Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

ASIDIMETRI

Disusun Oleh :
Nama: Aprilia Widyaningrum
NIM : 130201013
Prodi : TPK-C Reguler

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA
2014

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA ANALIS
PERCOBAAN ASIDIMETRI

Oleh
APRILIA WIDYANINGRUM
130201013 / TPK C

YOGYAKARTA, 24 MARET 2014


Praktikan

Aprilia Widyaningrum
NIM. 130201013
Mengetahui,

Dosen Pengampu

Dra. Maria Sriwiyanti, Msi, Apt.

Asisten Dosen

Noviari Prasetyo. R

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum Kimia Analisis tentang Asidimetri.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi penilaian mata kuliah Kimia Analisis serta
sebagai syarat untuk mengikuti praktikum kimia analisis yang kedua. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Maria Sriwiyanti, M.Si, Apt yang telah membimbing kami dalam
melakukan praktikum kimia analisis tentang asidimetri.
2. Asisten dosen yang telah membantu dalam praktikum asidimetri tersebut.
3. Teman teman yang telah bekerja sama dalam melakukan praktikum
kimia analisi ini, sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar.
Laporan ini berisi tentang praktikum asidimetri yang meliputi penetapan
kadar Natrium Bikarbonat, pembuatan laruta HCl (0,1 N) dan standarisasi larutan
HCl (0,1 N). Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengaharapkan masukan berupa saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan penulisan laporan ini. Semoga nantinya laporan ini dapat bermanfaat
untuk pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri pada khususnya.

Penyusun

BAB I
DASAR TEORI
A. Asidimetri
Asidimetri dan alkalimetri merupakan metode titrasi, dimana antara
titran dengan titrat terjadi reaksi asam basa atau netralisasi, yaitu reaksi
antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal
dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton
(basa).
H+ + OH- H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan senyawa asam
(sebagai titran) yang sudah diketahui konsentrasinya, sebaliknya alkalimetri
adalah penetapan kadar senyawa senyawa yang bersifat asam dengan
menggunakan

senyawa

basa

(sebagai

titran)

yang

sudah

diketahui

konsentrasinya.
Untuk menetapakan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan
indikator. Menurut W. Ostwald, indikator merupakan suatu senyawa organik
kompleks dalam bentuk asam (Hin) atau dalam bentuk basa (InOH) yang
mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan
dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain pada pH
tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat
perubahan pH larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada
saat di sekitar titik ekuivalen. Hal ini berhubungan erat dengan pemilihan
indikator agar kesalahan titrasi sekecil kecilnya. Indikator yang dapat
digunakan untuk praktikum adalah indikator yang mempunyai

perubahan

warna antara pH 7 10, karena kesalahan titrasinya kecil (belum berarti).

Berikut adalah daftar beberapa indikator beserta perubahan warnanya pada


rentang pH tertentu.
Indikator
Bromphenol blue
Jingga metil
Hijau bromkresol
Methyl orange
Bromheksol purpel
Bromthymol blue
Neutral red
Phenol red
p-a naftolftalein
Phenolftalein
Thymolftalein
Alizarin yellow R

Colour change
Yellow to blue
Red to yellow
Yellow to blue
Red to yellow
Yellow to purpel
Yellow to blue
Red to yellow
Yellow to red
Yellow to red
Colourless to red
Colourless to blue
Yellow to purpel

pH range
3,0 4,6
3,1 4,4
3,8 5,4
4,2 6,2
5,2 6,8
6,0 7,6
6,8 8,0
6,8 8,4
7,0 9,0
8,0 - 9,6
9,3 10,6
10,1
12,0

Jika larutan basa kuat dititrasi dengan asam standar kuat maka saat titik
akhir larutan akan netral, sedangkan jika salah satu asam atau basa adalah
lemah maka garam akan terhidrolisis dan larutan sedikit asam / basa.
Penetapan kadar Natrium Hidrogen Karbonat (NaHCO3) dapat dilakukan
dengan titrasi asam basa menggunakan larutan standar HCl menurut reaksi :
NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2
Larutan HCl dapat di standarisasi dengan boraks yang merupakan reaksi
asam kuat dengan basa lemah. Boraks digunakan sebagai bahan standar dalam
penetapan normalitas HCl karena mudah diperoleh dalam keadaan murni,
cukup stabil, dan mempunyai berat ekivalen yang tinggi. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
Na2B4O7.10H2O + 2 HCl 4 H3BO3 + 2 NaCl + 5 H2O
Proses titrasi dilakukan dengan penambahan asam standar ke dalam basa.
Asam akan bereaksi dengan basa mengakibatkan penurunan secara bertahap

terhadap pH larutan. Penentuan titik ekivalen dilakukan dengan 2 metode, yaitu


dengan bantuan indikator asam basa dan bantuan pH meter.
NaHCO3 dan CH3COOH dalam pengolahan kulit
Soda kue atau natrium bikarbonat (NaHCO3) biasa digunakan untuk
menaikkan basisitas Cr2(SO4)3 pada proses penyamakan / tanning sampai pada
basisitas tertentu, dengan adanya basisitas krom, maka kemampuan menyamak
kulit tanning power akan meningkat. CH3COOH atau asam asetat merupakan
asam lemah yang dapat digunakan untuk proses deliming, pengasaman (pickle)
dan fiksasi zat warna proses pengolahan kulit.
B. Standarisasi Larutan
Larutan standart (larutan standart sekunder) adalah larutan yang telah
diketahui konsentrasinya, sebelum larutan standart digunakan dalam proses
titrasi, maka larutan standart ini perlu distandarisasi terlebih dahulu dengan
menggunakan standar primer.
Zat standar primer diantaranya harus memenuhi beberapa persyaratan :
1. Mudah didapat dalam bentuk murni atau diketahui ketidakmurniannya
(pada umumnya jumlah zat pengotor tidak lebih dari 0,02 %).
2. Mempunyai berat yang stabil, tidak terjadi perubahan berat karena
menyerap uap air (higoskopis) atau kehilangan berat karena penguapan.
3. Mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi, karena akan mengurangi
kesalahan aditif saat penimbangan.
C. Kesalahan Dalam Analisis Kimia
Kesalahan adalah selisih nilai antara pengamatan dengan nilai
sebenarnya (true value). Suatu hasil pengukuran berpresisi tinggi belum pasti
dikatakan akurat.
a) Kesalahan Pengukuran
Kesalahan dalam pengukuran tidak dapat ditiadakan, tetapi dapat
dikurangi atau direduksi menggunakan metode metode tertentu.
Berdasarkan tipe penyimpangan atau deviasi nilai pengamatan terhadap
nilai sebenarnya (true value), maka kesalahan dapat diklasifikasikan
menjadi dua tipe, yaitu kesalahan absolut dan kesalahan relatif. Kesalahan
absolut adalah selisih antara harga percobaan atau pengamatan dengan

harga sebenarnya, sedangkan kesalahan relatif adalah relatifitas antara


selisih harga percobaan dengan harga sebenarnya terhadap harga
sebenarnya.
Berdasarkan kesalahan relatif dan kesalahan absolute yang ditimbulkan
karena pengukuran, maka kesalahan pengukuran dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1. Kesalahan Aditif
Kesalahan ini bercirikan kesalahan relatif yang berkurang jika
contoh bertambah banyak dan kesalahn absolute tetap.
2. Kesalahan Proporsional
Kesalahan ini bercirikan kesalahan relatif yang tetap dan kesalahan
absolute yang semakin besar jika contoh bertambah banyak.
Kesalahan pengukuran berdasarkan besaran nilainya dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu kesalahan determinan (mempunyai nilai tertentu) dan
kesalahn indeterminan (nilainya berfluktuasi).
1. Kesalahan determinan
Kesalahan ini dibedakan lagi menjadi :
Kesalahan metode merupakan kesalahan metodenya.
Kesalahan metode

dapat dikurangi dengan melakukan validasi

metode terhadap pengukuran bahan standar CRM ( certified

reference material / bahan acuan bersertifikasi).


Kesalahan Operatif merupakan kesalahan prosedur atau
personel analis. Misalnya, pengoperasian alat atau analis buta
warna. Kesalahan ini dapat dikurangi diantaranya dengan
melakukan bencmark (uji perbandingan dengan analis atau

laboratorium yang lain) ataupun replikasi pengukuran.


Kesalahan Instrumental merupakan kesalahan

yang

bersumber dari alat ukur. Misalnya, kesalahan pembacaan nol


timbangan. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan melakukan
kalibrasi / standarisasi peralatan ukur.
2. Kesalahan Indeterminan
Kesalahan ini salah satunya disebabkan karena pengaruh
lingkungan disekitar tempat dilaksanakannya pengukuran, misalnya

getaran kendaraan yanng lewat pada saat kita melakukan pengukuran,


maka hasil pengukuran akan sangat terganggu.

BAB II
PROSEDUR KERJA
A. Tujuan
Praktikan mampu membuat dan mestandarisasi larutan HCl 0,1 N serta
menetapkan kadar NaHCO3 menggunakan prinsip prinsip reaksi asam basa.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
Neraca analitik
Gelas arloji
Erlenmeyer 250 ml sebanyak 3 buah
Buret
Beker glass
Statif dan klem
Corong gelas
Pipet volume 25 ml sebanyak 1 buah
Pipet tetes
Pengaduk
Labu ukur 100 ml sebanyak 1 buah
Labu ukur 250 ml sebanyak 1 buah
pH meter
Bahan yang digunakan :

Aquadest

Sampel NaHCO3
HCl 0,1 N (standar)
Indikator methyl orange
Na2B4O7.10H2O

C. Cara Kerja
C.1 Pembuatan larutan HCl 0,1 N
1) Memasukkan 100 ml aquadest pada labu takar ukuran 250 ml.
2) Memipet 2,1 ml HCl di dalam lemari asam kemudian memasukkan
pada labu takar yang sudah berisi aquadest.
3) Memasukkan aquadest sampai batas, kemudian mengocoknya sampai
homogen.
C.2 Standarisasi larutan HCl 0,1 N
1) Menimbang 1 gram boraks dengan gelas arloji menggunakan neraca
anaitik.
2) Melarutkan boraks dengan beker glass sedikit demi sedikit.
3) Memasukkan larutan boraks ke dalam labu takar 100 ml, kemudian
menambahkan aquadest sampai tanda garis dan dikocok sampai
homogen.
4) Memipet larutan boraks sebanyak 25 ml dengan pipet volume dan
memasukkan ke dalam 3 erlenmeyer dengan volume yang sama.
5) Menambahkan 2 tetes indikator methyl orange pada setiap larutan pada
erlenmeyer.
6) Mengukur pH larutan sebelum dititrasi.
7) Mentitrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna
dari orange terang sampai kemerahan.
8) Melakukan titrasi sebanyak 3 kali, kemudian menghitung rata rata
volume HCl yang digunakan.
Reaksi standarisasi HCl 0,1 N
Na2B4O7.10H2O + 2 HCl 4 H3BO3 + 2 NaCl + 5 H2O
Perhitungan standarisasi HCl 0,1 N
Pada pengenceran larutan berlaku :
N HCl1 x V HCl1 = N HCl2 x V HCl2
C.3 Penetapan Kadar Natrium Bikarbonat (asidimetri)
1) Menimbang 0,5 gram sampel NaHCO3 dengan gelas arloji pada neraca
analitik.
2) Melarutkan NaHCO3 dengan menggunakan beker glass.

3) Memasukkan larutan ke dalam labu takar 100 ml, kemudian


menambahkan aquadest sampai tanda garis kemudian mengocoknya
hingga menjadi homogen.
4) Memipet larutan NaHCO3 sebanyak 25 ml dengan pipet volume dan
memasukkan ke dalam 3 erlenmeyer dengan volume yang sama.
5) Menambahkan 2 tetes indikator methyl orange pada setiap larutan pada
erlenmeyer.
6) Mengukur pH larutan sebelum dititrasi.
7) Mentitrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna
dari orange terang sampai kemerahan.
8) Melakukan titrasi sebanyak 3 kali, kemudian menghitung rata rata
volume HCl yang digunakan.
Reaksi asidimetri :
NaHCO3 + HCl NaCl + H2CO3
Perhitungan kadar natrium bikarbonat :
Pada saat titik ekivalen berlaku :
N NaHCO3 = N HCl x V HCl
V NaHCO3
NaHCO3 (% b/b) = N NaHCO3 x V NaHCO3 x BE NaHCO3 x 100
Berat sampel (gr)

BAB III
PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

A. Data Pengamatan
1. Pembuatan HCl 0,1N sebanyak 250 ml
Kadar HCl (pekat)

= 37 %

BJ HCl

= 1,19 gr/ml

BM HCl

= 36,5

N=

Gram

BE x V (L)
BE = BM
Valensi
BE HCl = BM HCl karena memiliki nilai valensi yang sama yaitu 1
Gram

N x BE x V (L)
0,1 N x 36,5 x 0,25

Ml

0,9125 gr

Gram
Kadar x BJ

0,9125
37% x 1,19

2,0724506

2,07 ml

2,1 ml

2. Standarisasi Larutan HCl


Berat Boraks
Volume pelarut

= 1,0070 gram
= 100 ml = 0,1 L

Volume

Volume

Titrasi

Boraks

HCl 0,1 N

(ml)
25 ml

(ml)
16 ml

II

25 ml

16,6 ml

II

25 ml
Rata2

15,7 ml
16,1 ml

3. Penetapan Kadar NaHCO3

Pengamatan
(perubahan warna saat titrasi)
Dari warna orange menjadi kemerahan
Dari warna orange menjadi kemerahan yang lebih
gelap
Dari warna orange menjadi merah muda

Berat NaHCO3

= 0,50148 gram

Volume pelarut

= 100 ml = 0,1 L

Volume

Volume

Titrasi

NaHCO3

HCl 0,1 N

I
II

(ml)
25 ml
25 ml

(ml)
17,1 ml
20 ml

II

25 ml

18 ml

Rata

Pengamatan
(perubahan warna saat titrasi)
Dari warna orange menjadi kemerahan
Dari warna orange menjadi merah
Dari warna orange menjadi kemerahan tetapi sedikit
lebih gelap

18,57 ml

DAFTAR PUSTAKA

http://jawigo.blogspot.com/2009/12/standarisasi-hcl
http://id.wikipedia/org-wiki-Asidimetri/htm
http://tadriskimia.blogspot.com.2009/12/standarisasi-hcl.html
http://nurhabliridwan.wordpress.com/makalah-asidimetri/.htm
Hermawan, prasetyo, 2008, Buku Petunjuk Praktikum Kimia Analis, Akademi
Teknologi Kulit, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai