2. Rismah
3. Zakiah Darajat
5. Putri Sarimurti
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
dinyatakan diterima.
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
B. TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan titrasi asam basa dengan menggunakan indikator.
C. LANDASAN TEORI
Jika kita memulai reaksi diatas dengan jumlah molar asam basa yang sama,
pada akhir reaksi kita, hanya akan dihasilkan garam dan tidak
ti dak ada satupun asam
dan basa yang tersisa. Ini merupakan ciri dari reaksi penetralan asam basa (Chang,
2004:99)
Bila kuantitas ekuimolar dari suatu asam kuat seperti asam klorida, HCl.
Dan suatu basa kuat seperti natrium hidroksida, NaOH. Dicampurkan di dalam
suatu larutan air, ion hidronium dari asam dan ion hidroksida dari basa, akan
bersenyawa membentuk air. Reaksi ini dikenal sebagai penetralan. Reaksi
penetralan didefenisikan sebagai reaksi dalam mana kuantitas asam dan basa yang
ekuivalen, bereaksi. Umumnya, dengan penetralan diartikan bahwa semua proton
yang tersedia dari asamnya dan semua ion hidroksida dari basanya bereaksi untuk
membentuk air (Keenan,1984:419).
Asam dan basa didefinisikan oleh ahli berabad-abad yang lalu dalam sifat-
sifat larutan air mereka. Dalam pengertian ini Suatu zat yang larutan airnya berasa
asam, memerahkan lakmus biru, bereaksi dengan logam aktif untuk membentuk
hidrogen dan menetralkan basa. Dengan mengikuti pola yang serupa, suatu basa
didefinisikan sebagai suatu zat yang larutan airnya berasa pahit, membirukan
lakmus merah, terasa licin sabun, dan menetralkan asam ( Keenan, 1984:408).
sekali yaitu bahwa senyawa asam itu tidak harus mengandung proton (Andari,2013:
116).
Asam kuat dan basa kuat, dalam air akan terurai dengan sempurna. Oleh
karena itu, ion hidrogen dan ion hidroksida selamat titrasi dapat langsung dihitung
dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik ekuivalen dari titrasi asam
kuat dan basa kuat, pH larutan pada temperatur 25 0C sama dengan pH air yaitu
sama dengan 7 (Tim Dosen, 2016:17).
Menurut Chang (2004:96), asam sebagai zat yang mengion dalam air
menghasilkan ion H+ dan basa sebagai zat yang mengion dalam air menghasilkan
ion OH- .
Asam:
1. Asam memiliki rasa masam, misalnya cuka yang mempunyai rasa dari asam
asetat, dan lemon serta buah-buahan sitrun lainnya mengandung asam sitrat.
2. Asam menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan misalnya,
mengubah lakmus biru jadi merah.
3. Larutan asam dalam air menghantarkan arus listrik.
Basa:
1. Basa memiliki rasa pahit
semacam perubahan sifat fisis, misalnya campuran yang bereaksi. Titik akhir dapat
dideteksi dalam campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat
yang disebut indikator, yaitu mengubah warna pada titik akhir (David W, 2001:
161).
Indikator asam basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun basanya
merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik ekuivalen larutan akan mempunyai pH
> 7 (bereaksi basa) atau pH < 7 (bereaksi asam). Harga pH yang tepat dapat dihitung
dari tetapan ionisasi dari asam atau
ata u basa lemah tersebut dan dari konsentrasi la
larutan
rutan
yang diperoleh. Titik akhir titrasi asam dapat ditentukan dengan indikator asam
basa. Indikator yang digunakan harus memberikan perubahan warna yang nampak
disekitar pH titik ekuivalen titrasi yang dilakukan, sehingga titik akhirnya masih
jatuh pada kisaran perubahan pH indikator
indikator tersebut (Harjanti,2008).
Untuk menentukan titik ekuivalen ini biasanya dipakai suatu indikator asam
basa, yaitu suatu zat yang perubahan warnanya tergantung pada pH larutan.
Perubahan warna indikator tertentu timbul perubahan warna, maka titik
titi k akhir tidak
selalu berimpit dengan titik ekuivalen dan selisihnya disebut kesalahan titrasi.
Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi
titras i ini
(Tim Dosen, 2016:21)
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Gelas ukur 50 mL
b. Labu erlenmeyer
c. Ball pipet
d. Botol semprot
e. Corong biasa
f. Buret
g. Statif dan Klem
h. Pipet tetes
i. Lap kasar
j. Lap halus
2. Bahan
a. Larutan Asam Klorida (HCl) 0,1 M
b. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,2 M
c. Indikator Phenolftalein
d. Indikator Universal
e. Aquades
f. Tissue
E. PROSEDUR KERJA
1. Isi buret dengan larutan NaOH 0,2 M
2. Larutan HCl 0,1 M diukur dengan gelas ukur sebanyak 10 ml. Kemudian
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dengan pipet ukur dan ball pipet.
Kemudian ukur pH larutan dengan indikator universal, selanjutnya
menambahkan 3 tetes indikator phenolftalein.
3. Dicatat keadaan awal (skala) dalam buret. Kemudian diteteskan 1 ml
larutan NaOH dari buret ke dalam larutan HCl dengan hati-hati,
selanjutnya diukur pH larutan HCl.
4. Dilanjutkan titrasi ampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna
menjadi merah muda. Kemudian diukur kembali pH larutan.
5. Dicatat kembali keadaan akhir buret dan volume NaOH yang dipakai.
6. Ditambahkan lagi 1 ml NaOH dari buret da diukur kembali pH larutan.
Diulangi titrasi paling sedikit 2 kali.
F. HASIL PENGAMATAN
Titrasi III
No. Pembacaan Buret Titrasi I (ml) Titrasi II (ml)
(ml)
1. NaOH akhir 8,7 10,7 20,3
2. NaOH awal 0 1 10
3. Volume NaOH 8,7 9,7 10,3
G. ANALISIS DATA
a. pH larutan HCl sebelu penambahan NaOH
Diketahui : M HCl = 0,1 M
Ditanya : pH = ......?
Penyelesaian : HCl H+ + Cl-
[HCl] = M x a
= 0,1 M x 1
= 0,1 M
= 10 -1 M
pH = - log [HCl]
= - log 10-1
=1
b. pH saat penambahan 1 ml NaOH 0,2 M dalam 10 ml HCl 0,1 M
diketahui : M NaOH = 0,2 M = 0,2 mmol/ml
V NaOH = 1 ml
M HCl = 0,1 M = 0,1 mmol/ml
V HCl = 10 ml
Ditanyakan : pH = ..........?
Penyelesaian :
Mol HCl = M HCl x V HCl
= 0,1 mmol/ml x 10 ml
= 1 mmol
Mol NaOH = M NaOH x V NaOH
NaOH
= 0,2 mmol/ml x 1 ml
= 0,2 mmol
+
pH = - log [H ]
= - log 7,27 x 10-2
= 2 – log 7,27
= 2 – 0,86
= 1,14
Karena pH yang diperoleh adalah 1,14 dimana pH < 7 maka larutan
bersifat asam.
c. pH saat mencapai titik ekuivalen
M1. V1 = M2.V2
10 ml x 0,1 mmol/ml
V2 = 0,2 mmol/ml
V2 = 5 ml
Diketahui : M NaOH = 0,2 mmol/ml
V NaOH = 5 ml
M HCl
HCl = 0,1
0,1 mmol/ml
V HCl = 10 ml
Ditanyakan : pH = ..........?
Penyelesaian :
n HCl = M x V
= 0,1 mmol/ml x 10 ml
= 1 mmol
n NaOH = M x V
= 0,2 mmol/ml x 5 ml
= 1 mmol
HCl + NaOH NaCl + H2O
Mula-mula: 1 mmol 1 mmol - -
Reaksi : 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol
Sisa : - - 1 mmol 1 mmol
Kw = [H+] [OH-]
[H+] = 10-14
[H+] = √10-14
[H+] = 10-7
+
pH = - log [H ]
= - log 10-7
=7
Karena mol HCl dan NaOh tepat habis bereaksi maka pH larutan adalah
7.
d. pH setelah melewati Titik ekuivalen
diketahui : M NaOH = 0,2 mmol/ml
V NaOH = 5 ml + 1 ml = 6 ml
M HCl
HCl = 0,1
0,1 mmol/ml
V HCl = 10 ml
Ditanyakan : pH = ..........?
Penyelesaian :
n HCl = M x V
= 0,1 mmol/ml x 10 ml
= 1 mmol
n NaOH = M x V
= 0,2 mmol/ml x 6 ml
= 1,2 mmol
HCl + NaOH NaCl + H2O
Mula-mula: 1 mmol 1,2 mmol - -
Reaksi : 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol
Sisa : - 0,2 mmol 1 mmol 1 mmol
-
[OH ] = N sisa
V total
0,2 mmol
=
16 ml
= 0,0125 mmol/ml
= 1,25 x 10-2 M
pOH = - log [OH-]
= - log 1,25 x 10-2 M
= 2 – log 1,25
= 1,903
pH = 14 – pOH
= 14 – 1,903
= 12,097
H. PEMBAHASAN
Netralisasi merupakan suatu prosedur yang bertujuan untuk mengetahui
konsentrasi suatu zat dalam suatu larutan. Titrasi adalah cara analisis dengan
pengukuran jumlah larutan yang
yang dibutuhkan
dibutuhkan untuk bereaksi secara tepat dengan
dengan zat
yang terdapat dalam zat lain, Diana salah satu larutan diketahui konsentrasinya.
Ketika terjadi perubahan warna pada zat yang dianalisis maka kita akan bisa
mengetahui kandungan atau besarnya konsentrasi suatu zat dalam larutan tersebut.
Secara teknis, netralisasi dilakukan sedikit demi sedikit hingga larutan basa atau
asam yang ada di dalam buret habis bereaksi dengan asam atau basa yang
yang ada di
dalam labu erlenmeyer sehingga terjadi perubahan warna dari indikator yang
dipakai.
Pengamatan dan percobaan ini dilakukan titrasi antara asam kuat dan basa
penambahan NaOH
NaOH dari buret
buret ke dalam larutan HCl. Pada saat NaOH ditambahkan
maka pH larutan secara berturut-turut adalah 1. Kemudian melanjutkan titrasi
hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda.
Perubahan warna terjadi karena adanya resornasi elektron, berbagai indikator
mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda. Indikator phenolftalein andalan
indikator yang dibuat dengan kondensasi alhidrida fhalein dengan fenol. Perubahan
warna menjadi merah muda menunjukkan larutan mencapai titik ekuivalen dari
larutan asam berubah menjadi larutan basa. Titik ekuivalen adalah kondisi pada saat
perbandingan jumlah mol asam dan mol basa sama dengan perbandingan jumlah
koefisien basa dan koefisien basa menurut reaksi. pH saat mencapai titik ekuivalen
adalah 7. Titik akhir titrasi adalah titik Diana terjadi perubahan warna. Setelah itu,
penambahan NaOH agar diketahui perubahan pH larutan setelah mencapai titik
ekuivalen. Selain itu juga untuk mengetahui apakah larutan NaOH yang digunakan
larutan HCl yang diketahui ada 4 yaitu sebelum titrasi, setelah titrasi 1 ml larutan
NaOH 0,2 M, saat
s aat mencapai titik ekuivalen dan setelah melewati titik ekuivalen.
pH larutan meningkat seiring dengan semakin banyak larutan NaOH yang
digunakan.
2. Saran
a. Praktikan, untuk selanjutnya harus menguasai prosedur kerja dengan baik
seperti saat melakukan titrasi. Berhati-hati dalam melakukan percobaan, karena alat
yang digunakan mudah pecah.
pecah. Selain itu, lebih teliti dalam pembacaan alat, karena
data yang diperoleh bergantung pada pembacaan alat.
Kenan, dkk. 1984. Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Tim dosen. 2016. Penuntun praktikum kimia dasar. Makassar : laboratorium kimia
FMIPA UNM.
LAMPIRAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan titik ekuivalen?
Jawab : Titik ekuivalen adalah titik dimana perbandingan asam yang
[HCl] = M x a
= 0,1 M x 1
= 0,1 M
= 10 -1 M
pH = - log [HCl]
= - log 10-1
=1
b. pH saat penambahan 1 ml NaOH 0,2
0,2 M dalam 10 ml HCl 0,1 M
diketahui : M NaOH = 0,2 M = 0,2 mmol/ml
V NaOH = 1 ml
M HCl = 0,1 M = 0,1 mmol/ml
V HCl = 10 ml
Ditanyakan : pH = ..........?
Penyelesaian :
Mol HCl = M HCl x V HCl
= 0,1 mmol/ml x 10 ml
= 1 mmol
Mol NaOH = M NaOH x V NaOH
NaOH
= 0,2 mmol/ml x 1 ml
= 0,2 mmol
HCl + NaOH NaCl + H2O
Mula-mula: 1 mmol 0,2 mmol - -
pH = - log [H+]
= - log 7,27 x 10-2
= 2 – log 7,27
= 2 – 0,86
= 1,14
Karena pH yang diperoleh adalah 1,14 dimana pH < 7 maka larutan
bersifat asam.
c. pH saat mencapai titik ekuivalen
M1. V1 = M2.V2
V2 = 10 ml x 0,1 mmol/ml
0,2 mmol/ml
V2 = 5 ml
n NaOH = M x V
= 0,2 mmol/ml x 5 ml
= 1 mmol
HCl + NaOH NaCl + H2O
=7
Karena mol HCl dan NaOh tepat habis bereaksi maka pH larutan adalah
7.
d. pH setelah melewati Titik ekuivalen
diketahui : M NaOH = 0,2 mmol/ml
V NaOH = 5 ml + 1 ml = 6 ml
M HCl
HCl = 0,1
0,1 mmol/ml
V HCl = 10 ml
Ditanyakan : pH = ..........?
Penyelesaian :
n HCl = M x V
= 0,1 mmol/ml x 10 ml
= 1 mmol
n NaOH = M x V
= 0,2 mmol/ml x 6 ml
= 1,2 mmol
HCl + NaOH NaCl + H2O
Mula-mula: 1 mmol 1,2 mmol - -
0,2 mmol
= 16 ml
= 0,0125 mmol/ml
= 1,25 x 10-2 M
pOH = - log [OH-]
= - log 1,25 x 10-2 M
= 2 – log 1,25
= 1,903
pH = 14 – pOH
= 14 – 1,903
= 12,097
3. Buatlah kurva titrasi reaksi antara HCl dan NaOH!
Jawab :
a. Grafik titrasi I
10
9
8
7
n
a 6
t
u
r 5
a
L
H 4
p
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12
volume NaOH
b. Grafik titrasi II
10
8
n
a
t 6
u
r
a
L
H 4
p
2
0
0 2 4 6 8 10 12
Volume NaOH
6
n
a
u5
t
r
a
l
4
H
p
3
0
0 2 4 6 8 10 12
volume NaOH