Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

UAS KIMIA FARMASI ANALISIS II

PENENTUAN KADAR ASETOSAL DALAM SEDIAAN FARMASI


MENGGUNAKAN METODE TITRASI ASAM BASA LANGSUNG

Disusun Oleh:
Kelompok 6 – Farmasi 3B
Dewi Amalia Sulistiani 31119089
Rissa Putri Aulia Y 31119092
Sinta Nurhayati 31119100

PRODI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. atas berkat dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan laporan Praktikum KFA II untuk memenuhi nilai
UAS KFA II. Dalam menyusun laporan ini banyak pihak yang terlibat maka dari
itu kami mengucapkan terimakasih lepada mereka yang telah membantu kami.

Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum KFA II.
Kami menyadari bahwa dalam laporan praktikum ini masih terdapat banyak
kekurangan oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami
umumnya bagi pembaca.

Tasikmalaya, 4 Juni 2022

Penyususn

2
DAFTAR ISI
LAPORAN PRAKTIKUM...............................................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................................1
1.1 Pendahuluan..............................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................1
1.3 Prinsip Percobaan......................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................3
2.1. Dasar Teori................................................................................................3
BAB III................................................................................................................................................5
3.1. Alat dan Bahan..........................................................................................5
3.2. Prosedur Kerja...........................................................................................5
BAB IV................................................................................................................................................7
4.1 Hasil Praktikum.........................................................................................7
4.2 Pembahasan...............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................12
LAMPIRAN......................................................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa,
titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya
disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer
maupun titrant biasanya berupa larutan
Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan
asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi).
Larutan yang kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen
adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan
warna indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna
indicator.
1.2 Tujuan
Untuk menentukan kadar asetosal dengan menggunakan metode titrasi asam
basa langsung.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari titrasi ini yaitu reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen
yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari asam dengan ion
hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral
titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai putaran atau titer. titrasi
asam basa dilakukan berdasarkan reaksi pembentukan garam pada keadaan netral.
kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan asam maupun
sebaliknya antara basa lemah dan asam kuat

4
Penambahan titran pada titer dilakukan sedikit demi sedikit sampai mencapai
keadaan ekuivalen yang berarti secara stoikiometri titran dan titer tepat habis
bereaksi.Dengan menggunakan volume titran volume dan konsentrasi titer maka
dapat menghitung kadar sampel

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori


Titrasi adalah suatu metode untuk menetukan konsentrasi zat di dalam
larutan. Titrasi dilakukan dengan mereaksikan larutan tersebut dengan larutan
yang diketahui konsentrasinya. Reaksi di lakukan secara bertahap ( tetes demi
tetes) hingga tepat mencapai titik stokiometri atau titik setara. ( Sunarya, 2007).
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam
proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut
sebagai titrasi asam basa atau asidimetri-alkalimetri, titrasi redoks untuk titrasi
yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Pada saat ini
hanya dibahas tentang titrasi asam basa. Titik ekuivalen merupakan titik dimana
jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+]
= [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi
ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik
ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik
ekuivalen.(Day dan Underwood,1999:129)

Stuktur Kimia Aspirin (Sweetman, 2009)

a. Rumus kimia : C9H8O4


b. BM : 180,16

6
c. Pemerian : Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan
tersusun, atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau berbau lemah. Stabil
di udara kering; di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisis
menjadi asam salisilat dan asam asetat. (FI ed IV).
Aspirin merupakan obat analgetik. Aspirin mungkin merupakan obat
analgesika yang paling popular dan paling banyak digunakan disebabkan oleh
sturktur kimianya yang sederhana dan harganya yang murah. Aspirin secara
kimiawi dikenal dengan nama asam asetil salisilat, suatu molekul organic.
Senyawa awal aspirin adalah salisin, yang ditemukan dalam batang kayu.
Meskipun demikian aspirin dengan mudah dapat dibuat dari fenol dengan reaksi
Kolbe. (Satiajit:2007 hal 2).

Salah satu efek aspirin adalah pendarahan lambung yang sebagian


disebabkan oleh sifat asamnya. Dalam lambung aspirin akan terhidrolisis menjadi
asam salisilat. Gugus asam karboksilat (-COOH) dan gugus hidroksil fenolik (-
OH) yang terdapat pada molekul aspirin akan membuat senyawa ini bersifat asam.
Jadi penggunaan aspirin akan meningkatkan kondisi asam di lambung (Satyajit:
2007 hal 2).

7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Hari, tanggal : Kamis, 2 juni 2022


No Sampel : 09

3.1. Alat dan Bahan


Alat Bahan

● Buret ● Sampel Analit (Asetosal)


● Erlenmeyer ● Natrium Hidroksida (NaOH)
● Statif ● Asam oksalat (C2H2O4)
● Gelas ukur ● Etanol
● Gelas kimia ● Indikator Phenolphthalein
● Pipet volume ● Aquadest
● Pipet tetes
● Corong pisah
● Spatula
● Kaca arloji

3.2. Prosedur Kerja


a. Pembakuan larutan NaOH dengan larutan asam oksalat 0,1 N

8
Ambil 10 ml larutan
Siapkan larutan
asam oksalat 0,1 N Tambahkan
standar primer
dengan pipet volum 2-3 tetes
asam oksalat 0,1
tuangkan ke dalam indikatir PP
N
erlenmeyer

Titrasi asam oksalat dengan


Masukan
Ulangi sebanyak larutan NaOH yang sudah
larutan
3x Hitung kons. disiapkan sampai titik akhir
NaOH ke
lar NaOH titrasi, catat volume NaOH
dalam buret
yang digunakan

b. Titrasi Blanko

Pipet 10 ml etanol masukan


Tambahkan indikator PP
kedalam erlenmeyer

Lalu titrasi dengan NaOH


sampai titik akhir ditandai
Catat volume NaOH
dengan berubahnya warna
menjadi merah muda seulas

c. Penetapan kadar asetosal

Sampel diambil Titrasi dengan


sebanyak 10 ml dari menggunakan
Tambahkan 2-3
isolat masukan larutan NaOH
tetes indikator PP
kedalam sampai titik ahir
erlenmeyer titrasi

Hitung Percobaan Catat volume


kadar dilakukan NaOH yang
asetosal 3x digunakan

9
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

4.1 Hasil Praktikum


 Pembakuan NaOH dengan asam Oksalat

Volume (mL) Asam Oksalat Volume NaOH


Vol. Titrasi Ke-1 65 mg 14,5 ml
Vol. Titrasi Ke-2 65 mg 14,5 ml
Vol. Titrasi Ke-3 65 mg 14,5 ml

Volume Rata-rata = 14,5 ml + 14,5 ml + 14,5 ml = 14,5 ml  0,0145 L


3
NNaOH = (gr. Asam Oksalat x 2)
(126 x Vol. NaOH)
= (0,065gram x 2)
(126 x 0,0145 L)
= 0,07115 N

 Titrasi Blanko

Volume (mL) Volume NaOH (mL)


Vol. Titrasi Ke-1 0,3 mL
Vol. Titrasi Ke-2 0,4 mL

10
Vol. Titrasi Ke-3 0,3 mL

Volume Rata-rata = 0,3 ml + 0,4 ml + 0,3 ml = 0,33 ml


3
 Penentuan Kadar Sampel

Volume (mL) Volume NaOH (mL)


Vol. Titrasi Ke-1 17 mL
Vol. Titrasi Ke-2 17,2 mL
Vol. Titrasi Ke-3 17,4 mL

Volume Rata-rata= 17 ml + 17,2 ml + 17,4 ml = 17,2 ml


3
= 17,2 ml – 0, 33 ml
= 16,87 ml

Vanalit x Nanalit = VNaOH x NNaOH


Nanalit = 16,87 ml x 0,07115 N
10 ml
Nanalit = 0,1200 N
Gram Asetosal = NAnalit x BE Asetosal x V
= 0,1200 N x 180,16 x 0,01 L
= 0,2161 gram/10 ml
% Kadar = 0,2161 x 100% = 2,16 %
10 ml

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan penetapan kadar Asetosal dari
sediaan farmasi dalm bentuk larutan dengan menggunakan metode titrasi asam
basa. Titrasi asam basa merupakan penetapan konsentrasi senyawa yang bersifat
asam dengan larutan standar yang bersifat basa begitupun sebaliknya dengan
penetesan larutan standar melalui buret ke dalam larutan yang ingin diketahui

11
konsentrasinya pada Erlenmeyer hingga mencapai titik ekuivalen (Budi et al.,
2020).

Asetosal bersifat asam karena dapat mendonorkan proton. Pelepasan


proton ini diakibatkan adanya ikatan rangkap terkonjugasi pada gugus karboksil
dimana atom O memiliki pasangan atom melimpah sehingga sifatnya
elektronegatif. Hal itu menyebabkan elektron pada atom C akan lebih tertarik
pada atom O yang menyebabkan atom C bersifat elektropositif karena atom C
pun berikatan pada gugus OH, menyebabkan atom O akan bersifat elektronegatif.
Akibatnya atom H akan bersifat elektropositif yang nantinya akan didonorkan
sesuai teori Bronstead Lowry yang berbunyi, asam adalah senyawa yang
cenderung melepaskan proton, sedangkan basa adalah senyawa yang cenderung
menangkap proton. (Ibnu Gholib, 2007).

Sebelum dilakukannya titrasi terlebih dahulu dilakukan standarisasi larutan


NaOH dengan asam oksalat. Untuk mengamati titik akhir dari titrasi, maka dapat
digunakan indikator. Suatu indikator merupakan suatu asam atau basa lemah
yang berubapa warna diantara bentuk terionisasinya dan bentuk tidak
terionisasinya. Kisaran penggunaan indikator adalah satu unit pH disekitar nilai
pKa-nya. Indikator yang digunakan dalam proses standarisasi ini adalah
phenolphthalein karena memiliki rentang pH antara 8,4-10,4 dengan perubahan
warna dari tak berwarna menjadi merah muda yang stabil saat mencapai titik
akhir titrasi. Perubahan yang terjadi karena meningkatnya pH dari proses
penataan ulang pada struktur phenolphthalein yang terjadi perpindahan proton
dari struktur fenol phenolphthalein (Ganjar dan Rohman, 2007). Standarisasi ini
bertujuan untuk menguji kadar suatu larutan baku yang digunakan untuk
menetapkan suatu larutan yang belum diketahui kadarnya. Selain itu, standarisasi
juga dilakukan dengan maksud memperkecil tingkat kesalahan dalam
perhitungan penetapan kadar suatu larutan. Standarisasi NaOH dengan titrasi
dilakukan sebanyak tiga kali. Titrasi pertama digunakan sebagai kontrol,
sedangkan titrasi kedua digunakan sebagai pembanding. Untuk menentukan
kebenaran dari kedua titrasi, maka dilakukan titrasi ketika yang digunakan
sebagai pengoreksi. Bedasarkan hasil praktikum yang diperoleh, didapat data
sebagai berikut. Rata rata vol titrasi NaOH adalah sebanyak 14,5 ml. Setelah

12
dihitung niali normaitasnya bernilai 0,07115 N. Adapun reaksi antara asam
oksalat dengan NaOH dapat dituliskan sebagai berikut:

H2C2O4 (aq) + 2 NaOH (aq) Na2C2O4 (aq) + 2 H2O (l)

Selanjutnya proses titrasi asam basa dimulai dengan menuang larutan


NaOH 0,1 M ke dalam buret sebanyak 50 mL, larutan NaOH berfungsi sebagai
titran dan penentu konsentrasi dari larutan asam yang akan di titrasi. Larutan
Asetosal diambil sebanyak 10 mL menggunakan pipet volume kemudian
dituangkan ke dalam Erlenmeyer berukuran 250 mL untuk kemudian dititrasi.
Sebelum dilakukan titrasi, larutan asetosal perlu ditambahkan indikator
fenolftalein(PP). Penambahan indikator ini berfungsi untuk memberikan
perubahan warna pada saat larutan telah mencapai titik akhir tirasi. Hal ini sesuai
dengan definisi dari indicator asam basa yaitu indikator asam basa merupakan
zat warna yang dapat memberikan perubahan warna pada larutan yang di tirasi
saat mencapai titik akhir titrasi. Indicator asam basa akan berubah warna apabila
lingkungan pH larutan berubah, karena indikator asam basa berupa asam organik
lemah atau basa organik lemah maka di dalam larutan akan terjadi proses ionisasi
sehingga bentuk molekul indikator akan memiliki warna yang berbeda dengan
warna indikatornya (Padmaningrum, 2013).

Selanjutnya dilakukan proses titrasi pada larutan hingga larutan berubah


warna menjadi pink. Perubahan warna ini menandakan bahwa larutan telah
mencapai titik akhir titrasi sehingga proses titrasi dapat dihentikan. Apabila
dalam pengamatan perubahan warna terdapat kesulitan, misalnya karena warna
yang dihasilkan tidak pekat maka pengamatan dapat dilakukan di atas kertas
putih atau tisu putih agar warna terlihat dengan jelas. Proses titrasi dilakukan
secara triplo atau tiga kali pengulangan dengan setiap pengulangan dicatat
volume NaOH yang digunakan. Pengulangan triplo bertujuan untuk
mendapatkan konsentrasi dengan tingkat ketelitian tinggi sehingga dapat
meminimalisir kesalahan saat penentuan konsentrasi melalui proses titrasi. Hasil
yang baik dapat terlihat apabila dari ketiga pengulangan titrasi didapatkan
volume titran dengan selisih yang tidak jauh berbeda.

13
Diperoleh nilai Normalitas NaOH setelah distandarisasi adalah 0,07115 N,
volume titrasi blankonya sebesar 0,33 ml dan volume rata-rata NaOH pada
penentuan kadar asetosal sebesar 17,2 ml, dari data tersebut maka dapat dihitung
berapa kadar asetosalnya. Diperoleh gram asetosal sebesar 0,2161gram dan %
kadarnya sebesar 2,16 % b/v.

4.3 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa


titrasi asam basa merupakan proses penentuan konsentrasi larutan dengan cara
menitasi larutan sampel yang belum diketahui standarnya (titrat) dengan larutan
standar dalam buret (titran). Dalam proses titrasi diperlukan penambahan
indikator fenolftalein (PP) yang berfungsi sebagai penentu titik akhir titrasi yang
ditandai dengan perubahan warna larutan sampel (titrat) berwarna pink. Dari
proses titrasi asam basa yang telah dilakukan, didapat hasil % kadar larutan
Asetosal yaitu sebesar 2,16%. Pada proses titrasi asam basa biasanya akan
terdapat kesalahan-kesalahan yang diakibatkan praktikan maupun kesalahan dari
alatnya sendiri.

14
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Gandjar, Ibnu Gholib dan Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gandjar, Ibnu Gholib dan Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Khopkar, S.M., (1990),Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UI press.

Padmaningrum, Regina T. 2013. Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat. Jurnal
Pendidikan Kimia. Pp. Hal 1-7.

Untari, Budi, dkk., 2020. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Kandungan
Jenis Asam Lemak dalam Minyak yang Dipanaskan dengan Metode
Titrasi Asam Basa dan Kromatografi Gas. Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi.
Vol 1: Hal 1-10,

15
LAMPIRAN

Alat yang digunakan

Hasil Titrasi blanko Hasil Titrasi blanko

Hasil Titrasi Penetapan Hasil Titrasi Penetapan Hasil Titrasi Penetapan


Kadar ke 1 Kadar ke 2 Kadar ke 3

16
JURNAL

17
18
19
20
21
22

Anda mungkin juga menyukai