Anda di halaman 1dari 35

Analisia Kimia Sampel Air Sungai : Pengukuran Alkalinitas Air

1.                  Tinjauan Pustaka


Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
menurunkan pH larutan. Alkalinitas terdiri dari ion-ion bikarbonat (HCO 3-), karbonat (CO3-)
dan hidroksida (OH-) yang merupakan buffer terhadap pengaruh pengasaman. Alkalinitas
diperlukan untuk mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar, selain itu juga merupakan
sumber CO2 untuk proses fotosintesis fitoplankton. Nilai alkalinitas akan menurun jika
aktifitas fotosintesis naik, sedangkan ketersediaan CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis
tidak memadai. Sumber alkalinitas air tambak berasal dari proses difusi CO2 di udara ke
dalam air, proses dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri yang
menghasilkan CO2, juga secara kimiawi dapat dilakukan dengan pengapuran secara merata di
seluruh dasar tambak atau permukaan air .Jenis kapur yang biasa digunakan adalah CaCO 3
(kalsium karbonat), CaMg(CO3)2 (dolomit), CaO (kalsium oksida), atau Ca(OH) 2 (kalsium
hidroksida). Alkalinitas dinyatakan dalam mg CaCO3/liter air (ppm) (Efendi, 2007)
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung
pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan (Hidayat, 2009):
a.         Pengaruh sistem buffer dari alkalinitas;
b.         Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik. Sehingga alkalinitas diukur
sebagai factor kesuburan air.
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu
menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran
yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu
ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan
ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya
dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan
kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan
kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada
umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20
ppm (Dewi, 2007).
Alkalinitas diukur dengan cara titrasi dengan asam yang distandarisasi sampai titik
akhir methyl orange (MO) pada sekitar pH 4.3 dan dicerminkan sebagai mg/L sebagai
CaCO3. Sebagian besar air beralkalinitas tinggi juga mempunyai pH alkalin (pH >7) dan
konsentrasi TDS yang tinggi (Jatilaksono, 2009)
2.                  Prosedur kerja

a.      Pembuatan Reagen


           Kalibrasi pH meter
-       Elektroda pH meter dicuci dengan air dan dibilas dengan aquades lalu dikeringkan dengan
tisyu.
-       Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan standar pH 7.
-       Untuk pengukuran sampel asam, elektroda dicelupkan ke dalam larutan standar pH 4.
-       Untuk pengukuran sampel basa, elektroda dimasukkan ke dalam larutan standar pH 10.
           Pembuatan larutan Asam Oksalat 0,5 M
-       Padatan asam oksalat ditimbang dalam gelas arloji sebanyak 6,3 gram menggunakan neraca
analitis, lalu dipindah ke dalam gelas kimia 100 ml secara kuantitatif.
-       Padatan asam oksalat dalam gelas kimia dilarutkan dengan aquades panas secukupnya
dengan cara pengadukan. Selain itu, gelas arloji tempat menimbang padatan asam oksalat
dibilas dengan aquades dan air bilasan ditampung dalam gelas kimia yang digunakan untuk
pelarutan.
-       Selanjutnya larutan asam oksalat dalam gelas kimia dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml.
-       Kemudian larutan asam oksalat ditandabataskan dengan aquades dan dikocok hingga
homogen.
           Pembuatan larutan jenuh barium hidroksida (Ba(OH)2)
-       Aquades sebanyak 50 ml dimasukkan dalam gelas kimia 100 ml.
-       Seperangkat alat pengaduk otomatis dipasang dan diletakkan di bawah gelas kimia yang
berisi aquades, serta stirer dimasukkan ke dalam gelas kimia lalu dinyalakan alat tersebut.

-       Padatan barium hidroksida dimasukkan sebanyak 0,02 gram sehingga menghasilkan larutan
jenuh barium hidroksida.

-       Larutan jenuh barium hidroksida disaring dengan kertas saring berpori sedang (kertas saring
Whatman no. 40).
           Pembakuan larutan NaOH 0,1 N
-       Padatan natrium hidroksida (NaOH) sebanyak 0,4 gram dilarutkan dalam aquades
secukupnya lalu ditambahkan 1 ml larutan jenuh barium hidroksida (Ba(OH)2).
-       Larutan NaOH dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 100 ml dan
ditandabataskan dengan aquades lalu dikocok selama beberapa jam, kemudian disaring
dengan kertas saring ke dalam botol plastik.
-       Botol dijaga tertutup rapat untuk melindungi larutan dari CO2 yang ada dalam udara.
-       Lalu larutan NaOH dibakukan terhadap larutan baku asam oksalat 0,5 M.
           Pembuatan larutan standar H2SO4 0,1 N
-       Larutan H2SO4 pekat dipipet sebanyak 0,75 ml lalu dimasukkan dalam labu takar 250 ml.
-       Selanjutnya, diencerkan dengan aquades hingga tanda batas.
-       Lalu distandarisasi melalui titrasi asam basa dengan larutan standar NaOH 0,1 N dan
indikator metil oranye.

-       Titik akhir titrasi ditandai dengan pH larutan sama dengan 7.


           Pembuatan larutan standar H2SO4 0,02 N
-       Larutan standar H2SO4 0,1 N dipipet sebanyak 50 ml dengan pipet ukur 10 ml atau pipet
volume 25 ml lalu dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml.
-       Selanjutnya, diencerkan dengan aquades hingga tanda batas.

b.      Prosedur penentuan alkalinitas air sungai


         Titrasi dengan indikator phenolphtalein
-       Sampel diambil 100 ml lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
-       Kemudian ditambahkan 2-3 tetes indikator phenolphtalein.
-       Jika setelah ditambah indikator, larutan tidak berwarna maka kadar OH - dan CO32- kecil
sekali atau nilai P=0.
-       Jika setelah ditambah indikator larutan menjadi berwarna merah lembayung maka larutan
dititrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N hingga larutan menjadi tidak berwarna dan dicatat
volume titrasi.
         Titrasi dengan indikator metil oranye
-       Sampel diambil sebanyak 100 ml lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
-       Kemudian ditambahkan 3-4 tetes indikator metil oranye sehingga larutan menjadi kuning
oranye.

-       Selanjutnya larutan dititrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N hingga terjadi perubahan warna
menjadi merah muda dan dicatat volume titrasi.

3.                  Data Hasil Percobaan


V sampel = 100 ml
Indikator Metil merah = 5 tetes
TAT = oranye menjadi merah muda
4.                  Pembahasan
Prinsip
Menentukan alkalinitas air sungai dengan metode titrasi asam-basa yaitu dengan
menitrasi sampel yang telah ditambahkan indikator phenolphtalain atau metil merah dengan
asam kuat, seperti asam sulfat atau asam klorida, dimana asam kuat yang digunakan untuk
titrasi akan menetralkan zat-zat alkaliniti yang merupakan zat basa hingga titik akhir titrasi
(pH 8,3 – 4,5), dan zat-zat alkaliniti tersebut dinyatakan sebagai mg/l CaCO3. Reaksi yang
terjadi adalah:
(pada pH 8,3)
 
OH- + H+ H2O
CO32- + H+ HCO3-
HCO3- + H+ H2O + CO2 (pada pH 4,5)
Analisa prosedur
Sampel sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 5
tetes indikator metil merah untuk mengetahui titik akhir titrasi yang diketahui dengan
perubahan warna larutan. Penambahan indikator ini menyebabkan perubahan warna larutan
menjadi oranye. Pemilihan indikator metil merah adalah karena pH akhir titrasi adalah 4,3 –
4,5 dimana indikator metil merah bekerja pada kisaran pH tersebut yaitu 4,4 – 6,2.
Selanjutnya dilakukan titrasi dengan larutan asam standar yaitu larutan H2SO4 0,02 N hingga
terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Volume titrasi dicatat dan dihitung alkalinitas
air sungai bagian hulu sebagai mg/L CaCO3. Prosedur yang sama dilakukan untuk sampel air
pada titik 2 dan titik 3.
Sampel yang digunakan tidak boleh diencerkan karena air pengencer mempunyai
alkalinitas yang berbeda. Selain itu, pemanasan juga dilarang karena dapat mengurangi kadar
karbondioksida yang terlarut sehingga alkalinitasnya berkurang. Penyulingan juga tidak boleh
dilakukan karena karbondioksida, ion karbonat, dan ion bikarbonat dalam air akan hilang.
Setelah pengambilan sampel, sampel disimpan dalam botol kaca kemudian disimpan dalam
cool box pada temperatur 1-5 oC, tetapi tidak boleh disimpan terlalu lama karena ganggang
dan bakteri dapat menurunkan atau menambah kadar karbondioksida, sehingga paling lambat
sampel disimpan selama 6 jam.
Analisa Hasil
Alkalinitas adalah kemampuan air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
menurunkan pH larutan. Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32-),
bikarbonat (HCO3-), hidroksida (OH-), serta borat (BO33-), fosfat (PO43-), silikat (SiO44-), dan
lain sebagainya. Dalam air alam, alkalinitas sebagian besar disebabkan oleh adanya
bikarbonat, tapi juga disebabkan adanya karbonat dan hidroksida. Pada siang hari, adanya
ganggang dan lumut dalam air menyebabkan turunnya kadar karbondioksida dan bikarbonat.
Sabun atau lumpur dapat mempengaruhi elektroda dan memperlambat respon pada pH
meter, sehingga titrasi dilakukan perlahan untuk memberikan waktu yang cukup bagi
keseimbangan pH pada elektroda. Suatu sampel yang terbuka terhadap udara, maka CO2 akan
memberikan pengaruh terhadap alkalinitas. Ion karbonat atau bikarbonat atau karbondioksida
yang terlarut akan mencari keseimbangan baru akibat karbondioksida di udara yang masuk
atau karbondioksida yang keluar lewat permukaan air tersebut. Efek perubahan baru terlihat
setelah kurang lebih setengah jam. Selain itu, hal-hal yang dapat memperluas permukaan air,
seperti pengocokan, pengadukan, dan penyaringan, dapat mempercepat perubahan tersebut,
sehingga titrasi harus dilakukan secepatnya.
Pengambilan sampel air sungai dari DAS brantas untuk analisis alkalinitas dilakukan di tiga
lokasi yaitu di hulu DAS brantas (karangploso), daerah perkotaan (Soekarno-Hatta), dan hilir
DAS brantas (Gadang). Masing-masing lokasi, dilakukan pengambilan sampel di tiga titik,
yaitu permukaan di tepi sungai, permukaan di tengah sungai, dan di tengah sungai dengan
kedalaman 0,5 meter. Dari ketiga titik pengambilan sampel, diperoleh alkalinitas yang
berbeda-beda, untuk alkalinitas air sungai yang diambil dari bagian permukaan tepi sungai
adalah 97,582 mg/L CaCO3, untuk alkalinitas air sungai yang diambil dari permukaan di
tengah sungai adalah 88,528 mg/L CaCO3, dan untuk air sungai yang diambil dari tengah
sungai dengan kedalaman 0,5 meter adalah 88,528 mg/L CaCO3. Sehingga diperoleh rata-rata
alkalinitas air sungai bagian hulu adalah 91,546 mg/L CaCO3. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa alkalinitas DAS Brantas bagian perkotaan berada dalam tingkat
alkalinitas sedang karena alkalinitasnya kurang dari 100 ppm. Sehingga air DAS brantas
cocok dialirkan untuk air irigasi maupun untuk keperluan rumah tangga seperti air minum,
dan mencuci dengan memberikan perlakuan khusus.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi. A., 2007, Pencemaran air, diakses dari http://www.scribd.com/doc/14144746/Pencemaran-
air, diakses pada tanggal 19 Mei 2010

Efendi. E., 2007, Penyuluhan Pola Budidaya Sistem Intensif di Desa Margasari Kecamatan
Labuhan Maringgai, Lampung Timur, diakses dari
http://www.docstoc.com/docs/downloaddoc.aspx/?doc_id=10627406, diakses pada tanggal
19 Mei 2010

Hidayat, A. 2009, Asiditas dan Alkalinitas, diakses dari http://environmental-


ua.blogspot.com/2009/04/asiditas-danalkalinitas.html, diakses pada 19 Mei 2010

Jatilaksono, M., 2009, Alkalinitas dan Kesadahan,


http://jlcome.blogspot.com/2009/06/kesadahan.html, diakses pada tanggal 19 Mei 2010
LAPORAN PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN ASIDITAS DAN ALKALINITAS

Hari : Selasa

Tanggal : 12 November 2013

Waktu : 120 menit

Tempat : Laboratorium Kimia

I.               TUJUAN
a.       Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Asiditas
b.      Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Alkalinitas

II.            DASAR TEORI


Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH
larutan (Alaerts dan Ir. S. Sumetri S.). alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air
dan indikasi kesuburan yang di ukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas mampu menetralisir
keasaman didalam air. Secara khusus alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan
kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam
air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion hydrogen sehingga menurunkan
kemasaman dan menaikkan Ph
Asiditas (keasaman) adalah banyaknya basa yang diperlukan untuk menetralkan asam dalam
air, merupakan kapasitas kuantitatif air untuk bereaksi dengan basa kuat sehingga menstabilkan Ph
hingga mencapai 8,3 atau kemampuan air untuk mengikat OH - untuk mencapai pH 8,3 dari pH asal
yang rendah. Semua air yang memiliki Ph<8,5 mengandung Asiditas.
Prinsip dari pemeriksaan Alkalinitas yaitu, apabila air sampel ditetesi indikator MO (methyl
orange ) akan terjadi dua kemungkinan, berwarna orange dan kuning. Untuk warna orange tidak
perlu dilakukan titrasi, dan warna kuning dilanjutkan dengan titrasi HCl 0,1 N. Apabila air sampel
ditetesi indikator PP (phenolftalein), akan terjadi dua kemungkinan,berwarna pink dan tidak
berwarna. Untuk warna pink, lakukan titrasi dengan HCl 0,1 N untuk yang tidak berwarna
menunjukkan alkalinitas nya negatif. 
Prinsip pemeriksaan asiditas berkebalikan degan alkalinitas. Untuk sampel yang ditetesi MO
jika berwarna orange lanjutkan dengan titrasi. Sampel yang ditetesi indikator PP jika tidak berwarna
lakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N.
Dalam penentuan asiditas dan alkalinitas dalam air digunakan bebrapa rumus :
Asiditas MO = ml titrasi F NaOH 0,1 N BE CaCO3

Asiditas PP = ml titrasi F NaOH 0,1 N BE CO2

Alkalinitas MO = ml titrasi F HCl 0,1 N BE H CO3-

Alkalinitas PP = ml titrasi F HCl 0,1 N BE CaCO3

III.         ALAT
1.      Gelas Ukur 100 ml
2.      Gelas Kimia 100 ml
3.      Labu Erlenmeyer 250 ml
4.      Buret Basa
5.      Buret Asam
6.      Pipet tetes
7.      Statif

IV.         BAHAN
1.      Larutan standard HCl 0,1 N
2.      Larutan standard NaOH 0,1 N
3.      Indikator MO
4.      Indikator PP
5.      Aquadest
6.      Air Sampel

V.            CARA KERJA


                         Penentuan Alkalinitas dalam air
1)      Membilas alat-alat dengan aquadest
2)      Menyiapkan 2 buah labu erlenmeyer
3)      Mengambil air sampel sebanyak 100 ml menggunakan gelas ukur, kemudian masukkan ke dalam
labu erlenmeyer, masing-masing labu berisi 100 ml air sampel, beri label A dan B
4)      Menambahkan 3 tetes indikator MO 0,2% ke dalam labu A kemudian gojok labu erlenmeyer seara
perlahan, amati perubahan warna nya. Jika warna menjadi kuning artinya alkalinitas MO nya bernilai
positif, maka lanjutkan titrasi dengan HCl 0,1 N. Mencatat perubahan warna yang terjadi
5)      Untuk melakukan titrasi, letakkan labu dibawah buret asam, jangan lupa mengisi buret dengan HCl
0,1 N dan mencatat volume awal pada buret. Dalam melihat volume, mata harus sejajar dengan
garis tera pada buret. Kemudian tangan kanan memegang labu erlenmeyer dan tangan kiri
membuka kran pada burat asam sedikit demi sedikit. Tangan kanan sambil menggojok labu
erlenmeyer secara perlahan agar perubahan warna merata. Hentikan titrasi pada perubahan warna
yang pertama kali muncul, yaitu warna orange.
6)      Melihat volume akhir, kemudian catat volume akhirnya
7)      Menambahkan 3 tetes indikator PP ke dalam labu B kemudian gojok perlahan, amati perubahan
warna yang terjadi
8)      Tidak terjadi perubahan warna, artinya alkalinitas PP nya bernilai negatif. Hentikan penggojokan dan
simpan larutan. Catat perubahan warna yang terjadi.
9)      Ulangi pemeriksaan sampel satu kali lagi, sehingga di dapatkan 2 volume titrasi

                         Penentuan Asiditas dalam air


1)      Menyiapkan 2 labu erlenmeyer
2)      Mengambil air sampel menggunakan gelas ukur sebanyak 100 ml, kemudian dituangkan ke dalam
labu erlenmeyer, masing-masing labu di isi 100 ml air sampel. Beri label A dan B.
3)      Ke dalam labu A ditambahkan 3 tetes indikator MO 0,2%. Mengamati perubahan warna. Jika warna
air sampel menjadi kuning, artinya asiditas MO bernilai negatif, hentikan sampai disitu. Apabila
warna air sampel berubah menjadi orange, artinya asiditas MO bernilai positif, lanjutkan titrasi. Pada
pemeriksaan ini menunjukkkan warna kuning sehingga tidak di lanjutkan titrasi.
4)      Ke dalam labu B ditambahkan 3 tetes indikator PP. Lakukan penggojokan sampai warna berubah.
Amati perubahan warna yang terjadi
5)      Air sampel tidak mengalami perubahan warna, artinya asiditas PP nya bernilai positif, kemudian
lanjutkan titrasi dengan NaOH 0,1 N
6)      Melakukan titrasi
7)      Mengulangi pemeriksaan sampel sekali lagi, sehingga di dapatkan 2 volume titrasi

VI.         PERHITUNGAN
                              Alkalinitas

Diketahui :
Pada pemeriksaan MO diperoleh data titrasi

No. Sampel Volume awal Volume akhir Volume titrasi

1 1 7 ml 17 ml 10 ml

2 2 14 ml 22 ml 8 ml

Rata-rata titrasi 9 ml

a)      Alkalinitas MO = ml titrasi F HCl 0,1 N BE H CO3-

= 9 1 0,1 N 61

= 549 mg/L sebagai HCO3-

b)        Alkalinitas PP = ml titrasi F HCl 0,1 N BE CaCO3

= 0 1 0,1 N 61

= 0 mg/L sebagai CaCO3

                              Asiditas

Diketahui :
Pada pemeriksaan PP diperoleh data titrasi

No. Sampel Volume awal Volume akhir Volume titrasi

1 1 21,5 ml 22,5 ml 1 ml

2 2 21,5 ml 24 ml 1,5 ml

Rata-rata titrasi 1,25 ml

a)         Asiditas MO = ml titrasi F NaOH 0,1 N BE CaCO3


= 0 1 0,1 N 50

= 0 mg/L sebagai CaCO3

b)        Asiditas PP = ml titrasi F NaOH 0,1 N BE CO2

= 12,5 1 0,1 N 44

= 55 mg/L sebagai CO2

VII.      PEMBAHASAN
Dalam pemeriksaan alkalinitas dan asiditas perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :
1.      Dalam pengamatan perlu diperhatikan dengan seksama perubahan warna yang terjadi. Untuk warna
orange, warnanya mendekati merah jingga
2.      Pada pembacaan volume pada buret, buret harus sejajar dengan mata
3.      Perubahan warna yang pertama kali adalah yang diharapkan, maka pada perubaha warna yang
pertama kali, titrasi di hentikan
4.      Perlu dilakukan dua kali pemeriksaan titrasi untuk mendapatkan hasil yang akurat
  
VIII.   KESIMPULAN
Dari pemeriksaan alkalinitas dan asiditas di atas, dapat diperoleh hasil asiditas MO= 0 mg/L
CaCO3 asiditas PP = 55 mg/L CO2 alkalinitas MO= 549 mg/L HCO3- dan alkalinitas PP= 0 mg/L CaCO 3 .
dengan demikian dapat dikatakan bahwa mahasiswa mampu melaksanakan pemeriksaan alkalinitas
dan asiditas menggunakan indikator MO dan PP.
Penetapan Asiditas dan Alkalinitas dalam sampel air

I.            Sub Judul


Penetapan Asiditas dan Alkalinitas dalam sampel air

II.            Tujuan
Siswa dapat melakukan analisis air dan mineral dengan parameter asiditas dan alkalinitas

III.            Dasar Teori


A.  Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan pH
larutan. Alkalinitas terdiri dari ion-ion bikarbonat (HCO 3-), karbonat (CO3-) dan hidroksida
(OH-) yang merupakan buffer terhadap pengaruh pengasaman. Alkalinitas diperlukan untuk
mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar, selain itu juga merupakan sumber CO 2 untuk
proses fotosintesis fitoplankton. Nilai alkalinitas akan menurun jika aktifitas fotosintesis naik,
sedangkan ketersediaan CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis tidak memadai. Sumber
alkalinitas air tambak berasal dari proses difusi CO2 di udara ke dalam air, proses
dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri yang m enghasilkan CO2, juga
secara kimiawi dapat dilakukan dengan pengapuran secara merata di seluruh dasar tambak
atau permukaan air .Jenis kapur yang biasa digunakan adalah CaCO3 (kalsium karbonat),
CaMg(CO3)2 (dolomit), CaO (kalsium oksida), atau Ca(OH)2 (kalsium hidroksida).
Alkalinitas dinyatakan dalam mg CaCO3/liter air (ppm).
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan
alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :
a.    Pengaruh sistem buffer dari alkalinitas;                     
b.    Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik. Sehingga alkalinitas diukur
sebagai factor kesuburan air.
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu
menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran
yang menunjukkan kapasitas pem-buffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu
ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan
ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya
dinyatakan dalam satuan ppm (mg/L) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan
kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan
kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada
umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20
ppm (Dewi, 2007).
Alkalinitas diukur dengan cara titrasi dengan asam yang distandarisasi sampai titik akhir
methyl orange (MO) pada sekitar pH 4.3 dan dicerminkan sebagai mg/L sebagai CaCO 3.
Sebagian besar air beralkalinitas tinggi juga mempunyai pH alkalin (pH >7) dan konsentrasi
TDS yang tinggi .
Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-,  CO2,  H2S,  asam-asam
lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada
alkalinitas, karena dua contributor utamanya adalah CO 2 dan H2S merupakan larutan volatile
yang segera hilang dari sample.(Syafila, Mindriany)
Untuk asam kuat seperti H2SO4 dan HCl dalam air dikenal dengan istilah “asam mineral
bebas” (free mineral acid). “Acid Mineral Water” mengandung asam mineral bebas dalam
konsentrasi yang harus diperhitungkan. (Manahan,Stanley).
Prinsip Alkalinitas
Alkalinitas adalah banyaknya asam diperlukan untuk menretralkan basa dalam air. Pada
umumnya yang menyebabkan air bersifat basa ialah bikarbonat (HCO3), karbonat (CO3-),
hidroksida (OH-) dan senyawa lain yang menyebabkan air bersifat basa tetapi hanya sedikit
terdapat dalam air sehingga dapat diabaikan.

B.  Asiditas
Asiditas pada sistem air alami adalah kapasitas air untuk menetralisir OH-,Air asam
biasanya tidak diperhitungkan, kecuali untuk kasus polusi berat. Asiditas merupakan hasil
dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, protein, asam-asam lemak dan ion-ion
logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua
kontributor utama, CO2 dan H2S, merupakan larutan volatil yang segera hilang dari sampel
(Annonymous,2013)
Prinsip Asiditas
CO2 asam mineral dan asam harus dalam air dinetralkan oleh larutan standar basa dan
asam dengan indicator fenolptalein dan metil jingga.
Asiditas dalam air disebabkan oleh karbondioksida (CO2) asam mineral. Adanya asiditas
dalam air ditunjukkan oleh PH air tersebut dibawah 8,5. Air yang dengan PH <4,5 hanya
mengandung asam mineral (kuat).
IV.            Alat dan Bahan
Alat
No Nama alat Spesifikasi Jumlah
Beaker gelas 100 mL
Beaker gelas 250 mL
Beaker gelas 600 mL
Pipet tetes
Gelas ukur 100 mL
Corong Kaca
Kertas saring Secukupya
Buret 50 mL
Klem & Statif Besi 2 pasang
10 Erlenmeyer 250 mL
11 Pipet ukur 25 mL

Bahan
No Nama bahan Spesifikasi Jumlah
NaOH 0,1 N Secukupnya
HCl 0,1 N Secukupnya
Sampel air Air sumur Secukupnya
Indikator PP Secukupnya
Indikator MO Secukupnya
V.            Prosedur Kerja
A.  Prosedur kerja Asiditas
1.         Ambil 100 mL sampel air, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL
2.         Tambahkan 5 tetes indikator phenolphthalein
3.         Titrasi dengan larutan standar NaOH  0,1 N sampai berwarna rose, catat volume pemakaian
NaOH, misalnya p mL.
4.         Lalu tambahkan 5 tetes indikator metil jingga.
5.         Titrasi kembali dengan larutan standar HCl  0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi
jingga merah. Catat volume pemakaian HCl, misalnya q mL.

B.  Prosedur kerja Alkalinitas


1.         Titrasi dengan indikator phenolphthalein
2.         Sampel diambil 100 ml lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
3.         Kemudian ditambahkan 2-3 tetes indikator phenolphtalein.
4.         Jika setelah ditambah indikator, larutan tidak berwarna maka kadar OH - dan CO32- kecil
sekali atau nilai P=0.
5.         Jika setelah ditambah indikator larutan menjadi berwarna merah lembayung maka larutan
dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga larutan menjadi tidak berwarna dan dicatat volume
titrasi.

VI.            Data Pengamatan

Volume NaOH Volume HCl


No. Sampel Rata- Rata-
I II I II
rata rata
2,8 2,8 2,8 7,5 7,7 7,6
1 Air sumur Sekambing
mL mL mL mL mL mL
2,5 2,3 2,4 6,5 6,3 6,4
2 Air sumur Loktuan
mL mL mL mL mL mL

N NaOH  = 0,0804 N
N HCl      = 0,0962 N

VII.            Perhitungan
Air sumur Sekambing :

CO2 (mg/L)          = 1000/100 x p x N NaOH x BE CO2


                             = 1000/100 x 2,8 mL x 0,0962 N x 22
                             = 59,2595 mg/L

HCO3- (mg/L)      = 1000/100 x [(q x N HCl) – (p x N NaOH)] x BE HCO3-


                                      
= 1000/100 x [(7,6 mL x 0,0804) – (2,8 x 0,0962) x 61
                             = 10 x (0,61104 – 0,26936) x 61
                             = 208,43 mg/L

Air sumur Loktuan :


CO2 (mg/L)          = 1000/100 x p x N NaOH x BE CO2
                             = 1000/100 x 2,4 mL x 0,0962 N x 22
                             = 50,7936 mg/L

HCO3- (mg/L)      = 1000/100 x [(q  x N HCl) – (p x N NaOH)] x BE HCO3-


                                      
= 1000/100 x [(6,4 mL x 0,0804) – (2,4 x 0,0962) x 61
                             = 10 x (0,51456 – 0,23088) x 61
                             = 173,05 mg/L

VIII.            Pembahasan
Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H 2PO4-, CO2, H2S, asam-asam
lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada
alkalinitas, karena dua kontributor utamanya adalah CO2 dan H2S merupakan larutan volatile
yang segera hilang dari sample.(Syafila, Mindriany)
Asam kuat seperti H2SO4 dan HCl dalam air dikenal dengan istilah “asam mineral bebas”
(free mineral acid). “Acid Mineral Water” mengandung asam mineral bebas dalam
konsentrasi yang harus diperhitungkan. (Manahan,Stanley).
Reaksi-reaksi yang terjadi :
Asiditas H+ + OH-  H2O
CO2 + OH-  HCO3-
HCO3- + H+  H2O + CO2
Alkalinitas OH- + H+  H2O
CO32- + H+  HCO3-
HCO3- + H+  H2O + CO2
Pengukuran nilai asiditas dan alkalinitas sebaiknya dilakukan maksimal 14 hari dari
pengambilan sampel karena adanya gas H2S dan CO2 yang mudah menguap dan segera hilang
dari sampel
CO2 + OH- ⟶ HCO3-
H2S + OH- ⟶ HS +H2O
Sampel air Loktuan Disaring, penyaringan ini dilakukan untuk menghilangkan zat-zat
padat yang terdapat pada sampel air. Dimasukkan 100 ml sampel ke dalam erlenmeyer.
Ditambahkan indikator PP sebanyak 5 tetes, pada penambahan indikator PP pada sampel air
sumur Loktuan ini tidak terjadi perubahan warna, hal ini menunjukkan alkalinitasnya negatif
sehingga dilakukan pengujian asiditas saja. Maka dilakukan peniteran dengan NaOH 0,1 N
sampai warna sampel berubah menjadi warna lembanyung, volume NaOH yang diperlukan
untuk mencapai titik akhir yaitu 2,5 mL pada peniteran pertama dan 2,3 mL pada peniteran
kedua. Semakin banyak volume NaOH yang digunakan untuk mencapai titik akhir semakin
tinggi pula kadar CO2 dalam sampel tersebut. Setelah melakukan titrasi dengan NaOH,
sampel ditambahkan indikator MO dan dilanjutkan untuk peniteran kedua dengan larutan
HCl 0,1 N. Pada penambahan indikator MO warna larutan menjadi warna orange  kemudian
dilakukan peniteran dengan larutan HCl 0,1 N sampai warna menjadi merah muda, pada
peniteran volume HCl yang diperlukan untuk mencapai titik akhir yaitu 6,5 mL pada
peniteran pertama dan 6,3 mL pada peniteran kedua.
Air sumur Loktuan memiliki kadar CO2 sebesar 50,7936 mg/L dan kadar HCO3- sebesar
173,05 mg/L. Kadar CO2 air sumur Loktuan ini melebihi ambang batas yaitu 20 mg/L
sedangkan kadar HCO3- masih dalam keadaan normal atau tidak melebihi ambang batas yaitu
500 mg/L.
Pengamatan sampel air sumur Loktuan dan Air sumur Sekambing sama, hanya saja
volume titrasi yang berbeda pada peniteran dengan larutan NaOH 0,1 N didapatkan volume
NaOH pada peniteran pertama sebanyak 2,8 mL dan juga 2,8 mL pada peniteran kedua.
Peniteran dengan larutan HCl 0,1 N diperoleh volume HCl pada peniteran pertama sebanyak
7,5 mL dan 7,7 mL pada peniteran kedua.
Air sumur Sekambing memiliki kadar CO2 sebesar 59,2595 mg/L dan kadar HCO3-
sebesar 208,43 mg/L. Kadar CO2 air sumur Sekambing ini melebihi ambang batas yaitu 20
mg/L sedangkan kadar HCO3- masih dalam keadaan normal atau tidak melebihi ambang batas
yaitu 500 mg/L.
Air sumur Loktuan maupun Sekambing masih bisa dikomsumsi dengan melakukan
pemanasan terlebih dahulu untuk menghilngkan kadar  CO2 yang tinggi

IX.            Kesimpulan
1.    Kadar CO2 pada air sumur Sekambing sebesar 59,2595 mg/L.
2.    Kadar HCO3-  pada air sumur Sekambing sebesar 208,43 mg/L.
3.    Kadar CO2 pada air sumur Loktuan sebesar 50,7936 mg/L.
4.    Kadar HCO3- pada air sumur Loktuan sebesar 173,05 mg/L.
Penentuan Asiditas dan Alkalinitas dalam Air Secara Titrimetri

18.11    1 comment

Dasar Teori

Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa


menurunkan pH larutan. Alkalinitas terdiri dari ion-ion bikarbonat (HCO 3-), karbonat
(CO3-) dan hidroksida (OH-) yang merupakan buffer terhadap pengaruh pengasaman.
Alkalinitas diperlukan untuk mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar, selain itu
juga merupakan sumber CO2 untuk proses fotosintesis fitoplankton. Nilai alkalinitas
akan menurun jika aktifitas fotosintesis naik, sedangkan ketersediaan CO 2 yang
dibutuhkan untuk fotosintesis tidak memadai. Sumber alkalinitas air tambak berasal
dari proses difusi CO2 di udara ke dalam air, proses dekomposisi atau perombakan
bahan organik oleh bakteri yang menghasilkan CO 2, juga secara kimiawi dapat
dilakukan dengan pengapuran secara merata di seluruh dasar tambak atau
permukaan air .Jenis kapur yang biasa digunakan adalah CaCO 3 (kalsium karbonat),
CaMg(CO3)2 (dolomit), CaO (kalsium oksida), atau Ca(OH) 2 (kalsium hidroksida).
Alkalinitas dinyatakan dalam mg CaCO3/liter air (ppm).
            Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung
pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :
a.       Pengaruh sistem buffer dari alkalinitas;                      
b.       Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik. Sehingga
alkalinitas diukur sebagai factor kesuburan air.
            Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang
mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut
sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat,
dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut
di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman
dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium
karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm
disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm
disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan
yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm (Dewi,
2007).
Alkalinitas diukur dengan cara titrasi dengan asam yang distandarisasi sampai titik
akhir methyl orange (MO) pada sekitar pH 4.3 dan dicerminkan sebagai mg/L
sebagai CaCO3. Sebagian besar air beralkalinitas tinggi juga mempunyai pH alkalin
(pH >7) dan konsentrasi TDS yang tinggi .
             Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H 2PO4-,  CO2,  H2S,
asam-asam lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe 3+. Asiditas lebih sukar
ditentukan daripada alkalinitas, karena dua contributor utamanya adalah CO 2 dan H2S
merupakan larutan volatile yang segera hilang dari sample .(Syafila, Mindriany) 
Untuk asam kuat seperti H2SO4 dan HCl dalam air dikenal dengan istilah “asam mineral
bebas” (free mineral acid). “Acid Mineral Water” mengandung asam mineral bebas dalam
konsentrasi yang harus diperhitungkan. (Manahan,Stanley).
Prinsip

Asiditas
CO2 asam mineral dan asam harus dalam air dinetralkan oleh larutan standar basa dan asam
dengan indicator fenolptalein dan jingga metil.

Alkalinitas
            Alkalinitas adalah banyaknya asam diperlukan untuk menretralkan basa dalam air. Pada
umumnya yang menyebabkan air bersifat basa ialah bikarbonat (HCO 3), karbonat (CO3-), hidroksida
(OH-) dan senyawa lain yang menyebabkan air bersifat basa tetapi hanya sedikit terdapat dalam air
sehingga dapat diabaikan.
Alkalinitas perairan Parameter kimia
Bagikan :

Tweet

Pengertian Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau dikenal dengan sebutan
acid-neutrlizingcapacitry (ANC) atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation
hidrogen. Alkalinitas`juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap
perubahan pH perairan (Alam Ikan 1). 

Sebagai media hidup ikan, kondisi alkanitas air perlu diketahui karena alkanitas merupakan salah
satu parameter kimia yang dapat dipakai untuk mengetahui kebasaan air. Kisaran pH suatu perairan
kadang mengalami fluktuasi atau perubahan cukup drastis. Hal ini kurang menguntungkan, sebab
akan mempengaruhi kehidupan ikan yang dipelihara.

Fluktuasi atau perubahan nilai pH yang drastis disuatu perairan dapat dicegah apabila perairan
tersebut mempunyai sistem buffer yang memadai. Apabila suatu perairan mengandung mineral
karbonat, bikarbonat, borat, dan silikat, maka pada perairan tersebut akan memiliki pH diatas netral
(bersifat basa) dan sekaligus dapat mencegah terjadinya penurunan pH secara drastis (Alam Ikan 2).

Alkalinitas sering dihubungkan dengan kekerasan air, karena sumber utama alkalinitas biasanya dari
batuan karbon (batu kapur) yang sebagian besar terbentuk dari CaCO3, sebaliknya kekurangan
karbonat dihubungkan dengan Natrium atau Potasium yang tidak memberi pengaruh kekerasan air
lunak (air berkesadahan rendah) biasanya memiliki kadar alkalinitasr yang rendah dan kapasitas
penyangga yang rendah pula. Alkalinitas sangat penting bagi ikan dan organisme air lainnya karena
alkalinitas tersebut sebagai penyangga ketika terjadi karena perubahan pH yang sangat cepat.

Organisme hidup, khususnya pada organisme perairan hidupnya akan sangat baik bila pH-nya 6 – 9.
Alkalinitas diukur dengan menambahkan asam pada air yang diuji tanpa menyebabkan perubahan
pH yang berarti. Alkalinitas yang  tinggi pada permukaan air akan menetralkan hujan asam dan
limbah lain yang bersifat asam dan mencegah perubahan pH yang cepat yang berbahaya pada
perairan tersebut
Hubungan alkalinitas dengan parameter lain
May 14, 2013 by elfian permana

2 Votes

Pengertian Alkalinitas

Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion karbonat dan
bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar. Nilai ini
menggambarkan kapasitas air untuk menetralkan asam, atau biasa juga diartikan sebagai
kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH. Perairan.mengandung
alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan
asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Selain bergantung pada pH,
alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas
alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang
terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai
kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi.

Alkali ialah zat yang melepaskan ion hidroksil dalam air dan mempunyai pH lebih besar dari
7, antara lain kapur (kalsium hidroksil) yang ditambahkan pada tanah untuk menetralkan sifat
asam yang berlebihan.

 Alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari
ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion
tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman
dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium
karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut
sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak
atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan
adalah dengan nilai alkalinitas di atas 20 ppm. Kapasitas pem-buffer-an alam dilengkapi
dengan mekanisme pertahanan sedemikian rupa sehingga dapat bertahan terhadap berbagai
perubahan, begitu juga dengan pH air. Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai
perubahan dikenal dengan istilah Kapasitas pem-buffer-an pH

Perairan yang mengandung mineral karbonat, bikarbonat, borat, dan silikat akan mempunyai
pH diatas netral dan dapat mencegah terjadinya penurunan pH secara drastic. Pada perairan
tertutup, penambahan karbonat dari sel-sel kerang atau dolomite dapat memperbaiki
alkalinitas dan sistem buffer perairan itu. Penambahan sodium bikarbdonat secara periodik
juga akan menghasilkan hal yang sama.

Menurut Kordi (2005), semakin tinggi konsentrasi ion H+, akan semakin rendah konsentrasi
ion OH– dan pH >7, maka perairan bersifat alkalis (basa). Perairan umum dengan segala
aktivitas fotosintesis dan respirasi organism yang hidup di dalamnya membentuk reaksi
berantai karbonat sebagai berikut :

CO2   +   H2O    –>      H2CO3    –>      H+  +  HCO3    –>      2H+  +  CO3 2-

Kadar alkalinitas

Alkalinitas atau yang dikenal dengan total alkalinitas adalah konsentrasi total unsur basa-basa
yang terkandung dalam air dan biasannya dinyatakan dalam mg/l atau setara dengan CaCO3.
Ketersediaan ion basa bikarbonat (HCO3) dan karbonat (CO32-) merupakan parameter total
alkalinitas dalam air tambak. Unsur-unsur alkalinitas juga dapat bertindak sebagai buffer
(penyangga) pH. Dalam kondisi basa ion bikarbonat akan membentuk ion karbonat dan
melepaskan ion hidrogen yang bersifat asam, sehingga keadaan pH menjadi netral.sebaliknya
bila keadaan terlalu asam, ion karbonat akan mengalami hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan
melepaskan hidrogen oksida yang bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral.
Digambarkan dalam reaksi berikut :

HCO3–   –>       H+  + CO3P2      –>        CO32-  +  H2O    –>      HCO32- + OH–

Lanjut dikatakan bahwa untuk tumbuh optimal, pklankton menghendaki total alkalinitas
sekitar 80-120 ppm. Tambak yang diberi pengapuran alkalinitasnya mencapai 150-300 ppm.
konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan konsentrasi total kesadahan air.
Di lahan, umumnya total alkalinitas mempunyai konsentrasi yang sama dengan konsentrasi
total kesadahan.

Kapasitas air menerima protein disebut alkalinitas. Air  yang alkali atau bersifat basa sering
mempunyai pH tinggi dan umumnya mengandung padatan terlarut yang tinggi. Alkalinitas
merupakan faktor kapasitas untuk menetralkan asam. Oleh karena kadang-kasang
penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak
menjadi asam.
 

Hubungan alkalinitas dengan parameter lain

Tinggi atau rendahnya alkalinitas dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh parameter
lain seperti pH, atau kesadahan. Di mana semakin tinggi alkalinitas, maka kedua parameter
tersebut akan mengikuti. konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan
konsentrasi total kesadahan air. Umumnya total alkalinitas mempunyai konsentrasi yang
sama dengan konsentrasi total kesadahan. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga
dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Unsur-unsur alkalinitas juga
dapat bertindak sebagai buffer (penyangga) pH.

             Alkalinitas relatif sama jumlahnya dengan kesadahan dalam suatu perairan.


Alkalinitas juga berpengaruh terhadap pH dalam suatu perairan. Dalam kondisi basa ion
bikarbonat akan membentuk ion karbonat dan melepaskan ion hidrogen yang bersifat asam
sehingga keadaan pH menjadi netral.sebaliknya bila keadaan terlalu asam, ion karbonat akan
mengalami hidrolis menjadi ion bikarbonat dan melepaskan hidrogen oksida yang bersifat
basa, sehingga keadaan kembali netral. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi
tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan
yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi.
Alkalinitas
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Sign into your Wajam account and discover what your friends have shared

Twitter

Facebook

Alkalinitas merupakan penyangga(buffer) perubahan pH air dan indikasi kesuburan yang


diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan
tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan (Alaerts dan Ir. S. Sumetri. S).

Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air, Secara khusus alkalinitas sering
disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat, dan
tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan
bereaksi dengan ion hydrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH.

Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran
dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi pH air sehingga pengaruh
pengapuran tidak membuat pH air tinggi, serta disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya.

Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tingga adalah sebagai berikut :

1. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi;


2. Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton tinggi.

Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan alga
dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :

1. Pengaruh system buffer dari alkalinitas;


2. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organic . Sehingga alkalinitas diukur
sebagai factor kesuburan air. (Syafila, Mindriany).
Alkalinitas dan Kesadahan
Label : Kimia Lingkungan - Senin, 09 Juli 2012

pH

adalah jumlah ion hidrogen (H+) dalam air

Besarannya dinyatakan dalam min logaritma, misalnya : pH = 6, artinya konsentrasi ion H +  dalam air
adalah 0,000001 atau 10-6  bagian dari total larutan.

Fluktuasi pH air sangat ditentukan oleh alkalinitas air, dengan alkalinitas yang tinggi air tersebut akan
mudah mengembalikan pH ke nilai semula dari setiap gangguan perubahan pH.

ALKALINITAS AIR

Umum : petunjuk konsentrasi basa / bahan yag mampu menetralisir kemasaman dalam air

Khusus : besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan/penyangga dalam air, ini terjadi karena
adanya anion lemah yang dapat menerima dan menetralisir proton .

         Anion utama dalam air  kebanyakan adalah bikarbonat (HCO3-). Karbonat terlihat jika pH di atas 8,3.
Jika pH sangat tinggi, hidroksida sedikit berkontribusi.

         Alkalinitas air dikatakan baik jika nilainya >100 mg/L

Pertahanan pH air terhadap perubahan dilakukan melalui alkalinitas dengan proses sbb :
CO2 + H2O  H2CO3    H+  +  HCO3-    CO32-  +  2H+
Jika terjadi penambahan asam, artinya menambahkan H + maka akan segera diikat oleh CO32- dan
reaksi akan bergerak ke kiri menghasilkan CO 2
Jika terjadi penambahan basa, maka dia akan bereaksi dengan HCO 3- dan reaksi berjalan ke kanan.
Ion CO32- akan bertambah dan berikatan dengan ion Ca 2+ atau Mg2+ di dalam air membentuk air
sadah tetap CaCO3
Reaksi Kimia :   

HCO3- dan CO32- merupakan ion utama karena banyaknya mineral karbonat di alam. Bentuk yang
paling penting adalah CaCO3

CaCO3hampir tidak larut dalam air, namun mudah larut dalam asam karbonat , terbentuk CO 2
bereaksi dengan air. CO2 memasuki air langsung dari atmosfer. Air hujan yang  terisi CO2,  akan jatuh
ke tanah, dan merembes melalui tanah organik, kemudian memasuki jalur air melalui sumber bawah
tanah. Seperti CO2 larut dalam air, seperti yang ditunjukkan oleh persamaan kesetimbangan:
CO2 + H2O    H2CO3
Dalam tanah, H2CO3 mudah melarutkan kalsium karbonat dari formasi batuan di daerah aliran
sungai, menghasilkan larutan bikarbonat:

H2CO3  + CaCO3   Ca(HCO3)2


Dalam air, H2CO3 mungkin memisahkan dua kali, tergantung dari pH. Antara pH 4,5 dan 8,3 ,
memisahkan diri menjadi ion HCO3-dan H+, seperti yang ditunjukkan oleh persamaan kesetimbangan:

H2CO3     HCO3 -   +   H+

Konsentrasi ion bikarbonat  terbesar pada pH 8,3 dan ketika H2CO3 dan larutan CO2 tidak lagi
analitis saat ini. Di atas pH 8,3 konsentrasi relatif dari HCO 3- menurun sebagai hasil disosiasi kedua
ion CO32- dan H +.
                HCO3 -      CO32-  + H+

Pengujian alkalinitas air :

                Untuk menentukan anion berkontribusi alkalinitas, dua tes dilakukan alkalinitas fenolftalein
dan alkalinitas total. Alkalinitas fenolftalein merupakan bagian dari alkalinitas total. Ketika indikator
pp ditambahkan ke air, warna merah muda muncul jika pH ≥ 8,3 titik akhir karbonat. Jika ini terjadi,
dianggap adanya CO32-, mungkin HCO3-, dan mungkin OH-. Ketika pH diturunkan menjadi 8,3 dengan
asam sulfat (H2SO4), warna merah muda akan memudar menjadi bening menunjukkan reaksi
berikut telah terjadi:

                H2SO4 + Ca(OH)2    CaSO4  +2H2O                            menghitung [CO32-]

                H2SO4 +  2CaCO3    CaSO4   +  Ca(HCO3)2                        pengaruh OH-  sangat kecil, bisa diabaikan

Di bawah pH 8,3, hanya HCO3 - yang ada, karena semua CO32- telah dinetralkan.
Seperti titrasi asam, masing-masing ion bikarbonat memakan ion hidrogen untuk membentuk
sebuah molekul H2CO3

                        H2SO4 +  Ca(HCO3)2    CaSO4  +2H2CO3

Jika BG-MR digunakan sebagai indikator, warna air akan berubah dari biru-hijau menjadi merah
muda sebagai pH diturunkan menjadi sekitar 4,5 di titik akhir bikarbonat. Pada titik ini, H 2CO3 tidak
lagi terdisosiasi, kapasitas buffering dari air hilang, dan alkalinitas adalah nol. Jumlah dari mL titran
digunakan untuk mengkonversi CO32-untuk H2CO3 adalah total alkalinitas diukur dalam mg / L CaCO 3

3.       HARDNESS / KESADAHAN AIR

Adalah ukuran banyaknya konsentrasi ion Ca 2+ dan Mg2+  dalam air. Kalsium dan magnesium berasal
dari reaksi air dengan CO2  menghasilkan asam karbonat dan melarutkan Ca dan Mg dari batuan
karbonat (limestone, dolomite)
Air sadah dibagi menjadi dua :
  Sadah sementara : kation  Ca2+ dan Mg2+ ,anion : HCO3-

  Sadah tetap        : Ca2+ dan Mg2+ , anion : SO42-, Cl-, dll

Kriteria kesadahan :
0 – 60 = lunak
61 – 120 = agak keras (agak tinggi)
121 – 180 = keras (tinggi)
>181 = sangat keras (sangat tinggi)
Pengujian Kesadahan Air :
                Untuk menentukan konsentrasi ion kalsium dan magnesium diperlukan 2 uji :

a.       Analisis Kesadahan Total (Ca2+ dan Mg2+)

Analisis ini menggunakan metode titrasi menggunakan titran EDTA (asam etildiamin
tetraasetat). Digunakan EDTA karena dia dapat membentuk pasangan kimiawi dengan ion-ion
kesadahan. Saat ekivalen larutan berubah menjadi biru (pH=10). 

                Perubahan semakin jelas bila pH tinggi, namun pH tinggi menyebabkan ion-ion kesadahan
hilang karena terjadi pengendapan Mg(OH)2 dan CaCO3. Pada pH >9, CaCO3 sudah mulai terbentuk
sehingga titrasi harus dihentikan dalam waktu 5 menit.

b.      Analisis Kesadahan Kalsium  (Ca2+)

Konsentrasi ion Ca2+ dapat ditentukan secara terpisah bila ion Mg 2+ dihilangkan dari larutan
dengan menambah basa. pH tinggi menyebabkan hampir semua ion Mg 2+ mengendap sebagai
Mg(OH)2

                Analisis [Ca2+] dilakukan dengan metode titrasi EDTA. Larutan diberi indikator akan
berwarna merah, menunjukkan adanya ion kalsium. Ketika titran (EDTA) ditambahkan, dia
bergabung dengan ion-ion kalsium  membentuk kompleks kalsium EDTA. Larutan berubah menjadi
biru-ungu menandakan titik akhir titrasi. Konsentrasi ion kalsium ekivalen dengan jumlah EDTA yang
digunakan.

Pelunakan Kesadahan Air :

  Proses pengendapan senyawa Ca2+ dan Mg2+ (proses kapur soda)

Penambahan kapur Ca(OH)2 dan abu soda NaCO3 ke dalam air akan bereaksi dengan garam
kalsium dan magnesium membentuk endapan kalsium karbonat CaCO 3 dan magnesium hodroksida
Mg(OH)2
    
  Proses Pertukaran ion Ca2+ dan Mg2+ dengan Na+, K+, H+  (Proses Zeolit)
Air sadah dialirkan melalui saluran/kolom yang berisi zeolit (penukar ion), sehingga ion Ca
atau Mg di dalam air sadah diikat dan sebagai gantinya akan dilepskan ion Na, K, dan H dari zeolit.
 Keuntungan metode ini :
-  Proses sangat cepat (10-20 menit)
-  Efisiensi tinggi
-  Air dapat dilunakkan hingga nol
- Selama proses tidak terbentuk endapan
  Proses kontak air dengan butir pasir atau kapur
Air dialirkan melalui lapisan pasir atau kapur sehingga akan terjadi kontak dengan air dan ion
Ca dan Mg akan diikat oleh pasir yang mengandung silikat atau kapur yang mengandung kalsium

                Keuntungan metode ini :

-  Cara sederhana
-  Biaya murah
ALKALINITY

Pengertian Alkalinity

Alkalinity adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai
pH larutan. Sama halnya dengan larutan bufer, alkalinity merupakan pertahanan air terhadap
pengasaman. Alkalinity adalah hasil reaksi-reaksi terpisah dalam larutan hingga merupakan sebuah
analisa “makro” yang menggabungkan beberapa reaksi. Alkalinity dalam air disebabkan oleh ion-ion
karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3-), hidroksida (OH-) dan juga borat (BO33-), fosfat (PO43-),    silikat 
dan sebagainya.

Dalam air alam alkaliniti sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat, dan sisanya
oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu (siang hari) adanya ganggang dan lumut dalam
air menyebabkan turunnya kadar karbon dioksida dan bikarbonat. Dalam keadaan seperti ini kadar
karbonat dan hidroksida naik, dan menyebabkan pH larutan naik.

 Kalau kadar alkalinity terlalu tinggi (dibandingkan dengan kadar Ca 2+ dan Mg2+ yaitu kadar
kesadahan) air menjadi agresif dan menyebabkan karat pada pipa, sebaliknya alkalinity yang rendah
dan tidak seimbang dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak CaCO 3 pada dinding pipa yang
dapat memperkecil penampang basah pipa. Kadar alkalinity yang tinggi menunjukkan adanya
senyawa garam dari asam lemah seperti asam asetat, propionat, amoniak dan sulfit (SO 32-). Alkalinity
juga merupakan parameter pengontrol untuk anaerobik digester dan instalasi lumpur aktif.

Air yang sangat alkali atau bersifat basa sering mempunyai pH tinggi dan umumnya
mengandung padatan terlarut yang tinggi. Sifat-sifat ini dapat menurunkan kegunaannya untuk
keperluan dalam tangki uap, proses makanan dan sistem saluran air dalam kota. Alkalinitas
memegang  peranan penting dalam penentuan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan
ganggang dan kehidupan perairan lainnya. Pada umumnya, komponen utama yang memegang peran
dalam menentukan alkalinitas perairan adalah ion bikarbonat, ion karbonat dan ion hidroksil.
Yang lainnya, yang sedikit menyumbang alkalinitas adalah ammonia dan konyugat basa-basa
dari asam-asam fosfat, silikat, borat dan asam-asam organik. Alkalinitas umumnya dinyatakan
sebagai “alkalinitas fenolftalein” yaitu proses situasi dengan asam untuk mencapai pH 8,3 dimana
HCO3- merupakan ion terbanyak, dan “alkalinitas total”, yang menyatakan situasi dengan asam
menuju titik akhir indicator metal jingga (pH 4,3), yang ditunjukan oleh berubahnya kedua jenis ion
karbonat dan bikarbonat menjadi CO2.

Kalau pH merupakan faktor intensitas, alkalinitas merupakan faktor kapasitas, dimana


kapasitas itu merupakan kapasitas air tersebut untuk menetralkan asam. Oleh karena itu kadang-
kadang penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak
menjadi asam. Dalam kebanyakan air alami alkalinitas disebabkan oleh adanya HCO 3- dan sedikit
oleh adanya CO32- dan air dengan alkalinitas tinggi mempunyai konsentrasi karbon organik yang
tinggi.

Dalam media dengan pH rendah, ion hydrogen dalam air mengurangi alkalinitas. Alkalinitas
secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan
dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas
pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam
air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan
kemasaman dan menaikan pH.  Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium
karbonat (CaCO3).  Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai
alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat
alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai
alkalinitas diatas 20 ppm.

Jenis - jenis Alkalinity

1. Alkalinity phenolphatalein adalah alkalinity karbonat.

Anality karbonat meliputi karbonat dan bikarbonat. Bikarbonat masih merupakan ion
penyusun alkalinity. Jadi sebenarnya konversi karbonat pada pH 8,3 ini hanya berlangsung
setengahnya sehingga perlu ditambahkan asam (titran) untuk mengkonversi bikarbonat menjadi
asam karbonat. Dengan kata lain, titrasi dilanjutkan dengan bantuan indikator methyl orange.

2. Alkalinity total
Perubahan warna akan terjadi pada pH 4,4. Penjumlahan dari jumlah titran yang terpakai pada
penentuan nilai alkalinity phenolphatalein dengan jumlah titran pada pembentukan asam karbonat
merupakan alkalinity total.

Asidimetri

Pengertian Asidimetri

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa,
sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku
asam.

Indikator dan Penggunaannya

Adapun penggunaan indikator digunakan sebagai titrasi dalam asam basa dan untuk
mengetahui apakah suatu titrasi telah habis bereaksi atau belum.

Tabel 3. Jenis Indikator dan Penggunaannya

N Nama Rentang Warna asam Warna


O pH basa

1 Kuning metil 2–3 Merah Kuning

2 Dinitrofenol 2,4 – 4,0 Tidak Kuning


berwarna

3 Jingga metil 3 – 4,5 Merah Kuning

4 Merah metil 4,4 – 6,6 Merah Kuning

5 Lakmus 6–8 Merah Biru

6 Fenolftalein 8 – 10 Tidak Merah


berwarna

7 Timolftalein 10 – 12 Kuning Ungu

8 Trinitrobenzena 12 -13 Tidak Jingga


berwarna
SEKILAS BELAJAR TENTANG ALKALINITY ATAU KEBASAAN.
September 15, 2008 admin kimia

Alkaliniti adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai
pH larutan. Sama halnya dengan larutan bufer, alkaliniti merupakan pertahanan air terhadap
pengasaman. Alkaliniti adalah hasil reaksi-reaksi terpisah dalam larutan hingga merupakan sebuah
analisa “makro” yang menggabungkan beberapa reaksi. Alkaliniti dalam air disebabkan oleh ion-ion
karbonat (CO32- ), bikarbonat (HCO3– ), hidroksida (OH–) dan juga borat (BO33-), fosfat (PO43-),    silikat 
dan sebagainya.

Dalam air alam alkaliniti sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat, dan sisanya
oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu (siang hari) adanya ganggang dan lumut dalam
air menyebabkan turunnya kadar karbon dioksida dan bikarbonat. Dalam keadaan seperti ini kadar
karbonat dan hidroksida naik, dan menyebabkan pH larutan naik.

 Kalau kadar alkaliniti terlalu tinggi (dibandingkan dengan kadar Ca 2+ dan Mg2+ yaitu kadar
kesadahan) air menjadi agresip dan menyebabkan karat pada pipa, sebaliknya alkaliniti yang rendah
dan tidak seimbang dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak CaCO 3 pada dinding pipa yang
dapat memperkecil penampang basah pipa. Kadar alkaliniti yang tinggi menunjukkan adanya
senyawa garam dari asam lemah seperti asam asetat, propionat, amoniak dan sulfit (SO 32- ). Alkaliniti
juga merupakan parameter pengontrol untuk anaerobik digester dan instalasi lumpur aktif.

Air yang sangat alkali atau bersifat basa sering mempunyai pH tinggi dan umumnya
mengandung padatan terlarut yang tinggi. Sifat-sifat ini dapat menurunkan kegunaannya untuk
keperluan dalam tangki uap, prosesing makanan dan system saluran air dalam kota. Alkalinitas
memegang  peranan penting dalam penentuan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan
ganggang dan kehidupan perairan lainnya.

Pada umumnya, komponen utama yang memegang peran dalam menentukan alkalinitas
perairan adalah ion bikarbonat, ion karbonat dan ion hidroksil.
HCO3– +   H+                       CO2 + H2O

CO32-   +   E+                         HCO3–

OH–     +     H+                       H2O

Yang lainnya, yang sedikit menyumbang alkalinitas adalah ammonia dan konyugat basa-basa
dari asam-asam fosfat, silikat, borat dan asam-asam organik. Alkalinitas umumnya dinyatakan
sebagai “alkalinitas fenolftalein” yaitu proses situasi dengan asam untuk mencapai pH 8,3 dimana
HCO3– merupakan ion terbanyak, dan “alkalinitas total”, yang menyatakan situasi dengan asam
menuju titik akhir indicator metal jingga (pH 4,3), yang ditunjukan oleh berubahnya kedua jenis ion
karbonat dan bikarbonat menjadi CO2.

Kalau pH merupakan faktor intensitas, alkalinitas merupakan faktor kapasitas, dimana


kapasitas itu merupakan kapasitas air tersebut untuk menetralkan asam. Oleh karena itu kadang-
kadang penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak
menjadi asam.

Dalam kebanyakan air alami alkalinitas disebabkan oleh adanya HCO 3– dan sedikit oleh
adanya CO32- dan air dengan alkalinitas tinggi mempunyai konsentrasi karbon organik yang tinggi.
Dalam media dengan pH rendah, ion hydrogen dalam air mengurangi alkalinitas.

Anda mungkin juga menyukai