Anda di halaman 1dari 3

Kimia Analisis Kualitatif dan Analisis

Kuantitatif
. Label: Umum

Kimia analisis dapat dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kulitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsure atau senyawa apa yang terdapat dalam
suatu sampel (contoh). Analisi kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya suatu zat tertentu
yang ada dalam sampel. Zat yang ditetapkan, yang sering dirujuk sebagai kontituen yang diinginkan atau
analit, dapat merupakan sebagian kecil atau sebagian besar dari contoh yang dianalisis. Jika analisis itu
merupakan lebih dari sekitar 1% dari sample, maka analisis itu dianggap sebagai konstituen utama
(major0. dianggap sebagai konstituen kecil (minor), jika banyaknya antara 0,01-1% dari sample. Akhirnya,
suatu zat yang hadirnya kurang dari 0,01% dianggap sebagai konstituen runutan (trace).
Pengelompokan analisis kuantitatif lain dapat didasarkan pada ukuran contoh yang tersedia untuk
analisis. Subdivisi itu tidak tajam benar, melainkan tumpang tindih secara tak terasa, dan kasarnya
adalah sebagai berikut: bila tersedia sampel (contoh) seberat lebih dari 0,1 g, analisis itu disebut makro;
analisis semi mikro dilakukan terhadap sample yang beratnya antara 10-100 mg; analisis mikro dilakukan
terhadap sample yang beratnya 1-10 mg; dan analisis ultramikro melibatkan sampel pada orde 1
mikrogram (1 g = 10-6 g).
Hal yang biasa dilakukan sebelum melakukan analisis kimia antara lain:
1. pengambilan atau pencuplikan sample (sampling), yakni memilih suatu sample yang mewakili dari
bahan yang akan dianalisis
2. mengubah analitnya menjadi suatu bentuk yang sesusi untuk pengukuran
3. pengukuran
4. perhitungan dan penafsiran pengukuran.
(Day dan Underwood,1986).
Umumnya metode modern untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa tertentu secara kuantitatif
dilakukan dengan cara kalorimetri atau spektrofotometri. Berbagai metode umumnya yang telah dikenal
seperti pengukuran gula reduksi dengan metode Nelson-Somogy atau DNS (Dinitro salisilat asam) dan
pengukuran protein dengan metode Biuret, Coomassie Blue, Follin-Ciocalteu dan lowry.
Pemilihan metode tergantung pada pereaksi yang tersedia, macam sample dan sensitifitas yang
diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah metode yang dipilih harus cepat, mudah digunakan dan
dapat untuk analisis sample pada waktu yang sama.
Metode Biouret pada analisa protein didasarkan pada kenyataan bahwa senyawa yang berisi dua
atau lebih ikatan peptida akan memberikan warna biru ungu yang karakteristik bila direaksikan dengan
larutan kupri sulfat dalam alkali. Metode ini cukup baik untuk penentuan protein secara kuantitatif tapi
memerlukan jumlah protein yang relatif besar dalam kisaran 1-20 mg.
Sedangkan metode Coomassie Blue digunakan secara luas untuk penentuan protein secara
kuantitatif dengan menggunakan pereaksi Coomassie Blue. Analisisnya sangat cepat, tepat, mudah
digunakan dan bebas dari bahan kimia lainnya. Metode Coomassie Blue dapat digunakan untuk analisis
berbagai sampel protein dan mempunyai kisaran sensitifitas 10-20 g protein.
Pada metode ini selanjutnya dilakukan pembuatan kurva standar atau kurva kalibrasi dari dari dua
metode analisis protein tersebut. Konsentrasi sampel dengan mudah diperoleh berdasarkan kurva
standar dan kurva stadar tersebut harus dibuat pada setiap kali melakukan analisis, yaitu bersamaan

dengan analisis sampel. Waktu analisis yang berbeda akan menghasilkan pembacaan absorbansi yang
berbeda sehingga kurva standar yang diperoleh juga akan berbeda.
Dalam analisis kimia, dari hasil yang diperoleh sering kali dihadapkan kepada masalah yang
menyangkut limit deteksi, terutama bila konsentrasi suatu senyawa dalam sampel terlalu kecil dan untuk
meyakinkan bahwa data pengukuran sampel yang diperoleh berbeda dengan data pengukuran blanko
maka perlu ditentukan besar limit deteksi.
Limit deteksi adalah konsentrasi terendah yang dapat ditentukan berbeda sangat nyata secara statistik
dari pengukuran blanko. Limit deteksi dihitung dari data pengukuran yang diperoleh pada kurva standar.

Kimia analisa adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis cuplikan material untuk
mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya. Secara tradisional, kimia analisa dibagi menjadi
dua jenis, kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan
suatu unsur atau senyawa kimia, baik organik maupun inorganik, sedangkan analisa kuantitatif bertujuan
untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu cuplikan.
Kimia analisa modern dikategorisasikan melalui dua pendekatan, target dan metode. Berdasarkan
targetnya, kimia analisa dapat dibagi menjadi kimia bioanalitik, analisis material, analisis kimia, analisis
lingkungan, dan forensik. Berdasarkan metodenya, kimia analisa dapat dibagi
menjadi spektroskopi,spektrometri massa, kromatografi dan elektroforesis, kristalografi, mikroskopi,
dan elektrokimia.
Meskipun kimia analisa modern didominasi oleh instrumen-instrumen canggih, akar dari kimia analisa
dan beberapa prinsip yang digunakan dalam kimia analisa modern berasal dari teknik analisis tradisional
yang masih dipakai hingga sekarang. Contohnya adalah titrasi dan gravimetri

29/12/2012 BY NOVIE

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif


Kimia analtik dapat dibagi menjadi dua bidang yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia; mengenali unsur atau
senyawa apa yang ada dalam suatu sampel. Teringat zaman kuliah dulu dapat praktek
lab kimia analitik kualitatif dimana mahasiswa dapat sampel yang tidak diketahui unsur
atau senyawa dan diminta untuk menduganya. Berbagai cara dilakukan sesuai buku
laboratorium. Dari awal cuman satu senyawa sampai lebih dari satu. Pada saat itu tidak
menggunakan instrument, hanya menambahkan zat kimia tertentu hingga terjadi warna
yang khas dari unsur tertentu, terjadi pengendapan, menghasilkan warna yang khas
bila dibakar diatas api dll. Terasa mudah sekarang padahal dulu waktu praktek banyak
gagalnya. Beruntung sampel sudah dalam bentuk larutan. Kalau dapatnya dalan bentuk
padatan khan harus cari pelarutnya. Penggunaan alat-alat instrumentasi juga sangat
membantu. Bila senyawa kita organik maka bisa digunakan spektroskopi infrared dan
nmr. Kalau anorganik bisa menggunakan spektroskopi uv-vis. Sekedar ada absorbannya
di daerah panjang gelombang tertentu.
Kalau mau tahu kadar sampelnya maka digunakan analisis kuantitatif. Analisis ini
berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam
suatu sampel. Zat yang ditetapkan tsb, yang disebut konstituen atau analit, menyusun
entah sebagian kecil atau besar sampel yang dianalisis. Jika analit tersebut menyusun
lebih dari 1 % dari sampel maka analit ini disebut konstituen utama. Zat itu dianggap
konstituen minor jika jumlahnya berkisar 0,01 % 1% dari sampel. Sedangkan
konstituen perunut (trace) jika jumlah zat tersebut kurang dari 0,01 %. Analisis
kuantitatif biasanya membutuhkan larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Kalau
dititrasi biasanya peniternya diketahui kadarnya, kalau di spektroskopi menggunakan
deret standar dll

Anda mungkin juga menyukai