Mengetahui,
Dosen Penanggungjawab
25 21,4 0,116 N
25 21,3 0,117 N
25 21,3 0,117 N
G. ANALISIS DATA
1. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan standar asam oksalat 0,1 N
H2C2O4 + 2NaOH + PP Na2C2O4 + H2O
Diketahui : VNaOH 1 = 21,4 mL
VNaOH 2 = 21,3 mL
VNaOH 1 = 21,3 mL
V H2C2O4= 25 mL
Ditanyakan : N NaOH =…….?
Penyelesaian :
N NaOH × V NaOH = N C2H2O4
𝑁 𝐶2 𝐻2 𝑂4 × 𝑉 𝐶2 𝐻2 𝑂4
N NaOH = 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑁 𝐶2 𝐻2 𝑂4 × 𝑉 𝐶2 𝐻2 𝑂4
a. NNaOH1 = 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
0,1 𝑁 × 25 𝑚𝐿
= 21,4 𝑚𝐿
= 0,116 N
𝑁 𝐶2 𝐻2 𝑂4 × 𝑉 𝐶2 𝐻2 𝑂4
b. NNaOH2 = 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
0,1 𝑁 × 25 𝑚𝐿
= 21,3 𝑚𝐿
= 0,117 N
𝑁 𝐶2 𝐻2 𝑂4 × 𝑉 𝐶2 𝐻2 𝑂4
c. NNaOH3 = 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
0,1 𝑁 × 25 𝑚𝐿
= 21,3 𝑚𝐿
= 0,117N
V1+V2+V3
Rata-rata H2C2O4 = 3
25+25+25
= = 25 mL
3
Normalitas NaOH rata-rata
𝑁1 + 𝑁2 + 𝑁3
NNaOH rata-rata = 3
0,116+0,117 +0,117
= 3
= 0,117 N
2. Penentuan kadar asam cuka
Diketahui :
VNaOH awal 1 = 50 mL
VNaOH awal 2 = 50 mL
VNaOH awal 3 = 50 mL
VNaOH 1 = 0,4 mL
VNaOH 2 = 0,6mL
VNaOH 3 = 0,4 mL
VNaOH akhir 1 = 49,6 mL
VNaOH akhir 2 = 49 mL
VNaOH akhir 3 = 48,6 mL
Ditanyakan : % kadar asam cuka = …..?
Penyelesaian :
𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3
VNaOH rata-rata = 3
(0,4+0,6+0,4)𝑚𝐿
= 3
= 0,47 mL
a. Normalitas
Vrata−rata ×N NaOH 0,47 ×0,1 N
N2 = =
10 mL 10 mL
=0,047 N
100 mL ×0,047
b. N1 = 1
= 0,047
c. Diketahui:
% CH3COOH = 25%
Ƿ CH3COOH = 1,048 gr/mL
Mr CH3COOH = 60 gr/mol
ƿ ×10 ×% CH3COOH
M stok = Mr
gr
1,048 ×10 ×25%
mL
= 60 gr/mol
= 4,37 M
d. % kadar asam asetat
M1 ×99% 0,047 ×99%
%𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 = =
Mstok 4,37
= 0,10 × 99%
Kadar asam asetat = 10,6%
Jadi, kadar asam asetat = 10,6%
H. PEMBAHASAN
1. Standarisasi larutan NaOH 0,1N dengan larutan standar asam oksalat
Percobaan standarisasi larutan NaOH 0,1 N dan penentuan kadar asam
cuka ini bertujuan menentukan normalitas larutan NaOH menggunakan larutan
standar asam oksalat dan menetapkan kadar asam cuka secara titrasi volumetri.
Standarisasi adalah suatu proses yang digunakan untuk menentukan konsentrasi
suatu larutan secara teliti atau bisa juga diartikan sebagai penentuan konsentrasi
eksak dari suatu larutan standar. Larutan adalah campuran yang homogen dari dua
atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut, sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak disebut pelarut. Larutan bisa berwujud gas (seperti
udara), padat (separti alloy atau paduan logam), atau cair (misalnya air laut).
Didalam larutan dikenal konsentrasi larutan ( Chang 2004: 90). Larutan standar
merupakan suatu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Larutan standar
dapat dibedakan menjadi dua yaitu larutan standar primer dan larutan standar
sekunder.
Larutan standar primer yaitu larutan dimana kadarnya dapat diketahui
secara langsung karena didapatkan dari hasil penimbangan. Umumnya dinyatakan
dalam normalitas. Syarat-syarat larutan standar primer antara lain: mempunyai
kemurnian yang tinggi, rumus molekulnya pasti, tidak mengalami perubahan saat
penimbangan, berat ekivalen yang tinggi serta larutannya stabil dalam
penimbangan. Sedangkan larutan sekunder adalah larutan dimana konsentrasinya
ditentukan dengan jalan standarlisasi dengan larutan standar primer. Syarat-syarat
larutan standar sekunder antara lain: derajat kemurnian lebih rendah dari larutan
standar primer, berat ekivalennya tinggi serta larutannya stabil dalam
penyimpanan (Tim Dosen, 2018: 6-7).
Larutan standar primer yang digunakan yaitu asam oksalat (H2C2O4).
Larutan asam oksalat digunakan sebagai baku primer karena asam oksalat
memnuhi syarat baku primer dan asam oksalat akan bereaksi dengsn NaOH (basa
kuat). Sedangkan larutan standar sekunder yang digunakan adalah
Prinsip dasar standarisasi larutan yaitu, pencampuran, pengocokan, proses
titrasi dan pengamatan. Prinsip kerja yaitu pencampuran dan penitrasian (proses
titrasi). Metode yang digunakan adalah titrasi volumetri, yaitu teknik analisis
kuantitatif untuk menentukan kadar dengan menggunakan larutan yang standar.
Pada titrasi ini digunakan indikator phenolftalein yang berfungsi untuk
memberikan perubahan warna pada larutan ketika titik ekivalen. Titik ekivalen
yitu titik dimana penitrasi tepat bereaksi dengan seluruh zat yang diitrasi atau
secara stoikiometri, jumlah mol zat titer setara dengan jumlah mol zat titran yang
ditandai dengan perubahan warna oleh indikator.
Berdasarkan hasil percobaan pembuatan hasil percobaan larutan standar
NaOH pula titrasi terjadi reaksi asam basa atara asam oksalat (asam lemah)
dengan NaOH ( basa kuat). Reaksinya:
H2C2O4(aq) + 2NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan hasil yang akurat untuk
mendapatkan konsentrasi yang sebenarnya.
Volume NaOH yang digunakan pada titrasi pertama sebanyak 21, 4 mL,
titrasi ke 2 sebanyak 21,3 mL, titrasi ke 3 sebanyak 21,3 mL. Dengan volume
rata-rata NaOH yaitu 21,3 mL dengan diketahuinya volume NaOH yang
digunakan pada proses titasi sehingga dapat diketahui konsentrasi NaOH, yaitu
pada titrasi ke 1 sebanyak 0,116 N, titrasi ke 2 sebanyak 0,117 N, titrasi ke3
sebanyak 0,117 N. Konsentrasi rata-rata NaOH yaitu 0,117 N, yang merupakan
konsentarsi NaOH sebenarnya.
2. Penentuan kadar asetat dalam asam cuka
Percobaan untuk menetukan kadar asetat dalam cuka dilakukan titrasi
dengan menggunakan NaOH 0,1 N sebagai penitrasi (titer) dan cuka sebagai yang
dititrasi (titran) dengan penambahan indikator phenolftalein yang fumgsinya
memberikan perubahan warna ketika terjadi titik ekivalen, dimana seperti yang
disebutkan sebelumnya, titk ekivalen yaitu ititk dimana zat tepat bereaksi dengan
zat yang dititrasi dengan kata lain secara stoikiometri, jumlah mol zat titer setara
dengan jumlah mol titran yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna. Pada
titrasi ini NaOH bereaksi dengan cuka (CH3COOH) dengan reaksi:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H20(l)
Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Titrasi pertama sebanyak 0,4 mL volume NaOH, titrasi ke 2 sebanyak 0,6
mL, titrasi ke 3 sebanyak 0,4 mL, sehingga didapat volume rata-rata penitrasi
(NaOH) yaitu 0,47 mL. Dengan mengetahui volume penitrasi yang digunakan
maka dapat dicari kadar asetat dalam cuka. Kadar asetat yang didapat dari hasil
analisis yaitu 10,6 %, artinya terdapat 10,6 % asam asetat dalam 100 mL larutan
cuka.
G. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Pada percobaan standarisasi NaOH 0,1 N dengan larutan standar asam
oksalat 0,1 N, dengan metode titrasi volumetri didapat volume rata-rata NaOH
sebanyak dalam 3 kali titrasi, sehingga dapat diketahui bahwa konsentrasi larutn
NaOH yang sebenarnya adalah 21,3 mL. Percobaan penetapan kadar asetat dalam
asam cuka di lakukan titrasi sebanyak 3 kali, maka dari titrasi tersebut diketahui
volume rata-rata NaOH sebanyak 0,47 mL. Dengan dilakukannya analisis
perhitunga, maka didapat kadar asam oksalat dala asam cuka yaitu 10,6 % dalam
100 mL larutan cuka.
2. Saran
Diharapkan dalam melakukan percobaan ini agar lebih teliti didalam
melakukan titrasi agar terjadi perubahan warna merah mudanya tidak terlalu
mencolok.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia
Pursitasari, Indarini Dwi. 2014. Kimia Analitik Dasar dengan Strategi Problem
Solving dan Open-ended Experiment. Bandung: Alfabeta
Svehla, G. 1985. Vogel Buku Analisis Anorganik Kualitatif Edisi kelima. Jakarta:
PT. Kalman Media Pustaka.
Tim Dosen Kimia Dasar. 2018. Penuntun Praktikum Kimia Dasar Untuk Jurusan
Kimia. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Day. R. A, A. L. Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.
JAWABAN PERTANYAAN
kedalam erlenmeyer
Hasil titrasi
1 mL larutan CH3COOH encerkan dengan aquades dan
kocok