- Padatan barium hidroksida dimasukkan sebanyak 0,02 gram sehingga menghasilkan larutan
jenuh barium hidroksida.
- Larutan jenuh barium hidroksida disaring dengan kertas saring berpori sedang (kertas saring
Whatman no. 40).
Pembakuan larutan NaOH 0,1 N
- Padatan natrium hidroksida (NaOH) sebanyak 0,4 gram dilarutkan dalam aquades
secukupnya lalu ditambahkan 1 ml larutan jenuh barium hidroksida (Ba(OH)2).
- Larutan NaOH dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 100 ml dan
ditandabataskan dengan aquades lalu dikocok selama beberapa jam, kemudian disaring
dengan kertas saring ke dalam botol plastik.
- Botol dijaga tertutup rapat untuk melindungi larutan dari CO2 yang ada dalam udara.
- Lalu larutan NaOH dibakukan terhadap larutan baku asam oksalat 0,5 M.
Pembuatan larutan standar H2SO4 0,1 N
- Larutan H2SO4 pekat dipipet sebanyak 0,75 ml lalu dimasukkan dalam labu takar 250 ml.
- Selanjutnya, diencerkan dengan aquades hingga tanda batas.
- Lalu distandarisasi melalui titrasi asam basa dengan larutan standar NaOH 0,1 N dan
indikator metil oranye.
- Selanjutnya larutan dititrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N hingga terjadi perubahan warna
menjadi merah muda dan dicatat volume titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi. A., 2007, Pencemaran air, diakses dari http://www.scribd.com/doc/14144746/Pencemaran-
air, diakses pada tanggal 19 Mei 2010
Efendi. E., 2007, Penyuluhan Pola Budidaya Sistem Intensif di Desa Margasari Kecamatan
Labuhan Maringgai, Lampung Timur, diakses dari
http://www.docstoc.com/docs/downloaddoc.aspx/?doc_id=10627406, diakses pada tanggal
19 Mei 2010
Hari : Selasa
I. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Asiditas
b. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Alkalinitas
III. ALAT
1. Gelas Ukur 100 ml
2. Gelas Kimia 100 ml
3. Labu Erlenmeyer 250 ml
4. Buret Basa
5. Buret Asam
6. Pipet tetes
7. Statif
IV. BAHAN
1. Larutan standard HCl 0,1 N
2. Larutan standard NaOH 0,1 N
3. Indikator MO
4. Indikator PP
5. Aquadest
6. Air Sampel
VI. PERHITUNGAN
Alkalinitas
Diketahui :
Pada pemeriksaan MO diperoleh data titrasi
1 1 7 ml 17 ml 10 ml
2 2 14 ml 22 ml 8 ml
Rata-rata titrasi 9 ml
= 9 1 0,1 N 61
= 0 1 0,1 N 61
Diketahui :
Pada pemeriksaan PP diperoleh data titrasi
1 1 21,5 ml 22,5 ml 1 ml
2 2 21,5 ml 24 ml 1,5 ml
= 12,5 1 0,1 N 44
VII. PEMBAHASAN
Dalam pemeriksaan alkalinitas dan asiditas perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Dalam pengamatan perlu diperhatikan dengan seksama perubahan warna yang terjadi. Untuk warna
orange, warnanya mendekati merah jingga
2. Pada pembacaan volume pada buret, buret harus sejajar dengan mata
3. Perubahan warna yang pertama kali adalah yang diharapkan, maka pada perubaha warna yang
pertama kali, titrasi di hentikan
4. Perlu dilakukan dua kali pemeriksaan titrasi untuk mendapatkan hasil yang akurat
VIII. KESIMPULAN
Dari pemeriksaan alkalinitas dan asiditas di atas, dapat diperoleh hasil asiditas MO= 0 mg/L
CaCO3 asiditas PP = 55 mg/L CO2 alkalinitas MO= 549 mg/L HCO3- dan alkalinitas PP= 0 mg/L CaCO 3 .
dengan demikian dapat dikatakan bahwa mahasiswa mampu melaksanakan pemeriksaan alkalinitas
dan asiditas menggunakan indikator MO dan PP.
Penetapan Asiditas dan Alkalinitas dalam sampel air
II. Tujuan
Siswa dapat melakukan analisis air dan mineral dengan parameter asiditas dan alkalinitas
B. Asiditas
Asiditas pada sistem air alami adalah kapasitas air untuk menetralisir OH-,Air asam
biasanya tidak diperhitungkan, kecuali untuk kasus polusi berat. Asiditas merupakan hasil
dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, protein, asam-asam lemak dan ion-ion
logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua
kontributor utama, CO2 dan H2S, merupakan larutan volatil yang segera hilang dari sampel
(Annonymous,2013)
Prinsip Asiditas
CO2 asam mineral dan asam harus dalam air dinetralkan oleh larutan standar basa dan
asam dengan indicator fenolptalein dan metil jingga.
Asiditas dalam air disebabkan oleh karbondioksida (CO2) asam mineral. Adanya asiditas
dalam air ditunjukkan oleh PH air tersebut dibawah 8,5. Air yang dengan PH <4,5 hanya
mengandung asam mineral (kuat).
IV. Alat dan Bahan
Alat
No Nama alat Spesifikasi Jumlah
Beaker gelas 100 mL
Beaker gelas 250 mL
Beaker gelas 600 mL
Pipet tetes
Gelas ukur 100 mL
Corong Kaca
Kertas saring Secukupya
Buret 50 mL
Klem & Statif Besi 2 pasang
10 Erlenmeyer 250 mL
11 Pipet ukur 25 mL
Bahan
No Nama bahan Spesifikasi Jumlah
NaOH 0,1 N Secukupnya
HCl 0,1 N Secukupnya
Sampel air Air sumur Secukupnya
Indikator PP Secukupnya
Indikator MO Secukupnya
V. Prosedur Kerja
A. Prosedur kerja Asiditas
1. Ambil 100 mL sampel air, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL
2. Tambahkan 5 tetes indikator phenolphthalein
3. Titrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N sampai berwarna rose, catat volume pemakaian
NaOH, misalnya p mL.
4. Lalu tambahkan 5 tetes indikator metil jingga.
5. Titrasi kembali dengan larutan standar HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi
jingga merah. Catat volume pemakaian HCl, misalnya q mL.
N NaOH = 0,0804 N
N HCl = 0,0962 N
VII. Perhitungan
Air sumur Sekambing :
VIII. Pembahasan
Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H 2PO4-, CO2, H2S, asam-asam
lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada
alkalinitas, karena dua kontributor utamanya adalah CO2 dan H2S merupakan larutan volatile
yang segera hilang dari sample.(Syafila, Mindriany)
Asam kuat seperti H2SO4 dan HCl dalam air dikenal dengan istilah “asam mineral bebas”
(free mineral acid). “Acid Mineral Water” mengandung asam mineral bebas dalam
konsentrasi yang harus diperhitungkan. (Manahan,Stanley).
Reaksi-reaksi yang terjadi :
Asiditas H+ + OH- H2O
CO2 + OH- HCO3-
HCO3- + H+ H2O + CO2
Alkalinitas OH- + H+ H2O
CO32- + H+ HCO3-
HCO3- + H+ H2O + CO2
Pengukuran nilai asiditas dan alkalinitas sebaiknya dilakukan maksimal 14 hari dari
pengambilan sampel karena adanya gas H2S dan CO2 yang mudah menguap dan segera hilang
dari sampel
CO2 + OH- ⟶ HCO3-
H2S + OH- ⟶ HS +H2O
Sampel air Loktuan Disaring, penyaringan ini dilakukan untuk menghilangkan zat-zat
padat yang terdapat pada sampel air. Dimasukkan 100 ml sampel ke dalam erlenmeyer.
Ditambahkan indikator PP sebanyak 5 tetes, pada penambahan indikator PP pada sampel air
sumur Loktuan ini tidak terjadi perubahan warna, hal ini menunjukkan alkalinitasnya negatif
sehingga dilakukan pengujian asiditas saja. Maka dilakukan peniteran dengan NaOH 0,1 N
sampai warna sampel berubah menjadi warna lembanyung, volume NaOH yang diperlukan
untuk mencapai titik akhir yaitu 2,5 mL pada peniteran pertama dan 2,3 mL pada peniteran
kedua. Semakin banyak volume NaOH yang digunakan untuk mencapai titik akhir semakin
tinggi pula kadar CO2 dalam sampel tersebut. Setelah melakukan titrasi dengan NaOH,
sampel ditambahkan indikator MO dan dilanjutkan untuk peniteran kedua dengan larutan
HCl 0,1 N. Pada penambahan indikator MO warna larutan menjadi warna orange kemudian
dilakukan peniteran dengan larutan HCl 0,1 N sampai warna menjadi merah muda, pada
peniteran volume HCl yang diperlukan untuk mencapai titik akhir yaitu 6,5 mL pada
peniteran pertama dan 6,3 mL pada peniteran kedua.
Air sumur Loktuan memiliki kadar CO2 sebesar 50,7936 mg/L dan kadar HCO3- sebesar
173,05 mg/L. Kadar CO2 air sumur Loktuan ini melebihi ambang batas yaitu 20 mg/L
sedangkan kadar HCO3- masih dalam keadaan normal atau tidak melebihi ambang batas yaitu
500 mg/L.
Pengamatan sampel air sumur Loktuan dan Air sumur Sekambing sama, hanya saja
volume titrasi yang berbeda pada peniteran dengan larutan NaOH 0,1 N didapatkan volume
NaOH pada peniteran pertama sebanyak 2,8 mL dan juga 2,8 mL pada peniteran kedua.
Peniteran dengan larutan HCl 0,1 N diperoleh volume HCl pada peniteran pertama sebanyak
7,5 mL dan 7,7 mL pada peniteran kedua.
Air sumur Sekambing memiliki kadar CO2 sebesar 59,2595 mg/L dan kadar HCO3-
sebesar 208,43 mg/L. Kadar CO2 air sumur Sekambing ini melebihi ambang batas yaitu 20
mg/L sedangkan kadar HCO3- masih dalam keadaan normal atau tidak melebihi ambang batas
yaitu 500 mg/L.
Air sumur Loktuan maupun Sekambing masih bisa dikomsumsi dengan melakukan
pemanasan terlebih dahulu untuk menghilngkan kadar CO2 yang tinggi
IX. Kesimpulan
1. Kadar CO2 pada air sumur Sekambing sebesar 59,2595 mg/L.
2. Kadar HCO3- pada air sumur Sekambing sebesar 208,43 mg/L.
3. Kadar CO2 pada air sumur Loktuan sebesar 50,7936 mg/L.
4. Kadar HCO3- pada air sumur Loktuan sebesar 173,05 mg/L.
Penentuan Asiditas dan Alkalinitas dalam Air Secara Titrimetri
18.11 1 comment
Dasar Teori
Asiditas
CO2 asam mineral dan asam harus dalam air dinetralkan oleh larutan standar basa dan asam
dengan indicator fenolptalein dan jingga metil.
Alkalinitas
Alkalinitas adalah banyaknya asam diperlukan untuk menretralkan basa dalam air. Pada
umumnya yang menyebabkan air bersifat basa ialah bikarbonat (HCO 3), karbonat (CO3-), hidroksida
(OH-) dan senyawa lain yang menyebabkan air bersifat basa tetapi hanya sedikit terdapat dalam air
sehingga dapat diabaikan.
Alkalinitas perairan Parameter kimia
Bagikan :
Tweet
Pengertian Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau dikenal dengan sebutan
acid-neutrlizingcapacitry (ANC) atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation
hidrogen. Alkalinitas`juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap
perubahan pH perairan (Alam Ikan 1).
Sebagai media hidup ikan, kondisi alkanitas air perlu diketahui karena alkanitas merupakan salah
satu parameter kimia yang dapat dipakai untuk mengetahui kebasaan air. Kisaran pH suatu perairan
kadang mengalami fluktuasi atau perubahan cukup drastis. Hal ini kurang menguntungkan, sebab
akan mempengaruhi kehidupan ikan yang dipelihara.
Fluktuasi atau perubahan nilai pH yang drastis disuatu perairan dapat dicegah apabila perairan
tersebut mempunyai sistem buffer yang memadai. Apabila suatu perairan mengandung mineral
karbonat, bikarbonat, borat, dan silikat, maka pada perairan tersebut akan memiliki pH diatas netral
(bersifat basa) dan sekaligus dapat mencegah terjadinya penurunan pH secara drastis (Alam Ikan 2).
Alkalinitas sering dihubungkan dengan kekerasan air, karena sumber utama alkalinitas biasanya dari
batuan karbon (batu kapur) yang sebagian besar terbentuk dari CaCO3, sebaliknya kekurangan
karbonat dihubungkan dengan Natrium atau Potasium yang tidak memberi pengaruh kekerasan air
lunak (air berkesadahan rendah) biasanya memiliki kadar alkalinitasr yang rendah dan kapasitas
penyangga yang rendah pula. Alkalinitas sangat penting bagi ikan dan organisme air lainnya karena
alkalinitas tersebut sebagai penyangga ketika terjadi karena perubahan pH yang sangat cepat.
Organisme hidup, khususnya pada organisme perairan hidupnya akan sangat baik bila pH-nya 6 – 9.
Alkalinitas diukur dengan menambahkan asam pada air yang diuji tanpa menyebabkan perubahan
pH yang berarti. Alkalinitas yang tinggi pada permukaan air akan menetralkan hujan asam dan
limbah lain yang bersifat asam dan mencegah perubahan pH yang cepat yang berbahaya pada
perairan tersebut
Hubungan alkalinitas dengan parameter lain
May 14, 2013 by elfian permana
2 Votes
Pengertian Alkalinitas
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion karbonat dan
bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar. Nilai ini
menggambarkan kapasitas air untuk menetralkan asam, atau biasa juga diartikan sebagai
kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH. Perairan.mengandung
alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan
asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Selain bergantung pada pH,
alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas
alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang
terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai
kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi.
Alkali ialah zat yang melepaskan ion hidroksil dalam air dan mempunyai pH lebih besar dari
7, antara lain kapur (kalsium hidroksil) yang ditambahkan pada tanah untuk menetralkan sifat
asam yang berlebihan.
Alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari
ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion
tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman
dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium
karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut
sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak
atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan
adalah dengan nilai alkalinitas di atas 20 ppm. Kapasitas pem-buffer-an alam dilengkapi
dengan mekanisme pertahanan sedemikian rupa sehingga dapat bertahan terhadap berbagai
perubahan, begitu juga dengan pH air. Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai
perubahan dikenal dengan istilah Kapasitas pem-buffer-an pH
Perairan yang mengandung mineral karbonat, bikarbonat, borat, dan silikat akan mempunyai
pH diatas netral dan dapat mencegah terjadinya penurunan pH secara drastic. Pada perairan
tertutup, penambahan karbonat dari sel-sel kerang atau dolomite dapat memperbaiki
alkalinitas dan sistem buffer perairan itu. Penambahan sodium bikarbdonat secara periodik
juga akan menghasilkan hal yang sama.
Menurut Kordi (2005), semakin tinggi konsentrasi ion H+, akan semakin rendah konsentrasi
ion OH– dan pH >7, maka perairan bersifat alkalis (basa). Perairan umum dengan segala
aktivitas fotosintesis dan respirasi organism yang hidup di dalamnya membentuk reaksi
berantai karbonat sebagai berikut :
Kadar alkalinitas
Alkalinitas atau yang dikenal dengan total alkalinitas adalah konsentrasi total unsur basa-basa
yang terkandung dalam air dan biasannya dinyatakan dalam mg/l atau setara dengan CaCO3.
Ketersediaan ion basa bikarbonat (HCO3) dan karbonat (CO32-) merupakan parameter total
alkalinitas dalam air tambak. Unsur-unsur alkalinitas juga dapat bertindak sebagai buffer
(penyangga) pH. Dalam kondisi basa ion bikarbonat akan membentuk ion karbonat dan
melepaskan ion hidrogen yang bersifat asam, sehingga keadaan pH menjadi netral.sebaliknya
bila keadaan terlalu asam, ion karbonat akan mengalami hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan
melepaskan hidrogen oksida yang bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral.
Digambarkan dalam reaksi berikut :
Lanjut dikatakan bahwa untuk tumbuh optimal, pklankton menghendaki total alkalinitas
sekitar 80-120 ppm. Tambak yang diberi pengapuran alkalinitasnya mencapai 150-300 ppm.
konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan konsentrasi total kesadahan air.
Di lahan, umumnya total alkalinitas mempunyai konsentrasi yang sama dengan konsentrasi
total kesadahan.
Kapasitas air menerima protein disebut alkalinitas. Air yang alkali atau bersifat basa sering
mempunyai pH tinggi dan umumnya mengandung padatan terlarut yang tinggi. Alkalinitas
merupakan faktor kapasitas untuk menetralkan asam. Oleh karena kadang-kasang
penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak
menjadi asam.
Tinggi atau rendahnya alkalinitas dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh parameter
lain seperti pH, atau kesadahan. Di mana semakin tinggi alkalinitas, maka kedua parameter
tersebut akan mengikuti. konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan
konsentrasi total kesadahan air. Umumnya total alkalinitas mempunyai konsentrasi yang
sama dengan konsentrasi total kesadahan. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga
dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Unsur-unsur alkalinitas juga
dapat bertindak sebagai buffer (penyangga) pH.
Belum Diperiksa
Sign into your Wajam account and discover what your friends have shared
Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air, Secara khusus alkalinitas sering
disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat, dan
tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan
bereaksi dengan ion hydrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH.
Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran
dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi pH air sehingga pengaruh
pengapuran tidak membuat pH air tinggi, serta disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya.
Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tingga adalah sebagai berikut :
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan alga
dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :
pH
Besarannya dinyatakan dalam min logaritma, misalnya : pH = 6, artinya konsentrasi ion H + dalam air
adalah 0,000001 atau 10-6 bagian dari total larutan.
Fluktuasi pH air sangat ditentukan oleh alkalinitas air, dengan alkalinitas yang tinggi air tersebut akan
mudah mengembalikan pH ke nilai semula dari setiap gangguan perubahan pH.
ALKALINITAS AIR
Umum : petunjuk konsentrasi basa / bahan yag mampu menetralisir kemasaman dalam air
Khusus : besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan/penyangga dalam air, ini terjadi karena
adanya anion lemah yang dapat menerima dan menetralisir proton .
Anion utama dalam air kebanyakan adalah bikarbonat (HCO3-). Karbonat terlihat jika pH di atas 8,3.
Jika pH sangat tinggi, hidroksida sedikit berkontribusi.
Pertahanan pH air terhadap perubahan dilakukan melalui alkalinitas dengan proses sbb :
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3- CO32- + 2H+
Jika terjadi penambahan asam, artinya menambahkan H + maka akan segera diikat oleh CO32- dan
reaksi akan bergerak ke kiri menghasilkan CO 2
Jika terjadi penambahan basa, maka dia akan bereaksi dengan HCO 3- dan reaksi berjalan ke kanan.
Ion CO32- akan bertambah dan berikatan dengan ion Ca 2+ atau Mg2+ di dalam air membentuk air
sadah tetap CaCO3
Reaksi Kimia :
HCO3- dan CO32- merupakan ion utama karena banyaknya mineral karbonat di alam. Bentuk yang
paling penting adalah CaCO3
CaCO3hampir tidak larut dalam air, namun mudah larut dalam asam karbonat , terbentuk CO 2
bereaksi dengan air. CO2 memasuki air langsung dari atmosfer. Air hujan yang terisi CO2, akan jatuh
ke tanah, dan merembes melalui tanah organik, kemudian memasuki jalur air melalui sumber bawah
tanah. Seperti CO2 larut dalam air, seperti yang ditunjukkan oleh persamaan kesetimbangan:
CO2 + H2O H2CO3
Dalam tanah, H2CO3 mudah melarutkan kalsium karbonat dari formasi batuan di daerah aliran
sungai, menghasilkan larutan bikarbonat:
Konsentrasi ion bikarbonat terbesar pada pH 8,3 dan ketika H2CO3 dan larutan CO2 tidak lagi
analitis saat ini. Di atas pH 8,3 konsentrasi relatif dari HCO 3- menurun sebagai hasil disosiasi kedua
ion CO32- dan H +.
HCO3 - CO32- + H+
Untuk menentukan anion berkontribusi alkalinitas, dua tes dilakukan alkalinitas fenolftalein
dan alkalinitas total. Alkalinitas fenolftalein merupakan bagian dari alkalinitas total. Ketika indikator
pp ditambahkan ke air, warna merah muda muncul jika pH ≥ 8,3 titik akhir karbonat. Jika ini terjadi,
dianggap adanya CO32-, mungkin HCO3-, dan mungkin OH-. Ketika pH diturunkan menjadi 8,3 dengan
asam sulfat (H2SO4), warna merah muda akan memudar menjadi bening menunjukkan reaksi
berikut telah terjadi:
H2SO4 + 2CaCO3 CaSO4 + Ca(HCO3)2 pengaruh OH- sangat kecil, bisa diabaikan
Di bawah pH 8,3, hanya HCO3 - yang ada, karena semua CO32- telah dinetralkan.
Seperti titrasi asam, masing-masing ion bikarbonat memakan ion hidrogen untuk membentuk
sebuah molekul H2CO3
Jika BG-MR digunakan sebagai indikator, warna air akan berubah dari biru-hijau menjadi merah
muda sebagai pH diturunkan menjadi sekitar 4,5 di titik akhir bikarbonat. Pada titik ini, H 2CO3 tidak
lagi terdisosiasi, kapasitas buffering dari air hilang, dan alkalinitas adalah nol. Jumlah dari mL titran
digunakan untuk mengkonversi CO32-untuk H2CO3 adalah total alkalinitas diukur dalam mg / L CaCO 3
Adalah ukuran banyaknya konsentrasi ion Ca 2+ dan Mg2+ dalam air. Kalsium dan magnesium berasal
dari reaksi air dengan CO2 menghasilkan asam karbonat dan melarutkan Ca dan Mg dari batuan
karbonat (limestone, dolomite)
Air sadah dibagi menjadi dua :
Sadah sementara : kation Ca2+ dan Mg2+ ,anion : HCO3-
Sadah tetap : Ca2+ dan Mg2+ , anion : SO42-, Cl-, dll
Kriteria kesadahan :
0 – 60 = lunak
61 – 120 = agak keras (agak tinggi)
121 – 180 = keras (tinggi)
>181 = sangat keras (sangat tinggi)
Pengujian Kesadahan Air :
Untuk menentukan konsentrasi ion kalsium dan magnesium diperlukan 2 uji :
Analisis ini menggunakan metode titrasi menggunakan titran EDTA (asam etildiamin
tetraasetat). Digunakan EDTA karena dia dapat membentuk pasangan kimiawi dengan ion-ion
kesadahan. Saat ekivalen larutan berubah menjadi biru (pH=10).
Perubahan semakin jelas bila pH tinggi, namun pH tinggi menyebabkan ion-ion kesadahan
hilang karena terjadi pengendapan Mg(OH)2 dan CaCO3. Pada pH >9, CaCO3 sudah mulai terbentuk
sehingga titrasi harus dihentikan dalam waktu 5 menit.
Konsentrasi ion Ca2+ dapat ditentukan secara terpisah bila ion Mg 2+ dihilangkan dari larutan
dengan menambah basa. pH tinggi menyebabkan hampir semua ion Mg 2+ mengendap sebagai
Mg(OH)2
Analisis [Ca2+] dilakukan dengan metode titrasi EDTA. Larutan diberi indikator akan
berwarna merah, menunjukkan adanya ion kalsium. Ketika titran (EDTA) ditambahkan, dia
bergabung dengan ion-ion kalsium membentuk kompleks kalsium EDTA. Larutan berubah menjadi
biru-ungu menandakan titik akhir titrasi. Konsentrasi ion kalsium ekivalen dengan jumlah EDTA yang
digunakan.
Penambahan kapur Ca(OH)2 dan abu soda NaCO3 ke dalam air akan bereaksi dengan garam
kalsium dan magnesium membentuk endapan kalsium karbonat CaCO 3 dan magnesium hodroksida
Mg(OH)2
Proses Pertukaran ion Ca2+ dan Mg2+ dengan Na+, K+, H+ (Proses Zeolit)
Air sadah dialirkan melalui saluran/kolom yang berisi zeolit (penukar ion), sehingga ion Ca
atau Mg di dalam air sadah diikat dan sebagai gantinya akan dilepskan ion Na, K, dan H dari zeolit.
Keuntungan metode ini :
- Proses sangat cepat (10-20 menit)
- Efisiensi tinggi
- Air dapat dilunakkan hingga nol
- Selama proses tidak terbentuk endapan
Proses kontak air dengan butir pasir atau kapur
Air dialirkan melalui lapisan pasir atau kapur sehingga akan terjadi kontak dengan air dan ion
Ca dan Mg akan diikat oleh pasir yang mengandung silikat atau kapur yang mengandung kalsium
- Cara sederhana
- Biaya murah
ALKALINITY
Pengertian Alkalinity
Alkalinity adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai
pH larutan. Sama halnya dengan larutan bufer, alkalinity merupakan pertahanan air terhadap
pengasaman. Alkalinity adalah hasil reaksi-reaksi terpisah dalam larutan hingga merupakan sebuah
analisa “makro” yang menggabungkan beberapa reaksi. Alkalinity dalam air disebabkan oleh ion-ion
karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3-), hidroksida (OH-) dan juga borat (BO33-), fosfat (PO43-), silikat
dan sebagainya.
Dalam air alam alkaliniti sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat, dan sisanya
oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu (siang hari) adanya ganggang dan lumut dalam
air menyebabkan turunnya kadar karbon dioksida dan bikarbonat. Dalam keadaan seperti ini kadar
karbonat dan hidroksida naik, dan menyebabkan pH larutan naik.
Kalau kadar alkalinity terlalu tinggi (dibandingkan dengan kadar Ca 2+ dan Mg2+ yaitu kadar
kesadahan) air menjadi agresif dan menyebabkan karat pada pipa, sebaliknya alkalinity yang rendah
dan tidak seimbang dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak CaCO 3 pada dinding pipa yang
dapat memperkecil penampang basah pipa. Kadar alkalinity yang tinggi menunjukkan adanya
senyawa garam dari asam lemah seperti asam asetat, propionat, amoniak dan sulfit (SO 32-). Alkalinity
juga merupakan parameter pengontrol untuk anaerobik digester dan instalasi lumpur aktif.
Air yang sangat alkali atau bersifat basa sering mempunyai pH tinggi dan umumnya
mengandung padatan terlarut yang tinggi. Sifat-sifat ini dapat menurunkan kegunaannya untuk
keperluan dalam tangki uap, proses makanan dan sistem saluran air dalam kota. Alkalinitas
memegang peranan penting dalam penentuan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan
ganggang dan kehidupan perairan lainnya. Pada umumnya, komponen utama yang memegang peran
dalam menentukan alkalinitas perairan adalah ion bikarbonat, ion karbonat dan ion hidroksil.
Yang lainnya, yang sedikit menyumbang alkalinitas adalah ammonia dan konyugat basa-basa
dari asam-asam fosfat, silikat, borat dan asam-asam organik. Alkalinitas umumnya dinyatakan
sebagai “alkalinitas fenolftalein” yaitu proses situasi dengan asam untuk mencapai pH 8,3 dimana
HCO3- merupakan ion terbanyak, dan “alkalinitas total”, yang menyatakan situasi dengan asam
menuju titik akhir indicator metal jingga (pH 4,3), yang ditunjukan oleh berubahnya kedua jenis ion
karbonat dan bikarbonat menjadi CO2.
Dalam media dengan pH rendah, ion hydrogen dalam air mengurangi alkalinitas. Alkalinitas
secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan
dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas
pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam
air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan
kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium
karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai
alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat
alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai
alkalinitas diatas 20 ppm.
Anality karbonat meliputi karbonat dan bikarbonat. Bikarbonat masih merupakan ion
penyusun alkalinity. Jadi sebenarnya konversi karbonat pada pH 8,3 ini hanya berlangsung
setengahnya sehingga perlu ditambahkan asam (titran) untuk mengkonversi bikarbonat menjadi
asam karbonat. Dengan kata lain, titrasi dilanjutkan dengan bantuan indikator methyl orange.
2. Alkalinity total
Perubahan warna akan terjadi pada pH 4,4. Penjumlahan dari jumlah titran yang terpakai pada
penentuan nilai alkalinity phenolphatalein dengan jumlah titran pada pembentukan asam karbonat
merupakan alkalinity total.
Asidimetri
Pengertian Asidimetri
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa,
sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku
asam.
Adapun penggunaan indikator digunakan sebagai titrasi dalam asam basa dan untuk
mengetahui apakah suatu titrasi telah habis bereaksi atau belum.
Alkaliniti adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai
pH larutan. Sama halnya dengan larutan bufer, alkaliniti merupakan pertahanan air terhadap
pengasaman. Alkaliniti adalah hasil reaksi-reaksi terpisah dalam larutan hingga merupakan sebuah
analisa “makro” yang menggabungkan beberapa reaksi. Alkaliniti dalam air disebabkan oleh ion-ion
karbonat (CO32- ), bikarbonat (HCO3– ), hidroksida (OH–) dan juga borat (BO33-), fosfat (PO43-), silikat
dan sebagainya.
Dalam air alam alkaliniti sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat, dan sisanya
oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu (siang hari) adanya ganggang dan lumut dalam
air menyebabkan turunnya kadar karbon dioksida dan bikarbonat. Dalam keadaan seperti ini kadar
karbonat dan hidroksida naik, dan menyebabkan pH larutan naik.
Kalau kadar alkaliniti terlalu tinggi (dibandingkan dengan kadar Ca 2+ dan Mg2+ yaitu kadar
kesadahan) air menjadi agresip dan menyebabkan karat pada pipa, sebaliknya alkaliniti yang rendah
dan tidak seimbang dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak CaCO 3 pada dinding pipa yang
dapat memperkecil penampang basah pipa. Kadar alkaliniti yang tinggi menunjukkan adanya
senyawa garam dari asam lemah seperti asam asetat, propionat, amoniak dan sulfit (SO 32- ). Alkaliniti
juga merupakan parameter pengontrol untuk anaerobik digester dan instalasi lumpur aktif.
Air yang sangat alkali atau bersifat basa sering mempunyai pH tinggi dan umumnya
mengandung padatan terlarut yang tinggi. Sifat-sifat ini dapat menurunkan kegunaannya untuk
keperluan dalam tangki uap, prosesing makanan dan system saluran air dalam kota. Alkalinitas
memegang peranan penting dalam penentuan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan
ganggang dan kehidupan perairan lainnya.
Pada umumnya, komponen utama yang memegang peran dalam menentukan alkalinitas
perairan adalah ion bikarbonat, ion karbonat dan ion hidroksil.
HCO3– + H+ CO2 + H2O
Yang lainnya, yang sedikit menyumbang alkalinitas adalah ammonia dan konyugat basa-basa
dari asam-asam fosfat, silikat, borat dan asam-asam organik. Alkalinitas umumnya dinyatakan
sebagai “alkalinitas fenolftalein” yaitu proses situasi dengan asam untuk mencapai pH 8,3 dimana
HCO3– merupakan ion terbanyak, dan “alkalinitas total”, yang menyatakan situasi dengan asam
menuju titik akhir indicator metal jingga (pH 4,3), yang ditunjukan oleh berubahnya kedua jenis ion
karbonat dan bikarbonat menjadi CO2.
Dalam kebanyakan air alami alkalinitas disebabkan oleh adanya HCO 3– dan sedikit oleh
adanya CO32- dan air dengan alkalinitas tinggi mempunyai konsentrasi karbon organik yang tinggi.
Dalam media dengan pH rendah, ion hydrogen dalam air mengurangi alkalinitas.