Anda di halaman 1dari 20

http://syahrianasabil.blogspot.com/2013/04/penyamakan-kulit_25.

html
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kulit merupakan salah satu jenis hasil ternak yang sekarang ini telah dijadikan
sebagai suatu komoditi perdagangan dengan harga yang cukup tinggi. Pada umumnya kulit
dimanfaatkan sebagai bahan pembuat sepatu, jaket, dompet, ikat pinggang serta masih ada
beberapa produk-produk lain yang memanfaatkan kulit sebagai bahan bakunya, seperti
kerupuk kulit dan gelatin untuk bahan pangan. Komoditas kulit digolongkan menjadi kulit
mentah dan kulit samak, kulit mentah adalah bahan baku kulit yang baru ditanggalkan dari
tubuh hewan sampai kulit yang mengalami proses-proses pengawetan atau siap samak.
Kambing merupakan salah satu jenis ternak kecil di Indonesia, yang mempunyai
peran penting bagi manusia. Kambing dapat dimanfaatkan oleh manusia melalui konsumsi
daging yang mempunyai protein tinggi dan kulitnya dapat dijadikan bahan baku dalam
industri kulit. Daging kambing umumnya digunakan untuk berbagai acara dan pemanfaatan
kulit ini masih sangat kurang. Salah satu produk hasil olahan kulit kambing adalah
penyamakan kulit kambing.
Penyamakan bertujuan mengubah kulit mentah yang mudah rusak oleh aktivitas
mikroorganisme, khemis atau phisis, menjadi kulit tersamak yang lebih tahan terhadap
pengaruh-pengaruh tersebut. Mekanisme penyamakan kulit adalah memasukkan bahan
tertentu yang disebut bahan penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga
terjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dengan serat kulit. Hal inilah yang
melatarbelakangi dilakukannya praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak mengenai
Kulit.

Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari praktikum Kulit adalah untuk mengetahui proses penyamakan kulit
kambing dan produk produk yang dapat dihasilkan dari penyamakan kulit kambing.
Kegunaan dari praktikum Kulit adalah agar dapat melakukan proses penyamakan
kulit kambing dan dapat mengetahui produk produk yang dapat dihasilkan dari penyamakan
kulit kambing.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Kulit
Kulit adalah lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar,
tempat bulu binatang itu tumbuh. Dalam Ensiklopedia Indonesia, dijelaskan bahwa kulit
adalah lapisan luar badan yang melindungi badan atau tubuh binatang dari pengaruhpengaruh luar misalnya panas, pengaruh yang bersifat mekanis, kimiawi, serta merupakan
alat penghantar suhu. Pada saat hidup, kulit memiliki fungsi antara lainsebagai indra perasa,
tempat pengeluaran hasil pembakaran, sebagaii pelindung dari kerusakan bakteri kulit,
sebagai buffer terhadap pukulan, sebagai penyaring sinar matahari, serta sebagai alat pengatur
peralatan tubuh hewan (Sunarto, 2001) dalam (Raffy, 2012).
Kulit segar yang baru dilepas dari tubuh binatang memiliki beberapa unsur berikut
(Sunarto, 2001) dalam (Raffy, 2012):
Collagen

: 30% - 32%

Lemak

: 2% - 5%

Epidermis

: 0,2% - 2%

Mineral

: 0,1% - 0,3%

Air

: 60% - 65%

Dari keseluruhan produk sampingan hasil pemotongan ternak, maka

kulit

merupakan produk yang memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi. Berat kulit pada sapi,
kambing dan kerbau memiliki kisaran 7-10% dari berat tubuh. Secara ekonomis kulit
memiliki harga berkisar 10-15% dari harga ternak (Gazali, 2011).

B. Tinjauan Umum Penyamakan Kulit

Penyamakan kulit adalah suatu proses pengolahan untuk mengubah kulit mentah
hides maupun skines menjadi kulit tersamak atau leather. Penyamakan kulit merupakan cara
untuk mengubah kulit mentah (hide/skin) yang bersifat labil (mudah rusak oleh pengaruh
fisik, kimia dan biologis) menjadi kulit yang stabil terhadap pengaruh tersebut yang biasa
disebut kulit tersamak (leather). Kulit samak atau kulit jadi memiliki sifat-sifat khusus yang
sangat berbeda dengan kulit mentahnya, baik sifat fisis maupun sifat khemisnya. Kulit
mentah mudah sekali membusuk dalam keadaan kering, keras, dan kaku. Sedangkan kulit
tersamak memiliki sifat sebaliknya Teknik mengolah kulit mentah menjadi kulit samak
disebut penyamakan. Dengan demikian, kulit hewan yang mudah busuk dapat menjadi tahan
terhadap serangan mikroorganisme. Prinsip mekanisme penyamakan kulit adalah
memasukkan bahan penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga menjadi
ikatan kimia antara bahan penyamak dan serat kulit (Raffy, 2012).
Dalam proses penyamakan dikenal adanya sistem penyamakan berbulu dan tidak
berbulu. Sistem penyamakan berbulu tentunya ditujukan untuk mempertahankan keindahan
bulunya sedangkan penyamakan tidak berbulu tentunya sengaja ditujukan untuk
menghilangkan bulu. Sekilas yang membedakan kedua proses ini adalah dilakukannya proses
pengapuran pada sistem penyamakan tidak berbulu dengan tujuan supaya mempermudah
dalam menghilangkan bulunya (Raffy, 2012).
Terdapat tiga tahapan pokok dalam industri penyamakan kulit yaitu (Raffy, 2012) :
1. Pengerjaan basah (beamhouse) atau yang biasa disebut pretanning, terdiri dari proses
perendaman (soaking), pengapuran (liming), pembuangan kapur (deliming), baitsen (bating),
dan pengasaman (pickling).
2. Penyamakan (tanning), kulit pickle direndam pada bahan penyamak, yang proses
penyamakannya terdiri dari penyamakan nabati, penyamakan krom, penyamakan kombinasi,
dan penyamakan sintesis.

3. Penyelesaian akhir (finishing), prosesnya terdiri dari pengetaman (shaving), pemucatan


(bleaching), penetralan (neutralizing), pengecatan dasar, peminyakan (fat liquoring),
penggemukan (oiling), pengeringan, pelembaban, dan perenggangan.
Adapun Jenis penyamakan kulit adalah sebagai berikut (Raffy, 2012) :
1. Penyamakan nabati
Dalam penyamakan nabati digunakan bahan penyamak nabati yang berasal dari alam. Bahan
penyamak nabati merupakan bahan penyamak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang
mengandung bahan penyamak.
2. Penyamakan krom
Dalam penyamakan krom, digunakan krom sulfat basa. Kulit yang disamak dengan bahan
penyamak ini memberi sifat lemas, kuat, tetapi kurang berisi.
3. Penyamakan kombinasi
Penyamakan kombinasi adalah penyamakan kulit dengan dua atau lebih bahan penyamak,
dengan tujuan saling melengkapi karena setiap bahan penyamak memiliki kekurangan dan
kelebihan masing-masing.
4. Penyamakan sintesis
Pada dasarnya penyamakan sintesis tidak jauh beda dengan penyamakan nabati, hanya saja
menggunakan bahan sintesis yaitu organic polyacid yang memiliki kemampuan menyamak
kulit.
Kegiatan penyamakan kulit dilakukan dengan cara seperti berikut: (Raffy, 2012) :
1. Pretanning
Kegiatan ini bertujuan untuk mengawetkan kulit mentah agar dapat bertahan hingga
penyamakan sesungguhnya dilakukan. Kegiatan ini dinamakan dengan pengerjaan basah
yang meliputi proses perendaman (soaking), pengapuran (liming), pembuangan kapur
(deliming), baitsen (bating), dan pengasaman (pickling). Adapun tujuan dari masing-masing
kegiatan yaitu :
a. Perendaman bertujuan untuk mengubah kondisi kulit kering menjadi lemas dan lunak.
b. Pengapuran bertujuan untuk menghilangkan bulu dan epidermis, kelenjanr keringat dan
lemak, zat-zat yang tidak diperlukan, memudahkan pelepasan subcutis, dsb.

c. Pembuangan kapur bertujuan untuk menghilangkan kapur yang tergandung dalam kulit,
karena penyamakan dilakukan dalam kondisi asam sehingga harus terbebas dari kapur yang
bersifat basa.
d. Bating merupakan proses penghilangan zat-zat non kolagen
e. Pengasaman bertujuan membuat kulit bersifat asam (pH 3,0 35), agar kulit tidak bengkak
bila bereaksi dengan obat penyamaknya.
2. Tanning
Tahapan proses penyamakan disesuaikan dengan jenis kulit. Kulit dibagi atas 2
golongan yaitu hide (untuk kulit dari binatang besar seperti kulit sapi, kerbau, kuda dan lainlain), dan skin(untuk kulit domba, kambing, reptil dan lain-lain). Jenis zat penyamak yang
digunakan mempengaruhi hasil akhir yang diperolah. Penyamak nabati (tannin) memberikan
warna coklat muda atau kemerahan, bersifat agak kaku tapi empuk, kurang tahan terhadap
panas. Penyamak mineral paling umum menggunakan krom. Penyamakan krom
menghasilkan kulit yang lebih lembut/ lemes, dan lebih tahan terhadap panas.
3. Finishing
Kegiatan setelah penyamakan kulit terdiri atas pengetaman (shaving), pemucatan
(bleaching), penetralan (neutralizing), pengecatan dasar, peminyakan (fat liquoring),
penggemukan (oiling), pengeringan, pelembaban, dan perenggangan, masing-masing
kegiatan yaitu seperti berikut :
a. Pengetaman merupakan suatu kegiatan yang membuat kulit memiliki tingkat ketebakan yang
sama.
b. Pemucatan bertujuan untuk menghilangkan flek-flek besi, merendahkan pH, dan lebih
menguatkan ikatan antara bahan penyamak dengan kulit.
c. Penetralan dilakukan bagi kulit samak krom, karena kulit samak krom berkadar asam tinggi,
sehingga perlu dinetralkan agar tidak mengganggu proses selanjutnya.
d. Pengecatan dasar dilakukan dengan tujuan agar pemakaian cat tutup tidak terlalu tebal

e. Peminyakan pada kulit memiliki tujuan antara lain untuk pelumas serat- serat kulit agar kulit
menjadi tahan tarik dan tahan getar, menjaga serat kulit agar tidak lengket satu dengan yang
lainnya, dan membuat kulit tahan air.
f. Penggemukkan bertujuan agar zat penyamak tidak keluar ke permukaan sebelum kering.
g. Pengeringan dilakukan bagi kulit atasan dengan tujuan untuk menghentikan proses kimiawi
dalam kulit. Kulit yang diperah airnya dengan mesin atau tangan kemudian dikeringkan.
h. Pelembaban dilakukan bagi kulit bawahan dengan tujuan agar kulit dengan mudah dapat
menyesuaikan dengan kondisi udara disekitar.
i. Kegiatan akhir dari bagian ini adalah peregangan yang bertujuan agar kulit mulut secara
maksimal. Sehingga dengan demikian, tidak akan mulur lagi setelah menjadi barang.
C. Produk Hasil Dari Penyamakan Kulit
Hasil olahan kulit dalam bentuk non pangan lebih banyak dalam bentuk kulit
tersamak (leather) melalui proses penyamakan. Beberapa jenis produk leather yang kita
kenal adalah sebagai berikut ( Gazali, 2011) :
1. Kulit sol
Kulit sol biasanya berasal dari kulit tebal yang mempunyai struktur serat yang kuat dan padat.
Jenis kulit ini kaku dan sulit dibengkokkan. Penggunaannya sebagai bahan sol sepatu untuk
militer/polisi serta pekerja pabrik. Kulit sol diolah dengan melalui penyamakan nabati.
2. Kulit raam
Kulit raam adalah jenis kulit vache digunakan untuk menyambung kulit atasan dengan kulit
bawahan dan diperdagangkan sebagai lajuran dengan lebar 12-18 mm dan tebal 1,8-2,2 mm.
Warna biasanya disesuaikan dengan warna kulit ternak.
3. Kulit box
Kata box merupakan contoh dari kulit atasan yang berasal dari kulit sapi melalui penyamakan
chrome. Sifat kulit ini lemas, struktur kuat serta nerf tidak mudah pecah dan lepas. Banyak
digunakan sebagai bahan sepatu kantor atau kerja.
4. Kulit fahl
Kulit fahl merupakan bahan untuk kulit atasan berasal dari kulit sapi yang disamak nabati dan
diberi gemuk tidak berwarna atau berwarna kehitaman. Sifatnya tahan air, lemas dan
kekuatan tariknya tinggi. Banyak digunakan sebagai bahan sepatu gunung, militer maupun
sepatu lapangan.
5. Kulit tahan air

Kulit ini merupakan kulit atasan melalui proses penyamakan chrome, kombinasi dan nabati.
Kulit diberi gemuk agar tahan terhadap air dan banyak digunakan sebagai bahan pembuatan
sepatu berat, laras, sport dan ski. Kadar gemuknya mencapai 15-21%.
6. Kulit nubuk dan velour
Kulit ini berasal dari kulit sapi yang disamak chrome dan pada bagian atas (nerf) digosok
sedikit sehingga bila diraba akan terasa seperti beludru.
7. Kulit chevrau
Kulit ini dibuat dari kulit kambing yang disamak chrome yang digunakan sebagai bahan kulit
atasan. Kulit ini biasa juga disebut kulit glase.
8. Kulit chevrette
Kulit ini berasal dari domba yang disamak chrome. Kekuatannya sedikit berada dibawah
kulit chevrau sehingga kebanyakan dibuat untuk jenis sepatu rumah.
9. Kulit blank
Kulit ini kebanyakan diolah dengan samak nabati sifatnya elastis tidak mudah dibengkokkan
dan kuat. Digunakan sebagai bahan untuk sadel, tas, ransel.
10. Kulit vachet
Kulit ini berbahan mentah kulit sapi dan digunakan sebagai bantal pada kursi dan peralatanperalatan rumah tangga lainnya.
11. Kulit mebel
Kulit ini mirip dengan kulit blank namun jumlah gemuk yang diberikan lebih banyak, elastis
dan kuat.
12. Kulit halus
Yang tergolong kulit ini adalah kulit sampul buku dan kulit tas. Bahan mentahnya berasal
dari kulit sapi, kambing dan domba yang disamak nabati
13. Kulit manchet
Jenis kulit ini banyak dipergunakan untuk peralatan pompa, pipa air, pentil. Kulit ini berasal
dari kulit sapi dan kambing.
14. Kulit tekstil
Jenis kulit ini digunakan untuk keperluan alat-alat teknik antara lain bagian-bagian dari alat
tenun misalnya pecker, roda gigi (dapat berjalan tanpa berbunyi).
15. Kulit sarung tangan
Jenis kulit harus tipis, lemas dan lentur. Biasanya putih atau berwarna-warni. Bahan
mentahnya dapat berasal dari kulit kambing, domba rusa dan babi. Prosesnya melalui
penyamakan chrome, kombinasi chrome dengan minyak.
16. Kulit pakaian

Yang termasuk dalam produk ini adalah barang kulit berupa mantel ataupun jaket. Bahan
mentah berasal dari kulit domba, kambing, sapi dan kuda.
17. Kulit pengisap keringat
Kulit ini biasanya dipasang pada topi. Prosesnya dengan penyamakan nabati. Bahan
mentahnya berasal dari kulit domba, kambing dan babi.

Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Hasil Ternak

KULIT

Oleh
Nama
Nim
Kelompok
Gelombang
Waktu
Asisten

: Syahriana Sabil
: I111 11 273
: III (Tiga)
: I (Satu)
: Senin, 15 April 2013
: Haikal

LABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Penyamakan Kulit dilaksanakan pada hari senin, tanggal 15 April 2013
pukul 14.00 WITA sampai selesai bertermpat di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum penyamakan kulit adalah pisau, talenan, panci,
gelas kimia, baskom, sendok kayu, saringan dan timbangan.
Bahan yang diigunakan pada praktikum penyamakan kulit adalah potongan kulit
kambing 177 gram, daun jonga jonga (Chromolaena odorata) sebanyak 1 kg, air, larutan
asam formiat (HCOOH), asam sulfat (H2SO4) dan NaHCO3.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja praktikum penyamakan kulit pertama tama merendam kulit
kambing dengan air, lalu memasak air 1 kg hingga mendidih dan memasukkan 1 kg daun
jonga jonga (Chromolaena odorata) sambil diaduk terus. Setelah airnya habis, pemasakan
dihentikan dan didiamkan sekitar 1 jam lalu diekstrak untuk mengambil air yang mengadung
tanin dari daun. Selanjutnya melakukan soratasi, yaitu memilih dan mengambil kulit kambing
yang akan disamak lalu membersihkan dari sisa daging dan lemak. Setelah itu melakukan
pencucian daging dan menimbangnya, kemudian memasukka ke dalam baskom yang
ditambahkan 100 % air dan 12 % garam dari berat kulit kambing lalu diputar 10 menit.
Selanjutnya proses pengasaman (pickling), yaitu menambahkan larutan asam HCOOH yang
telah diencerkan dengan air (1:10) sebanyak 20 % dari berat kulit lalu diaduk 30 menit,

kemudian memasukkan asam sulfat (H2SO4) yang telah diencerkan dengan air (1:10)
sebanyak 20 % dari berat kulit dan dibagi menjadi 3 baagian pemasukan setiap interval 5
menit. Setelah itu, kulit diangkat dan dibiarkan hingga 19 jam lalu ditambahkan bahan
penyamak nabati, yaitu air tanin yang sudah diekstrak sebanyak 12 % dari berat kulit dan
diaduk selama 2 jam. Setalah 2 jam, dilakuakn penyamakan (tanning) dengan menambahkan
NaHCO3 yang telah diencerkan dengan air (1:10) sebanyak 1 % dari berat kulit dan dibagi
menjadi 3 bagian pemasukan setiap interval 5 menit, selanjutnya melakukan pemeraman.
Setelah 24 jam, kulit dijemur di tempat yang terkena sinar matahari selama 12 jam, lalu
mengamati perubahan yang terjadi pada kulit samak.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Kualitas Kulit Samak

Berdasarkan pengamatan pada kulit samak lalu uji organoleptik yang telah
dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 10. Hasil Pengamatan Uji Organoleptik Kulit Samak
NO
1.
2.
3.
4.

Uji Kualitas
Kepadatan Bulu
Kerontokan / Kekerasan Bulu
Penampilan Fur
Kelemasan

Hasil Uji Kualitas


4
4
4
3

Sumber: Data Hasil Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak, 2013


Berdasarkan data pada tabel 10 diketahui bahwa bulu pada kulit kambing hasil
samak menjadi padat dengan bernilai 4. Hal ini terjadi karena adanya penambahan tanin dari
ekstrak daun jonga jonga sehingga bulu kulit kambing menjadi lebih padat. Hal ini sesuai
pendapat Mustakim (2009) dalam Muchlas (2012) bahwa pada tahap penyamakan ulang
menggunakan nabati, maka molekul tanin akan mengisi ruang yang kosong diantara rantai
kolagen hingga maksimal, sehingga dihasilkah kulit samak yang padat dan berisi.
Dari segi kerontokan atau kekuatan bulu pada kulit kambing yang sudah disamak
bersifat kuat dan tidak ada bulu yang lepas saat ditarik, hal ini dapat disebabkan karena
efektifnya proses perendaman. Air yang digunakan selama perendaman adalah air yang
kesadahannya rendah. Hal ini didukung oleh pendapat Irfan (2012) bahwa kualitas baik kulit
samak memiliki karakteristik lemasnya merata, tidak berbau busuk, tidak licin dan bulunya
tidak ada yang lepas.
Pada penampilan fur kulit kambing yang sudah disamak tampak menarik dengan
nilai 4, menariknya kulit samak disebabkan karena adanya penambahan larutan asam sulfat
(H2SO4) sebanyak 12 %. Hal ini didukung oleh pendapat Mustakim (2009) dalam Muchlas
(2012) bahwa, proses pengasaman bertujuan untuk menyiapkan kulit dalam kondisi asam (pH
2,53), hal ini dilakukan dengan hati-hati karena bahan kimia yang digunakan berupa asam
kuat (H2SO4) yang sangat berbahaya baik terhadap pelaksanaannya maupun terhadap kulit
sendiri, dengan pengasaman ini kulit akan tampak bersih dan cemerlang.

Dari segi kelemasan kulit kambing samak bernilai 3 yang artinya cukup lemas.
Kelemasan kulit hasil samak dipengaruhi oleh jenis penyamak yang digunakan. Penyamakan
dengan bahan nabati (tanin) akan menghasilkan kulit samak yang kurang lemas (kaku),
sedangkan bila menggunakan krom dalam penyamakan akan membuat kulit lebih lemas. Hal
ini sesuai dengan pendapat Mustakim (2009) dalam Muchlas (2012) bahwa penyamak nabati
(tannin) memberikan warna coklat muda atau kemerahan, bersifat agak kaku tapi empuk,
kurang tahan terhadap panas, sedangkan penyamak mineral paling umum menggunakan
krom. Penyamakan krom menghasilkan kulit yang lebih lembut/ lemes, dan lebih tahan
terhadap panas.

B. Nilai Rendemen
Berdasarkan perhitungan dari penimbangan berat kulit sebelum dan setelah disamak,
diperoleh hasil berikut.
Tabel 11. Nilai Uji Rendemen
Rendemen Kulit
Kulit Kambing sebelum dan setelah penyamakan

Persentase
54,802 %

Sumber: Data Hasil Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak, 2013


Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai rendemen
yang diperoleh dari penimbangan berat kulit sebelum pengolahan dan setelah pengolahan
dengan penyamakan yaitu 54,802 %, ini membuktikan bahwa metode penyamak efektif dapat
mengoptimalkan suatu produk dengan baik. Hal ini diperkuat oleh pendapat Zaenab (2008)

dalam Muhammad (2012) menyatakan bahwa nilai rendemen merupakan indikator untuk
mengetahui efektif tidaknya metode yang diterapkan pada suatu penelitian, khususnya
tentang optimalitasnya dalam menghasilkan suatu produk. Semakin tinggi nilai rendemen
berarti perlakuan yang diterapkan pada penelitian tersebut semakin efektif.

PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan praktikum penyamakan kulit dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat kepadatan bulu dan tingkat kelemasan pada kulit samak dipengaruhi oleh faktor jenis
bahan penyamak yang digunakan, tingkat kekuatan bulu (kerontokan) dipengaruhi oleh faktor
dalam proses perendaman, dan tingkat penampilan dipengaruhi oleh penambahan larutan
asam.
2. Nilai rendemen membuktikan dengan metode penyamak efektif dapat mengoptimalkan suatu
produk dengan baik.
Saran
Sebaiknya laboratorium diperluas sehingga proses praktikum dapat berlangsung
lebih tertib.

DAFTAR PUSTAKA
Irfan, M. 2012. Ilmu dan Teknologi Pengolahan Kulit. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Gazali, I. 2011. Teknologi Pengawetan dan Pengolahan. http://irmangasali .blogspot.com/2011 / 03/
teknologi- pengawetan-dan-pengolahan.html. Diakses pada tanggal 18 April 2013.
Muchlas. 2012. Laporan Praktikum Limbah Penyamakan Kulit. http://muchlassains. wordpress.com /
2012/12/28/ laporan-praktikum-kelompok- praktikum- limbah-penyamakan- kulit-ceker/ .
Diakses pada tanggal 18 April 2013.
Muhammad, I. 2012. Artikel Penyamakan Kulit. http://Muhammad, I. .blogspot.com/2012/09/artikelilmiah.html. Diakses pada tanggal 18 April 2013.
Raffy, H. 2012. Gantungan Kunci Ceker Ayam. http://ag1992.blogspot.com /2012/10 /gantungankunci-ceker-ayam-makalah.html. Diakses pada tanggal 18 April 2013.

LAMPIRAN
Perhitungan Hasil Uji Organoleptik Penyamakan Kulit Kambing
3 (2) + 4 (3)
Kepadatan Bulu =
5
6 + 12
=
5
18
=
5
= 3,6 = 4
4 (5)
Kekerasan Bulu =
5
20
=
5
= 4
3 (2) + 4 (3)
Penampilan Fur =
5
6 + 12
=
5

18
=
5
= 3,6 = 4

3 (3) + 4 (2)
Kelemasan Kulit =
5
9+8
=
5
17
=
5
= 3,4 = 3
Perhitungan Nilai Rendemen
Penimbangan awal Penimbangan akhir
Rendemen Kulit =
X 100 %
Penimbangan awal
177 gram 80 gram
=
177 gram
= 54,802 %

X 100 %

Dokumentasi Praktikum Penyamakan Kulit

Pemutaran

Penambahan Bahan Penyamak

Pengadukan

Kulit Samak Siap untuk Pemeraman

Anda mungkin juga menyukai