ASIDI ALKALIMETRI
Disusun oleh :
Dyah Dwi Poerwanto
1211704018
Kimia III A
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
ASIDI ALKALIMETRI
I.
Tujuan Percobaan
H2O
senyawa-senyawa
yang
bersifat
asam
dengan
menggunakan
baku
basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W.
Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau dalam
bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan
dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi H+ tertentu atau
pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH larutan
selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik ekuivalen
karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekecilkecilnya. Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air.
Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam yang
memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki
sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut
dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen
dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah
keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk
menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa.
Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen.
Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat
titik ekivalen.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam atau
basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa. Titrasi
adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan
larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka
disebut dengan titrasi asidi-alkalimetri.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir
titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut sebagai titik akhir titrasi
(Anonim, 2009).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna yang
biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator. Indikator yang
digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa
lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang
mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan
kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indikator tidak
mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi
perubahan warna juga seminimal mungkin.
a.
Ion hidrogen dan hidroksil membentuk air sedangkan ion-ion yang lain tidak berubah, sehingga
hasil akhir dari reaksi ini adalah larutan NaCl yang netral. Kurva titrasi dapat ditentukan dengan
menghitung nilai pH melalui konsentrasi ion (OH- atau H+) yang ada dalam larutan pada setiap
tahap penambahan asam atau basa.
b. Titrasi asam lemah basa kuat
Reaksi asam lemah dengan basa kuat, misalnya asam asetat (CH3COOH) dengan NaOH,
karena asam asetat hanya terurai sebagian maka penentuan pH harus melalui konstanta
kesetimbangan (Ka).
H+ + OAc-
HOAc
Ka = [H+] [OAc-]
[HOAc]
2)
Labu Erlenmeyer
Standarisasi HCl
+ 10 mL HCl
Titrasi dengan NaOH
+ 2 tetes phenolptalein
Amati
Catat volume NaOH
+ aquadest 60 mL
+ 2-3 tetes phenolptalein
Titrasi dengan HCl
Warna Awal
Tdk berwarna
Tdk berwarna
Warna Akhir
Merah muda
Merah muda
Vol. Awal
0,00
6,23
Titrasi ke
1
2
Warna Awal
Tdk berwarna
Tdk berwarna
Warna Akhir
Merah muda
Merah muda
Vol. Awal
0,00
10,42
Vol. Akhir
10,42
20,48
Rata-rata
NaCl(aq) + H2O(l)
Vol. NaOH
10,42
10,42
10,42
Warna
Awal
Tdk berwarna
Merah muda
1
2
Dipanaskan
3
Merah muda
kejinggaan
Merah muda
jenuh
Warna Akhir
Merah muda
Merah muda
kejinggaan
Merah muda
jenuh
Jingga muda/
kuning
jingga
Volume
Awal
0,00
1,15
Volume
Akhir
1,15
7,25
Volume
HCl
1,15
6,10
Indikator
PP
MJ
-
0,0
4,6
4,6
2NaCl(aq) + H2CO3(aq)
CO2
H2O
V.
600 mL
Mr NaOH = 32 + 16 + 1 = 40 g/mol
M
= mol
=>
0,1 N = M x n
gram
M = 0,1 N = 0,1 M
= Mr
Vp
Vl
0,1 M = gram x 1000
Mr
600
N=Mxn
500 mL
= M2 . V2
150 mL
600
=> N = M x n
M=N
n
M = 0,1 = 0,05 M
2
= 0,16 M 0,16 N
(karena ion H+ = 1)
H+
MJ
pp
HCO3-
H2O + CO2
CO2 + H2O
VI. Pembahasan
Pada praktikum Asidi Alkalimetri di lakukan sebanyak 3 kali percobaan, yaitu
standarisasi NaOH,standarisasi HCl, dan penentuan kadar Na2CO3 dalam soda kue. Pada
standarisasi NaOH titrasi di lakukan duplo (2 kali) dengan menggunakan larutan baku primer
yaitu Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O). Larutan baku primer adalah larutan yang telah di ketahui
pasti konsentrasinya. Kemudian dengan menggunakan indikator phenolptalein (pp), warna awal
larutan yang asalnya tidak berwarna menjadi merah muda dengan rata-rata volume NaOH yang
terpakai 6,22 mL. Reaksinya adalah
H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq)
Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)
NaCl(aq) + H2O(l)
Pada percobaan penentuan Na2CO3 dalam soda kue mengalami kendala. Saat titrasi
pertama dengan menggunakan indicator phenolptalein (pp) 5 tetes, lalu di titrasi dengan HCl
larutan sulit mendapatkan titik ekivalen sehingga percobaan ini di lakukan bersama-sama dengan
kelompok lain. Pada titrasi pertama menggunakan indicator phenolptalein (pp) warna awalnya
tidak berwarna dan warna akhirnya merah muda pada volume HCl 1,15 mL. Selanjutnya titrasi
kedua dengan indicator metal jingga (mj) warna awalnya merah muda dan warna akhirnya pink
jingga pada volume titrasi 6,10 mL. Kemudian larutan di panaskan untuk membebaskan
karbondioksida (CO2) dan larutan berubah warna menjadi merah muda jenuh. Lalu titrasi
dilanjutkan untuk mendapat titik akhir titrasi dan didapat volume HCl 4,60 mL dengan warna
akhir larutan kuning jingga. Reaksinya adalah
2HCl(aq) + Na2CO3(aq)
2NaCl(aq) + H2CO3(aq)
CO2
H2O
Indicator yang digunakan untuk titrasi juga harus disesuaikan dengan pH larutan. Seperti
indicator phenolptalein (pp) perubahan warna yang terjadi pada pH basa sedangkan metil
jingga/metil orange pada larutan dengan pH asam, karena untuk kepentingan titrasi, indicator
tersebut akan merubah warna pada saat titik ekivalen tergantung pH dari larutan tersebut.
Setelah perhitungan, didapatkan [NaOH] yaitu 0,16 M, [HCl] yaitu 0,16 M, dan soda kue
yang merupakan HCO3- dan CO32- memiliki masing-masing normalitas 3,63 x 10-3 N dan 0,015
N. Percobaan yang di lakukan duplo (2 kali) bertujuan agar diketahui hasil titrasi yang relatif
dekat dengan hasil volume yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalennya (lebih akurat).
VII. Kesimpulan
Asidi-alkalimetri digunakan untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan dan
termasuk dalam reaksi netralisasi. Dari percobaan ini di dapatkan konsentrasi larutan NaOH
yaitu 0,16 M dan konsentrasi larutan HCl 0,16 M. Dan pada penentuan Na2CO3 dalam soda kue,
didapatkan normalitas HCO3- dan CO32- masing-masing 3,63 x 10-3 N dan 0,015 N. Reaksi kimia
pada percobaan standarisasi NaOH adalah
H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq)
Pada standarisasi HCl reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq)
Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)
NaCl(aq) + H2O(l)
2NaCl(aq) + H2CO3(aq)
CO2
H2O
Daftar Pustaka