Anda di halaman 1dari 17

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
(Asidi Alkalimetri)

Oleh:

Nama : Dzaki Wicaksana


NPM : 240310180041
Hari, Tanggal Praktikum : Jum’at, 17 Mei 2019
Waktu/ Shift : 09.30 – 11.00 WIB / 2
Asisten : 1. Bunga Ega Evania 240310170027
2. Muhamad Rifqi Fajriansyah 240310170030
3. Sasvia Ayu Puzianti 240310170014

LABORATORIUM PEDCA 1
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Reaksi asam basa adalah reaksi yang melibatkan larutan yang bersifat asam
dan larutan yang bersifat basa. Hasil dari reaksinya kan menghasilkan garam dan
air. Garam yang dihasilkan dapat bersifat asam atau basa tergantung pada
konsentrasi reaktan yang paling dominan. Bersifat asam apabila reaktan asam lebih
dominan dari reaktan basa dan begitu sebaliknya. Produk akan bersifat netral
apabila asam kuat direaksikan dengan basa kuat.
Terdapat banyak pengaplikasian reaksi asam basa pada kehidupan sehari –
hari. Salah satu contoh dari reaksi asam basa adalah produk dari reaksi asam basa
yang sering dijumpai sehari – hari yaitu natrium klorida (NaCl) yang terbentuk dari
reaksi antara asam kuat HCl dan basa kuat NaOH dan membentuk NaCl dan air.
Penentuan konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya dapat
kita hitung menggunakan metode titrasi. Titik ekivalen pada titrasi asam basa
adalalah pada saat dimana sejumlah asam tepat dinetralkan oleh sejumlah basa atau
sebalikya. Saat larutan mencapai ekivalen maka pH larutan pun akan ikut berubah.
Perubahan pH dapat dilihat dengan memberikan indikator sesuai dengan pH larutan
yang terbentuk. Larutan yang telah diberikan indikator akan berubah warna ketika
larutan sudah mencapai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi tidak selalu sama dengan
titik ekivalen.
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari dilaksanakannya praktikum ini adalah praktikan dapat
mengetahui dan memahami prinsip titrasi asam basa.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
Adapun tujuan instruksional khusus diantara lain:
1. Membuat larutan standar HCl 0,1 M.
2. Membuat larutan standarsekunder NaOH 0,1 M dan standar primer
H2C2O4.
3. Melakukan standarisasi larutan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M.
4. Menggunakan larutan standar NaOH 0,1 M untuk menetapkan kadar asam
asetat cuka perdagangan.
TINJAUAN PUSTAKA

Kimia
Kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang komposisi, struktur, sifat,
dan reaksi suatu materi. Oleh karena itu, konsep merupakan bagian penting dalam
mempelajari ilmu kimia (Timberlake, 2014: 3). Ciri-ciri ilmu kimia menurut
diantaranya adalah sebagian besar konsep-konsep dalam ilmu kimia bersifat
abstrak, berurutan, dan berkembang dengan cepat, sehingga diperlukan pemahaman
yang benar terhadap konsep-konsep kimia (Kean, Middlecamp 1985: 5–8). Konsep
yang lebih mendasar merupakan batu-batu pembangun berfikir bagi terciptanya
gagasan yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-
generalisasi (Dahar, 1988: 95).
Ilmu kimia selalu berhubungan dengan reaksi-reaksi kimia. Pada dasarnya
reaksi kimia yang terjadi bermacam-macam jenisnya, diantaranya reaksi
penggabungan (kombinasi), penguraian, pembakaran, pendesakan, dan metatesis.
Persamaan reaksi kimia dapat digunakan untuk menggambarkan ciri-ciri jenis-jenis
reaksi kimia tersebut. Persamaan reaksi merupakan gambaran singkat yang
digunakan untuk menunjukkan proses terjadinya reaksi (Chang, 2005: 71).
Stoikiometri merupakan ilmu yang mempelajari kuantitas dari reaktan dan produk
dalam reaksi kimia (Chang, 2005: 74)(Magfiroh, L., Santosa, Dan Suryadharma,
2016).

Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat
bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah
larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut.
Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute.
Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam
dimana solute terlarut (Baroroh, 2004).
Reaksi Kimia
Reaksi kimia merupakan pusat perhatian dari ilmu kimia, dapat dinyatakan
bahwa reaksi kimia adalah suatu proses dimana zat-zat baru yaitu hasil reaksi,
terbentuk dari beberapa zat aslinya yang disebut pereaksi. Biasanya suatu reaksi
kimia disertai oleh kejadian-kejadian fisis, seperti perubahan warna, pembentukan
endapan, atau timbulnya gas (Winarni & Ismayani, 2013).
Beberapa jenis reaksi kimia yang umumnya dapat terjadi berdasarkan apa
yang terjadi saat reaktan berubah menjadi produk. Reaksi-reaksi yang lebih umum
dapat terjadi adalah penggabungan, penguraian, penggantian tunggal, penggantian
rangkap, pembakaran dan redoks (Moore, 2004).

Titrasi
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak
dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara
pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar
primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan). Larutan
standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relative rendah sehingga
konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi (Day Underwood, 1999).
Larutan standar dapat berupa asam atau basa yang telah diketahui
konsentrasinya dengan teliti. Larutan standar asam diperlukan untuk menetapkan,
konsentrasi basa dan larutan standar basa diperlukan untuk menetapkan konsentrasi
asam. Keadaan dengan jumlah ekivalen asam sama dengan basa disebut titik
ekivalen. pH larutan mengalami perubahan selama titrasi dan titrasi diakhiri pada
saat pH titik ekivalen telah tercapai (Supardi, 2006: 17).
Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam
titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan
larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (W Haryadi, 1990).
Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik akhir titrasi
tidak tepat sama dgn titik ekivalen (≤ 0,1%), disebabkan ada kelebihan titran,
indikator bereaksi dgn analit, atau indikator bereaksi dgn titran, diatasi dgn titrasi
larutan blanko. Larutan blanko larutan yangg terdiri atas semua pereaksi kecuali
analit untuk mengetahui titik ekivalen secara eksperimen biasanya dibuat kurva
titrasi yaitu kurva yang menyatakan hubungan antara –log [H+ ] atau –log [X- ]
atau –log [Ag+ ] atau E (volt) terhadap volum (W. Haryadi, 1990).

Indokator Asam Basa


Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan (Ham, 2006).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna
yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna
indikator. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau
basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang
memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna
pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang
akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi
pH larutan dengan demikian jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi
perubahan warna juga seminimal mungkin. Umumnya dua atau tiga tetes
larutan indikator 0,1% ( b/v ) diperlukan untuk keperluan titrasi. Dua tetes (
0,1 ml ) indikator ( 0,1% dengan berat formula 100 ) adalah sama dengan
0,01 ml larutan titran dengan konsentrasi 0,1 M (Pierce, 1967).
Indikator asam basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan
tak terionisasi dengan keadaan terionisasi. Sebagai contoh untuk indikator
phenolphthalein ( pp ) seperti di atas dalam keadaan tidak terionisasi ( dalam larutan
asam ) tidak akan berwarna ( colorless ) dan akan berwarna merah keunguan dalam
keadaan terionisasi ( dalam larutan basa ) (Pierce, 1967).
METODOLOGI PENGAMATAN

Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Gelas ukur 25 ml
4. Labu takar 100 ml
5. Labu takar 250 ml
6. Pipet tetes
7. Timbangan analitik
3.1.2 Bahan
1. Akuades
2. Asam cuka perdagangan
3. Boraks (Na2B4O7.H2O)
4. H2C2O4.2H2O
5. HCl 0,1 M
6. Indikator fenolftalein (PP)
7. Indicator metil orange
8. NaOH 0,1 M

Prosedur
3.2.1 Standarisasi Larutan HCl dengan boraks (Na2B4O7.10H2O)
1. Menimbang Na2B4O7.10H2O yang tepat di dalam botol penimbang 1,9 gram
(untuk membuat larutan boraks 0,05 M)
2. Dilarutkan dalam gelas beker kemudian dimasukan ke dalam labu ukur 100
ml, tambahkan akuades sampai volume 100 ml (tanda batas).
3. Diambil 10 ml dan dimasukan ke dalam erlenmeyer. Beri 2 tetes indikator
metil oranye.
4. Larutan boraks dititrasi dengan HCl dalam buret sampai terlihat perubahan
warna dan catatlah volume HCl.
3.2.2 Membuat Larutan Standar NaOH 0,1M
1. Timbang dengan tepat asam oksalat dihidrat sebanyak 0,63 gram pada gelas
arloji. Larutkan dalam gelas beker kemudian pindahkan ke dalam labu ukur
100 mL dan tambahkan akuades sampai tanda batas.
2. Ambil 10 mL larutan asam oksalat dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
3. Diberi 1-2 tetes indikator pp lalu dititrasi dengan larutan NaOH yang akan
distandarisasi hingga terjadi perubahan warna. Catat volume NaOH yang
ditambahkan.
3.2.3 Penggunaan larutan standar asam dan basa untuk menetapkan kadar
asam asetat pada cuka
1. Sebanyak 10 mL larutan asam cuka perdagangan diambil dengan
menggunakan pipet ukur, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,
encerkan dengan akuades sampai tanda batas (pengenceran 10 kali, Fp =
10).
2. Ambil 10 mL larutan yang telah diencerkan tersebut dengan pipet kemudian
dimasukkan ke dalam erlemneyer 250 mL, ditambahkan 2-3 tetes indikator
PP.
3. Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan larutan NaOH yang telah
distandarisasi/dibakukan sampai terjadi perubahan warna (perubahan warna
tidak akan berubah apabila digoyang-goyangkan).
4. Catat volume akhir titrasi NaOH dan hitung kadar asam asetat dalam cuka
tersebut.
5. Lakukan duplo.
HASIL PENGAMATAN

Titrasi Asam Basa


Tabel 1.1 Hasil pengamatan titrasi pada masing – masing kelompok.
Bahan Indikator
Volume
Kel. Metil Keterangan
PP Titrasi (ml)
Orange
Boraks Jingga – merah muda
1 V X 13,5 HCl
Boraks Jingga – merah muda
2 V X 17,5 HCl
pekat
Asam Bening – ungu muda /
3 X V 0,2 NaOH
oksalat merah muda tua
Asam Bening – ungu muda /
4 X V 0,3 NaOH
oksalat merah muda tua
Asam cuka Bening – merah muda
5 perdagangan X V 41 NaOH terang
Asam cuka Bening – merah muda
6 perdagangan X V 38,6 NaOH terang

Perhitungan Larutan
4.2.1 Pembuatan Larutan Standar HCl 0,1 M
Dihitung dengan menggunakan rumus:
𝜌 × % × 10
𝑀=
𝑀𝑟
1.19 × 37 × 10
𝑀= = 12,06 𝑀
36,5
Maka untuk membuat larutan HCl 0,1 M harus dilakukan pengenceran.
Pengenceran dilakukan dengan menggunakan rumus:
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 12,06 = 250 × 0,1
V1 = 2,073 ml
V1 disini adalah volume yang haus diambil dari dalam botol reagen.
4.2.2 Pembuatan Larutan Standar NaOH 0,1 M
NaOH dibuat dari fasa pada yang di larutkan di dalam akuades. Cara
menghitung massa yang harus dilarutkan ke dalam akuades adalah:
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑚𝑙
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,1 = ×
40 100 𝑚𝑙
400
𝑔𝑟𝑎𝑚 = = 0,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
1000

Massa yang harus ditimbang untuk membuat 100 ml larutan NaOH 0,1 M adalah
0,4 gram.

Perhitungan Konsentrasi Standarisasi Larutan


4.3.1 Standarisasi Larutan HCl dengan Boraks (Na2B4O7.H2O)
1. Kelompok 1 shift 2
Mr Na2B4O710H2O = 381 g/mol
Massa boraks = 1,9 gram
MBoraks = 0,05 M
VBoraks = 10 mL
V HCl = 13,5 ml
Molaritas HCl = MHCl
2 × 𝑉𝐵𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 × 𝑀𝐵𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠
𝑀𝐻𝐶𝑙 =
𝑉𝐻𝐶𝑙
2 × 10 × 0,05
𝑀𝐻𝐶𝑙 = = 0,07 𝑀
13,5
2. Kelompok 2 shift 2
Mr Na2B4O710H2O = 381 g/mol
Massa boraks = 1,9 gram
MBoraks = 0,05 M
VBoraks = 10 mL
V HCl = 17,5 ml
Molaritas HCl = MHCl
2 × 𝑉𝐵𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 × 𝑀𝐵𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠
𝑀𝐻𝐶𝑙 =
𝑉𝐻𝐶𝑙
2 × 10 × 0,05
𝑀𝐻𝐶𝑙 = = 0,05 𝑀
17,5
4.3.2 Standarisasi Larutan NaOH dengan H2C2O4.2H2O
1. Kelompok 3 shift 2
MrH2C2O4 = 126 g/mol
Massa H2C2O4 = 0,63 gram
MH2C2O4= 0,05 M
VH2C2O4= 10 mL
V NaOH = 0,2 ml
MolaritasNaOH = MNaOH
2 × 𝑉H2C2O4 × 𝑀H2C2O4
𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 =
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻
2 × 10 × 0,005
𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 = =5𝑀
0,2

2. Kelompok 4 shift 2
MrH2C2O4 = 126 g/mol
Massa H2C2O4 = 0,63 gram
MH2C2O4= 0,05 M
VH2C2O4= 10 mL
V NaOH = 0,3 ml
MolaritasNaOH = MNaOH
2 × 𝑉H2C2O4 × 𝑀H2C2O4
𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 =
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻
2 × 10 × 0,005
𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 = = 3,3 𝑀
0,3

Menghitung Kadar Asam Asetat dalam Asam Cuka Perdagangan


dengan Menggunakan Larutan Standar Asam dan Basa
1. Kelompok 5 shift 2
Volume asam cuka = 10 ml
Volume NaOH (titrasi) = 41 ml
Molaritas NaOH = 0,1 M
Fp = 10
- nNaOH = nCH3COOH
(M × V)NaOH × Fp = (M × V)CH3COOH
0,1 × 41 × 10 = M × 10
M = 4,1 M
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
- MCH3COOH = ×
𝑀𝑟 𝑚𝑙
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
4,1 = ×
60 10
Gram = 2,46
2,46
- Kadar total asam = × 100% = 24,6 %
10

2. Kelompok 6 shift 2
Volume asam cuka = 10 ml
Volume NaOH (titrasi) = 38,6 ml
Molaritas NaOH = 0,1 M
Fp = 10
- nNaOH = nCH3COOH
(M × V)NaOH × Fp = (M × V)CH3COOH
0,1 × 38,6 × 10 = M × 10
M = 3,86 M
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
- MCH3COOH = ×
𝑀𝑟 𝑚𝑙

𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
3,86 = ×
60 10
Gram = 2,316
2,316
- Kadar total asam = × 100% = 23,16 %
10
PEMBAHASAN
Standarisasi Larutan HCl dengan Boraks
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi HCl dengan cara
menggunakan larutan standar boraks dimana larutan standar dapat berupa asam atau
basa yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan standar basa dalam kasus ini
diperlukan untuk menetapkan konsentrasi asam. Metode yang digunakan adalah
titrasi. PH larutan berubah seiring dengan berjalannya titrasi. Larutan akan
mencapai titik ekivalen titrasi ketika konsentrasi asam sama dengan konsentrasi
basa. Proses titrasi diakhiri dengan terjadinya perubahan warna sesuai dengan
indikator yang diberikan. Pada kasus ini indikator yang diberikan adalah metil
oranye. Warna larutan berubah dari jingga menjadi merah muda. Perubahan warna
menjadi merah muda ini diakibatkan oleh HCl yang bersifat asam sehingga warna
larutan akan berubah ke arah merah muda.
Pada praktikum bagian dua tidak ditemukan masalah dalam percobaan
Standarisasi Larutan HCl dengan Boraks. Adapun hasil perhitungan yang telah
dilakukan oleh praktikan menunjukan bahwa larutan yang terbentuk bersifat asam.

Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat


Percobaan ini dilakukan dengan mentitrasi larutan asam oksalat 0,05 M
yang dibuat dari padatan yang diencerkan dengan larutan NaOH dengan konsentrasi
0,1 M. Larutan hasil titrasi yang mengandung indicator PP menunjukan perubahan
warna menjadi warna ungu yang menandakan bahwa larutan tersebut bersifat basa.
Dilihat dari hasil perhitungan oleh praktikan di dapat bahwa konsentrasi NaOH
yang dimasukan ke dalam larutan asam oksalat itu adalah 5 M dan 3,3 M sangat
jauh dari 0,1 M. Kesalahan yang terjadi di dalam percobaan ini bisa disebabkan
oleh tingkat ketelitian praktikan yang berbeda – beda sehingga menyebabkan
terjadinya perlakuan yang berbeda pula pada sampel yang diamati. Kesalahan
lainnya yang menyebabkan terjadinya kesalahan pada percobaan ini adalah kurang
pahamnya praktikan terhadap percobaan yang dilakukan sehingga perhitungannya
pun bisa saja salah.
Praktikan berasumsi bahwa perhitungan yang terjadi harusnya adalah
menghitung berapa konsentrasi asam oksalat menggunakan larutan standar yang
sudah diketahui kosentrasinya yaitu 0,1 M maka
2 × 𝑉H2C2O4 × 𝑀H2C2O4
𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 =
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻
2 × 10 × 𝑀H2C2O4
0,1 =
0,3
0,3 × 0,1
𝑀H2C2O4 = = 0,0015
2 × 10
Karena jika dilihat dari landasan teori bahwa titrasi merupakan suatu proses analisis
dimana suatu volum larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan
mengetahui komponen yang tidak dikenal. Larutan NaOH disini menjadi larutan
standar yang telah diketahui konsentrasinya.

Perhitungan Kadar Asam Asetat dalam Asam Cuka Perdagangan


Hasil perhitungan percobaan yang dilakukan menunjukan bahwa kadar
asam asetat di dalam asam cuka perdagangan masih berapa di rentan 20 – 25 %
maka dapat dikatakan percobaan ini berhasil menghitung kadar asam asetat yang
terkandung di dalam asa cuka perdagangan. Metode yang digunakan untuk
menghitungnya adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar NaOH 0,1 M.
asam cuka yang dipakai dalam titrasi harus diencerkan dulu pengenceran yang
bertujuan menurunkan konsentrasi.
Kesulitan atau masalah yang dialami saat melakukan percobaan ini terletak
pada saat akan mengencerkan asam cuka dimana tidak adanya labu takar 100 ml.
Sehingga pengenceran dilakukan pada labu ukur 50 ml sebanyak dua kali agar
mendapatkan volume 100 ml. Hal ini seperti ini tidak menjadi masalah asalakan
larutan yang dihasilkan memiliki konsentrasi yang sesuai seperti yang diinginkan.
Tentunya dengan perhitungan yang sesuai dan tetep berlandaskan dengan teori yang
berlaku.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, terdapat beberapa
kesimpulan di antaranya:
1. Titik akhir tititrasi ditandai dengan perubahan warna.
2. Reaksi antara asam dan basa menghasilkan garam dan air.
3. Garam ada yang bersifat asam, basa dan netral.
4. Larutan standar digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan yang
belum diketahui melalui proses titrasi.

Saran
Saran yang dapat saya ajukan adalah
1. Diharapkan kejelasan penjelasan praktikum dan kejelasan data dari sampel
yang digunakan untuk praktikum.
2. Diharapkan kepada mahasiswa yang akan melakukan praktikum agar
datang tepat waktu atau sebelum praktikum dimulai agar praktikum berjalan
sesuai keinginan dan tidak ada penyampaian materi yang tertinggal.
3. Praktikan diharapkan untuk berhati – hati dan bijak dalam menggunakan
alat – alat dan bahan kimia yang ada pada laboratorium dan senantiasa
menjaga kebersihan alat dan laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat.


Banjarbaru.
Chang, Raymond. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 2005.
Dahar, R.W. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
HAM, Mulyono. 2006. Kamus Kimia . Edisi Pertama. Bumi Aksara. Jakarta
Magfiroh, L., Santosa, Dan Suryadharma, I. B. 2016. Identifikasi Tingkat
Pemahaman Konsep Stoikiometri Pada Pereaksi Pembatas Dalam Jenis-
Jenis Reaksi Kimia Siswa Kelas X MIA Negeri 4 Malang. Pembelajaran
Kimia (J-PEK), 01(2), 32–37.
Middlecamp, C. & Kean, E. 1985. Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta: PT.
Gramedia.
Moore, John T. 2004. Kimia For Dummies. Bandung : Pakar Raya.
Pierce WC, Sawyer DT, Haenisch EL. 1967. Quantitative Analysis. John Wiley and
Sons, Inc. New York,U.S
Supardi, KI. dan G. Luhbandjono. 2006. Kimia Dasar II. Semarang: UPT UNNES
Press. Hal 7.
Timberlake, K. C & Timberlake, W. 2014. Basic Chemistry (4th ed). Los Angeles.
: Pearson Education, Inc.
W. Haryadi, (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia
Winarni, S., & Ismayani, A. 2013. KESALAHAN KONSEP MATERI
STOIKIOMETRI YANG DIALAMI SISWA SMA, XIV(1), 43–59.
LAMPIRAN

Gambar 1. Hasil titrasi asam oksalat Gambar 2. Pembuatan larutan asam


dengan NaOH menggunakan indikator oksalat
PP

Gambar 3. Tabel tabulasi praktikum Gambar 4. Penimbangan asam


asidi alkalimetri shift 2 oksalat dihidrat

Anda mungkin juga menyukai