Anda di halaman 1dari 14

Hubungan Struktur Aktivitas Obat-Reseptor

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar
A. Latar Belakang 

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendukung pemahaman aksi obat tidak saja pada
tingkat organisme, sistem, organ dan jaringan, tapi hingga tingkat sel dan molekuler. Mekanisme aksi
fundamental senyawa tertentu merupakan hasil interaksi senyawa ini dengan sistem biologis pada
tingkat molekuler.

Respons biologis merupakan akibat interaksi molekul obat dengan gugus fungsional molekul reseptor.
Interaksi ini dapat berlangsung karena kekuatan ikatan kimia tertentu.

Pada umumnya, ikatan obat-reseptor bersifat reversible sehingga obat segera meninggalkan reseptor 
 bila kadar obat dalam cairan luar sel menurun. Ikatan yang terlibat pada interaksi obat-reseptor harus
relatif lemah tetapi masih cukup kuat untuk berkompetisi dengan ikatan lainnya.

Pada interaksi obat dengan reseptor, senyawa dapat menggabungkan beberapa ikatan yang lemah
sehingga
sehingga dapat menghasil
menghasilkan
kan ikatan yang cukup kuat dan stabil. eperti
eperti diketahui,
diketahui, respons biolog
merupakan akibat interaksi molekul obat dengan gugus fungsional molekul reseptor. Interaksi ini
dapat berlangsung karena kekuatan ikatan kimia tertentu.

!ipe ikatan kimia yang terlibat dalam interaksi obat reseptor antara lain adalah ikatan-ikatan kovalen,
ion-io
ion-ion
n yang
yang saling
saling memper
memperkua
kuatt "reinforc
reinforcee ions#, ion "elekt
"elektros
rostat
tatik#
ik#,, hidrog
hidrogen
en dan lain-l
lain-lain
ain..
$erdasarkan uraian di atas, maka dibuatlah makalah ini.

B. Rumusan
B. Rumusan Masalah
Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini yaitu%

$agaimana hubungan struktur, ikatan kimia dan aktivitas biologis obat&

'. $agaimana perubahan struktur dengan aktivitas


aktivitas pada proses interaksi obar-reseptor&

C. Tujuan

(. )ntuk mengetahui hubungan struktur, ikatan kimia dan aktivitas biologis obat.

'. )ntuk mengetahu


mengetahuii perubahan
perubahan struktur
struktur dengan
dengan aktivitas
aktivitas pada proses
proses interaksi
interaksi obar-
obar-
reseptor.
BAB II

PEBAHASAN

A. Hubungan Struktur, Ikatan Kimia dan Aktivitas Biologis Obat 

$erdasarkan model aksi farmakologi, obat dibagi menjadi dua kelas yaitu obat dengan struktur non-
spesifik dan obat berstruktur spesifik.

(. *bat berstruktur non-spesifik.

*bat berstruktur non-spesifik adalah obat yang aktivitas farmakologinya tidak berhubungan langsung
dengan struktur kimia, kecuali bahwa struktur kimia tersebut mempengaruhi sifat fisikokimianya.
ifat fisikokimia tersebut meliputi adsorpsi, solubilitas, p+a, dan potensial oksidasi-reduksi yang
mempengaruhi permeabilitas membran, depolarisasi membran, koagulasi protein dan pembentukan
kompleks. apat diasumsikan bahwa obat yang berstruktur non-spesifik bekerja melalui proses
fisikokimia.

alaupun struktur kimia bervariasi, namun dapat menyebabkan aktivitas biologis yang serupa karena
kesamaan sifat fisikokimia. edikit perubahan dalam struktur kimia tidak akan terlalu mempengaruhi
aktivitas biologis. /ontoh adalah senyawa-senyawa bakterisidal, seperti fenol, o-kresol, etanol, timol,
sikloheksanol, resorsinol, dan lain-lain.

'. *bat berstruktur spesifik

*bat berstruktur spesifik merupakan obat yang aktivitas biologisnya merupakan hasil esensial dari
struktur kimianya, dapat berinteraksi dengan struktur tiga dimensi reseptor dalam organisme melalui
 pembentukan kompleks obat-reseptor. Reaktivitas kimiawi, bentuk, ukuran, stereokimia, distribusi
gugus fungsi, resonansi, efek induksi, distribusi elektronik dan kemampuan berikatan dengan reseptor,
mempunyai peranan penting dalam aktivitas obat.

*bat-obat ini mempunyai karakteristik struktur tertentu, dengan menambahkan gugus fungsi dengan
orientasi arah tertentu, akan memberikan respon biologis yang serupa. edikit modifikasi pada
struktur fundamental akan menyebabkan perubahan aktivitas biologi yang signifikan, sehingga suatu
seri senyawa dapat menunjukkan rentang aktivitas mulai dari antagonis hingga serupa dengan
aktivitas senyawa induk.

emua aspek harus dipertimbangkan untuk membedakan obat berstruktur spesifik dan non-spesifik,
tidak cukup dengan pertimbangan salah satu aspek saja. $eberapa obat dengan struktur kimia yang
sangat bervariasi menunjukkan aktivitas farmakologi yang sama, namun tidak bisa dikatakan obat-
obat tersebut berstruktur non-spesifik. Misalnya, senyawa diuretik mempunyai struktur yang beragam,
meliputi golongan metil 0antin, sulfonamid, organomerkuri, ben1otia1id, spironolakton, dan lain-lain.
elain itu aktivitas diuretiknya tidak terlalu berpengaruh dengan sedikit modifikasi molekul pada tiap
golongan. 2amun diuretik merupakan obat berstruktur spesifik, karena obat-obat ini memberikan
respon farmakologis yang sama, tapi berpengaruh pada proses biokimia dalam tubuh yang berbeda-
 beda "dapat dikatakan target molekuler masi

ng-masing golongan berbeda#.


Pada interaksi obat dengan reseptor, senyawa dapat menggabungkan beberapa ikatan yang lemah
sehingga dapat menghasilkan ikatan yang cukup kuat dan stabil.

!ipe ikatan kimia yang terlibat dalam interaksi obat reseptor antara lain adalah ikatan-ikatan kovalen,
ion-ion yang saling memperkuat "reinforce ions#, ion "elektrostatik#, hidrogen, ion-dipol, dipol-dipol,
van der waal3s, ikatan hidrofob dan transfer muatan.

!. Ikatan "ova#en

Ikatan kovalen terbentuk bila ada dua atom saling menggunakan sepasang elektron secara bersama-
sama. Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang paling kuat dengan rata-rata kekuatan ikatan (444
kkal5mol. engan kekuatan ikatan yang tinggi ini, pada suhu normal ikatan bersifat ireversibel dan
hanya dapat pecah bila ada pengaruh katalisator en1im tertentu. Interaksi obat-katalisator melalui
ikatan kovalen menghasilkan kompleks yang cukup stabil dan sifat ini dapat digunakan untuk tujuan
 pengobatan tertentu.

Mekanisme kerja obat yang melibatkan ikatan kovalen yaitu turunan nitrogen mustar, turunan
antibiotika 6-laktam, senyawa organofosfat, senyawa as-organik dan asam etakrinat.

a. !urunan nitrogen mustar 

!urunan nitrogen mustar adalah senyawa pengalkilasi yang pada umumnya digunakan sebagai obat
antikanker. /ontohnya yaitu mekloretamin, siklofosfamid, klorambusil dan tiotepa. 7dapun
mekanisme kerja obat turunan nitrogen mustar yaitu senyawa melepaskan ion cl- membentuk kation
antara yang tidak stabil yaitu ion etilen imonium, diikuti pemecahan cincin membentuk ion
karbonium yang bersifat reaktif. Ion ini dapat bereaksi melalui reaksi alkilasi dengan gugus-gugus
donor elektron, seperti gugus-gugus karboksilat, fosfat dan sulfhidril pada struktur asam amino, asam
nukleat dan protein yang sangat dibutuhkan untuk proses biosintesis sel. 7kibatnya pembentukan sel
menjadi terganggu dan pertumbuhan sel kanker dihambat.

 b. !urunan antibiotika 6-laktam

!urunan antibiotika 6-laktam merupakan senyawa pengasilasi kuat dan mempunyai kespesifikan yang
tinggi terhadap gugus amino serin dari en1im transpeptidase yang dapat mengkatalisis tahap akhir 
sintesis dinding sel bakteri. Reaksi asilasi ini menyebabkan kekuatan dinding sel bakteri menjadi
lemah dan mudah terjadi lisis sehingga bakteri mengalami kematian.

/ontoh% turunan penisilin dan turunan sefalosporin.

c. enyawa organofosfat

enyawa organofosfat merupakan suatu insektisida yang dapat berinteraksi dengan gugus serin yang
mana gugus serin ini merupakan bagian fungsional dari sisi aktif en1im asetilkolinesterase. 7tom p
akan berikatan dengan atom o gugus serin melalui reaksi fosfolirasi membentuk ikatan kovalen,
sehingga fungsi en1im menjadi terganggu . 8ambatan tersebut mempengaruhi proses katalitik asam
amino sehingga terjadi penumpukan asetilkolin yang bersifat toksik terhadap serangga.

/ontoh% diisopropilfluorofosfat "dfp# dan malation

d. enyawa as-organik dan hg-organik 


!urunan as-organik seperti salvarsan dan karbarson yang digunakan sebagai antibakteri dan turunan
hg-organik seperti merkaptomerin dan klormerodrin yang digunakan sebagai diuretik dapat mengikat
gugus sulfhidril dari en1im atau sisi reseptor membentuk ikatan kovalen dan menghasilkan hambatan
yang bersifar ireversibel sehingga en1im tidak dapat bekerja normal.

e. 7sam etakrinat

7sam etakrinat merupakan senyawa diuretik yang strukturnya mengandung gugus 9 6-keto tidak 
 jenuh membentuk ikatan kovalen dengan gugus sh dari en1im yang bertanggung jawab terhadap
 produksi energy yang diperlukan untuk penyerapan kembali ion na: di tubulus renalis. Ion na:  yang
tidak diserap kembali dikeluarkan dengan diikuti sejumlah air sehingga terjadi efek diuresis.

$. Ikatan Ion

Ikatan ion adalah ikatan yag dihasilkan oleh daya tarik menarik elektrostatik antara ion-ion yang
muatannya berlawanan. +ekuatan tarik-menarik akan makin berkurang bila jarak antar ion makin jauh
dan pengurangan tersebut berbanding terbalik dengan jaraknya.

Makromolekul dalam sistem biologis berfungsi sebagai komponen reseptor yang mengandung gugus
 protein dan asam nukleat yang bervariasi, mempunyai gugus kation dan anion potensial tetapi hanya
 beberapa saja yang dapat terionisasi pada ph fisiologis. ;ugus kation protein berupa gugus amino
yang terdapat pada asam-asam amino seperti lisin glutamin, asparagine, arginine, glisin dan histidin.

*bat yang mengandung gugus kation potensial seperti r <nh:, r =n: dan r 'c>nh': maupun anion potensial
seperti rcoo-, rso< dan rcos- dapat membentuk ikatan ion dengan gugus reseptor atau protein yang
 bermuatan berlawanan.

enyawa turunan ammonium kuartener "n:r <#cl- seperti dekualinium klorida, ben1alkonium klorida
dan setilpiridinium klorida menunjukan aktivitas bakteri dengan cara kerja 1at warna basa .

%. Interaksi ion-&ipo# &an &ipo#-&ipo#

7danya perbedaan keelektronegatifan atom / dengan atom yang lain seperti * dan 2, akan
membentuk distribusi elektron tidak simetrik atau dipol, yang mampu membentuk ikatan dengan ion
atau dipol lain, baik yang mempunyai daerah kerapatan elektron tinggi maupun yang rendah.

/ontoh% turunan metadon senyawa narkotik analgesic, strukturnya mengandung gugus n-basa dan
karbonil yang dalam larutan dapat membentuk siklik akibat adanya da ya tarik menarik dipol-dipol.

'. Ikatan (i&rogen

Ikatan hidrogen adalah suatu ikatan antara atom h yang mempunyai muatan positif parsial dengan
atom lain yang bersifat elektronegatif dan mempunyai sepasang elektron bebas dengan oktet lengkap
seperti o, n, f. 7tom yang bermuatan positif parsial dapat berinteraksi dengan atom negatif parsial dari
molekul atau atom lain yang berbeda ikatan kovalenn ya dalam satu molekul.

/ontoh % 8'*
Ikatan hidrogen dibagi menjadi dua bagian, yaitu%

a. Ikatan hidrogen intramolekul yaitu ikatan yang terjadi dalam satu molekul.

 b. Ikatan hidrogen intermolekul, yaitu ikatan hidrogen yang terjadi antar molekul-molekul.

+ekuatan ikatan intermolekul lebih lemah disbanding ikatan intramolekul. Ikatan hidrogen dapat
mempengaruhi sifat-sifat kimia fisika senyawa seperti titik didih, titik lebur, kelarutan dalam air,
kemampuan pembentukan kelat dan keasaman.

/ontoh%

a. !urunan pira1olon

(-fenil-<-metil-?-pira1olon mempunyai ikatan hidrogen intermolekul dan dapat membentuk polimer 


linier dan menghasilkan tenaga ikat antar molekul yang besar.

 b. !urunan asam hidroksiben1oat

7sam orto-hidroksiben1oat mempunyai ikatan hidrogen intramolekul dan secara efektif mengurangi
aktivitas gugus oh dan cooh terhadap molekul air sehingga kelarutan dalam air menurun.

c. !urunan ester asam hidroksiban1oat

Metil ester orto-hidroksiben1oat "metil salisilat# dapat membentuk ikatan hidrogen intramolekul,
gugus hidroksi fenol terlindung sehingga efek antibakterinya lemah

Metil ester para-hidroksiben1oat "nipagin# dapat membentuk ikatan hidrogen intermolekul.


Penggabungan melalui ikatan hidrogen dapat membentuk senyawa dimer dengan gugus hidroksi fenol
masih bebas sehingga senyawa dapat berfungsi sebagai antibakteri.

d. !urunan ben1otiadia1in dan sulfamilben1oat

*bat diuretik turunan ben1otiadia1in seperti klorotia1id, hidroklorotia1id dan hidroflumetia1id serta
turunan sulfamilben1oat seperti furosemide dan klortalidon dapat memberikan efek diuretic karena
mengandung gugus sulfamil bebas yang mampu menduduki sisi aktif en1im sehingga dapat
menghambat en1im karbonik anhydrase melalui mekanisme penghambatan bersaing.

Ikatan hidrogen memegang peranan penting pada proses reproduksi sel dan memelihara keutuhan adn
dan arn. Ikatan hidrogen juga membantu kestabilan konformasi 9-heliks peptide-peptida dan interaksi
 pasangan basa khas seperti purin dan pirimidin pada adn. *bat antikanker tertentu seperti golongan
senyawa pengalkilasi, dapat mengalkilasi pasangan basa adn dan mencegah pembentukan ikatan
hidrogen sehingga replikasi normal dari adn tidak terjadi. enyawa pengalkilasi dapat mengikat asam
nukleat dan protein secara ireversibel sehingga dapat menghambat proses biosintesis protein sel dan
 berfungsi sebagai obat antikanker.

/ontoh% mekloretamin, klorambusil, melfalam, siklofosfamid, busulfan, tiotepa, antibiotika bleomisin


dan mitomisin /.
). Ikatan van &er *aa#+s

Ikatan van der waal3s merupakan kekuatan tarik-menarik antar molekul atau atom yang tidak 
 bermuatan dan letaknya berdekatan atau jaraknya @ =-A B. Ikatan ini terjadi karena sifat kepolarisasian
molekul atau atom. Meskipun secara individu lemah tetapi hasil penjumlahan ikatan van del waal3s
merupakan faktor pengikat yang cukup bermakna terutama untuk senyawa-senyawa yang mempunyai
 berat molekul tinggi. Ikatan van der waal3s terlibat pada interaksi cincin ben1en dengan daerah bidang
datar reseptor dan pada interaksi rantai hidrokarbon dengan makromolekul protein atau reseptor.

/ontoh%

a. /incin ben1ene yang mengandung A atom c dan mempunyai kekuatan ikatan yang hamper sama
dengan kekuatan ikatan hidrogen.

 b. !urunan isatin-6-tiosemikarba1on, obat antivirus memiliki aktivitas yang berhubungan dengan
 jari-jari van der waal3s dari subtituen pada posisi ? dan A.

,. Ikatan (i&roob

Ikatan hidrofob merupakan salah satu kekuatan penting pada proses penggabungan daerah non polar 
molekul obat dengan daerah non polar reseptor biologis. aerah non polar molekul obat yang tidak 
larut dalam air dan molekul-molekul air disekelilingnya akan bergabung melalui ikatan hidrogen
membentuk struktur quasi-crystalline "icebergs#.

$ila dua daerah non polar seperti gugus hidrokarbon molekul obat dan daerah non polar reseptor,
 bersama-sama berada dalam lingkungan air maka akan mengalami suatu penekanan sehingga jumlah
molekul air yang kontak dengan daerah-daerah non polar tersebut menjadi berkurang. 7kibatnya,
struktur quaisi-crystalline akan pecah menghasilkan peningkatan entropiyang digunakan untuk isolasi
struktur non polar. Peningkatan energy bebas ini dapat menstabilkan molekul air sehingga tidak 
kontak dengan daerah non polar. Penggabungan tersebut disebut dengan ikatan hidrofob.

. /ranser 0uatan

+ompleks yang terbentuk antara dua molekul melalui ikatan hidrogen merupakan kasus khusus dari
fenomena umum kompleks donor-aseptor, yang distabilkan melaui daya tarik-menarik elektrostatis
antara molekul donor elektron dan molekul aseptor elektron.

/ontoh% komplek transfer muatan n-metilpiridinum iodida

Menurut baker, kompleks transfer dikelompokan menjadi dua yaitu senyawa yang berfungsi sebagai
donor elektron dan sebagai aseptor elektron.

a. !ransfer muatan sebagai donor electron yaitu%

- enyawa yang kaya C-elektron seperti alkena, alkuna dan senyawa aromatic yang tersubtitusi
dengan gugus elektron donor.

- enyawa yang mempunyai pasangan electron sunyi seperti R-*%-8, R-*%-R, R-%-R, R <-2%,
R < 2% dan R-%--R, yang juga dapat berfungsi sebagai aseptor proton dalam ikatan hidrogen.
 b. !ransfer muatan sebagai aseptor electron yaitu%

- tetrasianoetilen dan tetrakloroben1okuinon yang mempunyai gugus pendorong electron sangat


kuat.

- Molekul mengandung hidrogen yang bersifat asam lemah seperti $R</-8, R-*-8, 7r-*-8,
R--8 dan imida1ole-8 yang juga dapat berfungsi sebagai donor proton dalam ikatan hidrogen.

Makromolekul sistem biologis yang bekerja sebagai komponen reseptor mempunyai gugus protein
atau asam amino yang dapat membentuk komplek melalui transfer muatan, yaitu%

a# ebagai donor elektron seperti aspartate, glutamate, sistin, metionin, dan tirosin "hanya cincin
aromatik#.

 b# ebagai aseptor elektron seperti sistein, arginine dan lisin.

c# ebagai donor dan aseptor elektron seperti histidin, asparagin, glutamin, serin, treonin,
hidroksiprolin, triptofan, tirosin "hanya gugus oh# dan fenilalanin "hanya cincin aromatik#.

Molekul obat juga dapat membentuk kompleks melalui transfer muatan, antara lain%

a. Molekul obat yang bekerja sebagai donor elektron adalah%

- enyawa yang mengandung gugus anionik 

- $asa lemah tertentu

- enyawa sulfur yang netral

- $eberapa senyawa nitrogen yang netral

- enyawa fosfor netral

- enyawa nitrogen netral

- enyawa halogen

- enyawa furan, pirol dan pira1ol.

 b. Molekul obat yang bekerja sebagai aseptor elektron adalah%

- 7sam-asam lemah

- $eberapa senyawa fosfor netral

- enyawa yang mengandung gugus kationik 

c. Molekul obat yang bekerja sebagai donor dan aseptor elektron

- $eberapa senyawa yang mengandung gugus anionic

- $asa lemah tertentu

- $eberapa asam lemah

- enyawa nitrogen netral


- enyawa fosfor netral

- enyawa oksigen netral

- enyawa monosiklik heterosiklik 

- enyawa lain seperti senyawa aromatic dan R '/>/R '.

$eberapa obat halusinogen, psikotomimetik, psikotropik, dan turunan indol bersifat sebagai donor 
electron yang dapat membentuk kompleks melalui transfer muatan dengan reseptor yang bersifat
aseptor electron.

Respons biologis merupakan akibat interaksi molekul obat dengan gugus fungsional molekul reseptor.
Interaksi ini dapat berlangsung karena kekuatan ikatan kimia tertentu.

;ambar II. ( Hubungan perbahan pH dengan aktifitas biologis asam dan basa

lemah

/ontoh% Denol, suatu asam lemah, memberikan gambaran hubungan perubahan p8 dengan aktifitas
 biologis yang berbeda. Pada p8 lebih kecil =,? aktifitas anti bakterinya akan semakin meningkat,
tetapi bila p8 dinaikkan lebih besar =,? aktifitas akan menurun. 8al ini terjadi sampai pada p8 (4.
 pada p8 lebih besar aktifitas akan meningkat lagi karna fenol teroksidasi menjadi bentuk kuinon,
yang juga mempunyai aktifitas bakteri cukup besar. edikit perubahan struktur dapat menyebabkan
 perubahan yang bermakna dari sifat ionisasi asam atau basa, dan hal ini akan mempengaruhi aktifitas
 biologis obat.

$esarnya efek biologis yang dihasilkan secara langsung sesuai dengan jumlah reseptor khas yang
diduduki molekul obat. /lark hanya meninjau dari segi agonis saja yang kemudian dilengkapi oleh
;addum "(E<F#, yang meninjau dari sisi antagonis. Gadi respons biologis yang terjadi setelah
 pengikatan obat-reseptor dapat berupa %

(. rangsangan aktivitas "efek agonis #

'. pengurangan aktivitas "efek antagonis #

7riens "(E?=# dan tephenson "(E?E#, memodifikasi dan membagi interaksi obat-reseptor 
menjadi dua tahap yaitu %

(. Pembentukan komplek obat-reseptor 

'. Menghasilkan respon biologis


!etapan ini digunakan untuk menjawab fakta bahwa sebagian agonis menghasilkan respon maksimum
yang lebih kecil daripada respon maksimum terhadap agonis lain.

etiap struktur molekul obat harus mengandung bagian yang secara bebas dapat menunjang
afinitas interaksi obat reseptor dan memiliki efisiensi untuk menimbulkan respon biologis sebagai
akibat pembentukan komplek. Proses interaksinya adalah sebagai berikut%

afinitas

* : R H >>>>>>>>>> komplek *R J respon biologis

7finitas merupakan ukuran kemampuan obat untuk mengikat reseptor. 7finitas sangat
 bergantung dari struktur molekul obat dan sisi reseptor.

Kfikasi "aktivitas instrinsik# adalah ukuran kemampuan obat untuk memulai timbulnya respon
 biologis.

* : R H >>>>>> *-R J respon ":# % senyawa agonis "afinitas besar dan aktivitas instrinsik >(#

* : R H >>>>>> *-R J respon "-# % senyawa antagonis "afinitas besar dan aktivitas instrinsik > 4#

Teori Kecepatan

/ro0atto dan 8uidobro "(E?A# memberikan postulat bahwa obat hanya efisien pada saat
 berinteraksi dengan reseptor.

  Paton "(EA(# mengatakan bahwa efek biologis obat setara dengan kecepatan kombinasi obat-
reseptor dan bukan jumlah reseptor yang didudukinya. i sini, tipe kerja obat ditentukan oleh
kecepatan penggabungan "asosiasi# dan peruraian "disosiasi# komplek obat-reseptor dan bukan dari
 pembentukan komplek obat-reseptor yang stabil

7sosiasi dissolusi

* : R H >>>>>>>>> komplek "*R# LLLLLL respon biologis

enyawa dikatakan agonis jika memiliki kecepatan asosiasi "mengikat reseptor # dan dissolusi
yang besar. enyawa dikatakan antagonis jika memiliki kecepatan asosiasi "mengikat reseptor# dan
dissolusi kecil. i sini, pendudukan reseptor tidak efektif karena menghalangi asosiasi senyawa
agonis yang produktif.

enyawa dikatakan agonis parsial jika kecepatan asosiasi dan dissolusinya tidak maksimal.
+onsep di atas ditunjang oleh fakta bahwa banyak senyawa antagonis menunjukkan efek rangsangan
singkat sebelum menunjukkan efek pemblokiran.

Pada permulaan kontak obat-reseptor, jumlah reseptor yang diduduki oleh molekul obat masih
relatif sedikit, kecepatan penggabungan obat-reseptor maksimal sehingga timbul efek rangsangan
yang singkat. $ila jumlah reseptor yang diduduki molekul obat cukup banyak, maka kecepatan
 penggabungan obat-reseptor akan turun sampai di bawah kadar yang diperlukan untuk menimbulkan
respon biologis sehingga terjadi efek pemblokiran

B. Hubungan erubahan Struktur dengan Aktivitas !ada roses Interaksi Obat"Rese!tor 

Reseptor obat adalah suatu makromolekul jaringan sel hidup, mengandung gugus fungsional atau
atom-atom terorganisasi, reaktif secara kimia dan bersifat spesifik, dapat berinteraksi secara reversibel
dengan molekul obat yang mengandung gugus fungsional spesifik, menghasilkan respons biologis
yang spesifik pula.

Interaksi obat-reseptor terjadi melalui dua tahap, yaitu%

a. Interaksi molekul obat dengan reseptor spesifik 

Interaksi ini memerlukan afinitas

 b. Interaksi yang dapat menyebabkan perubahan konformasi makromolekul protein sehingga timbul
respons biologis.

!. /eori "#asik 

Cru01 Bro*n dan 2raser "(NAE#, mengatakan bahwa aktivitas biologis suatu senyawa merupakan
fungsi dari struktur kimianya dan tempat obat berinteraksi pada sistem biologis mempunyai sifat yang
karakteristik.

Lang#e3 "(NFN#, dari studi efek antagonis dari atropin dan pilokarpin, memperkenalkan konsep
reseptor yang pertama kali dan kemudian dikembangkan oleh E(r#i4(.

E(r#i4(  "(E4F#, memperkenalkan istilah reseptor dan membuat konsep sederhana tentang interaksi
obat-reseptor yaitu corpora non agunt nisi fixata   atau obat tidak dapat menimbulkan efek tanpa
mengikat reseptor.

$. /eori Pen&u&ukan

C#ark "(E'A#, memperkirakan bahwa satu molekul obat akan menempati satu sisi reseptor dan obat
harus diberikan dalam jumlah yang berlebih agar tetap efektif selama proses pembentukan kompleks.

*bat akan berinteraksi dengan reseptor membentuk kompleks obat-reseptor. C#ark hanya meninjau
dari segi agonis saja yang kemudian dilengkapi oleh 5a&&u0 "(E<F#, yang meninjau dari segi
antagonis.

Respons biologis yang terjadi setelah pengikatan obat-reseptor dapat merupakan%

(. Rangsangan aktivitas "efek agonis#

'. Pengurangan aktivitas "efek antagonis#


Ariens  "(E?=# dan Step(enson "(E?A#, memodifikasi dan membagi interaksi obat-reseptor menjadi
dua tahap, yaitu%

(. Pembentukan kompleks obat-reseptor 

'. Menghasilkan respons biologis

etiap struktur molekul obat harus mengandung bagian yang secara bebas dapat menunjang afinitas
interaksi obat-reseptor dan mempunyai efisiensi untuk menimbulkan respons biologis sebagai akibat
 pembentukan kompleks obat reseptor.

7finitas Kfikasi

* : R ---------- +ompleks *-R ----------- Respons biologis

* : R ---------- *-R ---------- Respons ":# % enyawa agonis

  H-----------

* : R ----------- *-R ---------- Respons "-# % enyawa antagonis

  H------------

%. /eori "e4epatan

Cro6atto dan Hui&obro "(E?A#, memberikan postulat bahwa obat hanya efisien pada saat
 berinteraksi dengan reseptor. Paton "(EA(#, mengatakan bahwa efek biologis dari obat setara dengan
kecepatan ikatan obat-reseptor dan bukan dari jumlah reseptor yang didudukinya.

7sosiasi isosiasi

* : R ----------- +ompleks *-R ---------- Respons biologis


  H-----------

enyawa dikatakan agonis bila mempunyai kecepatan asosiasi atau sifat mengikat reseptor besar dan
disosiasi yang besar. enyawa dikatakn antagonis  bila mempunyai kecepatan asosiasi sangat besar 
sedang disosiasi nya sangat kecil.

enyawa dikatakan agonis parsia# bila kecepatan asosiasi dan disosiasinya tidak maksimal.

  '. D. /eori "esesuaian /eri0bas

Menurut "os(#an& "(E?N#, ikatan en1im "K# dengan substrat "# dapat menginduksi terjadinya
 perubahan konformasi struktur en1im sehingga menyebabkan orientasi gugus-gugus aktif en1im.
"K# : "# ---------- +ompleks K- ----------- Respons biologis

  H-----------

). /eori 5anguan akro0o#eku#

Be##eau "(EA=#, memperkenalkan teori model kerja obat yang disebut teori gangguan makromolekul.
Menurut Be##eau, interaksi mikromolekul obat dengan makromolekul protein "reseptor# dapat
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk konformasi reseptor sebagai berikut%

(. ;angguan konformasi spesifik "Specific Conformational Perturbation  > /P#

'. ;angguan konformasi tidak spesifik " Non Specific Conformational Perturbation  > 2/P.

Obat agonis adalah obat yang mempunyai aktivitas intrinsik dan dapat mengubah struktur 
reseptor menjadi bentuk /P sehingga menimbulkan respons biologis.

Obat antagonis adalah obat yang tidak mempunyai aktivitas intrinsik dan dapat mengubah struktur 
reseptor menjadi bentuk 2/P sehingga menimbulkan efek pemblokan.

Pada teori ini ikatan hidrofob merupakan faktor penunjang yang penting pada proses pengikatan obat-
reseptor.

,. /eori Pen&u&ukan-Aktivasi

Ariens dan Ro&rigues &e iran&a   "(EFE#, mengemukakan teori pendudukan-aktivasi dari model
dua keadaan yaitu bahwa sebelum berinteraksi dengan obat, reseptor berada dalam kesetimbangan
dinamik antara dua keadaan yang berbeda fungsinya, yaitu%

(. $entuk teraktifkan "RO# % dapat menunjang efek biologis

'. $entuk istirahat "R# % tidak dapat menunjang efek biologis

  7gonis

  R-----------RO
  H-----------

  7ntagonis
BAB III

PENU/UP

A. Kesim!ulan

+esimpulan dari makalah ini yaitu sebagai berikut%

(. 8ubungan struktur, ikatan kimia dan aktivitas biologis obat terjadi akibat interaksi molekul
obat dengan gugus fungsional molekul reseptor. Interaksi ini dapat berlangsung karena
kekuatan ikatan kimia tertentu.
'. 8ubungan perubahan struktur dengan aktivitas pada proses interaksi obat-reseptor 
diakibatkan oleh reseptor dimana reseptor obat adalah suatu makromolekul jaringan sel hidup,
mengandung gugus fungsional atau atom-atom terorganisasi, reaktif secara kimia dan bersifat
spesifik, dapat berinteraksi secara reversibel dengan molekul obat yang mengandung gugus
fungsional spesifik. Interaksi inilah yang dapat menyebabkan perubahan konformasi
makromolekuler.

B. Saran

aran untuk pembuatan makalah selanjutnya sebaiknya dijelaskan lebih jauh mengenai mekanisme
obat dan reseptornya.
DA2/AR PUS/A"A

iswandono, dan $ambang oekarjo. (EE?.  Kimia edisinal !disi " . 7irlangga )niversity Press.
urabaya.

!im Penyusun. '44N.  #armakologi dan Terapi !disi $ . epartemen Darmakologi dan !erapeutik.
)niversitas Indonesia. Gakarta.

!jay, !an 8oan dan +irana Rahardja. '44F. %bat-obat penting khasiat& penggunaan& dan efek-efek 
 sampingnya. Kle0 Media +omputindo. Gakarta.

aman, 2ani1ar. '44'. 'rs Prescribendi (esep yang (asional !disi ke-). 7irlangga )niversity Press.
urabaya.

Anda mungkin juga menyukai