Anda di halaman 1dari 29

FILARIASIS DALAM TINJAUAN EPIDEMIOLOGI & CARA PENANGGULANGANNYA

Nur Luthfiyah Siti Malati Umah

DEFINISI

Filariasis atau yang lebih dikenal juga dengan penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat seumur hidup berupa pembesaran tangan, kaki, payudara, dan buah zakar. Cacing filaria hidup di saluran dan kelenjar getah bening. Infeksi cacing filaria dapat menyebabkan gejala klinis akut dan atau kronik (Depkes RI, 2005). Agent: W. bancrofti, B. malayi, B, timori Vektor: Nyamuk Culex, Anopheles, Aedes, Mansonia

GEJALA KLINIS

Gejala akut
berupa limfadenitis, limfangitis, adenolimfangitis yang disertai demam, sakit kepala, rasa lemah dan dapat pula terjadi abses.

Gejala kronis
berupa Limfedema, Lymph Scrotum, Kiluria, Hidrokel

KARAKTERISTIK H-A-E
Host
Menyerang semua umur & gender (> laki-laki) transmigran lebih beresiko Imunitas setiap orang berbeda penderita mampu menularkan ke orang lain

Agent
Makrofilaria hidup di sal. dan kelenjar limfe Mikrofilaria ada di dlm sistem peredaran darah Mikrofilaria punya periodisitas nokturnal/ dan diurnal

Environment
Daerah hutan rawa, sungai ditumbuhi tanaman air Daerah perkotaan kumuh, padat penduduk, banyak genangan air kotor Daerah pedesaan

RANTAI INFEKSI

Manusia, kucing, kera, lutung

W. bancofti, B.malayi, B. timori

Jalur kulit (isapan darah)

Manusia yg rentan

Jalur kulit (peredaran darah)

Gigitan vektor Nyamuk Culex, Mansonia, Anopheles, Aedes

SKEMA RANTAI PENULARAN FILARIASIS

RAP
Waktu biasanya diagnosis ditegakkan Perubahan patologik Onset simptom

Pemajanan

Tahap suseptibilitas

Tahap penyakit subklinis

Tahap klinis penyakit

Tahap pemulihan, cacat atau meninggal

RAP

Fase suseptibel
Setiap orang dlm keadaan normal (tp memiliki kemungkinan terserang) L3 belum masuk ke dlm tubuh Daya tahan tubuh lemah masuk ke tahap selanjutnya Kebersihan perorangan serta lingkungan, budaya, kebiasaan dan pekerjaan sangat berpengaruh

Fase subklinis (asimtomatik)


Seseorang sudah kena gigitan nyamuk yg ada L3 ribuan kali Mikrofilaria berfomorfologi dan berdaur hidup 2 minggu Masa inkubasi penyakit filariasis yaitu 3-12 bulan di dalam tubuh manusia Demam, sakit kepala, sakit otot, rasa lemah, dll

RAP

Fase Klinis
Fase dini & fase lanjut Terjadi dilatasi saluran limfe dan obstruksi Penimbunan cairan limfe edema jaringan Terganggunya pengangkutan bakteri peradangan akut Kelenjar limfe tdk dpt menyaring bakteri yg masuk ke kulit Limfangitis, limfadenitis, adeno limfangitis, abses, epididimitis, funikulitis, orkitis Pada limfedema serangan akut berulang pembengkakan menetap

Fase akhir/ penyembuhan


Filariasis dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup bila tidak mendapatkan pengobatan yang baik ( Agusri: Tesis 2008) dan apabila melakukan pengobatan yang teratur akan memberikan kesembuhan bagi penderita (Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI Jakarta: 2008).

DESAIN PENELITIAN

Cross Sectional Study


Untuk mengetahui distribusi penyakit Biaya murah Waktu penelitian singkat Jumlah data yg dibutuhkan tersedia cukup banyak

Case Control Study

Untuk menganalisis faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit Biaya yg diperlukan relatif sedikit Menilai hubungan antara paparan dengan penyakit Waktunya lumayan singkat

PREAVALENS/INSIDENS KASUS

Kasus fialriasis menyerang sekitar 1/3 penduduk dunia (1,3 milyar penduduk di 83 negara beresiko terindeksi filariasis) Dari 1/3 milyar tsb, 851 juta adalah penduduk tropis dan subtropis, seperti Asia, Afrika, dan Pasifik Barat. Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah endemis filariasis, terutama Indonesia Timur. Dari survey darah jari dan epidemiologi, 72,8% kabupaten/kota di Indonesia tergolong daerah endemis filariasis (2007). Ada 11.914 kasus filariasis kronis yang dilaporkan sampai tahun 2009. Kerugian ekonomi th. 2000 di daerah endemis filariasis diperkirakan Rp. 20,9 triliun (Survey FKM UI).

DISTRIBUSI FILARIASIS
Orang
Menyerang semua jenis umur. Laki-laki memiliki risiko 4,7 kali lbh besar daripada perempuan (Puji Juriastuti: Jurnal 2008) Transmigran lebih beresiko

Tempat

Lebih banyak di pedesaan (Riskesdas 2007) Di perkotaan yg padat penduduk: Jakarta, Bekasi, Tangerang, Semarang, Pekalongan.

Waktu

Mikrofilaria nokturna vektor malam hr penularan mlm hr Mikrofilaria non periodik & nokturna vektor siang & malam penularan siang & malam hr

GAMBAR DISTRIBUSI SPESIES CACING FILARIA DI INDONESIA

SUMBER: Subdit Filariasis & Schistomiasis Direktorat P2B2, Ditjen Pp&Pl Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2010. Rencana Nasional Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di Indonesia 2010-2014

PENCEGAHAN FILARIASIS
Menurut Depkes RI (2005), tindakan pencegahan dan pemberantasan filariasis yang dapat dilakukan adalah: 1. Melaporkan ke Puskesmas bila menemukan warga desa dengan pembesaran kaki, tangan, kantong buah zakar, atau payudara. 2. Ikut serta dalam pemeriksaan darah jari yang dilakukan pada malam hari oleh petugas kesehatan. 3. Minum obat anti filariasis yang diberikan oleh petugas kesehatan. 4. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan agar bebas dari nyamuk penular. 5. Menjaga diri dari gigitan nyamuk misalnya dengan menggunakan kelambu pada saat tidur.

PENGOBATAN FILARIASIS

Pengobatan Massal

Dilakukan di daerah endemis (mf rate > 1%) Obat: kombinasi Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dosis tunggal 6mg/kg berat badan, Albendazol 400 mg (1 tablet) dan Paracetamol (sesuai takaran) Diberikan sekali setahun selama 5 tahun pada penduduk yang berusia 2 tahun ke atas. Sebaiknya minum obat anti filariasis sesudah dan dalam keadaan istirahat/tidak bekerja. Upaya ini dimaksudkan untuk membunuh mikrofilaria dalam darah dan cacing dewasa.

Sasaran pengobatan massal adalah seluruh penduduk yang tinggal di daerah endemis, kecuali anak-anak berusia < 2tahun, ibu hamil dan menyusui, orang yang sedang sakit, orang tua yang lemah, penderita serangan epilepsi

PENGOBATAN FILARIASIS

Pengobatan Selektif
Dilakukan kepada orang yang mengidap mikrofilaria serta anggota keluarga yang tinggal serumah dan berdekatan dengan penderita di daerah dengan hasil survey mikrofilaria < 1% (non endemis).

Pengobatan individu
Semua kasus klinis diberikan obat DEC 100 mg, 3x sehari selama 10 hari sebagai pengobatan individual serta dilakukan perawatan terhadap bagian organ tubuh yang bengkak.

PROGRAM PENANGGULANGAN FILARIASIS

Program Eliminasi Filariasis (Mengadopsi dari program WHO The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020. Strateginya yaitu: 1. Meningkatkan peran kepala daerah dan pemangku kepentingan lainnya. 2. Memanfaatkan perencanaan dan persiapan pelaksanaan termasuk sosialisasi kepada masyarakat 3. Memastikan ketersediaan obat dan distribusinya serta dana operasional 4. Memanfaatkan pelaksanaan POMP filasriasis yang didukung oleh sistem pengawasan dan pelaksanaan pengobatan dan pengaman kejadian ikutan pasca pengobatan. 5. Meningkatkan monitoring dan evaluasi

HAVE A NICE UTS !!!!!

Anda mungkin juga menyukai