Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR PENGSAHAN

Laporan lengkap praktikum kimia dasar lanjut dengan judul “Pembuatan


dan sifat koloid”. yang disusun oleh
nama : Fikri Munafri
nim :1713041006
kelas : Pendidikan Kimia B
kelompok : II (dua)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh asisten dan koordinator asisten dan dinyatakan
diterima.
Makassar, 2018
Kordinator asisten Asisten

Niluh Sriwanti Nasrullah


NIM. 1413140012 NIM. 1413142009

Mengetahui,
Dosen penanggung jawab

Ahmad Fudhail Madjid, S.Pd, M.Si


NIP. 19881012 201541002
A. JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan dan sifat koloid
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari cara pembuatan dan sifat-sifat koloid
C. LANDASAN TEORI
Sistem koloid sebagai suatu gejala dan bentuk fisik suatu materi, kadang-
kadang pembentukannya tidak dikehendaki atau harus dihindarkan pada satu
aspek kegiatan atau harus dihindarkan pada satu aspek kegiatan atau pada
pekerjaan tertentu. Zat yang terpecah halus di dalam suatu medium atau pelarut
disebut zat terdispersi, sedangkan pelarutnya disebut zat pendispersi atau medium
pendispersi, sistem yang terbentuk dalam dua komponen ini disebut sistem
dispersi. Ada tiga sistem dispersi, yaitu sistem dispersi molekuler (ata disebut
sistem larutan); sistem dispersi halus (atau sistem koloid); dan sistem dispersi
kasar (atau suspensi) (Mulyono, 2005 : 183).
Kolid adala campuran dari dua atau lebih zat yan salah satunya fasanya
tersuspensi sebagai sejumlah besar partikel yang sangat kecil dalam fasa kedua.
Zat yang terdispersi dan medium penyangganya dapat berupa kombinasi gas,
cairan, padatan. Contoh koloid antaralain semprotan aerosol (cairan tersuspensi
dalam gas), asap (partikel padatan dalam udara), susu (tetesan kecil minyak dan
padatan dalam air), mayones (tetesan kecil air dalam minyak), dan cat (partikel
pigmen padat dalam minyak untuk cat berdasar-minyak, atau pigmen dari minyak
yang terdispersi dalam air untuk cat lateks) (Oxtobi, 2001 : 178).
Menurut mulyono (2005 : 183). Salah satu parameter yang membedakan
antarketiga sistem di atas adalah ukuran dari partikel terdispersinya. Ukuran
partikel mempunyai diameter partikel kurang dari 1 nm; diameter partikel koloid
antara 1-200 nm; sedangkan untuk partikel suspensi memiliki diameter lebih dari
200 nm (1 nm = 10 -9 m). Dapat dikatan bahwa sistem koloid mempunyai sifat
antara sistem larutan dan sistem suspensi. Ciri-ciri sistem koloid antara lain :
 Bidang batas antar zat terdispersi dan medium pendispersi hanya dapat di
deteksi dengan bantuan mikroskop-ultra.
 Bersifat dua fasa tetapi sukar memisah (cukup stabil).
 Tidak dapat tersaring dengan kertas saring biasa.
Titik beku campuran koloid dari silika dalam air hanya sedikit dibawah
0°C. Kita simpulkan bahwa campuran seperti ini mengandung edik partikel
dibandingkan larutan sejati engan konsentrasi terlarutyang sama. Tetapi jika
jumlah partikel sedikit, massa dan ukuran fisik harus lebih besar dibanding
partikel zat terlarut yang biasa. Pembuatan partikel oloid dapat dilakukan ,
misalnya dalam hal koloid silika, melalui pengelompokkan (agregasi) sejumlah
besar molekul dengan proses yang dinamakan kondensasi. Metode (yang
berlawanan) yang jua serng dilakukan ialah dispersi. Dispersi melibatkan
pemecahan partikel besar secara mekanis, misal melalui penumbukan sehingaga
partikel cukup kecil untuk tetap tersuspensi (Suminar, 1987).
Dari beberapa tipe stem koloid itu yang terpeting adalah sol dan emulsi,
Sol adalah sisteoloid yang terbentuk jia patikel padat terdispersi dalam cairan. Jia
sol yang cair ini berubah menjadi padat dan tida lai dapat di tuang, maka disebut
gel atau jel. Misalnya larutan gelatin dalam air pada suhu tinggi adalah sol dan
pada suhu rendah adalah jel, sol yang medium pendispersinya adalah air disebut
hidrosol dan jika medium pendispersinya udara adalah aerosol. Sedangkan emulsi
adalah sistem koloid yang tentuk ari zat cair sbagai zat terdispersi dan medium
pendispersinya. Emulsi yang paling lazim ialah emulsi minyak dalam air(oil in
water emulsion,o/w) dan air dalam minyak (water in oil emulsion). Emulsi daat
stabil karna adanya zat pengemulsi atau emulgator, seperti sabun dan deterjen
lainnya. Zat ini memunyai afinitas yang kuat baik terhadap fase minyak maupun
fase airnya. Contoh emulsi alam adalah susu, yang merupakan emulsi lemak
dalam air dan sebagaemulgatornya adalah kasein (Sukartono, 1983 : 152).
Karna kebanyakan zat dapat berada dalam keadaan koloid, semua cabang
ilmu kimia berkepentingan dengan kimia koloid dalam satu atau lain cara. Semua
jaringan hidup bersifat koloidal. Banyak reaksi kimia yang kompleks yang perlu
untuk kehidupan, harus ditafsirkan secara kimia koloid. Bagian kerak bumi yang
dikatakan sebagai tanah yang bisa dicangkul terdiri dari bagian-bagian yang
bersifat koloid; oleh karna itu ilmu tanah harus mencakup penerapan kimia koloid
pada tanah. Dalam industri, ilmu koloid penting dalam industri cat, keramika,
plastik, tekstil, kertas dan film foto, lem, tinta, semen, karet, kulit, bumbu selada,
mentega, keju, dan makanan lain, pelumas, sabun, obat semprot pertanian, dan
insektisida, detergen, gel dan selai perekat, dan sejumlah besar produk lainnya.
Proses seperti memutihkan, menghilangkan bau, menyamak, mewarnai, dan
pemurnian secara pengapungan bahan galian, melibatkan , adsorbsi, pada
permukaan materi koloid, dan karna itu berkepentingan dengan kimia koloid
(Keenan, 1984 : 456).
Menurut Mulyono (2005 : 184) tipe koloid berdasarkan fasanya
Fasa Fasa Nama Contoh
terdispersi pendispersi
Gas Cair Busa cair Busa sabun; roti; hair-spray
Gas Padat Busa padat Karet busa; batu apung
Cair Gas Aerosol cair Kabut; awan
Cair Cair Emulsi cair Susu; krem; odol
Cair Padat Emulsi padat Keju; mentega; mutiara
Padat Gas Aerosol padat Asap; debu dalam udara
Padat Cair Sol cair Jelly; agar-agar cat
Padat Padat Sol padat Kaca warna; intan warna; paduan
logam
Sifat sistem koloid :
Efek tyndall. Pernah kita amati cahaya yang dihamburkan oleh partikel-
partikel debu bila seberkas cahaya matahari memasuki suatu kamar gelap, lewat
pintu yang terbuka sedikit atau lewat suatu celah. Partikel debu, banyak
diantaranya terlalu kecil untuk dilihat, akan nampak sebagai titik-titik terang
dalam suatu berkas cahaya. Bila partikel itu memang berukuran koloid, partikel
itu sendiri tidak tampak, ang terlihat ialah ahayayang dihamburkan oleh mereka ,
hamburan cahaya ini disebut efek tyndall. Ini disebabkan karna partikel kecil
menghamburkan cahaya ke segala arah , penghamburan cahaya tyndall dapat
menjelaskan buramnya dispersi koloid, misalnya, meskipun baik minyak zaitun
maupun air itu tembus cahaya, dispersi koloid dari kedua zat tersebut nampak
seperti susu (Keenan, 1984 : 458).
Partikel tersuspensi berada dalam keadaan gerak tetap yang disebut gerak
brown, berdasarkan nama Robert Brown, botaniwan skotlandia yang
menggunakan mikroskop untuk mengamati gerak partikl tepung sari dalam air.
Gerak brown adalah akibat dari kocokan acak tetapi tetap pada partikel molekul
pelarut. Pada tahun 1905 Albert Einstein menunjukkan bagaimana gerak partikel
brown dapat diberikan pada tingka mikroskopik; hasil karyanya ini merupakan
salah satu yang pali menonjol dan meyakinkan mengenai hipotesis molekular dan
teori kinetik materi yang akhirnya menghasilkan penetapan bilangan Avogadro
secara cermat (Oxtobi, 2001).
Elekrtofresis adalah perpindahan patikel muatan listrik dala medan listrik.
Karna partikel koloid bermuatan maka mereka dapat bergerak dalam medan
listrik. Jika kedalam tabung U dimasukkan koloid pada ujung-ujungnya dipasang
elektrode serta dialirkan arus searah, maka dispersi koloid itu akan bergerak
menuju ke elektroda yang cocok. Koloid bermuatan negatif menuju anoda dan
sebaliknya koloid bermuatann positif menuju ke katoda (Sukartono, 1983).
Salah satu sifat permukaan ialah kemampuannya untuk menempelkan jenis
lain kepadanya, yang dinamakan adsorbsi. Dalam pembentukannya, beberapa
partikel loid menyerap banyak ion ari larutan menjadi bermuatan listrik, walaupun
faktor muatan listrik penting untung menstabilkan koloid, konsentrasi ion yang
tinggi dapat menyebabkan koagulasi atau pengendapan koloid, cara umum yang
digunakan untuk memantapkan dispersi koloid ialah membuang kelebihan ion
melalui dialisis(dialysis), yaitu suatu proses yang serupa dengan osmosis tetapi
didasarkan pada kemampuan partikel terlarut kecil, terutama ion, untuk melewati
selaput semipermeabel bersama-sama dengan molekul
pelarut (Suminar, 1987 : 82).
Ada beberapa koloid yang tidak menyebabkan koagulasi jika ditambahkan
kepada koloid lain, bahkan menstabilkannya. Koloid demikian disebut koloid
pelindung. Koloid pelindung ini membentuk salut tipis yang menyelubungi
partikel sehingga melindungi muatan koloid itu, misalnya jika AgNO3 dan KBr
ditambah dalam suatu gelatin dalam air, maka terbentuk endapan AgBr yang
sangat halus yang terbalut oleh lapisan pelindung gelatin (Sukartono, 1983 : 156).
Ukuran partikel koloid yang terletak antara partikel larutan dan suspensi,
menyebabkan partikel larutan pada sistem larutan dapat diubah menjadi partikel
koloid dengan cara memperbesar ukurannya, disebut cara kondensasi, meliputi :
cara pertukaran pelarut, cara hidrolisis, cara redoks, dan cara dekomposisi ganda.
Sebaliknya partikel suspensi dapat diubah menjadi koloid dengan cara
memperkecil ukurannya; disebut cara dispersi meliputi, dispersi mekanik,
peptisasi,dan listrik (Mulyono, 2005).
Cara pembuatan koloid dengan elektris atau dispersi listrik biasa disebut
cara busur Bredig dan dapat digunakan untuk membuat sol logam yang kurang
reaktif seperti Pt, Ag, Au dan lain-lainnya. Caranya adalah dengan mencelupkan 2
kawat logam dalam air, lalu mengalirkan aliran listrik sehingga membentuk
loncatan listrik di antara kedua ujung kawat itu. Panas yang timbul akan
menguapkan logamnya untuk kemudian mengkondensasi membentuk partikel
koloid, cara kimiawi melibatkan reaksi kimia seperti redoks, hidrolisis dan reaksi
pengendapan dapat juga digunakan untuk membuat koloid, contohnya sol sulfur
dapat diperoleh dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2 , reaksinya :
2H2S + SO2  2H2O + 3S (Sukartono, 1983 : 157).

D.  ALAT DAN BAHAN


1.    Alat
a. Gelas ukur 10 mL    2 buah
b. Rak tabung reaksi                   1 buah
c. Botol semprot                         1 buah
d. Tabung reaksi sedang             5 buah
e. Tabung reaksi kecil                 1 buah
f. Gelas kimia 100 m                  5 buah 
g. Gelas kimia 250 mL               1 buah
h. Hotplate 1 buah
i. Labu erlenmeyer 100 mL       2 buah
j. Sendok                         2 buah                                               
k. Pipet tetes                                8 buah
l. Penjepit tabung                        1 buah
m. Stopwatch                                1 buah
n. Cawan penguap                       1 buah
o. Mortar                                      1 buah
p. Lap halus 1 buah
q. Lap kasar 1 buah
2.    Bahan
a) Larutan besi (III) klorida jenuh                  (FeCl3)
b) Larutan perak nitrat encer                          (AgNO3)
c) Larutan natrium klorida encer                    (NaCl)
d) Larutan asam nitrat encer                           (HNO3)
e) Larutan kalsium asetat jenuh                     (Ca(CH3COOH)2)
f) Larutan iod                                                 (I2)
g) Aquades                                                      (H2O)
h) Kertas saring
i) Tepung kanji atau amilum
j) Benzena                                                      (C6H6)
k) Air sabun (natrium oleat)
l) Etanol 95%                                                 (C2H5OH)
m) Gula pasir kotor
n) Norit
o) Tissue
E.  PROSEDUR KERJA
1.    Pembuatan koloid Fe(OH)3
a) 25 ml air dipanaskan sampai mendidih.
b) Larutan FeCl3 jenuh ditambahkan setetes demi setetes sambil diaduk sampai
larutan berubah warna menjadi merah cokelat.
2.    Koagulasi
a) 2 Gelas kimia 100 mL disediakan.
b) 25 mL air dimasukkan dalam masing-masing gelas kimia tersebut.
c) 1 mL larutan perak nitrat encer, 1 mL larutan NaCl encer dan 5 mL
larutan HNO3 encer ditambahkan ke dalam masing-masing gelas kimia
tersebut.
d) Salah satu gelas kimia didiamkan sedangkan yang lain dipanaskan sampai
mendidih.
e) Kecepatan koagulasi dari kedua peristiwa ini dibandingkan.
3.    Dispersi
a) Satu sendok teh amilum (tepung kanji) diambil dan dicampurkan dengan
10 mL air dalam suatu gelas kimia. Kemudian, campuran diaduk dan
disaring dengan menggunakan kertas saring.
b) Satu sendok teh amilum (tepung kanji) diambil lagi dan digerus sampai
halus dalam mortar dengan 10 mL air. Kemudian campuran disaring.
c) Filtrat A dan B dibandingkan, kemudian ke dalam filtrat B ditambahkan
beberapa tetes larutan iod.
4.    Emulsi
a) 1 mL benzena dimasukkan dalam tabung reaksi.
b) 10 mL aquades ditambahkan ke dalam tabung reaksi lalu dikocok dengan
keras.
c) Tabung reaksi diletakkan pada rak tabung dan waktu diamati selama
proses pemisahan kedua zat tersebut menjadi dua lapisan kembali.
d) Campuran tersebut lalu ditambahkan dengan 15 tetes larutan natrium oleat
(Air sabun) dan dikocok dengan kuat. Campuran diamati, apakah terjadi
pemisahan kembali.

5.    Pembuatan gel
a) 1,5 mL larutan kalsium asesat jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b) 8,5 mL etanol 95% dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang lain.
c) Kedua larutan dicampurkan secara bersama ke dalam wadah gelas dengan
segera.
d) Sedikit gel yang terbentuk dimasukkan dalam cawan penguap lalu dibakar
dengan menggunakan korek api.
6.    Adsorpsi
a) 1 sendok gula pasir merah (kotor) dilarutkan dalam 10 mL air dalam
tabung reaksi.
b) Setengah sendok norit ditambahkan ke dalam tabung reaksi tersebut.
c) Tabung reaksi diletakkan dalam bejana gelas yang berisi air panas.
d) Tabung reaksi dikocok berkali-kali dan setelah 10 menit isi tabung reaksi
disaring menggunakan kertas saring dan dimasukkan dalam tabung reaksi
yang bersih.
e) Warna larutan diamati dan dibandingkan dengan larutan sebelumnya.
F.   HASIL PENGAMATAN
No Percobaan Hasil Pengamatan
1 Pembuatan Koloid Fe(OH)3
a. 25 mL H2O dipanaskan - Larutan tidak berwarna
hingga mendidih
b. Ditambahkan tetes demi - Larutan merah coklat
setetes FeCl3
2 Koagulasi
a. 25 mL H2O + pada gelas Larutan tidak berwarna. Pada percobaan ini
kimia (a) dan (b). terbentuk produk AgCl. Reaksinya
b. + 1 mL AgNO3 encer membutuhkan waktu yang lama untuk
c. + 1 mL NaCl encer terbentuk endapan.
d. + 5 mL HNO3 Larutan berwarna putih keruh.
encer (di diamkan) (gelas Membutuhkan waktu yang cepat (4 menit)
a) untuk terbentuk endapan dengan bantuan
e. 25 mL H2O+1 mL pemansan. Senyawa yang terbentuk AgCl
AgNO3 encer+1 mL NaCl dan larutan berubah menjadi agak bening.
encer + 5 mL HNO3 encer
(dipanaskan) (gelas b)
3 Dispersi
a.    10 mL H2O + 1 sendok Larutan berwarna putih keruh
amilum lalu disaring
b.    10 mL H2O + 1 sendok Larutan berwarna putih pekat.
amilum + di gerus
c. .    10 mL H2O + 1 sendok Larutan berwarna ungu muda
amilum + 3 tetes larutan Iod
lalu disaring.
4 Emulsi
a.    1 mL C6H6 + 10 mL H2O Terbentuk 2 lapisan.
lalu dikocok
b.    15 mL larutan Natrium
Saat ditambahkan 15 mL natrium oleat lalu
oleat ditambahkan ke dalamdikocok tidak timbul 2 lapisan pada larutan,
campuran a. Lalu diamkan setelah diamati selama 15 menit terbentuk 2
selama 15 menit lapisan, lapisan atas nampak putih keruh
dan terdapat buih dan lapisan bawah bening.
5 Pembuatan Gel Terbentuk gel berwarna bening.
1,5 mL Ca(CH3COOH)2 + 8,5 Setelah dibakar, terbentuk endapan
mL etanol 95% berwarna putih. Gel bersifat mudah
terbakar.
6 Adsorpsi
1 sendok gula pasir kotor + ½ Larutan gula nampak hitam setelah disaring
sendok norit, lalu dikocok larutan nampak lebih jernih (bening
dan dipanaskan kehitaman) dari sebelumnya.

G.  PEMBAHASAN
Suatu sistem koloid terdiri dari dua bagian yaitu fasa pendispersi dan fasa
terdispersi, yaitu dimana terdapat partikel-partikel koloid pada sistem koloid bila
dilakukan pencampuran akan saling bercampur tatapi setelah didiamkan dalam
waktu yan cukup lama akan terjadi sedikit pemisahan kembali antara komponen-
komponen yang dicampurkan. Umumnya suatu sistem dapat dinyatakan dalam
berdasarkan ukuran partikelnya yaitu berdiameter antara sampai < 10-7 cm. ukuran
larutan sejati diameter parrikelnya cm dan untuk suatu suspensi adalah
>10-7 cm (Tim Dosen Kimia Dasar, 2017: 9).
Tujuan dari praktikum ini yaitu mempelajari cara pembuatan dan sifat
koloid. Percobaan ini dilakukan dengan 6 jenis percobaan yaitu sebagai berikut:
1.      Pembuatan koloid Fe(OH)3
Pembuatan kolid Fe(OH)3  merupakan proses pembuatan koloid cara
kondensasi karena terjadi proses pengubahan molekul FeCl 3 menjadi partikel
Fe(OH)3. Pembuatan koloid dengan cara kondensasi ini dilakukan melalui proses
reaksi hidrolisis FeCl3 sebagai fase terdispersi karena larutan ini memberikan
reaksi terhadap air dang sebagai fase pendispersi adalah H2O. pembuatan koloid
dilakukan di air mendidih berfungsi agar larutan FeCl3 dan H2O lebih cepat
terionisasi. Penggunaan koloid ini menggunakan prinsip hidrolisis ketika senyawa
FeCl3 bereaksi dengan air. Maka Fe akan terionkan dalam air dan membentuk
ikatan dengan ion OH- yang ada didalama air sehingga menghasilkan produk
Fe(OH)3.
            Dalam konteks ini garam yang digunakan adalah FeCl3 yang mengalami
reaksi hidrolisis akan membentuk ikatan basa lemah dan bersisa ion-ion H+ yang
membuat campuran tersebut bersifat asam. Penelitian FeCl3 kedalam air yang
mendidih  karena FeCl3 hanya bisa terionkan dalam suhu yang tinggi. Adapun
bentuk reaksinya sebagai berikut :
FeCl3(aq) + 3H2O(aq) 3HCl(aq) + Fe(OH)3(koloid)
Reaksi diatas terbentuk sol cair atau sol Fe(OH)3 karena berada pada medium
pendispersi yang diperoleh dari reaksi kimia yang dapat ditandai dengan adanya
perubahan warna yang terjadi pada H2O saat pencampuran FeCl3 yaitu berwarna
coklat.
2.    Koagulasi
            Menurut Sukartono (1983: 155) kougulasi koloid merupakan dengan cara
mekanik ataupun cara kimia dispersi koloid dapat di koagulasikan atau
digumpalkan, dengan cara pemanasan, pendingian, dan pengadukan. Proses
kougulasi dilakukan dengan menambah koagulasi kedalam air yang ditandai
dengan terbentuknya gumpalan. Percobaan ini dilakukan penambahan HNO3 pada
air yang berfungsi sebagai katalis sehingga reaktan lebih cepat terjadi dan untuk
memberikan suasana asam pada larutan. Dalam percobaan ini dilakukan 2
perlakuan yang berbeda, yang pertama gelas kimia dipanasakan sedangkan yang
kedua tidak dipanaskan. Perlakukan yang erbeda dalam percobaan ini untuk
mengetahui pengaruh suhu terhadap proses koagulasi. Percobaan koagulasi ini
digunakan NaCl encer yang berfungsi untuk membentuk lapisan sekunder ketika
bereaksi dengan AgNO3 membentuk gumpalan Na+ dan NaCl yang akan berikan
dengan NO3- dari AgNO3 membentuk ikatan NaNO3 sedangkan fungsi dari
AgNO3 yaitu sebagai pembentuk endapan dari partikel koloid. Senyawa yang
akan terionkan menjadi Ag+  dan NO3- dimana Ag akan berikatan dengan Cl
membentuk AgCl dalam bentuk koloid yang akan terbentuk. Reaksinya sebagai
berikut :
AgNO3(aq) + NaCl(aq)   AgCl(endapan putih) + NaNO3(aq).
            Semakin tinggi suhu yang dimiliki maka semakin cepat pula laju
reaksinya. Begitu pula sebaiknya apabila suhu yang dimiliki pada kurang maka
laju reaksinya pun berjalan lambat yang mengakibatkan hilangnya kestabilan
larutan HNO3 sebagai katalis yaitu zat yang mempercepat laju reaksi pada suhu
tertentu tapi tidak ikut bereaksi.
3.    Dispersi
            Percobaan ini terdapat dua perlakuan yang berbeda dengan hasil yang
berbeda pula. Dilakukan dua perlakuan yang berbeda bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penggerusan terhadap proses dispersi pada perlakuan pertama filtrat A,
dimana mencampurkan kanji dengan air lalu diaduk sampai larut tanpa
penggerusan sedangkan pada perlakuan kedua yaitu filtrat B, dimana dilakukan
penggerusan untuk memperoleh partikel yang lebih kecil.
            Setelah disaring, pada filtrat A menghasilkan warna bening (tidak
berwarna) dan filtrat B keruh setelah diambahkan iod berubah menjadi ungu
muda. Hal ini menunjukkan bahwa larutan  pada filtrat A bukan koloid karena
ukuran  partikelnya besar sehingga pada saat disaring partikel-partikel yang
ukurannya lebih besar dari koloid tidak dapat melewati kertas saring sedangkan
pada filtrate B adalah koloid karena sebelumnya amilum digerus atau gumpalan
materinya diubah menjadi lebih kecil sehingga tersebar dan berukuran koloid.
Ditambah larutan iod untuk membuktikan adanya amilum atau partikel amilum
dapat bereaksi dengan iod ditandai dengan larutan berwwarna ungu muda.
4. Emulsi
            Emulsi adalah sistem heterogen yang terdiri dari sedikitnya satu cairan
tidak saling campur yang terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk droplet
atau partikel dengan diameter kira-kira 0,1 m. Emulsi adalah campuran yang tidak
stabil. Percobaan ini benzena dan air ditambahkan kedalam tabung reaksi dan
dikocok. Campuran tersebut membentuk dua lapisan karena adanya perbedaan
kepolaran dan berat jenis. Air bersifat polar daripada benzena. Berat jenis air 1
gr/cm3 sedangkan berat jenis benzena berada 0,89  gr/cm3. Oleh sebab itu, pada
lapisan tersebut benzena berada pada lapisan atas dan air pada lapisan bawah.
Kemudian ditambahkan dengan larutan natrium oleat untuk menstabilkan emulsi
dan bersifat semi polar yang dapat melarutkan larutan polar dan larutaan  non
polar. Dalam percobaan ini yang bertindak sebagai medium pendispersi adalah
air, sedangkan terdispersi adalah benzena.
5. Pembuatan gel
            Gel adalah campuran koloida antara dua zat berbeda fase, padat dan cair.
Percobaan ini kalsium asetat direaksikan dengan etanol 95o%. Untuk
menghasilkan gel pencampuran kedua bahan ini harus dilkukan secara bersamaan
karena etanol merupakan bahan zat yang mudah menguap sehingga jika tidak
dicampur bersamaan maka tidak akan terbentuk gel. Terbentuk gel yang berwarna
hitam dengan reaksi:
2C2H5OH + Ca(CH3COO)2   2CH3COOC2H5 + Ca(OH)2
Setelah terbentuk gel, gel kemudian dibakar dan terbentuk api yang berwarna biru
tapi tidak terlalu nampak. Gel bersifat mudah terbakar. Adapun persamaan
reaksinya:
C2H5OH + 3O2  2CO2 + 3H2O
6.    Adsorpsi
Percobaan ini dilakukan dengan melarutkan gula pasir kotor ke dalam air
dalam tabung reaksi lalu ditambahkan norit kemudian dipanaskan oleh air panas
setelah itu dikocok dan disaring. Hal yang didapatkan larutan akhir lebih bening
dari pada larutan awal (ketika gula dilarutkan dalam air), hal ini disebabkan
karena norit mengadsorpsi ion sejenisnya sehingga partikel-partikel yang ada pada
larutan gula pasir terserap dan ketika proses penyaringan larutannya akan tampak
lebih jernih. Pada percobaan terdapat kesalahan saat memanaskan dan pada saat
mengaduk yang telalu lama sehingga membuat norit tidak menyerap sepenuhnya
zat kotor pada gula.

H.  KESIMPULAN DAN SARAN

1.    Kesimpulan

a. Pembuatan koloid terdiri atas dua cara yaitu kondensasi dan dispersi.
Kondensasi merupakan proses perubahan molekul-molekul menjadi partikel-
partikel koloid sedangkan cara dispersi merupakan proses perubahan partikel-
partikel besar diubah menjadi partikel-partikel dengan ukuran koloid.
Beberapa contoh koloid dalam percobaan adalah emulsi dan gel. Emulsi
merupakan salah satu sistem koloid ketika suatu zat cair didespersikan pada
zat cair lain (yang tidak saling melarutkan) dan gel adalah sol liofil yang
berbentuk setengah padat dan pembentukannya dapat dianggap sebagai
pengendapan sol yang tidak sempurna.
b.    Beberapa sifat koloid pada percobaan ini, yaitu :
1. Koagulasi adalah keadaan ketika partikel-partikel membentuk
gumpalan yang besar atau mengalami penggumpalan.
2. Adsorpsi adalah proses melekatnya suatu zat pada permukaan padatan
atau cairan.

2.    Saran

a. Saat melakukan kegiatan percobaan mahasiswa perlu memastikan


kelengkapan alat dan bahan serta mengenali fungsi alat dan bahan yang
akan digunakan.
b. Saat melakukan kegiatan percobaan mahasiswa perlu secara teliti
mengukur atau menakar jumlah zat yang digunakan dan diperlukan
keterampilan dalam penggunaan alat untuk mencegah kegagalan dan
kecacatan dalam hasil pengamatan.
c. Saat melakukan kegiatan percobaan diperlukan kerja sama tim yang baik
demi kelancaran dan kesuksesan kegiatan percobaan.

Anda mungkin juga menyukai