Anda di halaman 1dari 20

RESEPTOR

- Reseptor merupakan komponen makromolekul fungsional (protein) yang merupakan tempat aktif
biologis yaitu tempat obat terikat atau disebut juga target.eptor
- Reseptor merupakan suatu makromolekul seluler yang secara spesifik dan langsung berikatan
dengan ligan (obat, hormon, neurotransmiter) dalam sel sehingga menimbulkan efek.
- Reseptor teedapat dalam mebran sel, sitoplasma , atau intisel.
- Afinitas : Kemampuan suatu obat untuk bergabung dengan reseptor untuk menciptakan
kompleks reseptor-obat.
- Efikasi: Kemampuan kompleks reseptor obat untuk memulai respons.

Teori Reseptor
a. Teori pendudukan : efek obat sebanding dengan reseptor yang diduduki. Makin banyak
reseptor yang diduduki obat, maka efek akan meningkat (dosis tinggi) dan sebaliknya.
b. Teori laju = efek sebanding dengan jumlah penggabungan obat dan reseptor. Makin sering
molekul obat berasosiasi dan terdisosiasi dengan reseptor, efeknya makin besar.
Agonis ditandai dengan asosiasi dan disosiasi yang cepat,
Agonis parsial ditandai dengan asosiasi dan disosiasi sedang/menengah.
Antagonis ditandai dengan asosiasi cepat dan disosiasi lambat.
c. Teori fit induced (cocok diinduksi) : efek obat terjadi setelah ada penyesuaian antara obat-
reseptor, dimana reseptor berubah pada saat terjadi reaksi dengan obat.
d. Teori model dua keadaan (two state theory): Reseptor dapat berada dalam keadaan aktif atau
tidak aktif. Terikatnya ligan menghasilkan perubahan bentuk reseptor dari inaktif menjadi aktif
berdasarkan konformasinya. Reseptor yang aktif tersebut pada akhirnya akan menghasilkan
respon biologis
1
Reseptor
1. Nonspesifik : bila suatu obat mempengaruhi beberapa reseptor, misalnya klorpromazin
mempengaruhi R. Adrenergik, R. Kolinergik, R.Histaminergik
2. Spesifik-nonselektif : satu obat hanya mempengaruhi satu jenis reseptor (muskarinik), tetapi
reseptor ini terdapat pada berbagai organ, mis. Atropin.
3. Spesifik-selektif : Satu obat hanya mempengeruhi satu jenis reseptor yg terdapat pada satu
organ, mis. Salbutamol pada resptor beta 2 dalam saluran nafas.
4. Reseptor terdapat pada membran sel, sitoplasma atau inti sel.
5. Molekul pemberi sinyal yang melekat pada suatu reseptor disebut ligan, yang dapat berupa
suatu peptida ( mol. Dengan asam amino <50, diatas 50 disebut protein), neurotransmiter,
hormon, obat, atau toksin.
Klasifikasi Ligan
1. Agonis , dapat mengaktifkan reseptor dan menghasilkan respons biologis yang kuat. Ligan
endogen alami dengan efikasi terbesar untuk reseptor (efikasi/kemanjuran 100%).
2. Agonis parsial, tidak mengaktifkan reseptor dengan efikasi maksimal, bahkan dengan
pengikatan maksimal, menyebabkan respons parsial (khasiat antara 0 dan < 100%).
3. Antagonis, mengikat reseptor tetapi tidak mengaktifkannya. Antagonis menghasilkan blokade
reseptor, menghambat pengikatan agonis dan agonis terbalik (inverse agonist). Antagonis
reseptor dapat bersifat kompetitif (atau reversibel) atau antagonis ireversibel yang membentuk
ikatan kovalen atau ikatan nonkovalen afinitas sangat tinggi (Omeprazole)
4. Agonis terbalik (inverse agonist), mengurangi aktivitas reseptor dengan menghambat aktivitas
konstitutifnya (efikasi negatif).
5. Modulator alosterik: Agonis tidak mengikat ke situs pengikatan pada reseptor melainkan pada
situs pengikatan alosterik tertentu, tempat mereka memodifikasi efek agonis. Misalnya,
benzodiazepin(BZD) mengikat ke situs BZD pada reseptor GABA-A dan mempotensiasi efek
GABA endogen.
2
Ikatan O-R
1. Ikatan kovalen : ikatan antara dua atom yang saling menggunakan sepasang elektron secara
bersama-sama (paling kuat, siklofosfamid, amoksisilin, insektisida) ----- 40-140 kkal/mol.
2. Ikatan ion : ikatan yang dihasilkan oleh daya tarik menarik elektrostatik antara ion ion yang
muatannya berlawanan, dan tergantung pada jarak antar ion. ( 5 kkal/mol)
3. Ikatan hidrogen : merupakan suatu ikatan antara atom H yang bermuatan positif parsial
dengan atom lain yang bersifat elektronegatif , contoh tiazid dan furosemid (1-7 kkal/mol)
4. Interaksi ion-dipol dan dipol-dipol. Dipol adalah obat yang dikedua kutubnya memiliki
muatan listrik. Dipol pada molekul obat mampu membentuk ikatan dengan ion (ion-dipol) atau
dipol lain (dipol-dipol), contoh metadon (1-7 kkal/mol)
5. Ikatan Van Der Waals : kekuatan tarik menarik antara molekul /atom yang tidak bermuatan,
dan letaknya berdekatan atau jaraknya + 4-6Å, contoh siklopropan (0,5-1 kkal/mol)
6. Ikatan hidrofob merupakan penggabungan daerah non polar molekul obat dengan non polar
reseptor biologis , misal antara CH4 -----CH4

Reseptor Fisiologik
- Reseptor fisiologik adalah protein seluler yang secara normal berfungsi sebagai reseptor bagi
ligan endogen (hormon, neurotransmiter, faktor pertumbuan, dan autakoid), sehingga dapat
menghasilkan efek secara langsung atau secara tidak langsung /second massanger.
- Reseptor fisiologik :
a. Terdapat di permukaan sel : ensim, kanal ion, G-protein coupled receptor (G-PCR),
b. Terdapat di sitoplasma : soluble DNA binding protein

3
Penyampaian sinyal
- Obat yang berikatan dengan reseptor yang terdapat pada membran sel dapat
langsung menembus membran sel kedalam sitoplasma dan sinyal langsung
disampaikan ke inti sel sehingga menimbulkan efek (first massanger).
- Obat yang berikatan dengan reseptornya di membran sel dan tidak dapat
mengirimkan langsung sinyal ke inti sel dalam sitoplasma, kemudian dengan
bantuan second massanger obat tersebut dapat menimbulkan efek.
- Second massanger tugasnya untuk meneruskan sinyal eksternal yang tidak mampu
menembus membran sel.
- Contoh second massanger : siklik AMP, (ion kalsium, inositol trifosfat (IP3),
diasligliserol (DAG), NO.

4
Penyampaian sinyal
- Obat yang berikatan dengan reseptor yang terdapat pada membran sel dapat langsung
menembus membran sel kedalam sitoplasma dan sinyal langsung disampaikan ke inti sel
sehingga menimbulkan efek (first massanger).
- Obat yang berikatan dengan reseptornya di membran sel dan tidak dapat mengirimkan
langsung sinyal ke inti sel dalam sitoplasma, kemudian dengan bantuan second massanger
obat tersebut dapat menimbulkan efek.
- Second massanger tugasnya untuk meneruskan sinyal eksternal yang tidak mampu
menembus membran sel.
- Contoh second massanger: siklik AMP, (ion Ca, inositol trifosfat (IP3), diasligliserol (DAG), NO.
a. Siklik AMP (C-AMP)= siklus adenosin mono fosfat)
- Bila reseptor pada permukaan sel berikatan dengan obat dan tidak dapat meneruskan
sinyal menembus dinding sel, maka pada dinding sel bagian dalam terbentuk CAMP.
C-AMP dibentuk dari ATP dengan bantuan ensim adenilat sklase. C-AMP dengan bantuan
ensim protein kinase A menyebabkan terjadinya fosforilase protein dalam inti sel
sehingga terjadi respon seluler/efek
adenilat siklase
ATP C-AMP
protein silkase A
Fosforilase protein

Respon seluler
b. Ion kalsium, inositol trifosfat (IP3), diasligliserol (DAG)
- Bila reseptor pada permukaan sel berikatan dengan obat dan tidak dapat meneruskan
sinyal menembus dinding sel, maka pada dinding sel bagian dalam akan terbentuk DAG,
IP3 dan ion Ca yang dibentuk dari PIP2 (phosfatidil inositol 4,5 bifosfat) dengan bantuan
ensim PLC (fosfolipase C). Selanjutnya dengan bantuan ensim protein kinase C
menyebabkan terjadinya fosforilase protein dalam inti sel sehingga terjadi respon
seluler/efek.

PLC
PIP2 Dag, IP3, Ion Ca

protein kinase C

Respon selluler

6
Ligan
- Ligan adalah senyawa atau molekul sebagai donor pasangan elektron yg dapat
berikatan dengan reseptor.
- Yang termasuk ligan adalah : senyawa endogen dan eksogen
- Yang termasuk senyawa endogen adalah : insulin, testosterone, prostaglandin,
asetilkolin, nore epineprin, interferon, interleukin, histamin, seretonin, dll.
- Yang temasuk senyawa eksogen : obat

Jumlah Reseptor
• Jumlah reseptor dalam tubuh tidak tetap selalu berubah, tergantung pada penguraian
dan sintesis reseptor.
• Agonis yang tinggi menyebabkan jumlah reseptor bertambah.
• Antagonis menyebabkan jumlah reseptor menurun.
• Jumlah reseptor dipengaruhi oleh penyakit, akibat adanya interaksi antara reseptor
dengan antibodi. Misal pada penyakit miastenia gravis dan DM yang resisten
terhadap insulin.
• Struktur kimia obat berpengaruh terhadap afinitas dan aktifitas instrinsiknya atau
afeknya (hubungan strutur dan aktivitas).

7
Mekanisme Kerja Obat
1. Melalui interaksi obat – reseptor (langsung/tidak langsung) : first/second masaanger.
O + R OR Efek
2. Tanpa melalui interaksi obat –reseptor :
a. Efek non spesifik dan gangguan pada membran.
1) Berdasarkan sifat osmotik
- Manitol yang mengurangi reabsorpsi air di tubulus ginjal terjadi efek diuretik.
- MGS04 dan gliserol mengurangi edema serebral.
2) Berdasarkan sifat asam basa
- Antasid menetralkan asam lambung
- Na bikarbonat membasakan urun.
- NH4Cl mengasamkan urin
3) Kerusakan non spesifik yaitu antiseptik/desinfektan (detergen, halogen, oksidator,
peroksida ) menyebabkan kerusakan protein bakteri. 4) Gangguan fungsi mebran
(anastetik umum seperti halotan, enfluran larut dalam lemak membran jaringan otak
sehingga ekstabilitas membran menurun, menyebabkan tidak sadar.
b. Interaksi dengan molekul kecil/ion
- Bekeja dengan mengikat logam, biasanya sebagai antidotum keracunan logam.
- EDTA mengikat Pb, Penisilamin mengikat Cu, Dimercaprol mengikat Hg/Au.
c. Inkorporasi dalam makromolekul ( penggambungan denga asam nukleat)
- Antimetabolit misal 5 FU berinkorporasi/bergabung dengan asam nukleat

8
Agonis :
- Agonis adalah obat yang bila berinteraksi dapat menghasilkan efek.
- Agonis parsial/antagonis parsial memiliki sifat agonis lemah. Nalorfin adalah
agonis/antagonis parsial untuk reseptor morfin, digunakan sebagai antagonis pada
keracunan morfin. Nalokson adalah antagonis murni morfin.
- Agonis dalam menghasilkan respon fisiologi (seluler) melalui dua cara :
1. Secara langsung (first messenger)
Obat/ligan langsung berikatan dengan reseptor
2. Secara tidak-langsung (second massanger)
Obat berikatan dengan reseptor, sinyal diteruskan oleh reseptor teraktivasi ke
dalam komponen seluler untuk menginduksi respon seluler yang diperantarai
second messenger.

  9

 
Antagonis:
1. Antagonis adalah agonis atau obat yang berikatan pada reseptor agonis atau obat
lain, sehingga agonis lain tidak menimbulkan efek (menghambat efek agonis lain).
Atau obat yang menghambat efek lain.
2. Antagonis kompetitif yaitu antagonis (obat) yang mengikat reseptor di tempat ikatan
agonis (obat) lain secara reversibel. Dapat diatasi dengan dosis agonis yang besar
(antihistamin yang dapat mengusir histamin dari reseptornya)
3. Antagonis non kompertitif yaitu antagonis (obat) yang mengikat reseptor di tempat
reseptor agonis atau direseptor lain secara ireversibel, sehingga menurunkan efek
agonis karena sebagian reseptor diikat oleh antagonis (fenoksibenzamin mengikat
reseptor adrenalin alfa secara ireversibel).
4. Antagonis fisiologi yaitu antagonis (obat) yang mengikat reseptor berbeda pada sel
berbeda. (efek histamin dalam tubuh dapat dianatagonis oleh adrenalin pada reseptor
alfa).
5. Antagonis fungsional yaitu antagonis (obat) yang terikat pada reseptor berbeda
pada sel yang sama.
6. Antagonis kimia yaitu senyawa yang menginaktivasi zat berkhasiat lain
sehingga tidak berkhasiat (efek heparin hilang oleh protamin karena terbentuk
garam).
10
Antagonis kompetitif pada sistem sel yang
sama dan reseptor yang sama

Agonis Antagonis Kompetitif Reseptor bersama


Asetilkolin Atropin muskarinik
Noradrenalin Fentolamin Alfa (α)
Histamin CTM Histamine (H1)
Morfin Nalokson Opioid
(Ќ,σ,mu,sigma)

Antagonis non kompetitif (irreversible)


Agonis Antagonis non kompetitif
Noradrenalin pada reseptor α Fenoksibenzamin pada reseptor α
secara irreversible.
Antagonis fungsional pada sel yang sama dan reseptor berbeda

Agonis Antagonis fungsional


Histamin pada reseptor H1 di bronkus Efedrin pada reseptor β1 di bronkus.
Asetilkolin pada reseptor muskarinik Noradrenalin pada reseptor β1
mengurangi denyut jantung. meningkatkan denyut jantung.
Asetilkolin pada reseptor muskarinik Adrenalin pada reseptor β2 menyebabkan
menyebabkan bronkokontriksi (sesak nafas) bronkodilatasi (nafas normal)..

Antagonis fisiologi pada sel yang berbeda dan reseptor berbeda


Agonis Antagonis fisiologik
Histamin menyebabkan asam lambung Omeprazole menurunkan asam lambung
meningkat pada reseptor AH2 pada mol. pembawa H/K- ATP ase
Antagonis kimia
Agonis Antagonis kimia
Heparin sebagai antikoagulan Protamin dengan membenuk garam dengan heparin,
sehingga efek heparin hilang.
Keracunan logam arsen atau air raksi Dimaval atau dimerkaprol, shg efek racun hilang.
Mekanisme Kerja
Interaksi obat - target/tempat ikatan
obat pada organ pada fase
farmakodinamik

Reseptor :
CTM+RH1 CTM - RH1 Ensim :
(alergi hilang) Parasetamol + Cox 2 Menghambat PG
(nyeri hilang)

Molekul pembawa::
Omeprsol + H/K ATP ase Pompa asam tertutup
(Asam lambung
turun)

Kanal ion :
Amlodipin + Kanal Ca Kanal Ca tertutup
(Vasodilatasi vaskular)
Reseptor
(α1, α2 ,β1, β2, dopamin, muskarinik, opioid, seretonin, histamin, angiotensin,dll)
* Adrenalin + α atau β TD/denyut jantung meningkat
* Propanolol + β1 denyut jantung menurun.
* Prazosin + α2 TD menurun
* Pilokarpin + R. muskarinik miosis
* Morfin + reseptor opioid Euporia, halusinansi.
* Domperidon + R. dopamin peristaltik meningkat (obat muntah)
* Bromokripton + R. dopamin efek dopaminergik meningkat.
* CTM + R. histamin. efek alergi hilang.
* Ondansetron + R. seretonin. obat muntah
* Atropin + R. muskarinik antispasmolitik
• Efedrin + R. β TD menurun dan bronkodilatasi
16
Kanal ion (Cl, Na, K, Ca)
* Na kromolin + kanal Cl Obat asma (menghambat)
* Ivemektin + kanal Cl Obat cacing (membuka)
* Nifedipin + kanal Ca TD turun (menghambat)
* Lidokain + kanal Na Antiaritmia, anastesi lokal (menghambat)
* Amiodaron + kanal K Antiaritmia (menghambat)
* Sulfunilurea + kanal K obat DM. (menghambat)
* Nategkidin + kanal K obat DM (membuka)
* Fenitoin /karbamazepin + kanal Na obat epilepsi (menghambat)
* Disopiramid + kanal Na Antiaritmia (menghambat)
* Diltiazem : kanal Ca TD dan denyut menurun (menghambat)
* Asam valproat + Kanal ntrium obat epilepsi (menghambat)
• Prazikuantel + Kanal kalsium obat cacing (menghambat)
Ensim
(ACE, kolinsetease, DNA girase, siklooksigenase, beta laktamase,dll)
* Parasetamol + siklooksigenase mengahambat sintesa prostaglandin (PG)
* Captopril + ACE menghambat sintesa angiotensin II dari angiotensin I
* Prostigmin + kolinesterase menghambat penguraian asetilkolin
* Simvastatin + HMG-CoA menghambat sintesa kolesterol dan R.LDL

* Asam klavulanat + beta laktamase menghambat penguraian cincin betalaktam


* Asiklovir + DNA polimerase menghambat sintesa DNA virus.
* Sulfonamid + dehiropteroat sintetase menghambat sintesa asam folat bakteri
* Trimetropin + dihidrofolat reduktase menghambat sintesa asam folat bakteri
* Siprofloksanin/ofloksasin + DNA girase menghambat sintesa DNA bakteri
* Gemfibrozil/asam fibrate + lipoprotein liupase menurunkan TG.

18
Mekanisme Obat Pada Molekul pembawa
- Transforter atau molekul pembawa berfungsi untuk absorpsi, distribusi, eliminasi
obat dan meabolitnya (sympoter )
- Transforter membran adalah suatu protein yang terlibat dalam pergerakan ion,
molekul melewati membran secara difusi yang dipercepat atau trnasfort aktif.
- Contoh trnsforter adalah :
1. Symporter Na/K/2Cl menyebabkan absorpsi Na, K, Cl di tubulus ansa henle
epitel tebal, dapat dihambat oleh furosemid.
2. Sympoter Na/Cl menyebabkan terjadi absorpsi NaCl di tubulus distal, dapat
dihambat oleh HCT.
- ATP-ase adalah transforter terikat membran.
- Terdapat 3 pompa ion : pompa ion Na (ATP ase Na/K), pompa ion ca, dan pompa
H/K ATP ase di sel parietal lambung.
a. H/K ATP ase memompa asam kedalam lambung, sebagai penghambat ATP ase
H/K adalah omeprasol menghambat sekrsesi asam lambung
b. Na/K- ATP ase memompa natrium keluar sel, dan kalium kedalam sel, dan
kalsium keluar jantung
Sebagai penghambat adalah penghambat Na/K ATP ase adalah digoksin yang
mengahambat keluarnya Na dan masuknya ion K kedalam sel jantung. Hal ini
menyebabkan peningkatan ion kalsium didalam jantung. Sehingga terjadi
peningkatan konstraksi jantung.
19
TUGAS 3
Selesai hari jumat 10 – 9- 2021
Jam 11.00
Di email tiap kls malalui PJ masing2.
1. Bila kita minum 2 macam obat sekaligus maka kemungkinan akan terjadi
interaksi.
Jelaskan interaksi yang mungkin terjadi pada fase farmakokinetika (pada proses
absorbsi, distribusu, metabolisme, dan ekskresi), serta pada fase farmakodinamik.
2. Pasien menggunakan obat fenobarbital yang bersifat induktor di hati digunakan
bersama-sama dengan digoksin. Apa yang terjadi dengan digoksin, apakah
efeknya naik atau turun (kalau naik atau turun alasannya apa ?)
3. Pasien menggunakan cimetidin dan amoksisilin. Cimeidin bersifat inhibitor di hati.
Apa yang terjadi dengan amoksisilin, apakah efeknya naik atau turun (kalau naik
atau turun alasannya apa ?)
4. Pasien menggunakan obat salbutamol sebagai obat asma dan propanolol sebagai
antihipertensi. Kedua obat tersebut dapat berikatan pada reseptor β2 di bronkus.
Propanolol merupakan antagonis untuk salbutamol. Apa yang terjadi dengan
salbutamol sebagai obat asma.

Anda mungkin juga menyukai