Mengetahui,
Dosen penanggung jawab
5. Pembuatan gel
a) 1,5 mL larutan kalsium asesat jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b) 8,5 mL etanol 95% dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang lain.
c) Kedua larutan dicampurkan secara bersama ke dalam wadah gelas dengan
segera.
d) Sedikit gel yang terbentuk dimasukkan dalam cawan penguap lalu dibakar
dengan menggunakan korek api.
6. Adsorpsi
a) 1 sendok gula pasir merah (kotor) dilarutkan dalam 10 mL air dalam
tabung reaksi.
b) Setengah sendok norit ditambahkan ke dalam tabung reaksi tersebut.
c) Tabung reaksi diletakkan dalam bejana gelas yang berisi air panas.
d) Tabung reaksi dikocok berkali-kali dan setelah 10 menit isi tabung reaksi
disaring menggunakan kertas saring dan dimasukkan dalam tabung reaksi
yang bersih.
e) Warna larutan diamati dan dibandingkan dengan larutan sebelumnya.
F. HASIL PENGAMATAN
No Percobaan Hasil Pengamatan
1 Pembuatan Koloid Fe(OH)3
a. 25 mL H2O dipanaskan - Larutan tidak berwarna
hingga mendidih
b. Ditambahkan tetes demi - Larutan merah coklat
setetes FeCl3
2 Koagulasi
a. 25 mL H2O + pada gelas Larutan tidak berwarna. Pada percobaan ini
kimia (a) dan (b). terbentuk produk AgCl. Reaksinya
b. + 1 mL AgNO3 encer membutuhkan waktu yang lama untuk
c. + 1 mL NaCl encer terbentuk endapan.
d. + 5 mL HNO3 Larutan berwarna putih keruh.
encer (di diamkan) (gelas Membutuhkan waktu yang cepat (4 menit)
a) untuk terbentuk endapan dengan bantuan
e. 25 mL H2O+1 mL pemansan. Senyawa yang terbentuk AgCl
AgNO3 encer+1 mL NaCl dan larutan berubah menjadi agak bening.
encer + 5 mL HNO3 encer
(dipanaskan) (gelas b)
3 Dispersi
a. 10 mL H2O + 1 sendok Larutan berwarna putih keruh
amilum lalu disaring
b. 10 mL H2O + 1 sendok Larutan berwarna putih pekat.
amilum + di gerus
c. . 10 mL H2O + 1 sendok Larutan berwarna ungu muda
amilum + 3 tetes larutan Iod
lalu disaring.
4 Emulsi
a. 1 mL C6H6 + 10 mL H2O Terbentuk 2 lapisan.
lalu dikocok
b. 15 mL larutan Natrium
Saat ditambahkan 15 mL natrium oleat lalu
oleat ditambahkan ke dalamdikocok tidak timbul 2 lapisan pada larutan,
campuran a. Lalu diamkan setelah diamati selama 15 menit terbentuk 2
selama 15 menit lapisan, lapisan atas nampak putih keruh
dan terdapat buih dan lapisan bawah bening.
5 Pembuatan Gel Terbentuk gel berwarna bening.
1,5 mL Ca(CH3COOH)2 + 8,5 Setelah dibakar, terbentuk endapan
mL etanol 95% berwarna putih. Gel bersifat mudah
terbakar.
6 Adsorpsi
1 sendok gula pasir kotor + ½ Larutan gula nampak hitam setelah disaring
sendok norit, lalu dikocok larutan nampak lebih jernih (bening
dan dipanaskan kehitaman) dari sebelumnya.
G. PEMBAHASAN
Suatu sistem koloid terdiri dari dua bagian yaitu fasa pendispersi dan fasa
terdispersi, yaitu dimana terdapat partikel-partikel koloid pada sistem koloid bila
dilakukan pencampuran akan saling bercampur tatapi setelah didiamkan dalam
waktu yan cukup lama akan terjadi sedikit pemisahan kembali antara komponen-
komponen yang dicampurkan. Umumnya suatu sistem dapat dinyatakan dalam
berdasarkan ukuran partikelnya yaitu berdiameter antara sampai < 10-7 cm. ukuran
larutan sejati diameter parrikelnya cm dan untuk suatu suspensi adalah
>10-7 cm (Tim Dosen Kimia Dasar, 2017: 9).
Tujuan dari praktikum ini yaitu mempelajari cara pembuatan dan sifat
koloid. Percobaan ini dilakukan dengan 6 jenis percobaan yaitu sebagai berikut:
1. Pembuatan koloid Fe(OH)3
Pembuatan kolid Fe(OH)3 merupakan proses pembuatan koloid cara
kondensasi karena terjadi proses pengubahan molekul FeCl 3 menjadi partikel
Fe(OH)3. Pembuatan koloid dengan cara kondensasi ini dilakukan melalui proses
reaksi hidrolisis FeCl3 sebagai fase terdispersi karena larutan ini memberikan
reaksi terhadap air dang sebagai fase pendispersi adalah H2O. pembuatan koloid
dilakukan di air mendidih berfungsi agar larutan FeCl3 dan H2O lebih cepat
terionisasi. Penggunaan koloid ini menggunakan prinsip hidrolisis ketika senyawa
FeCl3 bereaksi dengan air. Maka Fe akan terionkan dalam air dan membentuk
ikatan dengan ion OH- yang ada didalama air sehingga menghasilkan produk
Fe(OH)3.
Dalam konteks ini garam yang digunakan adalah FeCl3 yang mengalami
reaksi hidrolisis akan membentuk ikatan basa lemah dan bersisa ion-ion H+ yang
membuat campuran tersebut bersifat asam. Penelitian FeCl3 kedalam air yang
mendidih karena FeCl3 hanya bisa terionkan dalam suhu yang tinggi. Adapun
bentuk reaksinya sebagai berikut :
FeCl3(aq) + 3H2O(aq) 3HCl(aq) + Fe(OH)3(koloid)
Reaksi diatas terbentuk sol cair atau sol Fe(OH)3 karena berada pada medium
pendispersi yang diperoleh dari reaksi kimia yang dapat ditandai dengan adanya
perubahan warna yang terjadi pada H2O saat pencampuran FeCl3 yaitu berwarna
coklat.
2. Koagulasi
Menurut Sukartono (1983: 155) kougulasi koloid merupakan dengan cara
mekanik ataupun cara kimia dispersi koloid dapat di koagulasikan atau
digumpalkan, dengan cara pemanasan, pendingian, dan pengadukan. Proses
kougulasi dilakukan dengan menambah koagulasi kedalam air yang ditandai
dengan terbentuknya gumpalan. Percobaan ini dilakukan penambahan HNO3 pada
air yang berfungsi sebagai katalis sehingga reaktan lebih cepat terjadi dan untuk
memberikan suasana asam pada larutan. Dalam percobaan ini dilakukan 2
perlakuan yang berbeda, yang pertama gelas kimia dipanasakan sedangkan yang
kedua tidak dipanaskan. Perlakukan yang erbeda dalam percobaan ini untuk
mengetahui pengaruh suhu terhadap proses koagulasi. Percobaan koagulasi ini
digunakan NaCl encer yang berfungsi untuk membentuk lapisan sekunder ketika
bereaksi dengan AgNO3 membentuk gumpalan Na+ dan NaCl yang akan berikan
dengan NO3- dari AgNO3 membentuk ikatan NaNO3 sedangkan fungsi dari
AgNO3 yaitu sebagai pembentuk endapan dari partikel koloid. Senyawa yang
akan terionkan menjadi Ag+ dan NO3- dimana Ag akan berikatan dengan Cl
membentuk AgCl dalam bentuk koloid yang akan terbentuk. Reaksinya sebagai
berikut :
AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(endapan putih) + NaNO3(aq).
Semakin tinggi suhu yang dimiliki maka semakin cepat pula laju
reaksinya. Begitu pula sebaiknya apabila suhu yang dimiliki pada kurang maka
laju reaksinya pun berjalan lambat yang mengakibatkan hilangnya kestabilan
larutan HNO3 sebagai katalis yaitu zat yang mempercepat laju reaksi pada suhu
tertentu tapi tidak ikut bereaksi.
3. Dispersi
Percobaan ini terdapat dua perlakuan yang berbeda dengan hasil yang
berbeda pula. Dilakukan dua perlakuan yang berbeda bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penggerusan terhadap proses dispersi pada perlakuan pertama filtrat A,
dimana mencampurkan kanji dengan air lalu diaduk sampai larut tanpa
penggerusan sedangkan pada perlakuan kedua yaitu filtrat B, dimana dilakukan
penggerusan untuk memperoleh partikel yang lebih kecil.
Setelah disaring, pada filtrat A menghasilkan warna bening (tidak
berwarna) dan filtrat B keruh setelah diambahkan iod berubah menjadi ungu
muda. Hal ini menunjukkan bahwa larutan pada filtrat A bukan koloid karena
ukuran partikelnya besar sehingga pada saat disaring partikel-partikel yang
ukurannya lebih besar dari koloid tidak dapat melewati kertas saring sedangkan
pada filtrate B adalah koloid karena sebelumnya amilum digerus atau gumpalan
materinya diubah menjadi lebih kecil sehingga tersebar dan berukuran koloid.
Ditambah larutan iod untuk membuktikan adanya amilum atau partikel amilum
dapat bereaksi dengan iod ditandai dengan larutan berwwarna ungu muda.
4. Emulsi
Emulsi adalah sistem heterogen yang terdiri dari sedikitnya satu cairan
tidak saling campur yang terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk droplet
atau partikel dengan diameter kira-kira 0,1 m. Emulsi adalah campuran yang tidak
stabil. Percobaan ini benzena dan air ditambahkan kedalam tabung reaksi dan
dikocok. Campuran tersebut membentuk dua lapisan karena adanya perbedaan
kepolaran dan berat jenis. Air bersifat polar daripada benzena. Berat jenis air 1
gr/cm3 sedangkan berat jenis benzena berada 0,89 gr/cm3. Oleh sebab itu, pada
lapisan tersebut benzena berada pada lapisan atas dan air pada lapisan bawah.
Kemudian ditambahkan dengan larutan natrium oleat untuk menstabilkan emulsi
dan bersifat semi polar yang dapat melarutkan larutan polar dan larutaan non
polar. Dalam percobaan ini yang bertindak sebagai medium pendispersi adalah
air, sedangkan terdispersi adalah benzena.
5. Pembuatan gel
Gel adalah campuran koloida antara dua zat berbeda fase, padat dan cair.
Percobaan ini kalsium asetat direaksikan dengan etanol 95o%. Untuk
menghasilkan gel pencampuran kedua bahan ini harus dilkukan secara bersamaan
karena etanol merupakan bahan zat yang mudah menguap sehingga jika tidak
dicampur bersamaan maka tidak akan terbentuk gel. Terbentuk gel yang berwarna
hitam dengan reaksi:
2C2H5OH + Ca(CH3COO)2 2CH3COOC2H5 + Ca(OH)2
Setelah terbentuk gel, gel kemudian dibakar dan terbentuk api yang berwarna biru
tapi tidak terlalu nampak. Gel bersifat mudah terbakar. Adapun persamaan
reaksinya:
C2H5OH + 3O2 2CO2 + 3H2O
6. Adsorpsi
Percobaan ini dilakukan dengan melarutkan gula pasir kotor ke dalam air
dalam tabung reaksi lalu ditambahkan norit kemudian dipanaskan oleh air panas
setelah itu dikocok dan disaring. Hal yang didapatkan larutan akhir lebih bening
dari pada larutan awal (ketika gula dilarutkan dalam air), hal ini disebabkan
karena norit mengadsorpsi ion sejenisnya sehingga partikel-partikel yang ada pada
larutan gula pasir terserap dan ketika proses penyaringan larutannya akan tampak
lebih jernih. Pada percobaan terdapat kesalahan saat memanaskan dan pada saat
mengaduk yang telalu lama sehingga membuat norit tidak menyerap sepenuhnya
zat kotor pada gula.
1. Kesimpulan
a. Pembuatan koloid terdiri atas dua cara yaitu kondensasi dan dispersi.
Kondensasi merupakan proses perubahan molekul-molekul menjadi partikel-
partikel koloid sedangkan cara dispersi merupakan proses perubahan partikel-
partikel besar diubah menjadi partikel-partikel dengan ukuran koloid.
Beberapa contoh koloid dalam percobaan adalah emulsi dan gel. Emulsi
merupakan salah satu sistem koloid ketika suatu zat cair didespersikan pada
zat cair lain (yang tidak saling melarutkan) dan gel adalah sol liofil yang
berbentuk setengah padat dan pembentukannya dapat dianggap sebagai
pengendapan sol yang tidak sempurna.
b. Beberapa sifat koloid pada percobaan ini, yaitu :
1. Koagulasi adalah keadaan ketika partikel-partikel membentuk
gumpalan yang besar atau mengalami penggumpalan.
2. Adsorpsi adalah proses melekatnya suatu zat pada permukaan padatan
atau cairan.
2. Saran