“HUKUM INTERNASIONAL”
DOSEN PEMBIMBING
Heru Riyadi, SH. MH.
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ‘Alami, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Atas
segala karunia nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik
mungkin. Makalah yang membahas “Hukum Internasional” disusun dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Hukum Dagang oleh Bapak Heru Riyadi, SH.
MH.
Meski telah disusun secara maksimal, namun kami sebagai manusia biasa menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian.
Besar harapan kami makalah ini dapat menjadi sarana membantu masyarakat dalam
memahami sumber hukum tertinggi di Indonesia yakni Pancasila dan UUD 1945.
Demikian apa yang bisa kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari
karya ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Kepulauan Falkland
2.2 Pemerintah Kepulauan Falkland
2.3 Kekuatan Militer Yang Di Gunakan Saat Perang
2.4 Perselisihan Berlanjut
Latar Belakang
Pulau Malvinas ditemukan pada tahun 1832 oleh orang-orang Inggris dan menjadi
salah satu koloni Inggris. Argentina sendiri selalu mengklaim bahwa Malvinas adalah
bagian dari kawasan negaranya. Dengan alasan inilah, Aregentina menyerbu Pulau
Malvinas pada tahun 1982. Tindakan Argentina ini tidak diterima oleh Inggris. Tentara
Kerajaan Inggris kemudian dikirim ke kawasan itu dan terjadilah pertempuran di antara
keduanya. Kecanggihan militer Inggris akhirnya mengantarkan tentara negara itu meraih
kemenangan dan mengusir tentara Argentina dari Malvinas. Meskipun secara militer
Argentina telah kalah, Bounes Aires masih melakukan langkah-langkah diplomasi untuk
memiliki pulau tersebut.
Rumusan Masalah
Penulisan makalah ini diarahkan untuk memahami pertikaian dan pengketaan yang
terjadi antara Inggris dan Argentina mengenai kepulauan Falkland (versi Inggris) atau
Malvinas (versi Argentina). Pada tahun 1982, Argentina di bawah kepemimpinan junta
militer Galtieri mengagresi dan menguasai kepulauan Falkland dari tangan Inggris melalui
serangan pasukan Argentina yang berasal dari kesatuan marinirnya. Inggris menyebut
tindakan yang dilakukan oleh Argentina tersebut sebagai “agresi yang memprovokasi”, saat
itu juga Iggris memutuskan hubungan diplomatik kedua Negara dan menyerukan kepada
Argentina untuk segera keluar dari kepulauan Falkland yang telah dikuasai Inggris sejak
tahun 1833 walaupun Argentina mengklaim sebagai wilayahnya sejak kemerdekaanya tahun
1816.
Perang pun meletus. Perang ini membuat banyak kerugian bagi Argentina, banyak
peralatan perang mereka yang hancur, juga korban tewas dari pasukannya. Dan, di pihak
militer Inggris juga tidak sedikit yang tewas. Akhir dari perang adalah kemenangan bagi
Inggris, dan terusirnya Argentina dari kepulauan Falkland, hubungan diplomatik Inggris –
Argentina yang terputus dinormalisasi tahun 1994. Kemudian tinjauan umum mengenai
analisis hukum Internasional yang mengatur tentang konflik antara Inggris dan Argentina
akan disampaikan dalam makalah ini. Penulis juga memberi contoh-contoh konkrit yang
dihadapi oleh kedua negara ini dan dampak peperangan yang terjadi, dan hubungannya
dengan kajian persfektif hukum internasional agar dapat dipahami secara detail.
Tujuan
1. Untuk mengetahui mekanisme peperangan yang terjadi di kepulauan Falkland yang
telah banyak merenggut korban
2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari peperangan bagi kedua negara dan
kepulauan Falkland itu sendiri
BAB II
PEMBAHASAN
Kepulauan Falkland adalah sebuah wilayah luar negeri Britania Raya Samudra Atlantik
Selatan yang terdiri dari dua pulau utama, Falkland Timur dan Falkland Barat, serta beberapa
pulau kecil. Ibu kotanya, Stanley, terletak di Falkland Timur. Kedaulatan kepulauan ini
dipertentangkan oleh Argentina yang menamakannya Islas Malvinasdalam bahasa Spanyol.
Nama itu diambil dari bahasa Perancis Iles Malouines yang berasal mula ketika nelayan dari St
Malo menduduki Falkland pada masa yang singkat. Kepulauan Falkland digolongkan oleh
Komite Dekolonisasi PBB sebagai salah satu dari 16 Wilayah Jajahan di dunia. Kepulauan
Falkland terletak 483 km dari daratan Amerika Selatan. Dia terdiri dari dua pulau utama,
Falkland Timur dan Falkland Barat , dan sekitar 700 pulau-pulau kecil. Luas wilayah daratan
sebesar 12.173 km² dengan panjang garis pantai ±1.288 km.
Masalah ini sebenarnya belum terselesaikan hingga abad ke-19. Untuk merebut Falkland,
Argentina mendirikan koloni hukum pada 1820, dan pada 1829 melantik Luis Vernet sebagai
gubernur. Britania Raya kembali merebut kepulauan itu pada 1833, namun Argentina tidak mau
melepas klaimnya. Sejumlah ketegangan menyebabkan Argentina menyerbunya pada 1982.
Namun Britania Raya kembali berhasil merebutnya. Tidak ada orang pribumi yang tinggal di
Falkland ketika bangsa Eropa datang, walaupun ada beberapa bukti yang diperdebatkan
mengenai kedatangan manusia sebelumnya. Namun, bukti otentik dan fakta nya tidak kredibel.
Kemerdekaan yang diraih provinsi-provinsi jajahan Spanyol di Amerika Latin pada 1816,
ternyata berbuntut panjang. Argentina, sebagai negara yang baru terbentuk, selanjutnya giat
mengumpulkan pulau-pulau bekas jajahan Spanyol yang dianggap layak masuk ke wilayah
kedaulatannya. Di antaranya adalah Las Malvinas yang juga diklaim milik Inggris. Pertikaian
demi pertikaian pun meletus dan mencapai puncaknya pada April 1982 (perang
Falkland/Malvinas).
2.2 Pemerintah Kepulauan Falkland
Otoritas eksekutif berada di bawah wewengan Ratu dan menjadi mandat gubernur.
Pertahanan dan keamanan merupakan tanggung jawab Britania Raya. Sebuah konstitusi disusun
pada 1985. Delapan orang Dewan Legislatif dipilih setiap empat tahun. Dewan Eksekutif yang
menasihati Gubernur terdiri dari Kepala Eksekutif, Sekretaris Finansial dan tiga Dewan
Legislatif. Dewan Eksekutif dipimpin oleh Gubernur. Dewan Legislatif terdiri dari Kepala
Eksekutif, Sekretaris Finansial dan delapan Dewan Legislatif.
Kepulauan Falkland atau Malvinas adalah rangkaian pertempuran laut yang paling besar dan
panjang sejak perang Pasifik di masa Perang Dunia II. Perang yang disebut Operasi “bersama”
olehInggris, berlangsung selama lima bulan, dan melibatkan operasi-operasi amfibi yang
terpenting sejak pendaratan Incheon pada 1950, saluran pipa logistik sepanjang lebih dari 10.000
km, dan daerah pertempuran musim dingin yang jauhnya 5.300 km. dari pangkalan bersahabat
terdekat dekat Pulau Ascension.
Pada 19 Maret 1982, Argentina membuka konflik dengan mendaratkan 30 kapal rongsokan di
Pulau Georgia Selatan dan mengibarkan bendera Argentina. Provokasi Argentina ini adalah
untuk memancing perhatian tentara Inggris yang ada di Falkland. Pertahanan di Falkland terdiri
dari 79 marinir Inggris dan 120 pertahanan sipil. Tentara Inggris di Falkland segera memakan
umpan strategi Argentina dengan mengirim satuan tugas ke Georgia Selatan esoknya. 22 marinir
dan seorang letnan dikirim kesena dengan kapal HMS Endurance dari Port Stanley/Puerto
Argentino. Mereka diperintahkan untuk mengusir kapal-kapal perang Argentina itu kembali ke
Argentina. Endurance tiba pada 23 Maret dan para marinir itu mendarat.
Pengalihan serangan ke Georgia Selatan oleh Argentina merupakan kejutan, dan memberikan
alasan bagi invasi 2 April di Pulau Falkland Timur dan direbutnya Stanley. Pasukan-pasukan
tambahan Argentina tiba secara teratur dan dalam tempo 24 jam lebih dari 4000 pasukan
Argentina mendarat di pulau-pulau itu.
Penguasa Argentina mengungsikan warga negara Inggris yang mendiami Falkland ke kedutaan
besar Inggris dengan pesawat ke sebuah negara Amerika latin . Argentina mengangkat Jenderal
Benyamin Mendez sebagai gubernur militer di Falkland. Reaksi Inggris setelah invasi Argentina
ke Falkland adalah memutuskan hubungan diplomatiknya pada hari itu juga-2 april 1982.
Pada 12 April, Inggris mengumumkan Zona Eksklusif Maritim 200 mil di sekitar pulau-pulau
itu, dengan maksud memperlemah pasokan Argentina dan upaya-upaya memperkuat
pasukannya. Tiga kapal selam penyerang nuklir Inggris memperkuatnya sampai tibanya gugus
tugas atas air tiga minggu berikutnya. Sementara kapal-kapal selam itu terus melakukan operasi-
operasi blokade sementara, 65 kapal Inggris dikirim ke Falklands pada akhir April: 20 kapal
perang, 8 kapal amfibi, dan 40 kapal logistik dari Pasukan Tambahan Angkatan Laut Kerajaan
dan Angkatan Laut Perdagangan.
Gugus tugas Inggris membawa 15.000 orang, termasuk kekuatan pendaratan yang terdiri atas
7000 Marinir Kerajaan dan tentara. Kapal-kapal logistik membawa bekal untuk pertempuran
selama sekitar tiga bulan. Akhirnya, pada 25 April, sebuah kelompok aksi atas air Inggris yang
terdiri atas dua kapal perusak, enam helikopter dan 230 pasukan menaklukkan pasukan pengawal
Argentina yang jumlahnya 156 orang di Georgia Selatan.
Gugus tugas AL Kerajaan Inggris tiba di timur Falkland pada1 Mei. Rencananya adalah
membangun keunggulan laut dan udara dengan memikat kapal-kapal perang dan pesawat-
pesawat Argentina keluar dari daratan dan menghancurkan mereka, diikuti dengan pendaratan
amfibi di Stanley. Dua kapal selam penyerang Inggris ditempatkan di utara Falklands untuk
mengamati kapal-kapal Inggris dalam menghadapi gugus tugas AL Argentina yang utama dan
kapal induk Veinticinco de Mayo, yang telah beroperasi di wilayah itu sejak 20 April.
Kapal selam ketiga ditempatkan di selatan Falkland untuk memantau Exocet yang dipasang di
kapal penjelajah Argentina General Belgrano dan dua kapal perusak yang mendampinginya.
Kapal selam Inggris HMS Conqueror mentorpedo dan menenggelamkan General Belgrano, yang
kehilangan 368 dari 1042 awaknya. Gugus tugas Argentina di utara kembali ke pangkalan dan
tetap tinggal di sana hingga perang berakhir. De Mayo menurunkan pesawat-pesawat A-4nya
yang beroperasi dari pangkalan-pangkalan lepas pantai hingga perang usai.
Namun hanya tiga kapal perang Inggris (satu perusak dan dua fregat) serta dua kapal pendarat
yang tenggelam atau rusak berat oleh bom. Kapal-kapal Inggris lainnya yang tenggelam, satu
kapal perusak (HMS Sheffield) dan satu kapal pemasok, dihantam oleh misil Exocet. AL Inggris
berhasil menghancurkan lebih dari setengah dari 134 pesawat tempur Argentina selama perang
dengan menggunakan kombinasi perang listrik, Harriers, misil darat ke udara, dan artileri anti
pesawat udara.
Perang diakhiri dengan menyerahnya Argentina pada 14 Juni 1982, setelah tiga minggu operasi
amfibi Inggris dan operasi darat mereka di Pulau Falkland Timur. Senin 14 Juni pukul 21.00
waktu setempat (Selasa pagi waktu Indonesia) pasukan Argentina menyerah di Port Stanley,
setelah 74 hari menguasai kepulauan tersebut. Brigjen Mario Benjamin Menendez, Panglima
Pasukan Argentina di Malvinas yang pernah bersumpah akan bertahan “sampai prajurit dan
peluru yang terakhir”, menandatangani pernyataan menyerah Senin malam itu. Segera setelah itu
Panglima Pasukan Inggris yang memimpin penyerbuan ke Malvinas Mayjen Jeremy Moore
mengirim kawat ke PM Margaret Thatcher: “Kepulauan Falklands kembali berada di bawah
pemerintahan Inggris seperti dikehendaki penduduknya. God save the Queen.”
Tiga posisi pertahanan Argentina sehari sebelumnya telah jatuh: Tumbledown Mountain dan
Mount William di sebelah barat daya kota dan Wireless Ridge di barat laut. Tinggal “Lini
Galtieri” yang merupakan garis pembelaan Port Stanley terakhir, yang dipertahankan sekitar
7.000 tentara Argentina. Sambil melemparkan granat, pasukan payung dan pasukan komando
Inggris bergerak maju dari berbagai posisi mereka, mengepung Argentino dan selama beberapa
hari dihujani tembakan dari laut, mortir dan artileri, yang sudah terkepung rapat.
Banyak tentara Argentina yang dilaporkan melemparkan senjata mereka dan lari mundur.
Menjelang senja, bendera-bendera putih terlihat dikibarkan dari bangunan-bangunan kayu di
sekeliling kota pelabuhan tersebut. Pertempuran telah berakhir. Kemenangan ini disambut
gembira di Inggris. Ratu Elizabeth II, yang putranya Pangeran Andrew, 22 tahun, bergabung
dalam satgas ke Malvinas sebagai pilot helikopter, menyatakan “gembira dan lega”.
Kini situasi berbalik. Galtieri, yang memerintahkan Brigjen Menendez menyerah, dianggap
sebagai pengkhianat bangsa. Letjen Leopoldo Fortunato Galtieri malahan kehilangan dukungan
para rekannya. Selasa malam, sehari setelah tentara Argentina di Malvinas menyerah, para
jenderal yang berkuasa memutuskan untuk mengganti Galtieri. Ia diberi pilihan: mengundurkan
diri atau didepak ke luar. Galtieri, yang menjabat presiden selama 6 bulan, memutuskan mundur
sebagai Panglima AD dan Presiden.
Selesainya perang di Malvinas mengembalikan Argentina kepada situasi dalam negeri yang sulit,
yang kini mungkin lebih parah. Keadaan ekonomi: inflasi mencapai 131%, angka pengangguran
13% dan resesi ekonomi dunia yang memukul hebat industri dalam negeri, jelas menghantam
negara yang berpenduduk sekitar 36 juta tersebut. Kekalahan Argentina akhirnya membuat
presiden Argentina Jenderal Leopold Galtieri mengundurkan diri sebagai panglima AD dan
presiden. BBC mengomentari pengunduran diri itu “orang yang memulai perang di Falkland
menjadi korbannya yang paling akhir“.
Argentina mengoperasikan beberapa tipe pesawat tempur salah satunya adalah pesawat-pesawat
tempur Mirage tipe Dagger buatan Isarel. Mirage sebenarnya buatan Prancis, tetapi diproduksi
Isarel tanpa izin akibat embargo persenjataan oleh Prancis. Embargo persenjataan ke Israel itu,
disebabkan Insiden peledakkan pesawat sipil di bandar udara Lebanon yang dilakukan oleh agen
Mossad Israel pada akhir 1970-an sebagai pembalasan peristiwa “Black September”, dimana
atlet Olympiade Israel dibunuh oleh “gerilyawan PLO” di Munich, Jerman Barat. Juga
digunakan rudal exocet buatan Prancis yang berperan besar dalam peperangan ini.
1. Kekuatan Militer Inggris
Angkatan darat 176.248 personil 1414 tank
Angkatan laut 74.687 personil dengan 32 kapal selam
Angkatan udara 92.701 personil dengan 132 pembom berat dan 325 pesawat tempur
2 kapal induk, 14 perusak, 46 fregat, 38 penyapu ranjau, 25 kapal patroli
20 pesawat tempur serta 90 helikopter
Jarak Inggris dan Falkland adalah 11.365 km
Kekuatan armada Inggris yang digunakan dalam perang Falkland, mencapai 65 kapal perang
dengan 2 kapal induk HMS Invicible dan HMS Hermes. Jumlah yang sedikit bila dibandingkan
konsentrasi armada kapal perang Amerika di laut tengah, 52 kapal perang dengan 4 kapal induk
kelas tempur. Ataupun armada soviet di Asia pada tahun 82 atau dekade 80an dengan hampir
500 unit Angkatan laut modern, dengan 44 kapal tempur utama berpeluncur rudal, 151 kapal
selam 74 diantaranya bertenaga nuklir.
Pada tahun 2003 (19 tahun setelah perang Falkland), Argentina kembali
mempermasalahkan keabsahan pulau Malvinas adalah milik Inggris. Argentina (walaupun telah
kalah dalam perang), tetap ngotot ingin menjadikan pulau tersebut adalah milik kedaulatan
negaranya. Klaim Argentina terhadap Kepulauan Malvinas yang menyebabkan perang dengan
Inggris tetap merupakan prioritas kebijaksanaan yang tinggi bagi Argentina, kata Menteri Luar
Negeri Argentina, Rafael Bielsa.
Berbicara kepada Komite Dekolonisasi PBB, Bielsa mengatakan, pemerintah Inggris harus
berhenti bersembunyi di belakang perang tahun 1982 itu untuk menghindari perundingan
mengenai isu kedaulatan pulau tersebut. Inggris menyebut kepulauan itu sebagai Kepulauan
Falklands dan berhasil mempertahankannya lewat perang tahun 1982 yang dimenangkannya.
Merebut kembali kedaulatan kepulauan itu merupakan “tujuan tak bisa disisihkan bagi rakyat
Argentina,” kata Bielsa dalam persidangan yang khusus disediakan bagi gugusan pulau Atlantik
Selatan.
Bielsa menyampaikan kasus tersebut untuk dibahas PBB menyangkut isu-isu kedaulatan
tiga pekan setelah kursi kepresidenan diisi oleh Nestor Kirchner, yang lama menjadi gubernur
Provinsi Santa Cruz, Argentina selatan. Sebelum akhirnya jatuh ke tangan Inggris, provinsi itu
memiliki hubungan erat dengan Malvinas melalui perikanan dan perdagangan. Malvinas terletak
sekitar 550 km lepas pantai Argentina, mulai dikuasai Inggris pada tahun 1833.
Perang Malvinas dilancarkan pemerintahan militer Argentina, guna menghimpun kembali
kekuatannya. Bielsa mengatakan, pemerintahnya tidak bisa menerima alasan Inggris yang
berpegangan pada perseteruan London dengan pemerintahan militer Argentina waktu itu, untuk
menghindari perundingan menyangkut isu kedaulatan Malvinas. Ketika perang, PM Margareth
Thatcher dibantu secara politis oleh Presiden AS, Ronald Reagan. Komite Dekolonisasi PBB
diharapkan akan menyetujui sebuah rancangan resolusi menyangkut perseteruan tersebut yang
meminta dimulainya kembali perundingan-perundingan yang akan menyelesaikan persengketaan
secara damai.
Pasca perang yang dimenangi Inggris, PM Tony Blair adalah PM Inggris pertama yang
mengunjungi Argentina sejak perang. Negara-negara Amerika Latin, termasuk anggota komite
Bolivia, Venezuela dan Kuba, teguh di belakang tuntutan Argentina tersebut. Pekan lalu, Majelis
Umum Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) mengeluarkan pernyataan solidaritasnya
dengan Argentina dalam hal tuntutan terhadap Malvinas. OAS menyerukan kepada Inggris dan
Argentina untuk membuka kembali perundingan menyangkut persoalan itu sesegara mungkin.
Pada tahun 2007, pemerintah Buenos Aires kembali mengklaim bahwa kepulauan di Atlantik
Selatan itu bagian dari kedaulatannya. Menlu Argentina Jorge Taiana menegaskan,
pemerintahnya ingin merebut kembali Malvinas yang disebutnya telah diserobot oleh Inggris.
Ambisi Argentina untuk mengklaim kepemilikan Malvinas memanaskan hubungan negara
Amerika Selatan itu dengan Inggris. Karena 26 tahun lalu, kedua negara mengobarkan perang
selama 74 hari dengan kemenangan di pihak Inggris.
Pada saat itu juga, Jorge Taiana menyatakan bahwa Inggris telah berikap arogan dengan
mengadakan parade kemenangan militer untuk memperingati perang tersebut. “Apa yang mereka
ingin lakukan bukanlah apa (PM Tony Blair) sebut satu peringatan, tapi satu parade
kemenangan militer, satu sikap arogan,” katanya.
Dekolonialisasi Majelis Umum PBB (MU PBB) menuduh Inggris sengaja menghambat proses
dialog secara terbuka untuk menentukan status Malvinas. Seperti diketahui, perang Malvinas
berakhir pada 14 Juni 1982 setelah pasukan Argentina ditarik mundur namun Argentina tidak
pernah secara resmi melepas kepulauan itu kepada Inggris. “Kengototan Inggris selama ini
menghalangi dimulainya proses dialog yang terbuka dan jujur antara kedua negara. Argentina
beberapa kali menawarkan untuk membuka negosiasi, namun Inggris menolaknya,” tegas Jorge.
Perselisihan mengenai Malvinas itu sudah yang ke sekian kalinya membuka ‘perang’ kedua
negara di PBB, bahkan Presiden Argentina Nestor Kirchner pekan lalu menegaskan Kepulauan
Malvinas adalah milik mereka dan harus kembali menajdi milik Argentina.
Meski tidak menegaskan apakah upaya merebut Malvinas akan dilakukan dengan upaya
terakhir (perang), Kirchner masih mengatakan pihaknya masih menempuh cara damai. “Perang
itu merupakan kemenangan penjajah, karena itu Argentina masih memiliki legitimasi atas
wilayah Malvinas. Saya mengatakan kepada Margareth Thatcher (PM Inggris waktu itu) bahwa
Inggris memenangkan perang (1982) karena ia memiliki kekuatan besar. Namun ia tidak pernah
mengalahkan Argentina dengan kekuatan akal atau keadilan,” katanya. Sementara Jorge
menjelaskan bahwa Argentina berkeras menyelesaikan perselisihan mengenai kepemilikan
Malvinas karena klaim Inggris di sana sangat mengganggu perjanjian mengenai batas teritorial,
isu keamanan perairan dan hak pencarian ikan.
Secara bersamaan, MU PBB mendesak Argentina dan Inggris memantapkan proses dialog dan
kerjasama melalui upaya negosiasi guna menemukan solusi damai secepatnya. Dalam resolusi
yang disponsori Bolovia, Chile, Kuba dan Venezuela, MU PBB juga mendesak agar
pembicaraan Argentina dan Inggris melibatkan semua aspek. Namun mewakili penduduk Inggris
di Malvinas, atau Falklands, Richard Davies yang juga anggota Dewan Legislatif Falklands,
justru menanggapi dingin imbauan MU PBB dan tuntutan Argentina itu.
Penduduk pulau itu menolak keras upaya negosiasi, pemimpin Argentina sengaja mengaitkan
pulau itu sebagai bagian dari wilayah di abad pertengahan guna mengalihkan perhatian orang
atas kegagalan di dalam negeri,” kata Davies. Falklands tidak berminat menjadi bagian dari
negara Argentina. Setelah 25 tahun, kami tetap meghormati pengorbanan para tentara Inggris
yang membebaskan kami,”.
BAB III
KESIMPULAN
Mungkin saja pernyataan pengarang Argentina tersebut benar. Artinya, lebih-lebih dalam
konteks sekarang, orang bisa bertanya, “Untuk apa sih sebenarnya Inggris dan Argentina sampai
harus berperang memperebutkan Kepulauan Falkland (menurut Inggris) atau Malvinas (menurut
Argentina). Akan tetapi, terhadap sejarah kita diingatkan, tidak ada kata “seandainya”. Faktanya,
perang ini akan dikenang sebagai perang yang mengandung pertempuran laut paling besar dan
paling panjang semenjak kampanye Pasifik di masa Perang Dunia II.
Perang yang oleh Inggris disebut dengan nama Operation Corporateini juga melibatkan operasi
amfibi paling besar semenjak pendaratan Inchon pada tahun 1950. Juga penyelenggaraan logistik
sejauh 11.000 km dari Inggris ke Atlantik Selatan, medan tempur musim dingin yang jauhnya
sekitar 5.000 km dari pangkalan sahabat terdekat di Pulau Ascension.
Tampak bahwa perang ini pecah akibat adanya salah hitung, baik di pihak Inggris maupun
Argentina, ditambah adanya pengaruh AS. Argentina mengklaim bahwa AS mengisyaratkan
pihaknya tidak akan ikut campur kalau Argentina mengkalim Kepulauan Malvinas. Oleh sebab
itu, adanya bantuan AS ke Inggris dalam bentuk intelijen dan material dipandang sebagai wujud
pengkhianatan terhadap Argentina dan warga Amerika Latin yang berharap bisa melihat adanya
persatuan sesama warga hemisfer (Selatan) di pihak AS, atau sekurang-kurangnya sikap netral.
Argentina melihat peran AS kritikal dan menegaskan bahwa perang tidak akan pecah
kalau saja Inggris tidak mendapat dukungan dari AS. Organisasi Negara-negara Amerika dan
Amerika Latin pada dasarnya mendukung Argentina, tetapi pengaruh AS membuat anggota
organisasi tak bisa mengambil langkah konkret. Pihak Inggris benar-benar mengharapkan
bantuan AS untuk membebaskan warga Falkland dari cengkeraman rezim militer. Inggris juga
mendapat dukungan dari masyarakat Eropa pada umumnya. Perancis, misalnya, mengembargo
ekspor senjata ke Argentina, yang lalu secara drastis memangkas kemampuan militer Argentina.