Anda di halaman 1dari 20

PERCOBAAN 1

ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI

A. TUJUAN
Untuk menentukan konsentasi asam ataupun basa.

B. DASAR TEORI
Asam dan basa didefinisikan oleh ahli kimia berabad-abad yang lalu. Ahli kimia dahulu
mendefinisikan asam basa berdasarkan sifat mereka bila ada dalam larutan. Asam didefinisikan
sebagai suatu zat yang larutan airnya berasa asam, memerahkan lakmus biru, bereaksi dengan
logam aktif dan menetralkan basa. Sedangkan basa didefinisikan sebagai suatu zat yang
larutan airnya berasa pahit, membirukan lakmus merah dan menetralkan asam.
Bila kuantitasa ekuimolar dari suatu asam kuat seperti HCl, dan suatu basa kuat seperti
NaOH dicampur dalam suatu larutan air, ion hidronium dari asam dan ion hidroksida dari basa
akan bersenyawa membentuk air. Reaksi ini dikenal sebagai penetralan atau netralisasi.
Persamaan reaksinya sebagai berikut :

Setelah reaksi antara asam klorida dan natrium hidroksida lengkap yang tertinggal dalam
larutan ialah ion Na+ dan Cl-. Larutan NaCl terbentuk sebagai akibat reaksi asam – basa.
Titrasi asam basa digunakan secara meluas untuk analisis kimia, dimana penentuan
dilakukan dengan jalan pengukuran volume larutan yang diketahui konsentrasinya. Larutan
yang diketahui konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan standar. Larutan standar dibagi
menjadi dua yaitu ; larutan standar primer dan larutan standar sekunder.
Larutan standar primer adalah larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara
langsung dari hasil penimbangannya. Contohnya K2Cr2O7, As2O3 dan sebagainya. Adapun
syarat-syarat larutan standar primer adalah :
1. Mempunyai kemurnian yang tinggi.
2. Mempunyai rumus molekul yang pasti.
3. Tidak mengalami perubahan selama penimbangan
4. Mempunyai berat ekivalen tinggi sehingga kesalahan penimbangan dapat diabaikan.
Larutan standar sekunder adalah larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan
cara pembakuan. Contohnya NaOH, HCl, AgNO3, KMnO4 dan Na2S2O3 .

1
Dalam laboratorium orang lazim menstandarkan satu larutan asam dan satu larutan
basa. Kedua larutan ini kemudian dapat digunakan untuk analisis contoh-contoh dari asam
basa. Karena larutan asam lebih mudah disimpan daripada larutan basa, biasanya dipilih suatu
aam sebagai suatu standar rujukan yang permanen ketimbang suatu basa. Dalam memilih
suatu asam untuk digunakan dalam suatu larutan standar hendaknya diperhatikan faktor-faktor
berikut :
1. Asam itu harus kuat, artinya sangat terdisosiasi.
2. Asam itu tidak boleh atsiri (mudah menguap).
3. Larutan asam itu harus stabil.
4. Garam dari asam itu harus dapat larut.
5. Asam itu tidak boleh merupakan pengoksid yang cukup kuat sehingga merusak
senyawaan organik yang digunakan sebagai indikator.

Dalam analisis volumetri ini penentuan zat dengan jalan titrasi yaitu suatu proses
dimana larutan baku atau titran ditambahkan sedikit demi sedikit dari sebuah buret pada larutan
yang ditentukan atau dititrasi sampai keduanya bereaksi secara sempurna dan mempunyai
jumlah ekivalen secara kimia. Pada saat ini mol ekivalen larutan baku sama dengan mol
ekivalen larutan yang dititrasi dan titik akhir titrasi ini dinamakan titik ekivalen atau titik akhir
teoritis.

C. BAHAN DAN ALAT


Alat: Gelas Arloji, Labu ukur 250 ml, Erlenmeyer 250 ml, Buret, Pipet volume 10 ml, Labu
ukur 100 ml
Bahan: Asam cuka perdagangan, NaOH 0,1 N, Asam oksalat dihidrat, Indikator pp.

D. PROSEDUR KERJA
1. Pembakuan larutan NaOH 0,1 N dengan Asam oksalat
 Timbang 0,6 – 0,65 gram asam oksalat dehidrat dalam gelas
arloji. Masukkan dalam labu ukur 100 ml kemudian dilarutkan dengan aquadest sampai
volume 100 ml. Kocok sampai homogen.
 Cuci 2 buah buret dan masing-masing diisi dengan larutan
oksalat dan larutan NaOH 0,1 N.

2
 Teteskan 15 ml larutan NaOH melalui buret ke dalam erlenmeyer, tambahkan 10 ml
aquadest dan 1 – 2 tetes indikator pp, lalu dititrasi dengan larutan asam oksalat hingga
warna merah jambu hilang.
 Lakukan duplo dan catat volume penitrasi.
 Hitung normalitas NaOH.

2. Penetapan kadar asam asetat dalam cuka


 Ambil 10 ml larutan cuka perdagangan dengan pipet ukur, masukkan ke dalam labu ukur
100 ml, encerkan dengan aquadest sampai tanda batas.
 Ambil 10 ml larutan encer tersebut dengan pipet, masukkan ke dalam erlenmeyer 250
ml, tambahkan 2 – 3 tetes indikator pp.
 Titrasi larutan tersebut dengan larutan NaOH 0,1 N yang telah distandarisasi atau
dibakukan sampai terjadi perubahan dari tak berwarna sampai menjadi merah muda,
lakukan secara duplo.
 Catat volume penitrasi.
 Hitung kadar asam asetat dalam cuka tersebut.

E. PERHITUNGAN

Ket :
N1 = Normalitas NaOH
N2 = Normalitas Asam Oksalat
V1 = Volume NaOH
V2 = Volume Asam Oksalat

3
PERCOBAAN 2
LARUTAN PENYANGGA / LARUTAN BUFFER

A. TUJUAN
Untuk mengetahui fungsi dan cara pembuatan larutan penyangga / buffer sebagai
larutan penyangga pH.
B. DASAR TEORI
Larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan pH pada kisarannya. Larutan
ini bersifat penyangga artinya dapat mempertahankan pH suatu larutan dengan sedikit
penambahanasam/basa serta dilakukannya pengenceran maka pH larutan tidak berubah.
Dalam kehidupan kitalarutan penyangga sangat penting misalnya dalam analisis kimia,
biokimia, bakteriologi, zat warna,fotografi, dan industry kulit. Dalam bidang Biokimia , kultur
jaringan dan bakteri mengalami prosessangat sensitive terhadap perubahan pH. Darah dalam
tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35sampai 7,45 dan apabila pH darah manusia di atas
7,8 akan menyebabkan organ tubuh manusiadapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya
dengan larutan penyangga.Itulah contoh-contoh real larutan penyangga dalam kehidupan kita ,
oleh karena itu sangatpenting dilakukan percobaan mengenai larutan buffer ini berkaitan
dengan fungsi dari larutan bufferitu sendiri.
Larutan buffer mencapai ketahanannya terhadap perubahan pH karena adanya
kesetimbangan antara asam HA dan Basa konjugasinya A-.
HA = H+ + A-
Bila sejumlah asam kuat ditambahkan ke kesetimbangan campuran asam lemah dan
basa konjugasinya, kesetimbangan akan bergeser.
Larutan buffer banyak dipergunakan dalam proses fermentasi dan dalam pengaturan
kondisi yang tepat untuk bahan pewarna

C. ALAT DAN BAHAN


Alat
Gelas kimia, gelas ukur, pipet tetes, tabung reaksi, labu takar, pH universal

Bahan
CH3COOH, CH3COONa, NaOH, Na2B4O7, HCl, aquadest

4
D. PROSEDUR KERJA
Buffer Acetat
- Masukkan CH3COOH sebanyak 1.2 mL ke dalam labu takar 100 mL, kemudian
tambahkan aquadest hingga tanda tera, lalu homogenkan.
- Timbang CH3COONa sebanyak 2.7 gr, masukkan ke labu takar 100 mL, tambahkan
aquadest sebanyak 50 mL dan homogenkan. Lalu tambahkan aquadest hingga tanda
tera.
- Campurkan 30 mL CH3COOH dan 70 mL CH3COONa di dalam gelas kimia (Larutan A),
celupkan indikator universal ke dalam larutan dan catat hasilnya.
- Siapkan 5 tabung reaksi, masukkan 5 mL Larutan A ke dalam tabung reaksi 1 – 3, dan
aquadest ke dalam tabung reaksi 4 – 5.
- Ke dalam tabung reaksi 1. tambahkan 1 mL HCl
2. tambahkan 1 mL NaOH
3. tambahkan 1 mL aquadest
4. tambahkan 1 mL HCl
5. tambahkan 1 mL NaOH
- Celupkan indikator universal ke dalam masing-masing tabung reaksi dan catat hasilnya.

Buffer Boraks – NaOH


- Timbang NaOH sebanyak 0.4 gr, masukkan ke labu takar 100 mL, tambahkan aquadest
sebanyak 50 mL dan homogenkan. Lalu tambahkan aquadest hingga tanda tera.
- Timbang Na2B4O7 sebanyak 0.95 gr, masukkan ke labu takar 100 mL, tambahkan
aquadest sebanyak 50 mL dan homogenkan. Lalu tambahkan aquadest hingga tanda
tera.
- Campurkan 50 mL Na2B4O7, 15 mL NaOH dan 35 mL aquadest di dalam gelas kimia
(Larutan A), celupkan indikator universal ke dalam larutan dan catat hasilnya.
- Siapkan 5 tabung reaksi, masukkan 5 mL Larutan A ke dalam tabung reaksi 1 – 3, dan
aquadest ke dalam tabung reaksi 4 – 5.
- Ke dalam tabung reaksi 1. tambahkan 1 mL HCl
2. tambahkan 1 mL NaOH
3. tambahkan 1 mL aquadest
4. tambahkan 1 mL HCl
5. tambahkan 1 mL NaOH
- Celupkan indikator universal ke dalam masing-masing tabung reaksi dan catat hasilnya.

5
PERCOBAAN 3
PEMBUATAN DAN SIFAT KOLOID

A. TUJUAN
Mempelajari sifat-sifat dan cara pembuatan koloid

B. DASAR TEORI
Suatu sistem koloid terdiri dari dua bagian yaitu fase terdispersi (yakni partikel-partikel
koloidnya) dan fase pendispersi yaitu medium dimana terdapat partikel-partikel koloid.
Ada dua cara pembuatan partikel koloid yakni cara kondensasi dan cara dispersi. Pada
cara kondensasi molekul-molekul diubah menjadi partikel-partikel dengan ukuran kolid.

1. Kondensasi
Pembuatan hydrosol As2S3 merupakan salah satu contoh
pengaruh kondensasi pada permukaan koloid. Hal ini dapat dilakukan dengancara
mengalirkan gas H2S ke dalam larutan arsenit, H 3AsO3 yang sangat encer. Larutan ini akan
berubah menjadi hydrosol. Yang terdiri dari As2S3 sebagai fase pendispersi yang berwarna
kuning.

Pengaruh konsentrasi dan temperatur pada pembentukan koloid, dapat dilihat pada
pemebntukan hydrosol Fe(OH)3 yang dapat diperoleh dengan cara menambahkan
beberapa mL larutan besi (III) klorida jenuh ke dalam air mendidih.

Koloid belerang dapat dibuat dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2

6
2. Cara Dispersi
Pada cara ini gumpalan zat besar diperkecil dengan cara penggerusan, pengadukan atau
pengocokan. Jika suatu zat cair didispersikan pada zat cair yang lain (tidak saling larut)
maka sistem koloid ini disebut emulsi.
Cara dispersi yang lain adalah pestisida, yaitu suatu proses dimana zat padat pecah
menjadi partikel-partikel dengan ukuran koloid dengan suatu zat kimia.

SIFAT KIMIA
Beberapa hal yang ada hubungannya dengan sifat kolid antara lain : koagulasi, kolid
pelindung, efek permukaan, dialisis, efek Tyndall dan gerak Brown.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat
 Gelas ukur 100 ml
 Gelas Ukur 25 ml
 Gelas ukur 10 ml
 Labu erlenmeyer 250 ml
 Gelas kimia 400 ml
 Gelas kimia 250 ml
 Gelas kimia 100 ml

Bahan
 FeCl3 jenuh
 Na2SO3
 MgCl3
 NaCl
 AgNO3, HNO3, (CH3COO)2Ca jenuh
 HCl pekat, NH3 pekat, gelatin
 Benzena
 AlCl3
 BiCl3

7
D. PROSEDUR
I. Pembuatan Koloid Fe(OH)3
Panaskan sampai mendidih 250 ml air. Tambahkan setetes demi setetes larutan FeCl 3
jenuh sambil diaduk sampai menjadi merah coklat. Simpan larutan koloid untuk
percobaan II.

II. Koagulasi
a. Ke dalam 5 bejana gelas 100 ml, masukkan masing-masing 25 ml AlCl 3 0,001 M;
MgCl2 0,01 M dan NaCl 0,5 M. Ke dalam larutan ini masing-masing ditambahkan 10
ml koloid Fe(OH)3. Amati dengan seksama proses koagulasi dari koloid-koloid ini,
teristimewakah hubungan antara muatan konsentrasi elektrolit.

b. Masukkan ke dalam 2 bejana kimia 50 ml, 25 ml air ke dalam masing-masing


ditambahkan 1 ml larutan AgNO3 encer, 1 ml larutan NaCl encer dan 5 ml larutan
HNO3 encer.
Diamkan salah satu bejana sedangkan bejana yang lain dipanaskan samapi
mendidih. Bandingkan kecepatan koagulasi dari kedua peristiwa itu.

III. Koloid Pelindung


Ulangi salah satu percobaan II a. Tetapi sebelumnya ditambahkan koloid. Koloid
tersebut dicampur dulu dengan 1 ml larutan gelatin

IV. Dispersi
a. Ambil satu sendok amilum (tepung kanji) dan campurkan dengan 10 ml air dalam
suatu bejana gelas, kemudian diaduk dengan batang pengaduk dan disaring.
b. Sekarang ambil pula satu sendok amilum dan digerus sampai halus dalam mortar
dengan 10 ml air. Campuran ini kemudian disaring.
c. Bandingkan filtrat a dan b di atas, kemudian kepada b ditambahkan beberapa tetes
larutan Iod.

V. Emulsi

8
a. Dalam suatu tabung reaksi yang bersih, masukkan 1 ml benzena tambahkan 10
aquadest lalu kocok dengan keras. Bagaimana hasilnya?letakkan tabung reaksi itu
pada rak dan perhatikan waktu yang diperlukan untuk memisahkan kedua zat
tersebut menjadi dua lapisan kembali.
b. Kepada campuran kedua zat di a diatas tambahkan 15 tetas NaOleat (sabun) dan
kocoklah dengan kuat. Latakkan tabung pada rak 10 – 15 menit. Apakah kedua zat
terpisah kembali?

VI. Pembuatan Gel (akan didemonstrasikan)


Ke dalam suatu bejana kimia masukkan 15 ml larutan kalsium asetat jenuh, sedangkan
ke dalam bejana kimia yang lain, masukkan 85 ml etanol 95 %. Campurkan larutan
dengan segera. Masukkan sedikit gel ke dalam cawan penguap lalu di bakar.

VII. Adsorpsi (aktif permukaan)


Larutkanlah 1 sendok porselen jus orange/jus ABC tabung reaksi. Tambahkan setengah
sendok norit, kemudian letakkan tabung reaksi tersebut ke dalam suatu bejana gelas
yang berisi air panas. Kocoklah tabung reaksi itu berkali-kali dan sesudah 10 menit
saringlah isinya ke dalam suatu tabung reaksi yang bersih. Perhatikan warna dari pada
larutan ini dan bandingkan dengan larutan sebelumnya.

9
PERCOBAAN 4
KESETIMBANGAN KIMIA

A. Tujuan Percobaan
Mengetahui arah pergeseran kesetimbangan suatu reaksi kimia.

B. Dasar Teori
Banyak reaksi kimia berlangsung reversibel. Reaksi berlangsung dua arah terjadi jika
terdapat dua zat kimia bereaksi membentuk zat baru dan sebagian zat baru tersebut
bereaksi membentuk zat kimia asalnya. Apabila zat baru pada awal reaksi lebih cepat
daripada reaksi sebaliknya. Apabila kecepatan pembentukan zat baru menjadi sama
dengan kecepatan reaksi sebaliknya maka reaksi mencapai keadaan keseteimbangan.
Persamaan kesetimbangan ditulis dengan dua anak panah berlawanan yang
menunjukkan bahwa reaksi ke kanan dan ke kiri terjadi secara simultan. Contoh
kesetimbangan larutan AgCl jenuh.

AgCl padat terurai menjadi ion


perak dan ion klorida, pada
kecepatan yang sama ion perak
dan
ion klorida bergabung kembali
membentuk perak klorida padat.

10
Contoh lainnya adalah asam
asetat
yang terdisosiasi sebagian
dalam larutan menurut
persamaan:
AgCl padat terurai menjadi ion perak dan ion klorida, pada kecepatan yang sama ion
perak dan ion klorida bergabung kembali membentuk perak klorida padat. Contoh
lainnya adalah asam asetat yang terdisosiasi sebagian dalam larutan menurut
persamaan:

Kesetimbangan tercapai jika


kecepatan reaksi ke kanan sama
dengan kecepatan reaksi
sebaliknya.
Untuk yang berada pada
keadaan kesetimbangan ini
dapat ditunjukkan bahwa
konsentrasi produk
11
dibagi oleh konsentrasi reaktan
adalah konstan. Sebagai contoh
untuk sistem dengan dua
reaktan
A dan B dan dua produk C dan
D.
Kesetimbangan tercapai jika kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi
sebaliknya. Untuk yang berada pada keadaan kesetimbangan ini dapat ditunjukkan
bahwa konsentrasi produk dibagi oleh konsentrasi reaktan adalah konstan. Sebagai
contoh untuk sistem dengan dua reaktan A dan B dan dua produk C dan D.

C. Alat dan Bahan


Alat
 Tabung reaksi
 Gelas kimia
 Rak tabung reaksi
 Pipet tetes
 Spatula
 Batang pengaduk
 Gelas ukur

12
Bahan
 FeCl3 1.0 M
 Pb(NO3)2 0.5 M
 KNO3 0.5 M
 KSCN 1.0 M
 KI 0.5 M
 Padatan NaOH
 Aquadest

D. Prosedur Percobaan
1. Reaksi Dapat Balik /Reversible
- Masukkan 10 tetes larutan Pb(NO3)2 0.5 M ke dalam tabung reaksi\
- Tambahkan larutan KI 0.5 M sebanyak 10 tetes, aduk dan amati perubahan
yang terjadi
- Tambahkan aquadest sebanyak 10 mL, lalu aduk kembali.
- Buang larutan bening yang terdapat pada lapisan atas.
- Tambahkan 20 tetes larutan KNO3 0.5 M tetes demi tetes, amati perubahan
yang terjadi.
2. Pergeseran Kesetimbangan, Pengaruh Konsentrasi dan Pengenceran
- Masukkan 25 mL aquadest ke dalam gelas kimia, lalu tambahkan 5 tetes
KSCN 1.0 M dan 5 tetes FeCl3 1.0 M.
- Siapkan 5 buah tabung reaksi, masukkan 5 mL larutan sebelumnya ke
dalam masing masing tabung reaksi.
- Tambahkan 5 tetes larutan FeCl3 1.0 M ke dalam tabung 1
- Tambahkan 5 tetes KSCN 1.0 M ke dalam tabung 2
- Tambahkan sedikit padatan NaOH ke dalam tabung 3
- Tambahkan 5 mL aquadest ke dalam tabung 4
- Amati perubahan yang terjadi lalu bandingkan dengan tabung 5

13
PERCOBAAN 5
REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI

A. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui dasar reaksi reduksi dan oksidasi

B. Dasar Teori
Titrasi oksidasi reduksi (redoks) merupakan bagian terbesar dari analisis volumetri,
karena metode ini dapat digunakan pada sejumlah besar unsur. Ion banyak unsur dapat
berada dalam keadaan oksidasi yang berlainan, yang memungkinan sejumlah besar
reaksi redoks. Bila kita kaji lebih mendalam ternyata reaksi redoks tidak hanya reaksi
yang melibatkan peristiwa pelepasan dan penerimaan elektron saja akan tetapi reaksi
redoks dapat juga ditinjau berdasarkan pada keberadaan hidrogen dan ditinjau dari
keberadaan oksigen. Dalam kehidupan kita sehari-hari kita jumpai suatu peristiwa
perkaratan dan kebakaran yang merugikan. Kedua peristiwa dari ilmu kimia merupakan
reaksi suatu zat dengan oksigen.
Persamaan reaksi perkaratan adalah sebagai berikut :

Persamaan reaksi pembakaran gas butana adalah :

Kedua reaksi tersebut disebut reaksi oksidasi yaitu reaksi suatu unsur atau senyawa
dengan oksigen.
Pada pembuatan tembaga dan tembaga (II) oksida terjadi reaksi antara CuO dengan
gas H2 menurut persamaan reaksi :

Pada reaksi ini terjadi pelepasan oksigen dan CuO. Peristiwa semacam ini disebut
reaksi reduksi. Kalau diperhatikan persamaan reaksi pembuatan tembaga ternyata
reaksi ini dapat dipecah menjadi dua bagian yaitu :
a. Reaki pelepasan oksigen (reaksi reduksi) yaitu reaksi yang terjadi pada :

b. Reaki pengikatan oksigen (reaksi oksidasi) yaitu reaksi yang terjadi pada :

14
Kedua reaksi ini berlangsung pada saat bersamaan reaksi semacam ini disebut reaksi
redoks. Selanjutnya banyak reaksi-reaksi yang tidak melibatkan oksigen, sehingga
konsep reaksi reduksi oksidasi perlu dipeluas. Jika suatu logam bereaksi maka logam itu
akan kehilangan elektron membentuk suatu ion positif.
Proses ini terjadi bila suatu logam bereaksi dengan air. Larutan asam atau larutan
garam yang mengandung logam berbeda. Elektron yang terlepas bisa berikatan dengan
hidrogen dari air atau asam, ion-ion logam reaktif atau atom non logam.
Bila nonlogam bereaksi, atom-atomnya akan mengikat elektron membentuk ion negatif.
Reaksi pelepasan elektron dari suatu atom/ion disebut reaksi reduksi. Rekasi pelepasan
elektron dari suatu atom/ion selalu disertai dengan reaksi pengikatan elektron oleh/ion
lain tersebut. Reaksi ini disebut reaksi redoks.
Sebagai contoh rekasi redoks yang didasarkan pada pelepasan dan penerimaan
elektron.

Dalam titrasi oksidasi reduksi untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan suatu
indikator. Salah satuny adalah kalium permanganat. Tujuan dari penggunaan indikator
ini adalah untuk mengetahui apakah titran dan titrat mencapai volume yang sama atau
belum. Hal yang dapat langsung kita amati apakah sudah terjadi reaksi redoks adalah
dengan melihat perubahan warna yang ditimbulkan.
Dalam banyak prosedur analitis analitnya berada dalam lebih dari satu keadaaan
oksidasi dan harus diubah ke suatu keadaan oksidasi tunggal. Suatu contoh yang lazim
terjadi dalam penetapan besi dalam suatu bijih. Sekali bijih itu sudah dilarutkan, besi
berada baik dalam keadaan oksidasi +2 maupn +3. Bsie itu harus direduksi sempurna
menjadi keadaan +2 sebelum titrasi dengan suatu zat pengoksida. Reagensia redoks
yang digunakan delam tahap pendahuluan ini haruslah mampu mengubah analit itu
dengan lengkap dan cepat menjadi keadaan oksidasi yang diinginkan. Biasanya
ditambahkan reagensia itu secara berlebih dan orang harus mampu menyingkirkan
kelebihannya dengan tidak repot sehingga kelebihan ini tidak bereaksi dengan titran
dalam reaksi berikutnya.

15
C. Alat dan Bahan
Alat :
 Pipet tetes
 Buret + statif
 Erlenmeyer
 Beaker glass
 Pipet volume

Bahan :
 Vitamin C
 KmnO4
 I2
 H2SO4
 Asam oksalat

D. Prosedur Percobaan
I. Kualitatif
1. Reaksi Reduksi Vitamin C dengan KMnO4
a. Asam Askorbat
- Masukkan 3 pipet asam askorbat ke dalam tabung reaksi
- Tambahkan 5 tetes larutan KMnO4, homogenkan
- Amati perubahan yang terjadi
b. UC 1000
- Masukkan 3 pipet UC 1000 ke dalam tabung reaksi
- Tambahkan 5 tetes larutan KMnO4, homogenkan
- Amati perubahan yang terjadi
c. Ekstrak
- Masukkan 3 pipet ekstrak ke dalam tabung reaksi
- Tambahkan 5 tetes larutan KMnO4, homogenkan
- Amati perubahan yang terjadi

16
II. Kuantitatif
- Ambil 10 ml asam oksalat 0,01 N dipipet menggunakan pipet volume, lalu
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 20 ml. Dipanaskan samapi suhu 70 oC
lalu dititrasi dengan KMnO4 apabila suhunya turun makan panaskna kembali
sampai 70oC dan titrasi kembali sampai terjasi perubahan warna. Catat volume
penitrasinya.

E. Perhitungan

Ket :
N1 = Normalitas KMnO4
N2 = Normalitas asam oksalat
V1 = Volume KMnO4
V2 = Volume asam oksalat

17
PERCOBAAN 6
ELEKTROLISIS

A. TUJUAN

Untuk mengetahui proses dan manfaat dari proses elektrolisis.

B. DASAR TEORI

Reaksi kimia dapat ditimbulkan oleh arus listrik, sebaliknya reaksi kimia dapat dipakai
untuk menghasilkan arus listrik. Elektrolisis merupakan proses dengan mana reaksi redoks
yang tidak bisa berlangsung spontan. Untuk lebih memahami apakah sebenarnya
elektrolisis itu dapat dilihat pada proses pengisian aki. Dalam proses pengisian aki tersebut
dapat disimpulkan bahwa apabila kedalam suatu larutan elektrolit dialiri arus listrik searah
maka akan terjadi reaksi kimia yaitu penguraian atas elektrolit tadi. Peristiwa penguraian
(reaksi kimia) oleh arus searah itulah yang disebut elektrolisis. Sedangkan sel dimana
terjadinya reaksi disebut sel elektrolisis. Sel elektrolisis terdiri dari larutan yang dapat
menghantarkan listrik disebut elektrolit dan dua buah elektroda yang berfungsi sebagai
katoda dan anoda.
Dalam reaksi elektrolisis, pada anoda terjadi reaksi oksidasi yakni reaksi pelepasan
elektron, sedangkan pada anoda terjadi reaksi reduksi yaitu reaksi pengankapan elektron.
Disamping itu reaksi yang terjadi pada katoda juga tergantung pada jenis kation dalam
larutan. Jika kation berasala dari logam IA, IIA dan Au atau Mn yaitu logam-logam yang
potensial elektrodanya lebih kecil dari air, maka yang akan tereduksi adalah airnya. Tetapi
kation selain diatas akan tereduksi. Alat elektrolisis terdiri dari sel elektrolitik yang berisi
elektrolit dan dua elektroda yaitu anoda dan katoda. Pada suatu percobaan elektrolisis
reaksi yang terjadi pada katoda bergantung pada kecendrungan terjadinya reaksi reduksi
dan oksidasi. Pada sel elektrolit katodanya bermuatan negatif sedangkan pada anodanya
bermuatan positif. Untuk memahami bagaiaman reaksi kimia terjadi dalam sel elektrolit
maka perlu di ingat ketentuan-ketentuan reaksi elektrolit.

18
Dalam setiap ketentuan reaksi elektrolisis terjadi persaingan antar spesi (ion atau
molekul) untuk mengalami reaksi reduksi dan oksidasi. Setiap zat yang mempunyai
kemamupan redukai besar akan mengalami reduksi dan setiap zat yang mempunyai
oksidasi besar akan mengalami reaksi oksidasi.
Pada leburan atau larutan elektrolit dimasukkan 2 buah batang yang bertindak sebagai
elektroda-elektrodanya yang dihubungkan dengan sumber arus listrik searah, sehingga
arus listrik dakan masuk ke dalam larutan melalui elektroda-elektroda dan terjadilah reaksi
redoks. Adapun yang menjadi tanda terjadinya reaksi elektrolisis diantaranya adalah
sebagai berikut :
 Kation akan mengalami reaksi reduksi di katoda sehingga katoda merupakan elektroda
negatif.
 Anoin akan mengalami oksidasi di anoda sehingga anoda merupakan elektroda positif.

Beberapa kegunaan elektrolisis :


a. Dapat memperoleh unsur-unsur logam, halogen, gas hidrogen dan gas oksigen.
b. Dapat menghitung konsentrasi ion logam dalam suatu larutan.
c. Salah satu proses elektrolisis yang populer adalah penyepuhan yaitu melapisi
permukaan suatu logam dengan logam lain.
d. Digunakan dalam pemurnian suatu logam.

19
Pada tahun 1834 Michael Faraday menunjukkan bahwa jumlah zat yang bereaksi pada
elektroda – elektroda sel elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah arus yang melalui sel
tersebut. Ia juga membuktikan bahwa jika sejumlah arus tertentu mengalir melalui
beberapa sel elektrolisis, maka akan dihasilkan jumlah ekuivalen masing-masing zat.
Hukum faraday ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

Keterangan :
M = Jumlah zat
Q = Jumlah listrik dalam Coulomb
A = Massa atom
F = Tetapan Faraday
n = Perubahan bilangan oksidasi

C. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain tabung U, adaptor/power supply,
elektroda, pipet tetes, tabung reaksi dan rak tabung reaksi
Adapun bahan yang akan digunakan antara lain larutan KI 0.5 M, Indikator
phenolphthalein, indikator amilum, larutan CuSO4

D. Prosedur Percobaan
- Masukkan larutan KI 0,5 M kedalam tabung U.
- Masukkan kedua elektroda ke masing – masing permukaan tabung U dengan sumber
arus searah 9 volt selama beberapa menit, lalu putuskan arus.
- Perhatikan perubahan yang terjadi pada katoda dan anoda.
- Ambil beberapa mL larutan diruang katoda, tes dengan :
 Indikator pp
 Amilum
Ulangi langkah 1 – 3 dengan mengganti KI dengan CuSO4

20

Anda mungkin juga menyukai