DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Kelompok :1
Paraf Dosen
Catatan Tanggal
Pembimbing
Perbaiki bab III ( alat & skema)
Tambah Pembahasan Bab IV
Perbaiki Bab V
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kata larutan (solution) sering dijumpai pada materi kimia. Larutan merupakan
campuran homogeny antara dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada 2 komponen
utama pembentukan larutan,yaitu zat terlarut (solution) dan pelarut.
Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya
menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara
tepat.
Proses analisis untuk menentukan jumlah yang tidak diketahui dari suatu larutan,
dengan mengukur volume larutan pereaksi yang diperlukan untuk reaksi
sempurna disebut analisis volumetrik. Analisi volumetri ini juga menyangkut
pengukuran volume gas.
Proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan
kedalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna
disebut titrasi. Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut larutan standar.
Titik ketika reaksi tepat berlangsung sempurna disebut titik ekuivalen atau titik
stoikiometri. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan indikator, yang akan
mengalami perubahan warna ketika terdapat kelebihan pereaksi. Titik ini disebut
dengan titik akhir titrasi yang diharapkan berimpit dengan titik ekivalen
(stoikiometri). Perbedaan antara titik ekivalen dengan titik akhir titrasi disebut
kesalahan titrasi yang sekecil mungkin. (Hiskia : 2001)
Pembuatan langsung larutan dengan cara melarutkan suatu zat murni dengan berat
tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat.
Larutan ini disebut larutan standar primer.
Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat
kemudian melarutkannya untuk memperoleh volume tertentu, tetapi dapat
distandarkan dengan larutan primer.disebut larutan standar sekunder
Zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi
persyaratan yaitu :
1) Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui
kemurniaannya. Pengotoran tidak melebihi 0,01% - 0,02%.
2) Harus stabil
3) Zat ini mudah dikeringkan,tidak higroskopis, sehingga tidak menyerap uap
air, tidak menyerap CO2 pada waktu penimbangan.
4) Mempunyai massa ekivalen berat
II.3 Titrasi
Titrasi meruopakan metoda analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena
pengukuran volume memainnkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini
juga dikenal dengan istilah analisis volumetrik. Analisis ini berdasarkan reaksi
kimia seperti : aA + tT hasil dengan keterangan :
(a) sebagai analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T
Titrasi asam basa sering disebut juga titrasi netralisasi. Dalam titrasi ini, kita dapat
menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada prinsipnya,
reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu :
Reaksi netralisasi terjadi antara ion H+ sebagai asam dengan ion OH- sebagai basa
dan membentuk air yang bersifat netral.
Dalam menganalisis sampel yang bersifat basa, maka kita dapat menggunakan
larutan standar asam, metode ini dengan istilah asidimetri. Sebaliknya jika
menentukan sampel yang bersifat asam, kita akan menggunakan larutan standar
basa yang biasa dikenal dengan istilah alkalimetri.
Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan
pH, khususnya pada saat akan mencapai titil ekuivalen, hal ini dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator.
Titrasi asam basa melibatkan asam mauoun basa sebagai titer maupun titran.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titran ditambahkan ke titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan
akivalen, artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi. Keadaan
ini disebut juga dengan titik ekivalen.
Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian mencatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa
menghitung kadar titran.
Pada saat titik ekivalen maka mol asam sama dengan mol basa, maka hal ini dapat
kita tulis :
Mol diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas denganvolume maka rumus
diatas dapat kita tulis sebagai :
N x V asam = N x V basa
Normalitas kita peroleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah
ion H+ pada asam atau OH- pada basa, sehingga rumus di atas menjadi :n x M x V
asam = n x M x V basa
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat
1. Gelas Piala 250 ml : Untuk meletakkan bahan sampel
III.2 Bahan
1. Siapkan peralatan titrasi, peralatan harus telah dicuci bersih dan kering.
2. Pipet masing-masing 10 ml larutan asam oksalat yang telah dibuat ke
dalam 2 buah erlenmeyer. Jangan lupa membilas pipet yang akan
digunakan dengan larutan asam oksalat. Bilasalah dinding bagian dalam
erlenmeyer dengan sedikit aquades. Pilihlah indikator yang paling sesuai
dengan pendapat anda untuk titrasi ini. tambahkan beberapa tetes indikator
yang anda pilih ke dalam erlenmeyer.
3. Sementara itu isilah buret dengan larutan NaOH yang akan distandarisasi.
Jangan lupa membilas buret dengan larutan NaOH yang akan digunakan
tersebut. Perhatikan agar tidak terlihat gelembung udara dalam buret.
Pastikan pula bagian bawah buret terisi penuh dengan larutan.
4. Nolkan volume NaOH dalam buret. Sebelum itu, pastikan dinding bagian
atas buret yang tidak terisis larutan sudah dikeringkan. Gunakan kertas
hisap, kemudian gulung untuk mengeringkannya.
5. Lakukan titrasi dengan cara yang benar. Goyanglah erlenmeyer dengan
arah putaran berlawanan dengan arah jarum jam.
6. Lakukan titrasi yang kedua untuk labu erlenmeyer yang kedua. Bila
perbedaan pembacaan volume titrasi pertama dengan yang kedua lebih
besar dari 0,10 ml, ulangi titrasi sekali lagi. Ambillah dua data yang
perbedaannya dalam rentang tersebut
Kelompok :1
No NamaPraktikan BukuPokok
Kelompok :1
Pengamatan
NaOH kristal putih
NaOH + aquades larutan bening
H2C2O4 kristal halus
H2C2O4 + indikator PP larutan bening
H2C2O4 + indikator PP + NaOH pink seulas (TAT)
Reaksi : H2C2O4 + NaOH Na2C2O4 + H2O
1. Penimbangan larutan asam oxalat cara 1
Berat sampel I = 0,3151 gr dan Berat sampel II = 0,3190 gr
2. Volume penitaran 1
Volume awal Volume akhir Volume terpakai
No
(mL) (mL) (mL)
1 0 7,70 7,70
2 7,70 14,60 6,90
3 14,60 22,20 7,60
IV.2 Pembahasan
Perbedaan selisih pada data tersebut terjadi karena kurang telitinya pada
saat melakukan pratikum. Namun selisih yang tidak begitu jauh tersebut
menyatakan hampir samanya data pada kedua cara tersebut. Selisih pada kedua
cara tersebut terjadi karena pada saat melakukan titrasi yang kurang teliti sehingga
berpengaruh pada volume penitaran yang berbeda. Saat melakukan titrasi
diperukan kehati-hatian dan ketelitian untuk mendapatkan hasil titrasi yang benar
yaitu berwarna pink seulas. Perubahan warna pada titrasi dipengaruhi oleh
indikator fenolflatein yang digunakan. Sehingga perubahan warna lebih mudah
untuk diamati.
tambah pembahasan tentang kelebihan dan kekurangan
standarisasi cara 1 dan cara 2
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Konsetrasi NaOH dari hasil titrasi dengan cara 1 yaitu 0,1307 N dan
dengan cara 2 yaitu 0,1255 N
2. Konsentrasi asam oksalat yang didapatkan adalah 0,1N dengan
penimbangan 0,3151 gram. ( konsentrasi tepat 4 desimal. Gunakan data
oxalat yg secara tidak langsung saja)
3. Konsentrasi dari suatu zat dipengaruhi oleh volume yang digunakan.
(dipengaruhi oleh jumlah zat tertimbang sehingga berpengaruh pd
volume penitaran)
V.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
Jawaban Pertanyaan
V1 x N1 = V2 x N2
100 ml x 0,05 N = V2 x 0,1 N
V2 = 50 ml
Jadi volume induk yang harus dipipet sebanyak 50 ml.
Lampiran
Perhitungan
= 0,1012 N
3.Konsentrasi NaOH
Cara 1
N NaOH = 0,1307 N
Cara 2
N NaOH = berat oksalat X 1000
BE oksalat V NaOH
= 0,150 X 1000
63,035 18,95
= 150
1194,51
= 0,1255 N