Anda di halaman 1dari 10

Hubungan Struktur dan Interaksi Obat-Reseptor

Disusun oleh : Kelompok 4


Desy Hereyanti (050218A046
Devi Alya Atikah (050218A047)
Dewi Lestari (050218A050)
Dhenaldhi A.P.M (050218A051)
Diah Ayu Setyowati (050218A052)
Diah Ayu Yunihastuti (050218A053)
Dian Pratiwi (050218A054)
Diana Anggraeni P (050218A055)
Diki Prakoso (050218A056)
Dina Auliya (050218A057)
Diup Gusnia (050218A058)
Diyas Riyantika (050218A059)
Efendi (050218A060)
Eka Handayani (050218A061)
PENDAHULUAN

o Reseptor obat pada umumnya merupakan suatu makromolekul


fungsional, yang pada umumnya juga bekerja sebagai suatu
reseptor fisiologis bagi ligan-ligan endogen (semisal: hormon dan
neurtransmiter).
o Reseptor untuk obat pada umumnya berfungsi bagi ligan endogen
(hormone dan neurotransmitter).

 Interaksi obat dan reseptor dapat membentuk komplek obat-reseptor yang


merangsang timbulnya respon biologis, baik respon antagonis maupun agonis
PEMBAHASAN

Teori• Interaksi Obat-


Reseptor
Reseptor obat adalah suatu makromolekul
jaringan sel hidup, mengandung gugus fungsional
atau atom-atom terorganisasi, reaktif secara
kimia dan bersifat spesifik

Interaksi obat-reseptor
terjadi melalui dua tahap,
STRUKTUR INTERAKSI OBAT­RESEPTOR
Reseptor obat merupakan suatu makromolekul fungsional, yang
pada umumnya juga bekerja sebagai suatu reseptor fisiologis bagi
ligan-ligan endogen

 hormon
 neurtransmiter

Interaksi obat dengan reseptor pada tubuh dapat mengubah


kecepatan kegiatan fisiologis, namun tidak dapat menimbulkan
fungsi faali yang baru.

 reseptor untuk obat pada umumnya merupakan reseptor yang berfungsi bagi
ligan endogen (hormone dan neurotransmitter).
 2 Reseptor   bagi   ligan endogen   seperti ini  pada   umumnya sangat spesifik
(hanya mengenali satu struktur tertentu sebagai ligan). 
reseptor hormon,
faktor pertumbuhan

Terdapat 5 macam reseptor


faktor transkripsi
dalam tubuh kita enzim metabolik

neurotransmitter

regulator
Ada beberapa teori interaksi obat reseptor, antara lain yaitu
teori klasik, teori pendudukan, dan teori kecepatan

 Crum dan Brown dan Fraser (1869), mengaktakan bahwa aktivitas biologis
Teori Klasik suatu senyawa merupakan fungsi dari struktur kimianya dan tempat obat
berinteraksi pada sistem biologis mempunyai sifat karakteristik.

 Clark (1926) memperkirakan bahwa satu molekul obat akan menempati satu


Teori
sisi reseptor dan obat harus  diberikan dalam jumlah yang berlebihan agar
Pendudukan
tetap efektif selama proses pembentukan kompleks.

  Paton (1961) mengatakan bahwa efek biologis obat setara dengan kecepatan


Teori Kecepatan
kombinasi obat-reseptor dan bukan jumlah reseptor yang didudukinya
Pembagian Reseptor  Reseptor enzim – mengandung protein permukaan kinase
Fisiologik yang memfosforilasi protein efektor di  membran plasma.
Fosforilasi mengubah aktivitas biokimia protein tersebut.

 Reseptor kanal ion – reseptor bagi beberapa neurotransmitter, sering disebut


dengan istilah ligand-gated ion channels atau receptor operated channels

 Reseptor tekait Protein G – Protein G merupakan suatu protein regulator


pengikatan GTP berbentuk heterotrimer.
 Protein   G   adalah   penghantar   sinyal   dari   reseptor   di   permukaan   sel   ke  
protein   efektor.

 Reseptor  faktor  transkripsi   – mengatur transkripsi gen tertentu. Terdapat daerah


pengikatan dengan DNA  (DNA  binding  domain) yang  berinteraski  secara 
spesifik  pada  genom  tertentu  untuk mengaktifkan atau menghambat transkripsi
 Dari hasil diskusi makalah ini dapat disimpulkan bahwa interaksi
obat dengan reseptor pada tubuh dapat mengubah kecepatan
kegiatan fisiologis dan juga reseptor untuk obat pada umumnya
Kesimpulan merupakan reseptor yang berfungsi bagi ligan endogen. Ada
beberapa teori interaksi obat reseptor, antara lain yaitu teori
klasik, teori pendudukan, dan teori kecepatan.

Anda mungkin juga menyukai