Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR KIMIA ANALISA

Nama

Rince Puspa Dewi Nainggolan (08101003025) Muhammad Romadhon (08101003039) Anggi Windriani (08101003051) Novita Comiati (08101003067)

Kelompok : II

Percobaan : Kadar Asam Cuka Dengan Metode Titrasi Asam Basa

LABORATORIUM KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR KIMIA ANALISA

I. II.

Nomor Percobaan Nama Percobaan

: I ( Satu ) : Penentuan Kadar Asam Cuka dengan Metode Titrasi Asam Basa

III.

Tujuan Percobaan

: Untuk menentukan konsentrasi asam cuka / asam

asetat dalam larutan cuka dengan titrasi netralisasi menggunakan larutan standar NaOH.

IV.

Dasar Teori Titrasi merupakan penambahan pereaksi dari buret sekaligus mengukur

volume larutan yang keluar dari buret. Titrasi asam basa merupakan cara penerapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan reaksi asam basa. Bila sebagai titran digunakan larutan baku asam maka titrasi tersebut dinamakan asidimetri, dan sebaliknya bila larutan basa yang digunakan sebagai titran maka titrasi ini dinamakn titrasi alkalimetri. Larutan baku atau disebut juga larutan standar yang digunakan dalam titrasi harus bereaksi secara kuantitatif dengan cara zat yang akan dititrasi. Larutan standar sendiri terdiri dari dua macam yaitu larutan standar primer dan juga larutan standar sekunder. Larutan standar primer merupakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya sehingga tidak perlu distandarisasi lagi. Contoh dari larutan standar primer yaitu HCl, NaCl, H2C2O4, AgNO3, K2Cr2O7, dan masih banyak lagi. Sedangkan larutan standar sekunder merupakan larutan yang belum diketahui konsentrasinya sehingga perlu untuk dilakukan standarisasi terhadapnya terlebih dahulu. Contoh larutan standar sekunder adalah NaOH, KOH, KMnO4, Na2S2O3, dan masih banyak lagi.

Perubahan pada titik ekivalen dalam titrasi netralisasi dapat ditandai dengan adanya perubahan warna, perubahan warna ini terjadi karena adanya indikator yang digunakan yang dalam titrasi. Indikator yang digunakan alam titrasi netralisasi haruslah sesuai dengan range pH pada titik ekivalen agar perubahan dapat jelas teramati. Suatu reaksi kimia yang terjadi dalam titrasi netralisasi haruslah memenuhi beberapa syarat berikut : Reaksi harus berlangsung cepat sehingga titrasi dapat dilakukan dalam jangka waktu yang tidak begitu lama. Reaksi haruslah sederhana dan diketahui dengan pasti sehingga diperoleh kesetaraan yang pasti dari reaktan. Reaksi harus berlangsung sempurna. Teori asam basa sering disebut dengan asidimetri alkalimetri. Titrasi yang melibatkan asam dan basa mempunyai pengaruh yang penting atas proses metabolism dalam sel hidup. Teori Arrhenius (1884) Walaupun zat zat dengan sifat asam dan basa telah dikenal selama ratusan tahun, perlakuan kesetiaan asam basa kuantitatif baru dapat dilakukan setelah 1887, sejak Arrhenius mempresentasikan teorinya tentang penguraian elektrik. Dalam larutan berair, menurut Arrhenius asam akan terurai menjadi ion ion hidrogen dana dan anion, dan basa sendiri akan terurai menjadi ion ion hidroksida dan kation. Ion hidrogen ( H+ )

Asam dalam larutan air Teori Bronsted Lowry (1923)

Tahun 1923, Johanes Bronsted dan Thomas Lowry mengemukakan bahwa reaksi asam dan basa dapat dipandang sebagai reaksi transfer proton, dan asam basa dapat didefinisikan dalam bentuk transfer proton.

Dalam pengertian Bronsted, asam merupakan segala zat yang menerima proton. Ion hidroksida, pastinya adalah suatu aseptor proton dan karena itu merupakan basa Bronsted, tetapi ion ini tidak unik, ion tersebut adalah salah satu dari banyak spesies yang dapat menunjukkan perilaku dasar. Ketika suatu asam menghasilkan proton, spesies yang kekurangan harus mempunyai sedikit afinitas proton, sehingga Asam = donor proton Basa = aseptor proton (Sukarti, Tati. 2002. Hlmn : 29 30) Kesetimbangan asam basa maerupakan suatu topik yang sangat penting dalam kimia dan bidang bidang lain yang sangat penting yang menggunakan kimia, seperti biologi, kedokteran, farmasi, dan pertanian. Titrasi yang melibatkan asam dan juga basa digunakan secara luas dalam pengendalian analitik banyak produk komersial, dan penguraian asam dan basa mempunyai pengaruh yang penting atas proses metabolisme dalam sel hidup. Kesetimbangan asam basa yang dibahas dalam hal ini, menawarkan mahasiswa yang tidak berpengalaman suatu kesempatan untuk memperluas pemahaman mereka mnengenai kesetimbanagan kimia dan memperoleh keyakinan dalam menerapkan emahaman ini pad berbagai macam masalah. (Underwood, A.L. 2002. Hlmn :126) Indikator Asam Basa Indikator asam basa adalah asam lemah atau basa lemah (senyawa organik) yang dalam larutannya warna molekul-molekulnya berbeda dengan warna ion-ionnya. Zat indikator dapat berupa asam atau basa yang larut, stabil, dan menunjukkan perubahan warna yang kuat. Indikator asam-basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Indikator untuk asam dan basa merupakan suatu basa.

Nama Kuning metil Dinitrofenol Jingga metil Merah metil Lakmus Fenophtalein Timolftalein Trinitrobenzena

Trayek pH 23 2,4 - 4,0 3 4,5 4,4 6,6 6 -8 8 10 10 -12 12 -13

Warna asam Merah Tak berwarna Merah Merah Merah Tak berwarna Kuning Tak berwarna

Warna basa Kuning Kuning Kuning Kuning Biru Merah Ungu jingga

Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagian zat, yang bila dilarutkan dalam air , akan mengalami disosiasi dengan pembentukkan ion positif.beberapa asam dan hasil disosiasinya adalah sebagai berikut : HCl Asam klorida H+
+

ClIon klorida

HNO3 Asam nitrat

H+

NO3Ion nitrat

(Svehla, G. 1979. Hlmn : 27 )

V. Alat dan Bahan Alat : Beker gelas Buret 50 ml Erlenmeyer 250 ml Pipet tetes Statif dan klem Botol semprot Bahan: 1 buah 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah

Larutan Cuka(ada dua sempel) Larutan standart NaOH 0,1 N Indikator phenolftalin

VI. Prosedur Percobaan 10 ml larutan cuka (sampel 1) kedalam labu takar 25 ml,encerkan sampai batas, pindahkan ke erlenmayer

Tambah 2-3 tetes PP dan titrasi dengan NaOH 1N hingga perubahan warna, ulangi 3 kali

Dengan cara yang sama lakukan pada sampel 2

Hitung konsentrasi asam cuka pada sampel 1 dan 2 yang dinyatakan dengan molaritas dan presentase (berat jenis asam cuka = 1.01 g/ml dan Mr = 60 sma)

VII. Pertanyaan Prapraktek 1. Apakah yang dimaksud dengan analisa volumetri 2. Apa yang dimaksud dengan indikator? Senyawa-senyawa apakah yang dapat berlaku sebagai indikator 3. Mengapa pada titrasi diperlukan suatu indikator? Dapatkah indikator pp digantikan dengan indikator lain? Jelaskan dan berikan contoh! 4. Hitunglah berapa NaOH yang harus ditimbang untuk membuat 250 mL 0,1 N 5. Berapa harga range pH indikator pp? Bagaimana perubahan warna dan strukturnya pada keadaan asam dan basa Jawaban 1. Analisa yang berdasarkan pengamatan volume dari buret. 2. Indikator merupakan asam atau basa lemah yang warna molekulnya berbeda dengan warna ionnya. Senyawanya : pp, metil orange, dan brom timol biru. 3. Untuk melihat perubahan warna pada titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Bisa digantikan dengan indikator lain yang mempunyai range trayek yang sama atau mendekati pp, contohnya: brom timol biru dan metil merah. 4. Normalitas = Molaritas M = gr/Mr x 1000/L 0,1 = gr/60 x 1000/25 = 1 gr 5. range pH pp = 8,3 - 10,5 Tak berwarna asam dan merah muda basa.

VIII. Data Hasil Pengamatan


Nama larutan H2C2O4 CH3COOH 0,2M CH3COOH 3,5 2,9 25,5 24,5 31,5 V V1 V2

IX. Reaksi dan Perhitungan Reaksi CH3COOH CH3COOH + + NaOH NaOH CH3COONA + NAC2O4 + H2O H2O

STRUKTUR PP ASAM OH

C O C O

OH

BASA O

OH

C O

Perhitungan

Penentuan kadar asam cuka Titrasi asam asetat 0,2 M Gr = V CH3COOH X BJ = = 5,05 gr M1 asam cuka =

= = 0,49 M

%Asam cuka =

= = 2,91% M2 asam cuka =

= = 0,13 M %Asam cuka =


[ ]

= = 0,8 % 2) Titrasi CH3COOH 0,02 M Gr = V CH3COOH X BJ = 5 ml X 1,01 = 5,05 gr M1 asam cuka =

= 0,014 M %Asam cuka =


[ ]

= = 0,08% M2 asam cuka =

= = 0,058 M %Asam cuka =


[ ]

= = 0,34% A) Rata rata 1) Titrasi CH3COOH 0,2 M V NaOH =

= = 28 ml 2) Titrasi CH3COOH 0,02 M

V NaOH =

= = 32 ml B) Variasi 1) Titrasi CH3COONa V=


- = 24,5 28 = - 3,5 - = 31,5 28 = 3,5 V = = 24,5 2) Tirasi CH3COOH 0,02 M V=


- = 3,5 3,2 = 0,3 - = 2,9 3,3

= 0,4 V = = 0,18 C) Standarisasi deviasi 1) Titrasi CH3COOH 0,2 M = = 4,95

2) Titrasi CH3COOH 0,02 M = = 0,42

Identifikaasi Ketidak pastian Dari Standarisasi P(H2C2O4) Kalibrasi M(H2C2O4) Kalibrasi

(m/gr) M(tare) NaOH VCT End zoine M(H2SO4) Kalibrasi Temperatur mRait

Bias

V(t)

X. Pembahasan Pada percobaan kali ini dilakukan penentuan kadar asam cuka (CH3COOH) dengan metode titrasi asam basa.Titrasi asam basa merupakan suatu cara untuk menentukan konsentrasi suatu zat dengan menggunakan senyawa yang bersifat asam dan bersifat basa. Reaksi antara asam dan basa yang berlangsung pada percobaan ini disebut reaksi penetralan atau reaksi penggaraman.Reaksi ini disebut reaksi penetralan dikarenakan produk yang akan dihasilkan merupakan garam yang mempunyai derajat keasaman netral.Untuk mengetahui titik akhir titrasi yang telah disertai dengan perubahan warna yang sudah konstan digunakan indicator penolptalein. Indikator ini yang digunakan akan memberi perubahan warna larutan menjadi warna merah muda dengan rentang pH sebesar 8,3-10,5. Indikator dapat didefenisikan sebagai suatu senyawa organic yang mempunyai warna molekul dan warna ion yang berbeda. Ada beberapa macam indicator diantaranya bromtimol biru,metal merah,metal orange, dan sebagainya. Pada percobaan ini digunakan analisa volumetri. Analisa volumetri dapat didefenisikan sebagai suatu cara untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa berdasarkan volume senyawa lain yang sudah diketahui

konsentrasinya,seperti halnya kita menggunakan natrium hidroksida sebagai larutan standart sekunder dan juga asam oksalat dan juga asam asetat yang digunakan sebagai larutan standar primer.Larutan standar primer dapat di defenisikan sebagai suatu senyawa yang konsentrasinya sudah diketahui sehingga tidak perlu dilakukan standarisasi. Sebaliknya,larutan standar sekunder dapat didefenisikan sebagai suatu senyawa yang konsentrasinya belum diketahui sehingga diperlukan adanya standarisasi terlebih dahulu. Dalam hal ini dilakukan standarisasi NaOH dikarenakan sifat NaOH yang mudah sekali berubah konsentrasinya, jadi harus dilakukan standarisasi terlebih dahulu.

Terdapt beberapa teori mengenai defenisi asam dan basa yang saat ini belum bisa terbantahkan kebenarannya.Teori yang pertama dicetuskan oleh arhenius. Arrhenius mengemukakan bahwa asam merupakan suatu senyawa yang akan melepaskan ion H+ apabila dilarutkan dalam air. Sedangkan basa dapat didefenisikan sebagai senyawa yang melepaskan ion OH- apabila dilarutkan dalam air.Teori kedua yang masih diakui saat ini adalah teori yang dikemukakan oleh bronsted lowry. Teori ini mengemukakan bahwa asam merupakan suatu senyawa yang akan menjadi donor proton sedangkan basa merupakan suatu senyawa yang akan menjadi aseptor proton.Teori terakhir merupakan teori Lewis. Teori ini mengemukakan bahwa asam merupakan suatu senyawa yang akan menjadi akseptor pasangan elektron sedangkan basa merpakan senyawa yang akan menjadi donor pasangan elektron. Pada percobaan ini kita ketahui NaOH merupakan standar

sekunder,maka sebelumnya digunakan terlebih dahulu larutan NaOH yang kita gunakan kita standarisasi terlebih dahulu atau dengan menggunakan asam oksalat yang merupakan standar primer.Dalam hasil percobaan kita maka dapat kita ketahui titik akhir ekivalen ditandai dengan perubahan warna pada larutan yang berubah menjadi warna merah jambu. Didalam percobaan seperti yang kita ketahui terjadi penentuan konsentrasi reaksi antara asamlemah(CH3COOH) dengan basa kuat(NaOH) dimana ini menunjukan bahwa kita menggunakan titrasi secara alkalimetri dimana menggunakan larutan baku.

XI . Kesimpulan 1. Prinsip analisa yang dipakai berupa analisa volumetri. 2. Sampel yang dipakai yakni asam asetat dengan Molaritas yang berbeda. 3. Indikator digunakan untuk mengetahui titik ekivalen dan titik akhir titrasi. 4. PP memiliki struktur asam dan basa. 5. Analisa yang dipakai berupa analisa kuantitatif dan analisa kualitatif.

DAFTAR PUSTAKA

Svehla, G. 1979. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka. Sukarti, Tati. 2002. Kimia Analitik. Bandung : Widya Padjajaran. Underwood, A.L. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

LAMPIRAN

Gelas ukur

beker gelas

pipet tetes

Buret

erlenmeyer

MATERY SHEET DATA SAFETY NATRIUM HIDROKSIDA

Sifat fisik dan Kimia cairan berwarna kuning tidak berbau mudah menguap sangat reaktif sangat berbahaya mempunyai pH 14 basa kuat yang pekat

Anda mungkin juga menyukai