Anda di halaman 1dari 6

BAB II ANALISIS GRAVIMETRI

Analisis secara gravimetric didasarkan atas pengukuran massa analit atau beberapa senyawa yang secara
kimia berhubungan dengan analit. metode gravimetric secara umum dibedakan menjadi dua yaitu, metode
pengendapan dan metode penguapan. Dalam metode pengendapan analit diubah menjadi endapan yang
sedikit larut selanjutnya disaring,dicuci untuk menghilangkan zat pengotor dan mengubahnya menjadi hasil
yang komposisinya diketahui melalui pemanasan. Dalam metode gravimetric dengan penguapan analit atau
produk dekomposisi dari analit diuapkan pada temperature yang sesuai. Senyawa yang menguap tersebut
selanjutnya dikumpulkan dan ditimbang . metode elektrogravimetri juga didasarkan atas pengendapan analit
melalui proses elektrolisis.
2.1 Metode pengendapan
Secara umum tahap – tahap yang dikerjakan dalam analisis secara gravimetric meliputi tahap melarutkan
analit, mengatur keadaan larutan (misal pH), membentuk endapan, menumbuhkan kristal-kistal endapan
(digestion atau aging), menyaring dan mencuci endapan, memanaskan atau mimijarkan endapan dan
menimbang endapan. Dari keseluruhan tahap tersebut pembentukan endapan memegang peranan yang
penting untuk keberhasilan suatu analisis. Dalam gravimetric Secara teoritis endapan tersebut harus
mempunyai kelarutan yang kecil, kemurnian yang tinggi, dan mempunyai susunan tetap. Secara
praktis,endapan diharapkan berupa kristal kasar, bersifal bulky, dan spesifik.
2.1.1 Kesempurnaan pengendapan
Endapan telah terbentuk secara sempurna apabila keseluruhan analit telah berubah menjadi bentuk
endapan. Secara teoritis hal ini tidak pernah tercapai karena di atur oleh konstanta hasil kali kelarutan
(Ksp). Kesempurnaan pengendapan dapat dicapai dengan mengatur factor – factor kelarutan sbb:
a. Sifat endapan yang berhubungan dengan konstanta hasil kali kelarutan endapan. Endapan dgn Ksp
besar akan lebih mudah larut dibandingkan dengan yang mempunyai Ksp kecil. Dengan demikian
untuk mengendapkan NaCl akan lebih baik sebagai AgCl dibandingkan PbCl2.
b. Menambahkan zat pengendap yang berlebih untuk mengurangi jumlah analit dalam larutan.
c. Pengaturan temperatur pengendapan. Untuk endapan yang mempunyai perbedaan kelarutan yang
besar pada kedua suhu maka temperature pengendapan yang dipilih adalah suhu rendah, misalnya
untuk analisis Mg2+ diendapkan sbg MgNH4PO4 dlm air es. Sdgkan untuk endapan yg mempunyai
kelarutan yg hampir sama pd kedua suhu seperti Fe(OH)3 dan BaSO4, sebaiknya dilakukan pd suhu
tinggi untuk mempercepat reaksi dan memperoleh endapan yg murni.
d. Kepolaran larutan, dengan mengurangi kepolaran larutan misalnya dengan menambahkan alcohol
maka endapan elektrolit sebagai senyawa polar akan berkurang kelarutannya.
2.1.2 Kemurnian endapan
Endapan murni adalah endapan yang bebas dari molekul – molekul lain yang disebut kontaminan.
Kontaminasi oleh zat – zat lain mudah terjadi karena endapan dihasilkan dari larutan yang
mengandung berbagai macam zat. Endapan yang mengandung kontaminan akan mempunyai massa
yang lebih dari semestinya sehingga jumlah analit yang terhitung menjadi lebih besar dari
sebenarnya (kesalahan positif). Dengan demikian dibutuhkan usaha untuk memurnikan endapan,
usaha tersebut dapat dilakukan dgn baik sewaktu pembentukan endapan maupun sesudahnya,
misalnya melalui proses aging.
2.1.3 Susunan Endapan
Dalam menghitung banyaknya analit dalam sampel kesalahan yang mungkin terjadi selain karena
kesempurnaan pengendapan dan kemurnian endapan juga disebabkan oleh terbentuknya endapan
dengan susunanan yang tidak tetap. Misalnya analisis besi yg diendapkan sbagai Fe(OH)3.
Hidroksida ini mempunyai susunan yg tetap dan tertentu tetapi sbg endapan selalu berbentuk
hirdoksida berair, Fe(OH)3.nH2O dgn jumlah n tidak tentu. Ini berarti setiap membentuk endapan
diperoleh n yg berbeda-beda,shgg banyaknya analit tidak dapat dihitung dari massa endapan. Dalam
hal ini diusahakan endapan yg mempunyai susunan tetap dan tertentu, atau endapan yg dapat diubah
menjadi zat yang komposisinya tertentu. Untuk endapan Fe(OH)3.nH2O, pemijaran pada suhu 900-
1000oC akan memberikan oksida besi Fe2O3 yg mempunyai susunan tertentu dan tetap sesuai reaksi
2Fe(OH)3 nH2O  Fe2O3 + mH2O
Dengan mengetahui massa Fe2O3 akan dpat dihitung banyaknya Fe atau senyawa besi yg lain dlm
sampel.
2.1.4 Endapan kasar,bulky,dan spesifik
Untuk kelancaran proses penyaringan dan pencucian endapan yang diharapkan berbentuk
kasar yaitu tidak kecil dan halus melainkan besar. Endapan yang disaring akan menutupi permukaan
kertas saring sehingga apabila endapan halus maka butir – butir endapan dapat masuk kedalam pori –
pori dan lolos bersama dengan filtrate atau hanya menyumbat pori- pori. Hal yg dapat dilakukan
untuk memperoleh endapan yg kasar diantaranya dengan mengatur endapan tidak terbentuk terlalu
cepat atau mudah serta dengan digestion atau aging.
Endapan bulky adalah endapan yang mempunyai volume atau massa besar tetapi berasal dari
sampel dalam jumlah sedikit. Endapan spesifik terbentuk apabila pereaksi yang digunakan hanya
dapat mengendapkan komponen yang akan dianalisis saja. Penggunaan pereaksi yang spesifik tidak
memerlukan pemisahan komponen – komponen lain selain analit, sehingga mempersingkat waktu
analisis dan mengurangi kesalahan yang mungkin timbulm selama pemisahan.
Contoh :
1. Jelaskan mengapa untuk kesempurnaan endapan dipilih zat pengendap yang dapat memberikan
endapan dengan Ksp kecil!
Jawab: Secara teoritis endapan yang sempurna tidak akan pernah tercapai , namun demikian
secara praktis dapat diketahui bahwa makin kecil ksp maka jumlah ion analit yang masih ada
dalam system larutan akan makin sedikit pada saat jumlah zat pengendapan yang ditambahkan
berlebih.
2.2 Kontaminan Endapan
Secara garis besar kontaminan dibedakan menjadi dua berdasarkan pembentukannya, yaitu terbentuk
karena pengendapan sesungguhnya(true precipitation) dan terbawa oleh endapan(corprecitation).
2.2.1 Kontaminan sebagai true precipitation
Kontaminan ini terbentuk karena konstanta hasil kelarutan kontaminan ikut terlampaui.
Dalam hal ini terjadi reaksi untuk membentuk endapan yg dikehendaki dan juga kontaminan.
Kontaminan sbg true precipitation cara mengendapkannya dapat secara bersamaan(simultaneous
precipitation) dan susulan(post precipitation).
Kontaminan yg terbentuk secara bersamaan disebabkan karena Ksp endapan analit dan
kontaminan terlampaui oleh hasil kali konsentrasi ion-ionnya. Misal suatu system larutan
mengandung ion-ion Fe3+(analit) dan Al3+ ditambahkan ion hidroksida sbg zat pengendap. Pada
kondisi ini, baik endapan Fe(OH)3 maupun Al(OH)3 sebagai kontaminan akan mengendap.
Kontaminan jenis ini dapat dicegah dgn memisahkan atau mengkomplek ion Al3+ sebelum
pengendapan dimulai atau menggunakan zat pengendap yg lebih selektif.
Kontaminan sbg post precipitation mengendap beberapa saat setelah endapan dari analit
terbentuk, karena reaksinya lambat. Misalnya, suatu system larutan mengandung ion-ion Ca2+ dan
Mg2+ dianalisis untuk penentuan Ca2+ dgn mengendapkannya sbg CaC2O4. Endapan MgC2O4
juga terbentuk beberapa saat setelah endapan analit terbentuk. Hal ini dapat dicegah dgn memisahkan
endapan analit segera setelah terbentuk atau dgn melakukan pengendapan ulang, karena jumlah
kontaminan yg terbentuk dlm jumlah sedikit.
2.2.2 Kontaminan Sebagai Coprecipitation
Kontaminan ini tidak mengendap tetapi hanya terbawa oleh endapan analit. Kontaminan jenis ini
dimulai dari adsorpsi suatu ion oleh endapan utama yg diikuti oleh ion lawannya (counter ion).
Kontaminan sebagai coprecipitation dibedakan menjadi empat jenis sbb:
1) Kontaminan isomorf yg bercampur dgn endapan analit  kontaminan isomorf terjadi apabila
antara endapan analit dan kontaminan mempunyai kesamaan tipe rumus molekul dan bentuk
kristal. Misal endapan BaSO4 yg terbentuk dlm larutan yg mengandung Pb2+. Meskipun Ksp
PbSO4 belum terlampaui maka BaSO4 akan terkontaminasi oleh PbSO4. Kesamaan tipe antara
BaSO4 dan PbSO4 menyebabkan Pb2+ dapat membentuk Kristal bersama BaSO4 mengisi tempat”
yg sebenarnya untuk Ba2+. Sehingga terbentuk endapan berupa Kristal campuran (mixed crystal).
Kontaminan jenis ini sulit diatasi karena zat-zat yg isomorf mempunyai sifat kimia sama. Cara
untuk mengatasi kontaminan ini adalah dgn memisahkannya sebelum endapan analit terbentuk.
2) Kontaminan yg larut dalam endapan analit  Kontaminan jenis ini larut dalam zat padat,
sehingga ikut terbawa bersama endapan. Misalnya Ba(NO3)2 dan KNO3 yg larut dalam BaSO4
sehingga tersebar di seluruh Kristal.
3) Kontaminan yang teradsorpsi  Adsorpsi terjadi karena gaya tarik menarik antara ion yg
teradsorpsi dan ion-ion lawannya pada permukaan endapan. Gaya yg terjadi sangat kuat sehingga
ion-ion tersebut terbawa oleh endapan pada waktu penyaringan. Banyaknya kontaminan yg
teradsorpsi tergantung pada luas permukaan spesifik (luas permukaan per satuan masa endapan)
yg menyerap, shgg makin halus Kristal endapan makin banyak pengotornya.
4) Endapan teroklusi oleh endapan analit  Kontaminan ini terjadi bila Kristal tumbuh terlalu cepat
dari butiran kecil menjadi besar. Ion-ion yg teradsorpsi tidak sempat lepas dari endapan analit
shgg kontaminan tertutup dan terkurung dalam Kristal. Endapan jenis ini sukar dibedakan dari
jenis 1) dan 2) diatas. Untuk endapan jenis ini semua macam elektrolit dapat sbg kontaminan dan
penyebaran kontaminan tidak diseluruh Kristal. Kontaminan ini dpt dikurangi dg cara digestion
dan pengkristalan ulang. Pencucian juga dilakukan dgn syarat zat pencuci yg digunakan dpt
masuk sampai ke rongga Kristal.
2.3 Cara Mengurangi Kontaminan
Cara yg dpt dilakukan untuk mengurangi kontaminan berhubungan dgn cara terbentuknya kontaminan
dan sifat-sifatnya.Caranya dpt dilakukan sebelum,selama dan setelah endapan terbentuk. Sebelum
endapan terbentukkontaminan dikurangi dgn cara memisahkan zat yg berpotensi sbg kontaminan.
Selama pembentukankontaminan dikurangi dgn membuat derajat lewat jenuh larutan menjadi sekecil
mungkin. Setelah endapan terbentukdilakukan dgn cara digestion sebelum penyaringan, mencuci
sesudah penyaringan, dan pengendapan ulang.
2.3.1 Cara Selama Pembentukan Endapan
Pembentukan endapan merupakan proses dinamis yaitu mengarah pada suatu kesetimbangan,
sedangkan susunan dan sifat-sifat sistemnya bergantung pada waktu. Tahap pertama dimulai
dengan pembentukan inti(nucleus). Dalam hal ini ion-ion dari molekul yg akan diendapkan mulai
terbentuk inti, yaitu pasangan beberapa ion menjadi butir-butir yg sgt keci yg mengandung beberapa
nucleus saja. Tahap berikutnyaadalah pertumbuhan Kristal,yaitu inti tersebut menarik molekul-
molekul lain shgg tumbuh menjadi butiran besar sampai ukuran koloid (diameter 000,1-0,1μ) atau
sampai butir-butir Kristal halus (diameter 0,1-10μ) atau sampai butir-butir kasar (diameter >10μ).
Sesuai dgn teori von Weimarn suatu endapan mungkin hanya tumbuh sampai pada tahap
koloid,Kristal halus,atau kasar tergantung pd kondisi pembentukan endapan.
Kondisi terpenting menurut von Weirman adalah besarnya derajat kelewatjenuhan (degree of
S−s
supersaturation) relative, α sesuai dgn persamaan α = , dimana S =konsentrasi larutan lewat
S
jenuh,s =konsentrasi larutan tepat jenuh. Makin besar S makin besar α, makin besar α makin besar
kemungkinan terjadinya Kristal-kristal halus atau bahkan koloid. Sebaliknya, makin besar α makin
besar kemungkinan Kristal endapan menjadi butiran kasar.
Cara untuk mengurangi kontaminan selama pembentukan endapan bertujuan untuk
mendapatkan endapn murni dan Kristal besar.Cara yg dapat dilakukan sbb:
1) Menggunakan larutan dan pereaksi encer. Dgn cara ini memungkinkan terbentuknya Kristal
kasar, karena bila terjadi larutan lewat jenuh maka α kecil.
2) Menambah zat pengendap tetes demi tetes. Dgn penambahan tetes demi tetes zat pengendap pada
suatu saat akan tercapai konsentrasi larutan tepat jenuh. Tetesan selanjutnya akan tercapai
keadaan lewat jenuh, tetapi α tetap kecil shgg terjadi sedikit inti. Tetesan berikutnya menaikkan α
tetapi masih kecil shgg lbh bnyak ion terpakai untuk pertumbuhan inti yg sudah ada daripada
untuk nucleus baru. Dgn demikian akan dihasilakan Kristal-kristal kasar.
3) Mengaduk terus menerus. Pengadukkan secara terus menerus mencegah α local, yaitu lokasi
tetesan masuk ke dalam larutan, yg terlalu besar. Dlm hal ini setiap tetes terus tersebar shgg tdk
ada bagian yg dpt membentuk α besar. Dgn demikian akan dihasilkan lebih sedikit Kristal
endapan ttp kasar.
4) Menggunakan larutan dan pereaksi pd temperature tinggi. Pada keadaan ini α menjadi kecil.
5) Mengatur keasaman pH larutan. Pengendapan Ca2+ sbg CaC2O4 dilakukan dgn menambahkan
zat pengendap sekaligus dan juga HCl dlm jumlah yg cukup ked lm larutan analit. Pd keadaan ini
belum terbentuk endapan CaC2O4, karena ion C2O4- diikat membentuk H2C2O4 dengan adanya
HCl. Selanjutnya adanya asam tersebut sedikit demi sedikit dinetralkan dgn menambahkan
NH4OH. Dgn cara ini akan terjadi pengendapan secara lambat shgg tdk ada kemungkinan
kelewat jenuhan yg terlalu besar.
6) Homogeneous precipitation. Merupakan suatu cara pembentukan endapan dgn menambahkan zat
pengendap tidak dalam bentuk jadi, melainkan sebagai suatu senyawa yg dpt menghasilkan
pengendap tersebut.
2.3.2 Cara Setelah Pembentukan Endapan
1) Digestion atau aging suatu cara mengurangi kontaminan endapan dgn membiarkan endapan
terendam dlm larutan induknya untuk waktu yg lama. Selama proses tsb pengendapan dan
penggumpalan mencapai kesetimbangan shgg dihasilkan Kristal yg lbh kasar dan murni. Proses
digestion hanya efektif untuk kontaminan yg teradsorpsi dan teroklusi, ttp tidak untuk post
precipitation. Selama proses digestion terjadi peristiwa a) Kristal-kristal kecil lebur mjd satu dgn
ukuran yg lbh besar disebut Ostwald ripening serta bersamaan terjadi pelepasan kontaminan, b)
Kristal-kristal tumbuh mjd lbh sempurna. Selama digestion terjadi pelarutan kembali bagian-
bagian yg tidak sempurna lalu mengendap menjadi Kristal yg lbh sempurna. Selama proses
peleburan kontaminan lepas kembali ke dalam larutan induk. c) kontaminan yg teradsorpsi saat
awal pengkristalan dilepaskan kembali ke dalam larutan induk krn tercapai kesetimbangan antara
kontaminan yg teradsorpsi dan yg larut.
2) Pencucian endapan Bertujuan untuk menghilangkan kontaminan yg teradsorpsi pada
permukaan endapan maupun yg terbawa secara mekanis shhg didapatkan endapan murni. Hal-hal
yg harus diperhatikan : a) temperature cairan pencuci, b) pada cairan pencuci ditambahkan
sedikit ion senama untuk menekan kelarutan, c) menambahkan bahan organic untuk mengurangi
kepolaran pencuci, d) untuk endapan berbentuk koloid ditambahkan electrolit untuk mencegah
peptitasi.
3) Pengendapan ulang Proses pengendapan ulang dilakukan dgn mencuci endapan analit, lalu
melarutkan endapan dalam pelarut murni, dan melakukan pengendpan lagi shgg kontaminan yg
terbawa terencerkan. Cara ini baik dilakukan untuk kontaminan yg teradsorpsi,teroklusi,dan
terbentuk karena susulan(post precipitation).
2.4 Penyaringan, Pendinginan, dan Penimbangan Endapan
Untuk memisahkan endapan dari larutan induk (cairan pencuci) dapat dilakukan dengan penyaringan.
Alat penyaringan yg sring digunakan adalah kertas saring, asbes, dan cawan gelas/porselin yg dasarnya
berpori. Pemanasan bertujuan untuk mengeringkan endapan sampai stabil untuk endapan dengan
susunan tertentu dan tetap.
2.5 Stoikiometri Analisis Gravimetri
Contoh:
1. Sampel garam klorida dgn massa 0,6025 g dilarutkan dlm air dan kloridanya diendapkan dgn perak
nitrat berlebih. Endapan perak klorida yg didapat setelah dilakukan penyaringan,pencucian,dan
pengeringan adalah 0,7134 g. Tentukan presentase klorida dlm sampel!
Jawab:
Misalkan banyaknya klorida dlm sampel = a gram, reaksinya adalah:
Ag+ + Cl-  AgCl
Sesuai dgn persamaan reaksi tersebut 1 mol Cl- memberikan 1 mol AgCl,
Mol Cl- = mol AgCl

𝑥 0,7134
=
35,45 143,32

35,45
𝑎 = 0,713𝑥
143,32

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑙
%𝐶𝑙 = 𝑥100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

35,45
0,7134𝑥(143,32)
%𝐶𝑙 = 𝑥100% = 29,29%
0,6025
Perbandingan massa atom Cl terhadap massa molekul AgCl, 35,45/143,32 merupakan factor
gravimetric, yaitu massa Cl dalam 1 g AgCl (Cl/Ag).
2. Sampel bijih besi dgn massa 0,4852 dilarutkan dalam asam, selanjutnya besinya dioksidasi menjadi
Fe3+ dan diendapkan sebagai oksida berair Fe2O3.xH2O. Endapan yg didapat selanjutnya
disaring,dicuci,dibakar menjadi Fe2O3, dan diperoleh massa 0,2481 g. Tentukan presentase besi
dalam sampel!
Jawab:
Misalkan benyaknya besi dalam sampel = a gram, reaksinya adalah
2Fe2+  Fe2O3.xH2O  Fe2O3
Mol Fe3+ = 2 x mol Fe2O3

𝑥 0,2481
= 2𝑥
55,85 159,69

2𝑥55,85
𝑥 = 0,2481𝑥
159,69

2𝑥55,85
0,2481𝑥( )
159,69
%𝐹𝑒 = 𝑥 100% = 35,77%
0,4852

Ada dua hal yg perlu diperhatikan dalam menentukan factor gravimetric. Pertama, massa molekul
(massa atom) analit merupakan pembilang dan massa zat yg ditimbang merupakan penyebut. Kedua,
jumlah molekul atau atom dalam pembilang dan penyebut harus secara kimia ekivalen.
2.6 Zat Pengendap Organik
Pada umumnya pereaksi anorganik bersifat kurang selektif dibandingkan dengan pereaksi
organic. Zat pengendap organic dengan ion anorganik dapat membentuk senyawa khelat yg tidak
bermuatan dan membentuk garam.Senyawa khelat yg tidak bermuatan bersifat relative non polar
sehingga mempunyai kelarutan kecil dalam air, tetapi besar dalam pelarut organic seperti kloroform
dan dan karbon tetraklorida. Dengan alasan tsb endapan yg terbentuk mudah dikeringkan pd suhu
rendah, tetapi sebaliknya menyebabkan endapan akan merayap naik ke kertas saring dan alat gelas
pada saat pencucian shgg kehilangan endapan.
Keuntungan menggunakan pereaksi organic : a) khelat yg terbentuk kebanyakan tidak larut
dlm air shingga pengendapannya sangat kuantitatif, b) massa molekul pereaksi organic besar
sehingga dapat menghasilkan endapan yg banyak, c) umumnya pereaksi organic lebih selektif dan
dengan pengeturan pH serta penggunaan masking agent meningkatkan selektivitasnya, d) endapan yg
dihasilkan umumnya lebih kasar dan bervolume besar.
Kerugiannya adalah : a) pereaksi organic dapat sebagai kontaminan karena sifat tidak
larutnya dalam air(dicuci dgn alcohol atau air panas), b) banyak endapan yg terbentuk sukar
ditimbang karena susunannya kurang menentu pada saat pemanasan endapan, c) endapan cenderung
merambat dan mengapung pada saat pencucian karena sifatnya yg tidak larut dalam air.
2.6.1 Oksin(8-hidroksikuinolin)
Banyak kation yg dapat diendapkan oleh oksin, sehingga sifatnya kurang selektif. Endapan
yg terbentuk mempunyai kelarutan yg berbeda-beda tergantung pada jenis kationnya dan juga
sangat dipengaruhi oleh pH larutan. Dengan mengatur pH dapat dihindari kontaminasi oleh
kation lain. Reaksi pembentukan khelatnya, missal dengan Mg2+ dan Al3+ adalah:
Mg2+ + 2C9H7ON  Mg(C9H7ON)2 + 2H+
Al3+ + 3C9H7ON  Al(C9H7ON)3 + 3H+
2.6.2 α-nitroso-β-naftol
Pengendap ini merupakan pereaksi organic pertama yg ditemukan dan mengkhelat Co(II)
menjadi Co(III) untuk membentuk COA3 ( A- adalah anion dari α-nitroso-β-naftol jika
melepaskan H+). Dalam hal ini selain terjadi pengendapan juha terjadi oksidasi sehingga endapan
terkontaminasi oleh hasil reduksi pereaksi. Agar didapatkan endapan yg kuantitatif, maka
endapan harus dipijarkan menjadi CO3O4.
2.6.3 Dimetil Glioksin
Pengendap ini termasuk pereaksi yg selektif, karena dalam suasana asam hanya Pd (paladium) yg
diendapkan dan dalam suasana sedikit basa hanya nikel yg diendapkan. Dalam keadaan sedikit
basa ini, ion ferri dan juga kation lain mengendap bukan sebagai khelat dimetil glioksin tetapi
sebagai hidroksidanya, sehingga dapat berfungsi sebagai kontaminan. Hal ini dapat dicegah
dengan penambahan tartrat sebagai masking agent. Endapan Ni-(DMG)2 mempunyai volume yg
besar sehingga memudahkan analisis nikel dalam jumlah sedikit. Endapan ini mudah dikeringkan
pada suhu 110OC.
2.6.4 Natrium Tetrafenilborat
Merupakan zat organic yg membentuk garam dengan berbagai kation. Dalam suasana asam
mineral, pereaksi ini selektif terhadap K+ dan NH4+ dengan endapan yg stoikiometris. Endapan
dgn mudah dapat dikeringkan sampai massanya tetap pada suhu 105-200oC. Adanya ion-ion
Hg(II), Rb, dan Cs dapat mengganggu sehingga perlu dipisahkan sebelum pengendapan K+ dan
NH4.

Anda mungkin juga menyukai