Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA LINGKUNGAN I
PERCOBAAN 3
NETRALISASI

NAMA

: ANGELICA AMENIA

NIM

: 1610815120002

KELOMPOK

: II

NAMA ASISTEN

: VERY REZKY ANANDA

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016

PERCOBAAN 3
NETRALISASI
I.

TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui dosis asam atau basa
yang diperlukan untuk menaikkan pH atau menurunkan pH air sampai
memenuhi persyaratan dan memahami prinsip netralisasi.

II.

TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi kimia terjadi bila satu atau lebih zat baru dengan sifat-sifat
yang berbeda dan semua sifat-sifat dalam suatu reaksi kimia zat yang
dihasilkan mempunyai susunan tertentu walaupun zat-zat yang bereaksi
dicampurkan dalam berbagai perbandingan. Cara penulisannya berdasarkan
hukum kekekalan massa yaitu jumlah atom tiap unsur yang ditunjukkan
disebelah kanan (Parning, 2002).
Reaksi netralisasi adalah reaksi yang terjadi dalam larutan basa dan
larutan basa. Ada dua macam metode netralisasi, yaitu:
1. Metode asidimetri
Merupakan metode dimana kita akan melihat pengukuran kuantitatif
suatu basa organik. Metode ini digunakan untuk melihat ada tidaknya suatu
zat dalam larutan (misalnya aspartam).
2. Metode alkalimetri
Merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui kadar suatu zat
atau alkalimetri adalah suatu metode analisa titmetri untuk pengukuran
kuantitatif suatu asam organik atau basa organik dengan pengumpulan
seksama volume basa yang digunakan (Irfan Anshori, 1994).
Konsep asam basa yang berhubungan langsung dengan reaksi
netralisasi, yaitu teori asam basa Arhenius.
a. Asam
Asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H dengan kata lain
pembawa sifat. Sifat asam adalah ion H. Asam Arhenius dapat
dirumuskan sebagai berikut;
Hx2(ag)
xH(ag)+ 2X

Jumlah ion H yang dapat dihasilkan oleh suatu molekul asam disebut
valensi asam, sedangkan ion negative yang terbentuk dari asam setelah
melepaskan ion H disebut sisa asam. (Kimia Dasar, 2010)
Asam terbagi atas dua macam yaitu:
1. Asam kuat, yaitu asam yang mudah terionisasi dan banyak menghasilkan
ion H dalam larutannya. Contohnya: HCl, HBr, H2SO4
2. Asam lemah, yaitu asam yang sedikit terionisasi dan menghasilkan
sedikit ion H dalam larutannya. Contohnya: CH3COOH, HNO2, H2CO3
Berdasarkan banyaknya ion hidrogen yang dihasilkan maka larutan
asam dapat dibagi menjadi asam monobasis dan asam polibasis.
1. Asam monobasis (berbasa satu adalah asam yang dalam larutan air akan
menghasilkan satu ion hydrogen H). Contoh:
HCl
H
+
Cl
Asam klorida
ion hydrogen
ion asetat
CH3COOH
H
+
CH3COO
Asam asetat
ion hydrogen
ion asetat
2. Asam polibasis (berbasa banyak adalah asam yang dalam larutan air
menghasilkan lebih dari satu ion Hydrogen H). Contoh:
H2SO4
H
+
SO4
Asam sulfat
ion hydrogen
ion sulfat
Asam monobasis dan asam polibasis disebut juga asam monoprotik.
Dalam keadaan sebenarnya, ion hydrogen tidak dapat berdiri bebas. Dalam
larutan air, ion hydrogen akan berikatan secara koordinasi dengan molekul
air menjadi hydrogen. (http://irshadi-bagus-4all.blogspot.com)
H + H2O
H3O
b. Basa
Basa adalah senyawa dalam air yang dapat menghasilkan ion
hidroksida (OH). Jadi, pembawa sifat basa adalah (OH). Basa Arhenius
dapat diumuskan sebagai beikut;
M(OH)x(ag)
Mx(ag)+ XOH (ag)
Reaksi netralisasi mengandung ion H dan ion (OH) dengan
konsentrasiyang sama. Contoh;
H2O
H+OH
Larutan asam dibagi 2 yaitu monoasidi dan poliasidi. Pembagian ini
menunjukan sifat keasaman (hidroksitas) suatu basa.
1. Basa monoasidi yaitu basa yang dalam larutan air menghasilkan OH.
Contoh:
NaOH
Natrium hidroksida

Na (ag)
+
ion natrium

OH
ion hidroksida

2. Basa poliasidi yaitu basa yang dalam larutan air menghasilkan lebih
dari satu ion hidroksida. Contoh:
Ca(OH)2(aq)
Ca2 (aq)
+
2OH(aq)
Digunakan untuk memanaskan senyawa atau unsur yang stabil dalam wujud
padat (Purba, 2006).
Kalsium karbonat ion kalsiumion hidroksida (Tim dosen UNHAS,
2010).
Zat-zat organiknya meliputi :
Asam : jika terhidrolisis air akan menerima ion H
Basa : jika terhidrolisis dengan air akan melepaskan ion OH
Garam : poduk atau hasil reaksi asam atau basa (Nurhayati Rahayu, 2009).
III.

ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
Alatalat yang digunakan pada percobaan ini adalah corong, gelas
bekker 250 ml, 2 erlenmeyer 50 ml, sudip, pengaduk gelas, buret 50 ml,
pipet tetes, propipet, pipet mohr 2 ml, labu ukur 100 ml, gelas ukur 100 ml,
botol semprot, statif dan klem, termometer.
B. BAHAN
Bahanbahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan HCl
0,1 N, atau H2SO4, larutan kapur atau Na2CO3 (1 cc = 1 mg), larutan soda
(NaOH) (1 ml = 10 mg), 10 gr Natrium Karbonat (dilarutkan dalam 1000 ml
air suling), larutan kapur (1ml = 10 ml), 10 GR CaO (dilarutkan dalam 1000
ml air suling).

IV.

PROSEDUR PERCOBAAN
A. Penurunan pH air sampai pH 8,3
1. Memasukkan 100 mL air contoh ke dalam labu erlenmeyer.
2. Menambahkan 3 tetes indikator metil merah ke dalam erlenmeyer..
3. Memasukan larutan HCl ke dalam buret.
4. Mentitrasi air contoh hingga berwarna merah.
5. Mencatat volume HCl yang digunakan.
B. Penaikan pH air sampai pH 8,3
1. Memasukkan 100 mL air contoh ke dalam labu erlenmeyer.
2. Menambahkan 3 tetes indikator fenolptalein ke dalam erlenmeyer.
3. Memasukkan larutan kapur ke dalam buret.
4. Mentitrasi air contoh hingga berubah warna menjadi merah jambu.
5. Mencatat volume larutan kapur yang digunakan.

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Tabel Pengamatan Penurunan pH air sampai pH 8,3

No

Langkah-langkah

1.

2.

3.
4.
5.

Hasil

Percobaan 1
Akuades dimasukkan ke V = 50 ml
dalam erlenmeyer sebanyak
50 ml
Indikator
metil
merah
ditambahkan
ke
dalam
erlenmeyer sebanyak 3 tetes
Larutan HCl dimasukkan ke
dalam buret
Akuades dititrasi sampai Warna merah
berubah warna
Dicatat volume HCl yang V awal = 0,6 ml
digunakan
V akhir = 1,0 ml
V total = 0,4 ml

Hasil
Percobaan 2
V = 50 ml

Warna merah
V awal = 19,2 ml
V akhir = 20,0 ml
V total = 0,8 ml

2. Tabel Pengamatan Penaikan pH air sampai pH 8,3


No NO
1.

2.

3.
4.
5.

Langkah-langkah

Hasil
Percobaan 1
Akuades dimasukkan ke V = 50 ml
dalam erlenmeyer sebanyak
50 ml
Indikator PP ditambahkan ke
dalam erlenmeyer sebanyak 3
tetes
Larutan kapur dimasukkan ke
dalam buret
Akuades dititrasi sampai Warna
merah
berubah warna
jambu
Dicatat volume larutan kapur V awal = 2,2 ml
yang digunakan
V akhir = 2,9 ml
V total = 0,7 ml
B. PEMBAHASAN
1. Penurunan pH mengunakan asam atau HCl

Hasil
Percobaan 2
V = 50 ml

Warna
merah
jambu
V awal = 3,4 ml
V akhir = 4,0 ml
V total = 0,6 ml

Hidrogen klorida (HCl) adalah suatu asam monoprotik, yang berarti


asam ini dapat berdisosiasi (yaitu, mengion) hanya sekali untuk
menghasilkan satu ion H+ (proton tunggal). Dalam air asam hidroklorida,
H+ bergabung dengan satu molekul air membentuk ion hidronium, H3O+ :
HCl + H2O H3O+ + Cl
Ion lain yang terbentuk ialah Cl, ion klorida. Oleh karena itu, asam
klorida digunakan untuk membuat garam-garam yang disebut klorida,
seperti natrium klorida (NaCl). Asam klorida merupakan suatu asam kuat,
karena ia secara esensial terdisosiasi dengan sempurna di dalam air. Asam
monoprotik memiliki satu konstanta disosiasi asam, Ka, yang menunjukkan
tingkat disosiasi dalam air. Untuk asam kuat seperti HCl, Ka-nya besar.
Upaya teoritis untuk menetapkan Ka bagi HCl telah dibuat. Bila garam
klorida seperti NaCl ditambahkan pada HCl encer mereka secara praktis
tidak memiliki efek terhadap pH, yang menunjukkan bahwa Cl adalah basa
konjugasi sangat lemah dan HCl sepenuhnya terdisosiasi dalam larutan
berair.
Bagi zat-antara untuk larutan asam klorida kuat, asumsi bahwa
molaritas H+ (unit konsentrasi) sama dengan molaritas HCl yang sangat
baik, menyetujui empat angka signifikan. Dari enam asam mineral kuat
yang umum dalam kimia, asam klorida merupakan asam monoprotik yang
paling tidak mungkin menjalani reaksi reduksi-oksidasi. HCl merupakan
salah satu dari asam kuat paling berbahaya untuk ditangani, terlepas dari
keasamannya, asam ini terdiri dari ion non reaktif dan non-toksik. Larutan
asam klorida dengan kekuatan sedang adalah sangat stabil pada
penyimpanan, mempertahankan konsentrasinya melampaui waktu. Atribut
ini, ditambah fakta bahwa HCl tersedia sebagai reagen murni, membuat
asam klorida reagen pengasaman yang baik.
Asam hidroklorida adalah asam yang lebih disukai dalam titrasi untuk
penentuan jumlah basa. Tintran asam kuat memberikan hasil lebih tepat
karena titik akhir yang lebih jelas. Azeotrop atau asam hidroklorida bertitik
didih konstan (secara kasar 20,2%) dapat digunakan sebagai standar primer
dalam analisis kuantitatif, meskipun konsentrasinya yang tepat bergantung

pada tekanan atmosfir ketika asam ini dibuat. Asam hidroklorida sering kali
digunakan dalam analisis kimia untuk menyiapkan (menghancurkan)
sampel untuk analisis. Asam kloridabegitu ia sering disebutdapat
melarutkan banyak logam dan menjadi logam klorida dan gas hidrogen, dan
asam ini bereaksi dengan senyawa basa seperti kalsium karbonat atau
tembaga(II) oksida, yang membentuk klorida terlarut yang dapat dianalisis.
Asam klorida dapat digunakan untuk mengatur keasaman (pH)
larutan.
OH + HCl H2O + Cl
Dalam industri yang menuntut kemurnian (makanan, farmasi, air minum),
asam klorida berkualitas tinggi yang digunakan untuk mengontrol pH dari
aliran air proses. Dalam industri yang kurang menuntut, kualitas asam
klorida teknis sudah cukup untuk menetralisir limbah sungai dan pengolahan air kolam renang.
2. Penaikan pH menggunakan kapur atau soda
Dalam proses pengolahan air, selalu ditambahkan zat kimia yang
masing-masing memiliki fungsi sendiri. Adanya proses penjernihan air
melalui proses koagulasi PAC maka pH air akan menjadi turun. Dan
penurunan nilai pH dalam air ini mengakibatkan flok-flok yang terbentuk
akan susah mengendap. Maka untuk menetralisasikan nilai pH ini dilakukan
penambahan soda kapur Ca(OH)2, adapun reaksi yang terjadi :
Al(OH)Cl2 + 4H2O

2Al(OH)3 + 4HCl

Bahan penetral (soda kapur) dimasukkan kedalam hasil, proses larutan


tersebut sampai kadar pH diperoleh mendekati nilai netralisasi.
2Al(OH)3 + 4HCl + 2Ca(OH)2

2Al(OH)3 + 2CaCl2 + 4H2

Proses diatas terjadi pada bak flokulator, Apabila nilai pH di bak ini
dibawah 7,0 maka penambahan volume soda kapur Ca(OH)2 dilakukan
sedikit demi sedikit. Netralisasi pH ini mengakibatkan proses terbentuknya
flok-flok akan lebih cepat dan sempurna, selain untuk menetralkan air,
Ca(OH)2 juga dapat digunakan untuk melunakkan air sadah. Karena air
sadah kurang baik untuk digunakan mencuci pakaian dan

pakaian dan dipakai untuk mencuci mesin-mesin. Ion-ion Ca 2+ dan Mg2+ pada air
sadah akan menyebabkan sifat detergen sabun hilang, sehingga sabun tidak dapat lagi
dibersihkan. Pada mesin-mesin, air sadah membentuk endapan berupa kerak yang
akan menempel pada mesin-mesin.
Kesadahan yang disebabkan ikatan kapur dan magnesium dengan karbonat terutama
dengan bikarbonat, maka air sadah tersebut dikatakan memiliki kesadahan sementara
(kesadahan tidak tetap). Untuk itulah ditambah soda kapur (Ca(OH) 2) agar
membentuk endapan kapur dan magnesium:
Ca(HCO3) 2 + Ca(OH)2 2CaCO3 + 2H2O
Mg(HCO3)2 + Ca(OH)2 MgCO3 + CaCO3 + 2H2 O
Reaksi Ferri Sulfat dengan bikarbonat dalam air atau dengan kapur :
Fe(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 +6CO2
Fe(SO4)3 +3Ca(OH)2 2Fe(OH)3 + 3CaSO4
Reaksi Ferro Sulfat dengan bikarbonat dalam air atau dengan kapur :
FeSO47H2O + Ca(OH)2 Fe(OH)2 + CaSO4 + 7H2O
4Fe(OH)2 + O2 + 2H2O 4Fe(OH)3

Proses diatas terjadi pada bak flokulator, Apabila nilai pH di bak ini dibawah 7,0
maka penambahan volume soda kapur Ca(OH) 2 dilakukan sedikit demi sedikit.
Netralisasi pH ini mengakibatkan proses terbentuknya flok-flok akan lebih cepat dan
sempurna, selain untuk menetralkan air, Ca(OH) 2 juga dapat digunakan untuk
melunakkan air sadah. Karena air sadah kurang baik untuk digunakan mencuci
pakaian dan dipakai untuk mencuci mesin-mesin. Ion-ion Ca 2+ dan Mg2+ pada air
sadah akan menyebabkan sifat detergen sabun hilang, sehingga sabun tidak dapat lagi
dibersihkan. Pada mesin-mesin, air sadah membentuk endapan berupa kerak yang
akan menempel pada mesin-mesin.
Kesadahan yang disebabkan ikatan kapur dan magnesium dengan karbonat terutama
dengan bikarbonat, maka air sadah tersebut dikatakan memiliki kesadahan sementara
(kesadahan tidak tetap). Untuk itulah ditambah soda kapur (Ca(OH) 2) agar
membentuk endapan kapur dan magnesium:
Ca(HCO3) 2 + Ca(OH)2 2CaCO3 + 2H2O
Mg(HCO3)2 + Ca(OH)2 MgCO3 + CaCO3 + 2H2 O
Reaksi Ferri Sulfat dengan bikarbonat dalam air atau dengan kapur :
Fe(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 +6CO2
Fe(SO4)3 +3Ca(OH)2 2Fe(OH)3 + 3CaSO4
Reaksi Ferro Sulfat dengan bikarbonat dalam air atau dengan kapur :
FeSO47H2O + Ca(OH)2 Fe(OH)2 + CaSO4 + 7H2O
4Fe(OH)2 + O2 + 2H2O 4Fe(OH)3

KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Alat laboratorium masing-masing memiliki prosedur tersendiri sesuai
dengan fungsinya.
2. Alat laboratorium terbagi menjadi dua bagian, yaitu peralatan gelas
dan peralatan non gelas.
3. Pembacaan meniskus dilakukan dengan dua aturan. Apabila cairan
berwarna bening atau tidak berwarna maka meniskus yang dibaca
adalah bagian bawahnya. Dan apabila cairan berwarna pekat, maka
yang dibaca adalah bagian atasnya.
4. Penyaringan dari campuran larutan CuSO4 dan larutan PbAsetat
menghasilkan endapan berwarna putih kebiru-biruan.
5. Pada percobaan proses penyaringan terdapat metode gravimetri yaitu
pengendapan.
DAFTAR PUSTAKA

Braddy, J. 1994. Kimia Universitas Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.


Maftuchah, M. P, dkk. 2014. Teknik Dasar Analisis Biologi Molekuler. CV. Budi
Utama, Yogjakarta.
Purba, M. 2006. Kimia 1 Untuk SMA. Erlangga, Jakarta.
Subroto, J. 2000. Buku Pintar Alat Laboratorium. CV. Aneka, Solo.
Sudarmo, dkk. 2013. Kimia 3. Gramedia, Jakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB, Bandung.
Pratiwi, 2013. Meniskus Zat cair, penimbangan selisih, pembacaan skala.
http://allthehiddenknowledgepratiwi.blogspot.co.id/2013/07/meniskus-zat
cair-penimbangan-selisih.html. Diakses pada tanggal 10 november 2016.
Rahayu, S. 2015. Jurnal Pengenalan Alat dan Bahan Praktikum.
https://ml.scribd.com/document/248111650/Pengenalan-Alat-dan-Bahan
Praktikum. Diakses pada tanggal 14 november 2016.

Anda mungkin juga menyukai