Anda di halaman 1dari 8

KIMIA MEDISINAL 1 Maret 2021

Bagaimana obat dapat menimbulkan efek?


Obat akan masuk ke dalam tubuh manusia (adsorpsi), kemudian
terjadi pengedaran darah manusia dengan sistem pengaliran darah manusia
itu sendiri (Distribusi), ketika obat terdistribusi ia akan berinteraksi dengan
reseptor, maka ia akan menimbulkan implus dan aksi , yaitu aksi
farmakologi atau aksi faksikologi, lalu obat tersebut akan berikatan baik
dengan ikatan kima, hydrogen, ikatan ion dipol, dll. Ketika obat tersebut
berikatan dan bertemu dengan reseptor terntenu makam ia akan
menimbulkan implus, akan tetapi obat tidak boleh secara terus menerus
bertemu dengan reseptor, karena jika bertemu dengan reseptor efeknya akan
semakin tinggi.
Contoh ketika orang yang ingin melakukan operasi lalu di berikan
obat bius, lalu obat bius tersebut akan bertemu dengan reseptor, lalu
terjadilah penurunan kesadaran lalu baru tertidur. Tapi mengapa ketika
operasi sudah selesai orang tersebut akan terbangun dan tidak tidur terus
menerus? Karena ada interaksi yang lepas, terutama interaksi senyawa aktif
dengan reseptor nya dan ikatannnya terputus, ketika ikatannya terputus ia
akan bertemu dengan enzim, maka akan sebagian besar obat tersebut akan
termetabolisme, tujuan dari metabolism untuk membunag efek obat.

 Adsorpsi = Penyerapan ke dalam tubuh


 Distribusi = Di distribusikan, lalu terjadi Metabolisme
 Metabolisme berfungsi untuk mengalirkan darah, memperbaiki dan
memperbarui sel, mencerna makanan
 Metabolisme obat merupakan proses agar obat menimbulkan efek
terapi.
Di lambung obat akan menyerap air, kemudian obat tersebut akan
mengembang, kemudian cracking lalu pecah, lalu bongkahan tersebut akan
mengecil dan mengeluarkan obat dari bahan- bahan pengikat sampai ber
ukuran regular, lalu obat tersebut berinteraksi dengan dinding sel baik yang
ada dalam lambung dan usus manusia, di lambung dan usus terjadi
penyerapan dan sistem di fusi melalui pori – pori.
Target Obat :
 Kanal Ion / reseptor kanal ion
 Enzim
 Molekul pembawa
 Reseptor (ekstraseluer dan intraseluler)
Aksi obat terhadap reseptor :
 Obat mempunyai aktifitas biologi pada konsentrasi yang kecil.
 Efek obat : Hasil interaksi antara obat dan komponen seluler spesifik
yang di sebut Reseptor  membentuk kompleks Obat – Reseptor.
 Obat dapat berinteraksi dengan reseptor dan akseptor.

Proses metabolisme  ketika obat masuk kedalam tubuh manusia


dimana, obat tersebut akan langsung termetabolisme sebelum bertemu
dengan reseptor, sebelum menimbulkan efek, obat tersebut akan langsung
termetabolisme. Tempat metabolism utama dalam obat yaitu hati, ketika obat
tersebut bertemu dengan hati, maka obat tersebut akan langsung
termetabolisme.
Efek obat, merupakan hasil interaksi antar obat dengan selulur
spesifik / reseptor maka ia akan membentuk ikatan kompleks.

Obat akan berinteraksi dengan reseptor dan akseptor

Permukaan reseptor akan tertupi oleh bagian yang cocok dan menimbulkan efek.

Perbedaan reseptor dan akseptor :


 Reseptor
i. Kesatuan molekul yang berinteraksi dengan bagian
ENDOGEN dari suatu senyawa, misal : Asetil Kolin,
Dopamin, Epinfrin, Histamin, Noripinefrin, Serotonin.
ii. Berdasarka data eksperimen : Jumlah Reseptor / sel adalah
antara 10 6 s/d 10 7 Reseptor/sel dari berbagai jaringan.
iii. Interaksi Obat – Reseptor = 3,3 x 10 14 tabrakan obat dengan
reseptor, tetapi hanya 3 x 10 7 mempunyai efikasi,
memberikan stimulus.
 Akseptor
 Makro molekul yang berinteraksi dengan bagian EKSOGEN
dari senyawa seperti : Obat – obat dan racunyang bereaksi
dengan reseptor Farmakologinya.

 Reseptor di bagi menjadi 2, yaitu Reseptor Intraselular (di


dalam sel), dan Ekstraselular (Di luar permukaan sel).
Reseptor kebanyakan tidak bergerak hanya meluruskan
respone.
 Ketika subtrat bertubrukan dengan reseptor maka akan
menjadi satu bulatan yang menempel, lalu terciplah ikatan
kompleks reseptor, ketika terjadi ikatan reseptor makan akan
terjadi ikatan stimulus implus, dan stimulus akan di teruskan
dengan adanya efek farmakologi.
 Akseptor terjadi pada bagian permukaan dan kebanyakan
enzim. Sisi aktif dari Akseptor itu biasa berbentuk segitiga.
Kseptor kebanyakan bergerak.
 Sifat –sifat Reseptor
1. Banyak di jumpai sebagai protein
2. Sering merupakan tempat aktif, kadang – kadang merupakan
bagian Protein Non Enzim
3. Obat obat Kemoterapika (misal Antibiotika). Reseptor berupa
DNA atau RNA yang berikatan kuat dengan obat secara
kovalen atau meletakkan obat diantara pasangan basa denga
gugus fosfat dari DNA atau RNA membentuk kompleks yang
merupakan ikatan lemah.
4. Merupakan bagian dari kompleks lipoprotein terutama
membran seluler.

 Struktur Reseptor
Kesatuan Molekul tiga dimensi yang elastik, :
a. Sering merupakan asam amino penyusun protein
b. Srtuktur Stereokimia sering Komplemen dengan Obat
c. Terjadi interaksi dengan obat melalui berbagai ikatan
kompleks > Terjadi stimulus (Rangsangan)  akibat timbul
aksi biologi/efek.

 Ada asam amino – asam amino penting yang ada di dalam


 Ada ion yang berlawanan yaitu ion K dan ion Ca, ketika ion K keluar
maka ion Ca masuk.
(GAMBAR 3D RESEPTOR)

 Senyawa aktif meiliki gugus tertentu


 Asam amino merupakan penyusun reseptor
 Ikatan Obat/ reseptor

 Semakin kecil obat reseptor maka efek yang di timbulkan semakin kecil.
 Ikatan – ikatan yang terlibat anatara lain: Ikatan Kovalen, interaksi ionik
(Elektrostatik), interaksi ion – dipol dan interaksi dipol – dipol, ikatan
hydrogen, interaksi transfer muatan, interaksi hidrofpbik, dan van der
waals interaksi.

 Ikatan Kovalen
 Ikatan Kovalen merupakan ikatan yang paling kuat. Secara umum
mempunyai lnilai stabilitas -40 sampai -110 Kkal / mol. Ikatan
Kovalen jarang terlibat dalam pembentukanikatan atara obat
dengan reseptor, kecuali dengan enzim dan DNA.
 Untuk tujuan tertentu missal untuk MEMBUNUH bakteri atau
parasite atau obat kanker >> ikatan berlangsung lama dan
IREVERSIBEL >> di perlukan yang lebih KUAT yakni ikatan
KOVALEN.

 Ikatan Ionik
Ikatan ionik terjadi karena ada gugus obat yang ter ion / asam amino nya
yang ter ion.
 Obat dan reseptor akan saling tarik – menarik (berinteraksi) karena
adnya muatan yang berlawanan.
 Interaksi ionik berlangsung secara efektif pada jarak yang lebih jaub
darpada yang dipersyaratkan untuk tipe interaksi yang lain dan
interaksi ini berlangsung lebih lama.
 Suatu interaksi ionic yang sederhana mempunyai nilai ∆G 0 =
Kkal/mol. Bila interaksi ionic di perkuat oleh interaksi lain yang
secara simultan maka interaksi ionic menjadi lebih kuat (∆G 0 = -10
Kkal/mol) dan berlangsung lebih lama.
Contoh interaksi anatar aseteilkolin dengan asam amino dengan asam
amino respetor.

 Interaksi ion-dipol/dipol - dipole


 Sifat Elektronegatifitas dari atom – atom seperti oksigen,
nitrogen, sulfur, dan halogen yang lebih besar dibandingkan
elektronegatifitas dari atom karbon akan berpengaruh terhadap
ikatan obat dengan reseptor.
 Ikatan C – X (X adalah atom – atom elektronegatif) yang terdapat
pada obat maupun yang terdapat pada resptor akan
mengakibatkan distribusi elektron yang tidak simetris, Hal ini
akan menghasilkan suatu dipol elektronik.
 Suatu dipol yang berbentuk di dalam molekul obat dapat
berinteraksi dengan ion (interaksi ion – dipol) yang bermuatan
berlawan yang terdapat pada reseptor. Contoh ion dipol adalah
Interaksi antara asetikolin dengan asam amino reseptor. C
merupakan dipol positif, yang akan berinteraksi dengan oksigen
yang mempunyai dipol negative.

 Ikatan Hidrogen
 Ikatan Hidrogen merupakan salah atu jenis interaksi dipol – dipol
yang terbentuk anatar suatu proton dari gugus X-H (X merupakan
suatu atom elektronegatif) dengan atom elektronegatis lain (y)
yang mempunyai pasagan elektron bebas.
 Ada 2 macam ikatan hydrogen yaitu ikatn hydrogen
intramolekuler dan ikatan hydrogen intermolkeuler. Ikatan
hydrogen intramolekuler lebih kuat di bandig ikatan hydrogen
intermolekuler.
 Ikatan hydrogen cukup penting untuk aktivitas biologis sebagai
contoh pada metil salisilat, menjaga integritas struktur DNA.

 Kompleks transfer – muatan


 Ketika suatu molekul atau gugus yang merupakan donor elektron
mendekat kepada suatu molekul atau gugus yang merupakan
penerima elektron, molekul donor elektron dapat mentransferkan
muatan kepada akseptor.
 Kejadian tersebut akan membentuk suatu komplek transfer muatan
yang mana iteraksi tersebut masih termasuk dalam interaksi dipol –
dipol.
 Interaksi transfer muatan merupakan mekanisme interkalasi cicncin
aromatis obat antimalarial (klorokuin) dengan DNA parasite.
FFungsida Klorothalonil pada gambar dibawah merupakan contoh
hipotetik interaksi transfer muatan dengan tirosin. Nilai ∆G 0 interaksi
ini berkisar antar -1 sampai -7 Kkal/mol. Contoh : Interaksi transfe
muatan antara klothalonil dengan tirosin.
 Interaksi Hidrofobik
o Bila ada 2 buah gugus nonpolar seperti gugus lipofilik pada suatu
obat dan gugus nonpolar pada resptor yang masing – masing
dikelilingi oleh molekul air, saling mendekat satu dengan yang
lain maka molekul air ini akan menjadi kcau dalam usaha untuk
bergabung dengan molekul air yang lain.
o Peningkatan kekacauan molekul air akan meningkatkan entropi
yang berakibat dengan menurunnya energy bebas yang
menstabilka komplek obat – reseptor.
o Stabilisasi yang di lakukan untuk menjaga stabilitas komplek obat
– resptor akibat menurunnya energy bebas komplek obat reseptor
disebut dengan interaksi hidrofobik. Contoh Interaksi antar
butamben dengan gugus isoleusin reseptor.
 Gaya Van der Waals atau London
 Atom – atom pada molekul nonpolar secara temporal mempunyai
distribusi kerapatan elektron nonsimetris yang merupakan akibat
dari pembentukan dipol sementara.
 Ketika atom dari molekul lain (seperti molekul obat atau resptor)
saling mendekat, dipol sementara dari molekul menginduksi dipol
yang berlawanan dari molekul yang mendekat. Akibatnya terjadi
suatu antaraksi intermolekul yang dikenal dengan gaya Van der
Waals. Contoh berbagai macam interaksi obat – reseptor yang
mungkin terjadi pada dibukain.
 Interaksi Obat – Reseptor
 Tipe – Tipe enyawa yang berikatan dengan reseptor dapat
dikategorikan menjadi agonis, antagonis, partial agonis.
 Suatu agonis merupakan suatu senyawa (obat) dimana bila
berikatan dengan suatu reseptor dapat menimbulkan efek.
 Antagonis merupakan suatu senyawa (obat) dimana berikatan
dengan reseptor tidak dapat menimbulkan efek.

Anda mungkin juga menyukai