
ditrasnfer dari satu molekul ke molekul lain. Dalam air proton biasanya
tersolvasi sebagai H3O. Reaksi asam basa bersifat refersibel. Temperatur
dapat mempengaruhi titrasi asam basa, pH, dan perubahan warna indikator
secara tidak langsung (Khopkar, 1990)
III. METODE PERCOBAAN
3.1.Alat
Alat yang dipakai pada percobaan reaksi asam basa adalah neraca
analitik, labu volumetri 100 mL, gelas piala 50 mL, corong, pipet tetes
untuk percobaan pembuatan dan penetapan larutan standar.Sedangkan
untuk percobaan titrasi asam basa, alat yang dibutuhkan adalah buret 50
mL, statif, pipet volumetri 10 mL, Erlenmeyer 250 mL, corong.
3.2.Bahan
Pada percobaan reaksi asam basa digunakan Kristal H2C2O4 0,1N,
aquades untuk pembuatan dan penetapan larutan standar. Percobaan titasi
asam basa menggunakan bahan seperti, H2C2O4 0,1N; sampel larutan
NaOH; sampel larutan HCl; indikator phenolphtaelein (pp).
3.3.Prosedur percobaan
3.3.1. Pembuatan dan penetapan larutan standar
Bahan
Hasil akhir
4
5
Bahan
4.1.Data Pengamatan
No. Perlakuan Pengamatan
1. Larutan NaOH dilarutkan Larutan NaOH larut
dengan 25 mL aquades dalam aquades di dalam
gelas piala
2. Larutan asam oksalat dipipet Warna larutan asam
sebanyak 10 mL ke dalam oksalat putih (bening)
labu Erlenmeyer, kemudian
sebanyak 2 tetes indikator
phenolphtaelein
ditambahkan
3. Labu Erlenmeyer Warna larutan berubah
ditempatkan di bawah buret, menjadi merah muda
kemudian titrasi dimulai.
4. Volume NaOH dicatat, Warna larutan merah
kemudian titrasi diulangi muda
sekali lagi dan dihitung
konsentrasinya.
5. Larutan sempel asam HCl Larutan HCl berada di
dipipet sebanyak 10 mL ke dalam Erlenmeyer
dalam labu Erlenmeyer.
6. Sebanyak 2 tetes indikator Indikator phenolptaelein
phenolphtaelein bercampur dengan HCl
ditambahkan. menghasilkan larutan tak
berwarna
4.2.Data Perhitungan
4.2.1. Penentuan konsentrasi NaOH
V NaOH = 3,5 mL
V H2C2O4 = 10 mL
6
7
4.3.Pembahasan
Setelah warna larutan stabil atau tidak berubah warna selama 20 detik,
terlihat pada buret volume larutan NaOH yang digunakan sebanyak 3,5
mL. didapatkan konsentrasi NaOH sebesar 0,29 N berdasarkan rumus
Setelah warna larutan stabil atau tidak berubah warna selama 20 detik,
terlihat pada buret volume larutan NaOH yang digunakan sebanyak 3.9
mL. Kemudian dihitung konsentrasi larutan HCl dan didapatkan
konsentrasi HCl sebesar 1.073 N berdasarkan rumus berikut
5.2. Saran
5.2.1. Berhati-hati dalam melakukan praktikum karena larutan HCl
bersifat korosif, dan gas yang dihasilkan oleh larutan NaOH
dapat mengakibatkan gangguan pernafasan.
5.2.2. Alat dan bahan diamati dan dicek kembali, supaya pada saat
berlangsungnya praktikum tidak ada kendala mengenai alat
yang dapat menghambat jalannya praktikum.
10
DAFTAR PUSTAKA
Sunarya, Y. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk kelas XI.
Bandung: PT. Setia Purna Inves.
11