0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
27 tayangan15 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang teori interaksi obat-reseptor yang mencakup teori klasik, teori pendudukan, dan teori kecepatan. Teori-teori tersebut menjelaskan hubungan antara obat dengan reseptor secara molekuler yang menentukan efek farmakologis dari suatu obat.
Dokumen tersebut membahas tentang teori interaksi obat-reseptor yang mencakup teori klasik, teori pendudukan, dan teori kecepatan. Teori-teori tersebut menjelaskan hubungan antara obat dengan reseptor secara molekuler yang menentukan efek farmakologis dari suatu obat.
Dokumen tersebut membahas tentang teori interaksi obat-reseptor yang mencakup teori klasik, teori pendudukan, dan teori kecepatan. Teori-teori tersebut menjelaskan hubungan antara obat dengan reseptor secara molekuler yang menentukan efek farmakologis dari suatu obat.
KELOMPOK 9 CITRA ANITA PASARIBU HUSNA KARTIKA MEGA QORI ANGELINA MUHAMMAD AMIN REGINA TRI MARTINA SINAGA interaksi obat-reseptor
keadaan dimana obat berikatan dengan
reseptor Apa itu obat?
Obat adalah zat yang digunakan untuk pencegahan
dan penyembuhan penyakit serta pemulihan dan peningkatan kesehatan bagi penggunanya. Apa itu reseptor?
Reseptor didefinisikan sebagai suatu makromolekul
seluler yang secara spesifik dan langsung berikatan dengan ligan (obat, hormon, neurotransmiter) untuk memicu proses biokimiawi dan di dalam sel yang akhirnya menimbulkan efek. Apakah fungsi dari reseptor?
Reseptor berfungsi untuk mengenal dan mengikat
suatu ligan/obat dengan spesifitas yang tinggi dan meneruskan signal tersebut ke dalam sel Berdasarkan tranduksi sinyalnya, maka reseptor dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok Reseptor kanal ion (reseptor ionotropik) Reseptor terhubung dengan protein G Reseptor Reseptor yang terkait dengan aktifitas kinase (tirosin kinase) Reseptor intrasel Reseptor intraseluler Reseptor kanal ion (reseptor ionotropik)
merupakan reseptor membran yang langsung
terhubung oleh suatu kanal ion dan memperantarai aksi simpatik yang cepat. Contoh : reseptor asetilkolin nikotonik, GABA, dan glutamat. Reseptor terhubung dengan protein G Reseptor
merupakan reseptor membran yang tergandeng
dengan sistem efektor yang disebut protein G. Selain disebut reseptor metabotropik, reseptor ini juga sering disebut reseptor 7 trans membran karena rangkaian peptide ini melintasi membrane sebanyak 7 kali. Reseptor ini memperantarai aksi yang lambat beberapa neurotransmitter dan hormon. Contoh : reseptor adrenergik, serotonin, dan asetilkolin muskarinik. Reseptor yang terkait dengan aktifitas kinase (tirosin kinase)
Reseptor tirosin kinase merupakan reseptor single
transmembran yang memiliki aktivitas kinase dalam sinyal transduksinya. Contoh : reseptor sitokin, growth factor, dan insulin. Reseptor intrasel Reseptor intraseluler
merupakan jenis reseptor yang berada pada membran
sel khususnya pada sitoplasma dan nukleus. Artinya langsung mengatur transkripsi gen yang menentukan sintesis protein tertentu.Contoh : reseptor PPARγ. TEORI OBAT RESEPTOR
Teori klasik Teori pendudukan Teori kecepatan Teori klasik
Ehrlich (1907) memperkenalkan istilah reseptor dan
membuat konsep sederhana tentang interaksi antara obat-reseptor, dimana obat tidak akan dapat menimbulkan efek tanpa mengikat reseptor. Interaksi yang terjadi antara struktur dalam tubuh (sisi reseptor) dengan molekul asing yang sesuai (obat) yang saling mengisi akan menimbulkan suatu respon biologis. Teori pendudukan
Dikemukakan oleh Clark pada tahun 1926. Teori ini memperkirakan
satu molekul obat akan menempati satu sisi reseptor. Obat harus diberikan dalam jumlah berlebih agar tetap efektif selama proses pembentukan kompleks. Besar efek biologis yang terjadi sesuai dengan jumlah reseptor spesifik yang diduduki molekul obat yang juga sebanding dengan banyak kompleks obat-reseptor yang terbentuk. Setiap struktur molekul obat harus mengandung bagian yang secara bebas dapat menunjang afinitas interaksi obat dengan reseptor dan mempunyai efisiensi untuk menimbulkan respon biologis akibat kompleks obat – resptor. Jadi respon biologis merupakan fungsi dari jumlah kompleks obat- reseptor. Respon biologis yang terjadi dapat merupakan rangsangan aktivitas (efek agonis) dan pengurangan aktivitas (efek antagonis). Teori kecepatan
Croxatto dan Huidobro (1956), memberikan postulat bahwa obat
hanya efisien pada saat berinteraksi dengan reseptor. Kemudian teori ini dijelaskan oleh Paton (1961) yang mengemukakan bahwa efek biologis setara dengan kecepatan ikatan obat reseptor dan bukan dari jumlah reseptor yang diduduki oleh obat. Pada teori ini, tipe kerja obat ditentukan oleh kecepatan penggabungan (asosisasi) dan peruraian (disosiasi) komplek obat-reseptor dan bukan dari pembentukan komplek obat-reseptor yang stabil. Senyawa dikatakan agonis jika kecepatan asosiasi (sifat mengikat reseptor) dan disosiasi besar. Senyawa dikatakan antagonis jika kecepatan asosiasi sangat besar sedangkan disosiasinya kecil. Dan senyawa agonis parsial adalah jika kecepatan asosiasi dan disosiasinya tidak maksimal.