Anda di halaman 1dari 42

HUKUM LAUT

INTERNASIONAL
IRMA RACHMAWATI
DESKRIPSI MATA KULIAH
• HUKUM LAUT INTERNASIONAL ADALAH
MATA KULIAH YANG MEMBAHAS ASPEK-
ASPEK HUKUM DARI WILAYAH NEGARA YANG
BERUPA LAUT. PADA INTINYA MATA KULIAH
INI MENDISKUSIKAN TENTANG ZONA
MARITIM YANG DIKENAL DI DALAM HUKUM
LAUT INTERNASIONAL MULAI DARI
“INTERNAL WATERS” SAMPAI HIGH SEA
Komponen Penilaian
UTS
UAS
Tugas
Kehadiran
Makalah :
Panjang Makalah 7-10
halaman A4 ditik spasi ganda,
Times New Roman 12
Menyertakan footnotes dan
bahan pustaka yang dipakai
(references)
Hindari perbuatan curang dan
Plagiarism
Bahan Bacaan :
Churcill RR & Lowe, The Law of
The Sea, Manchester University,
Manchester, 1983
Sohn, Law of the The Sea In A
Nutshell, St Paul Minn, West
Publishing Co. 1984
UNCLOS 1982
Hukum Laut Internasional, Refika
Aditama, Bandung, 2011Louis B.
POKOK BAHASAN SEBELUM UTS
1. PENGANTAR SILABUS
2.PENGERTIAN DAN
SEJARAH
PERKEMBANGAN
HUKUM LAUT
INTERNASIONAL
3. ANATOMI DAN GARIS
BESAR UNCLOS 1982
4. GARIS DASAR DAN
PERAIRAN PEDALAMAN
5. ZONA TAMBAHAN
POKOK BAHASAN SETELAH UTS

• ZONA EKONOMI EKSLUSIF


• LANDAS KONTINEN
• LAUT BEBAS
• AREA DASAR LAUT
INTERNASIONAL
• HAK PELAYARAN DAN
AKTIVITAS KENELAYANAN
• POLUSI LAUT
• PENYELESAIAN SENGKEA
HUKUM LAUT
INTERNASIONAL
• PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN
HUKUM LAUT
– PENGERTIAN
– SEJARAH
– PERKEMBANGAN
–ANATOMI DAN GARIS BESAR ISI
UNCLOS 1982
– PENGERTIAN PRA UNLCOS,
– UNCLOS 1958,
– UNCLOS 1982,
– ANATOMI UNCLOS 1982,
PENGERTIAN DAN
SEJARAH
PERKEMBANGAN
HUKUM LAUT
INTERNASIONAL
PENGERTIAN DAN
SEJARAH
PERKEMBANGAN
HUKUM LAUT
INTERNASIONAL
• PENGERTIAN
• SEJARAH
• PERKEMBANGAN
PENGERTIAN
• HUKUM LAUT INTERNASIONAL ADALAH
SEPERANGKAT NORMA HUKUM YANG
MENGATUR HUBUNGAN ANTARA NEGARA
PANTAI DAN MENGATUR KEDAULATAN
NEGARA DI LAUT SERTA ASPEK ASPEK
HUKUM DI LAUT DAN PERISTIWA HUKUM
YANG TERJADI DI LAUT.
SEJARAH
• ZAMAN SEBELUM ROMAWI
DIKENAL DUA MACAM KONSEPSI MENGENAI LAUT :
1. RES NULLIUS , BAHWA LAUT ADALAH WILAYAH TAK
BERTUAN, ATAU KAWAN YANG TIDAK ADA
PEMILIKNYA. KARENA TIDAK ADA PEMILIKNYA
MAKA LAUT DAPAT DIAMBIL OLEH MASING MASING
NEGARA
2. RES COMMUNIS, BAHWA LAUT ADALAH MILIK
MASYARAKAT DUNIA KARENA ITU TIDAK DAPAT
DIAMBIL DAN DIMILIKI SECARA INDIVIDUAL OLEH
NEGARA- ”.
Ulpian yang menyatakan bahwa “the sea is open to
everybody by nature”, dan Celcius yang menyatakan “
the sea like the air, is common to all mankind”.
ZAMAN ROMAWI
•Zaman Romawi
Setelah perang Punis III Romawi telah menjadi
penguasa tunggal di Laut Tengah. Laut
•Tengah kemudian dianggap oleh orang-orang Romawi
sebagai “danau” mereka. Dalam melaksanakan
kekuasaannya di laut tersebut banyak tanda yang
menunjukkan bahwa dalam pandangan orang Romawi
laut bias dimiliki. Orang Romawi memandang laut
sebagai “public property” yakni sebagai milik Kerajaan
Romawi.
ZAMAN ROMAWI
•Zaman Romawi
Setelah perang Punis III Romawi telah menjadi
penguasa tunggal di Laut Tengah. Laut
•Tengah kemudian dianggap oleh orang-orang Romawi
sebagai “danau” mereka. Dalam melaksanakan
kekuasaannya di laut tersebut banyak tanda yang
menunjukkan bahwa dalam pandangan orang Romawi
laut bias dimiliki. Orang Romawi memandang laut
sebagai “public property” yakni sebagai milik Kerajaan
Romawi.
ZAMAN ROMAWI

•Tuntutan atas kepemilikan laut ini misalnya dilakukan


oleh: (a) Venesia yang menuntut sebagian besar Laut
Adriatik. Tuntutan ini diakui oleh Alexander III pada
Tahun 1117. Di kawasan ini Venesia memungut
kepada setiap kapal yang melewati kawasan laut
Adriatik, (b) Genoa menuntut Laut Liguarian dan
sekitarnya, dan (c) Pysa menuntut dan melaksanakan
kedaulatannya atas laut Tyraania.
ZAMAN ROMAWI
•Tuntutan atas kepemilikan laut ini misalnya dilakukan
oleh: (a) Venesia yang menuntut sebagian besar Laut
AdriaBk. Tuntutan ini diakui oleh Alexander III pada
Tahun 1117. Di kawasan ini Venesia memungut
kepada seBap kapal yang melewaB kawasan laut
AdriaBk, (b) Genoa menuntut Laut Liguarian dan
sekitarnya, dan (c) Pysa menuntut dan melaksanakan
kedaulatannya atas laut Tyraania.
ZAMAN PORTUGAL DAN SPANYOL
Jatuhnya Constantinopel ke tangan Turki pada tahun
1443, menyebabkan bangsa Portugis mencari jalan
laut lain ke timur menuju Indonesia melalui Samudera
Hindia. Selain itu, Portugal juga menuntut Laut
Atlantik sebelah selatan Maroko sebagai wilayah
mereka. Bersamaan dengan ini, Spanyol sudah samapi
di Maluku melalui Samudera Pasifik, dan menuntut
Samudera ini bersama dengan bagian Barat Samudera
Atlantik dan Teluk Mexico sebagai kepunyaan mereka.

Tuntutan kedua Negara ini diakui oleh Paus Alexander
VI, yang membagi dua lautan di dunia menjadi dua
bagian dengan batas garis meridian 100 leagues (lk.
400 mil laut) sebelah Barat Azores. Sebelah barat dari
meridian tersebut (Samudera Atlantik Barat, Teluk
Mexico dan Samudera Pasifik) menjadi miliki Spanyol,
dan sebelah Timur (Atlantik sebelah Selatan Maroko,
dan Samudera Hindia) menjadi milik Portugal.
Pembagian ini kemudian diperkuat dengan perjanjian
Tordissilias antara Spanyol dan Portugis (1494) dengan
memindahkan garis perbatasannya menjadi 370
leagues sebelah Barat Pulau- pulau Cape Verde di
pantai Barat Afrika.
•BELANDA
•Di bidang pelayaran Belanda sudah sampai di
Indonesia melalui Samudera Hindia pada tahun 1596,
dan mendirikan Verenigde Oost Indische Compgnie
(VOC) pada tahun 1602. Penerobosan melalui
Samudera Hindia ini langsung berbenturan dengan
kepentingan dan tuntutan Portugal. Di bidang
perikanan orang-orang Belanda selama berabad- abad
telah menangkap ikan di sekitar perairan Mare
Anglicanum, dan kegiatan ini telah dijamin oleh
berbagai perjanjian antara kedua Negara.
Untuk memperkuat dalil penentangannya atas
kepemilikan laut, Belanda berusaha mencari dasar-
dasar hukum yang menyatakan laut adalah bebas
untuk semua bangsa. Untuk kepentingan ini Belanda
menyewa Hugo de Groot, seorang ahli hukum untuk
menulis sebuah buku yang membenarkan pendirian
Belanda, shingga orang-orang Belanda dapat bebas
berlayar ke Indonesia. Hasilnya, Grotius menyusun
sebuah buku dengan judul “Mare Liberum”. Buku ini
menguraikan teori kebebasan lautan dalam arti bahwa
laut bebas bagi setiap orang, dan tak dapat dimiliki
oleh siapa pun.
Teori Gratius mendapat tentangan dari banyak penulis
seangkatannya. Gentilis misalny, membela tuntutan Spanyol
dan Inggris dalam bukunya “Advocatio Hispanica” yang
diterbitkan setelah ia meninggal, tahun 1613. Pada tahun yang
sama William Wellwood membela tuntutan Inggris dalam
bukunya “de Dominio Maris”. john Seldon menulis Mare
Clausum sive de Domino Marsnya pada tahun 1618 dan terbit
pada tahun 1635. Paolo Sarpi menerbitkan “Del Dominio del
mare Adriatico” 1676 untuk membela tuntutan Venesia atas
laut lautan Adriatik. Yang terpenting dari buku-buku yang
membela kepentingan kepemilikan atas laut adalaah Mare
Clausum Shelden. Karya ini diperintahkan untuk diterbitkan
pada tahun 1635 pada masa raja Charles I, yang meminta agar
penulis Mare Liberium dihukum.
ASIA
•DIKAWASAN ASIA PUN TERJADI PENJELAJAHAN LAUTAN
SEPERTI YANG DILAKUKAN OLEH LAKSMANA CHENG HO
(CHINA). DIA BERLAYAR DARI CINA KE ASIA SELATAN (1408-
1411) MELALUI INDONESIA DAN PADA TAHUN 1418
MENGUNJUNGI JAZRAH ARAB. DI INDONESIA KEGIATAN
MENGARUNGI LAUTAN PUN BERKEMBANG TERBUKTI DARI
KERAJAAN SRIWIJAYA YANG DIKENAL SEBAGAI KERAJAAN
MARITIM YANG TELAH MENGADAKAN HUBUNGAN POLITIK
DAN PERDAGANGAN DENGAN BANGSA LAIN DI ASIA,
PERBEDAAN DENGAN BANGSA BARAT YANG PENJELAJAHAN
MARITIMNYA BERKEMBANG MENJADI KOLONIALISME DAN
IMPERIALISME, PENJELAJAHAN DENGAN BANGSA TIMUR
DIMULAI DENGAN PERDAGANGAN BERHENTI DENGAN
RUNTUHNYA KERAJAAN TERSEBUT.
INGGRIS
Pada mulanya, sebelum tahun 604 Inggris menganut
faham kebebasan lautan. Faham ini dianut terutama
untuk menghadapi tuntutan Denmark atas kebebasan
di laut Utara. Namun dalam tahun 1604 Charles I
memproklamirkan “King Chamber Area” yang meliputi
26 wilyayah di sepanjang dan sekitar lautan Inggris
(Mare Anglicanum) sebagai wilayah kedaulatan
Inggris. Di daerah-daerah ini, diantaranya ada yang
melebihi 100 mil, Charles I melarang kapal-kapal
nelayan asing menangkap ikan di kawasan tersebut.
Tuntutan ini ditentang oleh Belanda.
INGGRIS

•Dalam perkembangan selanjutnya, umum diterima


bahwa Negara-negara dapat memiliki jalur-jalur laut
yang terletak di sekitar atau di sepanjang pantainya,
dan di luar jalur- jalur tersebut dianggap bebas bagi
semua umat manusia. Beberapa jalur laut yang dapat
dimiliki ?dak sama untuk semua Negara, dan ini
tergantung pada jenis dan fungsi jalur-jalur tersebut.
Lebar laut untuk kepen?ngan perikanan misalnya,
?dak sama dengan untuk kepen?ngan netralitas,
pengawasan pabean dan kepen?ngan yurisdiksi
perdata, pidana dan lain-lain.
Konferensi Hukum Laut UNCLOS II tahun
1960 dan UNCLOS III tahun 1982
• Pada pertemuan konfrensi hukum laut kedua,
telah disapakati untuk mengadakan
kembalipertemuan untuk mencari
kesepakatan dalam pengaturan kelautan
maka diadakan kembali Konferensi Hukum
Laut PBB III atau Unclos III yang dihadiri 119
negara
Dalam pertemuan ini,disepakati 2
konvensi yaitu:
• Konvensi hukum laut 1982 merupakan puncak
karya dari PBB tentang hukum laut,
yangdisetujui di Montego Bay, Jamaica (10
Desember1982), ditandatangani oleh 119
negara. · Ada 15 negara yang memiliki ZEE besar:
Amerika Serikat, Australia, Indonesia, New
• Zealand,Kanada, Uni Soviet, Jepang, Brazil,
Mexico, Chili, Norwegia, India, Filipina, Portugal,
danRepublik Malagasi.
Hasil pertemuan UNCLOS III Secara garis besar
Konvensi memuat beberapa hal penting, yaitu:
• Negara-negara pantai memiliki kedaulatan teritorial sampai
12 mil, tetapi kapal-kapal asing diizinkan melakukan lintas
damai melalui perairan tersebut;
• Kapal dan pesawat udara dari semua negara diizinkan
melakukan lintas transit melalui selat yang dipergunakan
bagi pelayaran internasional, negara-negara yang terletak di
sepanjang selat bias mengatur navigasi dan segi-segi lintas
lainnya;
• Negara-negara kepulauan adalah negara yang terdiri dari
satu kelompok atau kelompok- kelompok pulau yang saling
berhubungan memiliki kedaulatan atas laut wilayah yang
tertutup oleh garis selat dari kepulauan tersebut; negara lain
berhak melakukan lintas di garis yang ditetapkan.
• Negara-negara pantai memiliki hak berdaulat atas zona ekonomi
eksklusif (ZEE) 200 mil laut dalam hubungannya dengan sumber-
sumber alam dan kegiatan-kegiatan ekonomi tertentu, dan juga
memiliki yurisdiksi atas riset ilmiah kepulauan dan perlindungan
lingkungan. Negara-negara lain memiliki kebebasan penerbangan
di atas kawasan tersebut serta kebebasan meletakkan kabel
bawah laut dan jaringan pipa. Negara-negara yang hanya dikelilingi
daratan dan letak geografisnya tidak menguntungkan memiliki
kesempatan turut mengeksploitasi bagian penangkapan ikan
berdasarkan prinsip sederajat bila negara pantai tidak dapat
melakukannya sendiri. Spesies ikan yang tingkat perpindahannya
tinggi dan binatang-binatang laut menyusui akan dilindungi secara
khusus.
• Negara-negara pantai memiliki hak berdaulat atas eksploitasi dan
eksplorasi landas kontinen. Landas kontinen ini sekurangnya 200
mil dari garis pangkal, dan dalam keadaan tertentu dapat lebih
jauh. Negara-negara pantai berbagi dengan masyarakat
internasional dari bagian yang mereka peroleh dari pengelolaan
sumber kekayaan alam yang berasal dari dasar laut dalam yang
berada di luar batas 200 mil. Komisi mengenai batas-batas Landas
Kontinen akan memberikan rekomendasi kepada negara-negara
mengenai batas di luar zona ekonomi eksklusif (ZEE).
• Semua negara menikma+ kebebasan pelayaran
tradisional, lintas penerbangan, peneli+an ilmiah dan
penagkapan ikan di laut bebas, dan wajib bekerjasama
dengan negara-negara lain untuk mengelola dan
melestarikan sumber-sumber haya+.
• Laut wilayah, ZEE dan landas kon+nen dari kepulauan
akan ditentukan sesuai dengan ketentuan yang bias
diterapkan atas wilayah daratan, tetapi karang tak
dapat menampung habitat manusia atau kehidupan
ekonomi mereka sendiri, +dak memiliki ZEE dan
landaus kon+nen;
• Negara-negara yang berbatasan dengan laut tertutup
atau setengah tertutup diharapkan bekerjasama
dalam pengelolaan sumber-sumber daya haya+ dan
dalam kebijakan dan kegiatan lingkungan dan
peneli+an;
• Negara-negara yang dikelilingi hanya oleh daratan memiliki hak
akses kedaulatan dari laut, dan bebas melakukan transit melalui
negara-negara transit;
• Semua kegiatan eksploitasi dan eksplorasi di wilayah dasar laut
internasional berada di bawah kekuasaan Otorita Dasar Laut
Internasional (International Seabed Authority) yang akan dibentuk
berdasarkan Konvensi Hukum Laut ini. Otorita ini akan diberi
wewenang untuk melaksanakan operasi pengembangaannya
sendiri melalui badan operasionya, Enterprise, dan juga
melaksanakan kontrak dengan perusahaan-perusahaan swasta
dan negara-negara untuk memberikan kepada mereka hak
penambangan di wilayah tersebut sehingga mereka dapat
beroperasi sejalan dengan Otorita tersebut. generasi penambang
dasar laut pertama, pioneer investor, akan memiliki jaminan
produksi jika wewenang itu sudah diberikan.
• Negara-negara terikat untuk mencegah dan mengendallikan
pencemaran laut dan dapat dituntut atas kerusakan yang
disebabkan oleh pelanggaran kewajiban-kewajiban mereka untuk
memerangi pencemaran seperti itu.
• Semua penelitian ilmiah ZEE dan landas
kontinen harus disetujui oleh negara-negara
pantai, tetapi dalam banyak hal kegiatan seperti
itu akan memperoleh persetujuan jika penelitian
ini dilakukan untuk tujuan damai dan memenuhi
criteria tertentu;
• Negara-negara terikat untuk menggalakkan
pembangunan dan alih teknologi laut
“berdasarkan ketentuan-ketentuan dan syarat-
syarat yang adil dan masuk akal” dengan
memperhatikan secara seksama semua
kepentingan yang sah;
• Negara-negara berkewajiban menyelesaikan sengketa
mereka secara damai sejauh menyangkut penafsiran atau
penerapan Konvensi; sengketa dapat diajukan kepada
Pengadilan International untuk Hukum Laut (International
Tribunal for the Law of the Sea) yang akan dibentuk
berdasarkan Konvensi Hukum Laut ini, kepada Mahkamah
Internasional, atau kepada badan arbitrasi. Juga dapat
dilakukan melalui konsiliasi, dan dalam keadaan tertentu
kepatuhan kepada konsiliasi merupakan keharusan.
• Namun, sekalipun memberikan keseimbangan jaminan
kepentingan antar negara-negara maju dengan negara-
negara berkembang, KHL 1982 dianggap oleh sebagian
pakar sebagai terlalu ambisius dan tidak akan tercapai.
Sikap apatis ini kelihatannya hampir menjadi kenyataan
mengingat sampai 10 tahun setelah dibukanya
penandatanganan Konvensi, Konvensi belum juga dapat
diberlakukan. Menurut data di Perserikatan Bangsa-
Bangsa sampai dengan 31 Maret 1992 Konvensi ini baru
diratifikasi oleh 51 negara
Keraguan ini ditolak TTB Koch dengan
mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut:
• Konvensi akan mendorong pemeliharaan perdamaian dan
keamanan sebab Konvensi akan menggantikan banyak sekali
tuntutan yang saling bersaing oleh negara-negara pantai yang
secara universal menyetujui batas-batas laut wilayah, zona
ekonomi eksklusif dan landas kontinen.
• Kepentingan masyarakat dunia dalam kebebasan pelayaran akan
dipermudah oleh kompromi-kompromi penting atas zona ekonomi
eksklusif, oleh rezim lintas damai melalui laut wilayah, dan rejim
lintas transit melalui selat yang dipergunakan untuk pelayaran
internasional dan oleh rezim lintas alur kepulauan.
• Kepentingan masyarakat dunia dalam pelestarian dan penggunaan
optimum sumber- sumber daya hayati laut dengan penerapan
secara sadar ketentuan-ketentuan dalam Konvensi yang berkaitan
dengan zona ekonomi eksklusif.
• Konvensi memuat aturan-aturan baru yang penting bagi
pelestarian dan perlindungan lingkungan laut dari pencemaran.
• Konvensi memuat aturan-aturan mengenai penelitian ilmiah yang
memberikan keseimbangan antara negara-negara yang melakukan
penelitian dan kepentingan negara- negara pantai di zona ekonomi
eksklusif atau landas kontinen tempat dilakukan penelitian
tersebut.
• Kepentingan masyarakat dunia dengan penyelesaian secara damai
dan diajukan pencegahan penggunaan kekerasan di antara negara-
negara dengan system penyelesaian sengketa yang bersifat wajib
dalam Konvensi.
• Konvensi berhasil menerjemahkan asa bahwa sumber daya alam
dasar laut dalam merupakan warisan bersama umat manusia ke
dalam institusi yang adil(fair) dan dapat dilaksanakan (workable).
• Walaupun belum ideal, namun kita dapat menemukan unsure-
unsur keadilan (equity) internasional dalam Konvensi seperti
pembagian hasil atas landas kontinen di luar 200 mil, pemberian
akses kepada negara-negara yang tertutup daratan dan negara-
negara yang secara geografis tidak menguntungkan atas sumber
daya hayati ZEE dan negara- negara tetangga mereka, hubungan
nelayan pantai (coastal fisheries) dan nelayan perairan yang jauh
dari pantai (distant water fisheries), dan pembagian keuntungan
yang diperoleh dari eksploitasi sumber laut dalam.
EMBRIO DARI PRANATA HUKUM
LAUT
• LAUT TERITORIAL/LAUT WILAYAH
• BAGIAN LAUT YANG MERUPAKAN WILAYAH SUATU
NEGARA PANTAI YANG BERLAKU KEDAULATAN
NEGARA PANTAI
• LAUT LEPAS
• BAGIAN LAUT YANG TERLETAK DI LUAR WILAYAH
TERITORIAL YANG BUKAN MERUPAKAN BAGIAN
WILAYAH PANTAI DIMANA TIDAK ADA SUATU
NEGARA PUN YANG BOLEH MENGKLAIM KEDAULATAN
ATAUPUN MELAKUKAN TINDAKAN TINDAKAN YANG
MERUPAKAN MANIFESTASI DARI KEDAULATAN.
PENGERTIAN LAUT 1
THE RIGHT OF INNOCENT
PASSAGE
• KAPAL ASING DIAKUI HAK NYA UNTUK
BERLAYAR DI NEGARA PANTAI BUKAN
KARENA KEBEBASAN BERLAYAR ATAU IZIN
TERLEBIH DAHULU DARI NEGARA PANTAI
• MELAINKAN BERDASARKAN ATAS HAK LINTAS
DAMAI
• DALAM PERKEMBANGANNYA TERDAPAT HAK
DAN KEWAJIBAN NEGARA PANTAI
SEJARAH HUKUM LAUT
APPENDIX
RIKO SYARRUDDIN,SEJARAH
LAHIRNYA HUKUM LAUT
INTERNASIONAL
JOKO SUBAGYO, HUKUM LAUT
INDONESIA
I WAYAN PARTHIANA, HUKUM
LAUT INTERNASIONAL

Anda mungkin juga menyukai