Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang:
Keinginan Belanda untuk terus memperluas wilayah kekuasaannya, yang kemudian
dikenal dengan garis demarkasi Van Mook, yaitu garis terdepan dari pasukan Belanda setelah
Agresi Militer sampai perintah genctan senjata Dewan Keamanan PBB tanggal 4 Agustus 1947.
Untuk mengatasi konflik Indonesia-Belanda maka dibentuklah komisi jasa baik yaitu Komisi
Tiga Negara (KTN) yang beranggotakan tiga negara yaitu Belgia, Amerika, dan Australia.
1. Belgia diwakili oleh Paul van Zeeland
2. Australia diwakili oleh Richard Kirby
3. Amerika Serikat diwakili oleh Frank Graham.
2. Tujuan
untuk membantu Indonesia-Belanda menyelesaikan konflik. Akhirnya KTN dapat
mempertemukan wakil-wakil Belanda dan RI di meja perundingan yaitu di kapal Renville milik
USA yang berlabuh di Tanjung Priok pada 8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948. Delegasi
Indonesia dipimpin oleh PM. Amir Syarifuddin. Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdulkadir
Widjojoatmodjo. Penengah perundingan adalah KTN.

BAB 2
DASAR TEORI
Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang ditandatangani
pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat
netral, USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perundingan dimulai
pada tanggal 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara (KTN), Committee of
Good Offices for Indonesia, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia.
1. Isi persetujuan Renville
1. Belanda tetap berkuasa sampai terbentuknya Republik Indonesia Serikat

2. RI sejajar kedudukannya dengan Belanda dalam Uni Indonesia Belanda.


3. Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintah
federal sementara.
4. RI merupakan Negara bagian dalam RIS.
5. Dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun akan diadakan pemilihan umum untuk membentuk
konstituante RIS.
6. Tentara Indonesia di daerah pendudukan Belanda harus dipindahkan ke daerah RI.
Sebenarnya banyak pemimpin Negara RI menolak persetujuan Renville tersebut tetapi akhirnya
mereka bersedia menyetujui. Hal tersebut dikarenakan adanya pertimbangan sebagai berikut:
1. Persediaan amunisi yang menipis
2. Adanya kepastian bahwa penolakan berarti serangan baru dari pihak Belanda secara lebih
hebat.
3. Adanya keterangan dari KTN bahwa itulah maksimum yang dapat mereka lakukan.
4. Tidak adanya jaminan bahwa Dewan Keamanan PBB dapat menolong.
5. Bagi RI menandatangani persetujuan Renville merupakan kesempatan yang baik untuk
membina kekuatan militer.
6. Timbul simpati dunia yang semakin besar karena RI selalu bersedia menerima petunjuk
KTN.

2. Akibat dari perjanjian Renville


Wilayah Indonesia menjadi semakin sempit
Bagi kalangan politik, hasil perundingan ini memperlihatkan kekalahan perjuangan

diplomasi.
Bagi TNI, hasil perundingan ini menyebabkan sejumlah wilayah pertahanan yang telah

susah payah dibangun harus ditinggalkan.


Muncul berbagai ketidak puasan akibat perundingan ini.
Sementara itu Belanda membentuk Negara-negara bonekanya yang terhimpun dalam
organisasi BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg) yang disiapkan untuk pertemuan
musyawarah federal.

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Perundingan serta penandatangan perjanjian Renvile merupakan sebuah perundingan yang
dilakukan antara pihak delegasi Indonesia dengan pihak delegasi Belanda, yang mana
perundingan ini dilakukan di atas sebuah sebuah kapal perang angkatan laut milik Amerika
Serikat yang sedang berlabuh di teluk Jakarta. Adapun penyebab dilaksanakannya perundingan
ini, tidak terlepas dari perundingan sebelumnya yang telah dilaksanakan berupa perundingan
linggarjati dan penyergapan yang dilakukan Belanda terhadap wilayah-wilayah yang ada di
republik, di mana pada akhirnya peristiwa tersebut terkenal dengan agregasi militer belanda
pertama yang terjadi pada tanggal 21 Juli 1947.
Mengetahui penyerangan yang tengah dilakukan belanda terhadap Indonesia. Dewan keamanan
PBB mengutus sebuah komisi guna meredakan serta membantu menyelesaikan segala pertikaian
dan sengketa yang terjadi antara Indonesia dan belanda. Komisi tersebut terkenal dengan
sebutan KTN (Komisi Tiga Negara) yang beranggotakan Australia, Belgia, dan Amerika serikat.
Untuk meredakan dan mencari jalan keluar dalam penyelesaian sengketa antara Indonesia dan
belanda. Dewan Keamanan PBB dan KTN memutuskan untuk membuat sebuah perundingan
tersebut diberi perundingan renvile, yang dilaksanakan pada tanggal 8 desember 1947 sampai
dengan 17 januari 1948 di atas sebuah kapal perang milikk Amerika Serikat.
2. Saran
Para pejuang dahulu telah mengorbankan tenaga, pikiran, harta bahkan nyawa mereka
untuk kemerdekaan Negara yang sedang kita hancurkan ini. Bagaimana tidak, kita menyontek itu
berarti sedang merobek-robek bendara kebangsaan kita sendiri. Kita melupakan pancasila
sebagai ideologi kita apalagi perjuangan para pahlawan masa lalu. Mengapa sekarang kita
menjadi pengecut? Setidaknya, bila kita tidak bisa berperang dengan senjata. Kita masih bisa

berusaha menjadi Negara yang baik dan taat aturan serta berbudi pekerti luhur. Dan itu semua
sudah cukup membanggakan hati para pejuang terdahulu meski mereka sudah tidak berada di
dunia lagi.

Anda mungkin juga menyukai