Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PENGANTAR LABORATORIUM MEDIK


UJI KUALITAS LARUTAN (NaOH)
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengantar Laboratorium Medis

Dosen Pengampu :
Nurmeily Rachmawati S.Pd., M.Si

Di Susun Oleh :
KELOMPOK 6
1. Mina Natasya Dewi P27903122171 2. Mohamad Haikal
P27903122172 3. Muhammad Faiz Akbar P27903122173 4. Nabila
Salsa Auliah P27903122174 5. Naswa Khoirunisa Windyaningtyas
P27903122175

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PRODI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2022
DAFTAR ISI
A. Tujuan....................................................................................................................................................3 B. Dasar
Teori.............................................................................................................................................3 C. Alat dan
Bahan .......................................................................................................................................7 D. Data
Pengamatan ....................................................................................................................................8 E.
Pembahasan..........................................................................................................................................11 F. Daftar
Pustaka.......................................................................................................................................16

ii
A. Tujuan

1. Menentukan konsentrasi larutan NaOH dari larutan standar HCL dengan metode titrasi.
2. Untuk mengetahui cara kerja uji kualitas larutan
3. Untuk mengetahui cara perhitungan uji kualitas larutan

B. Dasar Teori

Untuk menentukan serta mengetahui kadar suatu senyawa dapat menggunakan berbagai macam
metode. Jenis setiap metode yang akan digunakan tergantung pada jenis serta struktur kimia dari
senyawa yang akan dianalisis. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah titrasi. Titrasi adalah
suatu metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang
konsentrasinya telah diketahui. Titrasi juga merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang
biasa digunakan di laboratorium untuk menentukan konsentrasi suatu reaktan. Oleh karena
pengukuran volume berperan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga disebut dengan analisis
volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama kimia analitik dan perhitungannya
didasarkan pada hubungan kuantitatif reaksi-reaksi kimia. Menurut Raymond Chang, reaksi kimia
yang digunakan sebagai dasar titrasi adalah:
(1) reaksi yang melibatkan asam kuat dan basa kuat,
(2) reaksi yang melibatkan asam lemah dengan basa kuat,dan
(3) reaksi yang melibatkan asam kuat dan basa lemah.
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat didalam proses titrasi. Ada
berbagai macam metode titrasi, diantaranya adalah asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri dan
alkalimetri merupakan reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Asidimetri
merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan
menggunakan penitran asam. Sebaliknya alkalimetri adalah Alkalimetri adalah pengukuran
konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Titrasi alkalimetri termasuk ke dalam
titrasi netralisasi. Titrasi Alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam kuat - basa kuat, asam kuat -
basa lemah, asam lemah - basa kuat, asam kuat garam dari basa lemah, basa kuat - garam dari asam
lemah. Adapun prinsip Alkalimetri yaitu jalannya proses titrasi alkalimetri dapat diikuti dengan
melihat perubahan pH larutan selama proses titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat
dan di sekitar titik ekivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar
kesalahan titrasi sekecil-kecilnya.

3
Gambar 1. Sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Asidi-alkalimetri
Pada titrasi asam basa yang perlu diperhatikan adalah:
(a) larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya,
(b) indikator yang fungsinya untuk mengetahui titik akhir titrasi, dan
(c) prosedur untuk konsentrasi larutan yang ditentukan.
Reaksi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetri asam-basa adalah sebagai
berikut :
o Jika HA merupakan asam yang akan ditentukan dan BOH sebagai basa, maka reaksinya adalah
: HA + OH- → A- + H2O
o Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagai asam, maka reaksinya adalah
: BOH + H+→ B++ H2O
Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi
penetralan reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen dari larutan asam dengan ion hidroksida dari
larutan basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi dapat
juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (pemberi) dengan akseptor proton (penerima).
, yakni ; H+ + OH- → H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-reaksi antara asam kuat
dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa
lemah. Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis
kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir
titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku
elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl. (Underwood,1986)
Penambahan larutan standar dilakukan sampai mencapai titik ekivalen atau titik stoikiometri,
yakni ion hidrogen dan ion hidroksida habis bereaksi. Titik ekivalen dapat ditentukan dengan
menggunakan suatu indikator yang berubah warna di sekitar titik tersebut. Titik dimana perubahan

4
warna indikator terjadi disebut titik akhir titrasi. Pada titrasi asam basa, ada beberapa istilah yang
harus diperhatikan, yaitu:
1. Larutan Standar
Larutan standar adalah larutan yang telah ditetapkan konsentrasinya, Dalam titrasi
larutan standar disebut dengan titran. Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan
titrasi adalah pembuatan larutan standar. Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar
bila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
⚫ mempunyai kemurnian yang tinggi
⚫ mempunyai rumus molekul yang pasti
⚫ tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang
⚫ larutannya harus bersifat stabil
⚫ mempunyai massa molekul relatif (Mr) tinggi tetapi muatan ionnya rendah Suatu
larutan yang memenuhi persyaratan disebut larutan standar primer, sedangkan larutan standar
sekunder adalah larutan standar yang bila akan digunakan untuk standarisasi harus
distandarisasi lebih dahulu dengan larutan standar primer.
Istilah titrasi menyangkut proses untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk
mencapai titik ekivalen. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis
volumetrik adalah sebagai berikut :
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif / stoikiometri.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia
maupun secara fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika.Indikator
potensiometri dapat pula digunakan.

2. Indikator
Indikator adalah suatu zat yang warnanya berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi ion
hidrogen. Asam atau basa indikator yang tidak terdisosiasi mempunyai warna yang berbeda
dengan hasil disosiasinya.
Gambar 2.
Contohnya fenolftalein yang tergolong asam yang sangat lemah, dalam keadaan yang
tidak terionisasi tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa, fenolftalein akan
terionisasi lebih banyak dan memberikan warna yang terang karena adanya anionnya
(Keenan, 1994).
Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluoresen atau
kekeruhan pada suatu range atau trayek pH tertentu. Indikator asam basa terletak pada titik
ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indicator dapat berupa asam ataupun basa-larut, stabil
dan menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya juga adalah zat-zat organic.
Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indicator mempunyai
tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range atau
trayek pH yang berbeda (Khopkar, 1990).
Indikator fenolftalein yang sudah dikenal merupakan asam diprotik dan tidak berwarna.
Indicator ini terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarnanya dan kemudian, dengan
hilangnya proton kedua, menjadi ion dengan system terkonjugat, menghasilkan warna merah.
Metil orange, indicator lainnya yang banyak digunakan, merupakan basa dan berwarna
kuning dalam molekulnya. Penambahan proton menghasilkan kation yang berwarna merah
muda (Underwood, 1998).

6
C. Alat dan Bahan
o Alat
NO ALAT JUMLAH DOKUMENTASI

1 Buret 50mL 1 buah

2 Pipet volume/ 1 buah


gondok 10mL

3 Bulb 1 buah

4 Statim dan Klem 1 buah

5 Erlenmeyer 100mL 2 buah

6 Corong kimia 1 buah

7 Kertas putih 1 buah

o Bahan
NO BAHAN JUMLAH DOKUMENTASI
1 Larutan NaOH ( kelas 10,8ml+ 9,8ml =
1D Kelompok 5 ) 20,6ml

7
2 Larutan HCl 0,1 N 10ML + 10ML = 20ML
( kelas 1A kelompok 6)

3 Larutan indikator PP 3 Tetes + 3 Tetes =


(Fenolftaelein) 6 Tetes

4 Tisu 1 bungkus

D. Data Pengamatan
NO Volume HCL Fenolftalein Volume Warna setelah

0, 1N NaOH Ditambah NaOH


Volume Warna
Fenolftalein

1. 10ml 3 Tetes Bening 10,8 ml Ungu

2. 10ml 3 Tetes Bening 9,8 ml Baby Pink

8
Percobaan Keterangan Dokumentasi

1 Pada percobaan pertama ini, kami masih belum


mengetahui sama sekali kapan larutan HCl akan
berubah warna setelah dicampur 3 tetes
fenolftalein serta ditetesi larutan NaOH dalam
buret. Setelah lama menetesi larutan NaOH,
mendekati angka 27mL pada buret, warna
kemerahan mulai terlihat, namun masih sedikit
tampak dan tiba-tiba menghilang. Mendekati
angka 28mL warna merah muda sudah muncul,
Namun terjadi kesalahan yaitu tidak memutar
buret ke arah mengunci sehingga terjadi
kelebihan dalam penuangan NaOH, maka
tepatnya pada angka 29,3 mL pada buret, kami
menghentikan tetesan pada buret.
2 Pada percobaan kedua, kami sudah memiliki
pemikiran bahwa sekitar 39mL, warna akan
berubah. Setelah mengamati tetesan, ternyata
mendekati 38,8mL pada buret, warna mulai
berubah menjadi kemerahan. Maka kami
menghentikan tetesan tepatnya pada 39,1 mL
ketika warna baby pink sudah merata.

Dari kedua percobaan tersebut, kami mengamati kedua hasil perubahan larutan HCI. Ternyata
hasilnya, kedua larutan memiliki warna yang berbeda. Padahal menurut panduan, tetesan NaOH
dihentikan ketika ada perubahan warna sedikit pada erlenmeyer dan tidak boleh menunggu supaya
HCL mengalami perubahan warna yang jelas. Dan hal tersebut merupakan letak kesalahan kami,
yaitu tidak memperhatikan posisi kran buret dengan baik, sehingga terjadi kelebihan dalam titrasi
tersebut.

9
Dari hasil praktikum yang telah di lakukan maka di dapat untuk Pembuktian Perhitungan:

❖ Volume Awal NaOH : 18,5 ml Volume Awal NaOH : 29,3ml Volume Akhir NaOH: 29,3
ml Volume Akhir NaOH: 39,1 ml Volume NaOH : 10,8 ml Volume NaOH : 9,8 ml

✓ Rata-rata dari kedua volume NaOH


10,8mL +9,8mL
2= 10,3ml

Rumus : [H+] = [OH-]


Vol. HCl × M.HCl = Vol. NaOH × ��

10ML × 0,1N = 10,3ML × ��

�� =10mL×0,1 N
10,3mL

�� = 0,0970 N
�� = 0,1 N
Maka dari hasil praktikum yang telah kami lakukan yaitu uji konsentrasi larutan NaOH dengan
titrasi asam basa metode alkalimetri, membuktikan bahwa larutan NaOH yang di buat oleh kelompok 5
dari kelas 1D benar yaitu dengan konsentrasi NaOH 0,1N.

10
E. Pembahasan

Pada praktikum ini yaitu mengetani titrasi Asam Basa dengan menggunakan larutan HCL 0,1N dengan larutan
standar basa NaOH 0,1M sebanyak 2 kali percobaan. Sampel yang akan ditentukan konsentrasi atau kadarnya
adalah NaOH. Peralatan yang digunakan dalam titrasi asam basa kali ini diantaranya, pipet volume/gondok 10ml,
buret 50 ml, klem dan statif, Erlenmeyer 100 ml. corong, dan pipet tetes. Sedangkan untuk bahan yang digunakan
yaitu tarutan HCL 0,1N sebanyak 10 ml , larutan NaOH dan indicator fenolftalein (PP).

Pada saat pengambilan HCL 0,1N dilakukan dengan menggunakan pipet, sebanyak 10 mL. Larutan NaOH yang
akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) melalui corong terlebih dahulu, hal ini
bertujuan agar pertumpahan larutan baku dapat lebih diminimalisir dan jumlah titran yang terpakai dapat diketahui
dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan HCL yang dititrasi dimasukkan kedalam Erlenmeyer dengan
mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator
yang warnanya disekitar titik ekivalen. Pada praktikum kemarin kami menggunkan indicator Fenophtalein yang
akan berubah warna menjadi baby pink pada saat telah tercapainya titik ekivalen, namun pada saat praktikum,
perubahan warna yang terjadi pada percobaan pertama adalah pink keunguan karena titik ekivalennya telah
terlampaui.Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator phenolptalein. Titik pada titrasi
dimana phenolptalein warnanya berubah menjadi warna merah jambu, karena indikator ini dapat berubah warna
dalam keadaan basa, yaitu diantara PH 8-10 , fenomena ini disebut dengan
titik akhir titrasi. Volume NaOH yang terpakai dicatat dan percobaan ini dilakukan dua kali lagi, data yang telah
terkumpul digunakan untuk menentukan kadar NaOH.

Metode titrimetri atau volumetri adalah metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran volume
reagen yang telah diketahui konsentrasinya yang bereaksi sempurna dengan analit. Alkalimetri adalah pengukuran
yang berkaitan dengan reaksi asam basa yang umumnya dilakukan secara titrimetri. Sehingga umum disebut titrasi
asidimetri atau titrasi alkalimetri. Titrasi asidimetri adalah titrasi terhadap larutan basa bebas dengan larutan standar
asam kuat atau titrasi terhadap larutan garam yang berasal dari asam lemah dengan larutan standar asam kuat.
Titrasi alkalimetri adalah titrasi terhadap larutan asam bebas dengan larutan standar basa kuat atau titrasi terhadap
larutan garam yang berasal dari basa lemah dengan larutan standar basa kuat (Simanjuntak, 2018). Alkalimetri
merupakan metode yang berdasarkan pada reaksi netralisasi, yaitu reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa yang membentuk molekul air. Karenanya alkalimetri dapat
didefinisikan sebagai metode untuk menetapkan kadar asam dari suatu bahan dengan menggunakan larutan basa
yang sesuai.

11
Adapun langkah-langkah dalam proses titrasi ini yaitu:
NO CARA KERJA DOKUMENTASI

1. Siapkan alat dan bahan yang di perlukan, dan pastikan semua


alat dalam keadaan yang bersih atau steril.
2. Pasang buret pada statif dan dijepit dengan klem. Pastikan
keran buret dalam posisi tertutup. Lalu Masukkan larutan
NaOH 0,1 M pada buret sebanyak 50 mL atau sampai tanda
batas buret (larutan bening berarti meniscus bawah). Lalu
Tutup ujung buret menggunakan tisu. kemudian pastikan
buret di statif dan klem dalam posisi indikator

angka menghadap sejajar dengan mata dan bagian keran


berada di samping kanan pengamat.

12
3. Pipet larutan HCL 0,1N sebanyak 10ml dengan pipet
volume/gondok dan tuangkan kedalam erlenmeyer 1 dan 2.
Lalu pipet indikator PP dengan menggunakan pipet tetes
sebanyak 3 tetes kedalam erlenmeyer 1 dan 2 yang sudah
berisi larutan HCL 0,1N.
4. Letakkan erlenmeyer 1 pada statif dan posisikan tangan kiri
memegang keran buret dan tangan kanan memengang leher
erlenmeyer. Kemudian putar keran buret secara perlahan
hingga larutan NaOH keluar melalui tetesan dan
homogenkan larutan NaOH dan larutan yang ada di
erlenmeyer (HCL dan Larutan PP) lalu perhatikan banyak
NaOH yang menetes, dan catat volume yang terpakai.
Perhatikan juga perubahan warna pada Erlenmeyer yang
berisi fenolftalein dan HCl.

13
5. Pada saat warna larutan di erlenmeyer berubah menjadi
warna baby pink maka titik akhir titrasi telah di temukan.
kemudian tutup kran pada buret . Sehingga proses titrasi
dapat dihentikan dan catat hasil volume yang ada di buret .
setelah itu Lakukan titrasi duplo menggunakan erlenmeyer 2
dan catat hasilnya kembali.

6. Langkah terakhir yaitu melakukan proses perhitungan.

Pada praktikum yang telah kelompok kami lakukan maka dapat di simpulkan bahwa Larutan NaOH yang akan
diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) melalui corong terlebih dahulu, hal ini bertujuan
agar pertumpahan larutan baku dapat lebih diminimalisir dan jumlah titran yang terpakai dapat diketahui dari tinggi
sebelum dan sesudah titrasi. Larutan HCL yang dititrasi dimasukkan kedalam erlenmeyer dengan
14
mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai
indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen.

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi netralisasi adalah
titik pada reaksi dimana asam klorida dan natrium hidroksida keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang
berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam erlenmeyer bersamaan
dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat didalam buret,
ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik
ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator phenolptalein . Titik pada titrasi dimana phenolptalein
warnanya berubah menjadi warna baby pink, karena indikator ini dapat berubah warna dalam keadaan basa, yaitu
diantara PH 8-10 , fenomena ini disebut dengan disebut titik akhir titrasi. Volume NaOH yang terpakai dicatat dan
percobaan ini dilakukan sekali lagi, data yang telah terkumpul digunakan untuk menentukan kadar NaOH dalam satuan
Normalitas.

Dalam titrasi asam-basa perubahan pH sangat kecil hingga hampir tercapai titik ekivalen. Pada saat tercapai
titik ekivalen, penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan pH yang besai ini seringkali dideteksi
dengan zat yang dikenal sebagai indikator. Titik atau kondisi penambahan asam atau basa dimana terjadi perubahan
warna indikator dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi sering disamakan dengan titik
ekivalen, walaupun diantara keduanya masih ada selisih yang relatif kecil. Semua masalah yang berkaitan dengan titrasi
asam basa dapat dipecahkan dengan konsep stoikiometri dan konsentrasi larutan yang dinyatakan dengan mol,
perbandingan mol, molaritas atau normalitas.

Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan pH, khususnya pada saat
akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna
dari indikator. Analit bersifat asam pH mula-mula rendah, penambahan basa menyebabkan pH naik secara perlahan dan
bertambah cepat ketika akan mencapai titik ekuivalen (pH = 7). Penambahan selanjutnya menyebabkan larutan
kelebihan basa sehingga pH terus meningkat

Larutan baku asam yang sering digunakan dalam asidi-alkalimetri umumnya dibuat dari asam klorida dan asam
sulfat. Kedua asam ini dapat digunakan pada hampir semua titrasi, akan tetapi asam klorida lebih disukai daripasa asam
sulfat terutama untuk senyawa-senyawa yang memberikan endapan dengan asam sulfat seperti barium hidroksida.
Asam sulfat lebih disukai untuk titrasi menggunakan pemanasan karena kemungkinan terjadinya penguapan pada
pemanasan asam klorida yang dapat menimbulkan bahaya. Asam nitrat selalu tidak digunakan karena mengandung
asam nitrit yang dapat merusak beberapa indikator. Untuk larutan baku alkali, umumnya digunakan natrium hidroksida,
kalium hidroksida dan barium hidroksida. Larutan- larutan ini mudah menyerap karbon dioksida dari udara, oleh karena
itu konsentrasinya dapat berubah dengan cepat. Dengan demikian, maka

15
larutan bali alkali dibuat bebas karbonat dan untuk melindungi itu dari pengaruh karbon dioksida dari udara maka
penyimpanannya dilengkapi dengan “soda lime tube”. Semua larutan baku alkali harus sering dibakukan ulang.

F. Daftar Pustaka

Brown, Theodore L,(2009), CHEMISTRY The Central Science, Pearson Education, Inc, Upper Saddle River, New
Jersey.

Chang Raymond,(2005) Kimia Dasar, Translatioan copyright, Penerbit.Erlangga

Devi, K. Poppy.,dkk.(2009). Kimia 1:Kelas XI SMA dan MA. Jakarta:Pusat

Ibnu, M. Sodiq Ibnu, et al.. Kimia Analitik I . Malang: Universitas Negeri Malang, 2005

Khopkar, S. M.. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia, 2010

Setiawati, T. Titrasi Asam Basa. Diakses pada tanggal 23 September 2022, dari

https://rest-app.belajar.kemdikbud.go.id/files/pdf/38edfe41b8c7490cb15ebc4f316b78ca.pdf

Studocu. (2021) . Laporan Praktikum Titrasi Asam Basa. Diakses pada tanggal 23 September 2022, dari
https://www.studocu.com/id/document/universitas-sultan-ageng-tirtayasa/teknologi
pangan/laporan-praktikum-titrasi-asam-basa/19224534

Budiman, M.A. (2012). Laporan Praktikum Alkalimetri. Diakes pada tanggal 24 September 2022, dari

https://muthiaura.wordpress.com/2012/04/09/laporan-praktikum-alkalimetri/

16

Anda mungkin juga menyukai