E. Isi Perjanjian
1. Persetujuan tentang gencatan senjata yang antara lain diterimanya garis demarkasi
Van Mook(10 pasal).
2. Dasar-dasar politk renville, yang berisi tentang kesediaan kedua pihak untuk
menyelesaikan pertikaiannya dengan cara yang damai (12 pasal).
3. Enam pasal tambahan dari KTN yang berisi, antara lain tentang kedaulatan
Indonesia yang berada di tangan Belanda selama masa peralihan sampai
penyerahan kedaulatan (6 pasal).
F. Pasca Perjanjian
Sebagai hasil Persetujuan Renville, pihak Republik harus mengosongkan
wilayah-wilayah yang dikuasai TNI, dan pada bulan Februari 1948, Divisi
Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah. Divisi ini mendapatkan julukan Pasukan
Hijrah oleh masyarakat Kota Yogyakarta yang menyambut kedatangan mereka.
Tidak semua pejuang Republik yang tergabung dalam berbagai laskar, seperti
Barisan Bambu Runcing dan Laskar Hizbullah/Sabillilah di bawah
pimpinan Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, mematuhi hasil Persetujuan Renville
tersebut. Mereka terus melakukan perlawanan bersenjata terhadap tentara Belanda.
Setelah Soekarno dan Hatta ditangkap di Yogyakarta, S.M. Kartosuwiryo, yang
menolak jabatan Menteri Muda Pertahanan dalam Kabinet Amir Syarifuddin,
Menganggap Negara Indonesia telah Kalah dan Bubar, kemudian ia mendirikan Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Hingga pada 7 Agustus 1949, di wilayah
yang masih dikuasai Belanda waktu itu, Kartosuwiryo menyatakan berdirinya Negara
Islam Indonesia (NII). Akibat dari Perjanjian Renville itu pula, pasukan dari Resimen
40/Damarwulan, bersama batalyon di jajarannya, Batalyon Gerilya (BG) VIII
Batalyon Gerilya (BG) IX, Batalyon Gerilya (BG) X, Depo Batalyon, EX. ALRI
Pangkalan X serta Kesatuan Kelaskaran, dengan total pengikut sebanyak tidak kurang
dari 5000 orang, juga Hijrah ke daerah Blitar dan sekitarnya. Resimen
40/Damarwulan ini kemudian berubah menjadi Brigade III/Damarwulan, dan
batalyonnyapun berubah menjadi Batalyon 25, Batalyon 26, Batalyon 27. Setelah
keluarnya Surat Perintah Siasat No I, dari Panglima Besar Sudirman, yang
mengharuskan semua pasukan hijrah pulang dan melanjutkan gerilya di daerah
masing-masing, Pasukan Brigade III/Damarwulan, di bawah pimpinan
Letkol Muhammad Sroedji ini, melaksanakan Wingate Action, dengan menempuh
jarak kurang lebih 500 kilometer selama 51 hari
1. Indonesia harus menarik mundur pasukannya di luar wilayah kekuasaan yang telah
disepakati
2. Semakin menyempitnya wilayah Republik Indonesia karena sebagian wilayahnya
telah dikuasai pihak Belanda
3. Lengsernya kabinet Amir Syarifuddin karena dianggap menjual negara terhadap pihak
Belanda
4. Belanda melakukan blokade ekonomi pada Indonesia
5. Untuk memecah belah republik Indonesia, Belanda membuat beberapa negara boneka
seperti negara Borneo Barat, negara Madura, negara Sumatera Timur dan negara Jawa
Timur