Disusun oleh:
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I. PENDAHULUAN
2.1.1 Ergonomi 3
2.1.2 KelelahanKerja 4
2.1.3 KecelakaanKerja 11
BAB III. HASIL ANALISIS
LAMPIRAN................................................................................................................40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebutuhan merupakan hal yang harus dipenuhi oleh manusia dan
untuk memenuhinya manusia harus bekerja untuk mendapatkan
penghasilan.Pekerjaan yang dilakukan dengan cara yang tidak benar akan
mengakibatkan berbagai dampak baik dampak bagi kesehatan,
produktivitas, maupun resiko kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja
harus menjadi prioritas utama untuk meningkatkan produktivitas kerja,
meningkatkan kesejahteraan serta jaminan sosial para pekerja agar mereka
merasa aman dan nyaman saat bekerja.
Data dari World Health Organization pada tahun 1999 menemukan
bahwa berbagai kasus penyakit akibat kerja yang paling banyak adalah
penyakit Musculoskeletal (48%), penyakit Paru Obstruksi Kronik (11%),
gangguan kesehatan mental (10%), tuli akibat bising (9%) dan keracunan
pestisida (3%). (Suemarko, Dewi Sumaryani, 2012).
UKM (Usaha Kecil Menengah) Batako merupakan salah satu jenis
UKM yang bergerak di bidang pembuatan batako. Usaha pembuatan
batako tumbuh dan berkembang seiring dengan bertambah banyaknya
pembangunan, meningkatnya kebutuhan perumahan bagi masyarakat dan
juga pembangunan fisik yang semakin berkembang. Pembuatan batako
melalui proses persiapan bahan, pencampuran adonan, pengisian cetakan,
pencetakan dan membawa serta melepas cetakan untuk
pengeringan.Seluruh proses pembuatan batako menggunakan tenaga
manusia. Namun ada juga usaha pembuatan batako yang sudah maju
mereka menggunakan mesin untuk mencetak adonan batako. Proses kerja
yang ada dalam membuat batako, pekerja melakukan kerjanya dengan
postur yang kurang baik sehingga sering menimbulkan gejala-gejala atau
efek-efek kerja seperti mengalami sakit dibagian punggung, bahu,
pinggang, leher, dan juga tangan. Pengaruh ini terjadi karena sering
adanya pembentukan sudut-sudut bagian tubuh yang tidah sesuai, dengan
4
kaidah ergonomi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada pekerja Batako
2. Faktor yang menyebabkan kelelahan dan kecelakaan kerja pada
pekerja Batako
1.3 TUJUAN PENULISAN
I.Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang aspek K3 pada pekerja batako.
II.Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang faktor –faktor yang berdampak pada
kesehatan dan keselamatan kerja yang dialami pekerja batako.
2. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat
mengganggu kesehatan pekerja.
3. Untuk mengetahui tentang Alat Pelindung Diri yang digunakan pada
saat bekerja.
4. Untuk mengetahui keluhan / penyakit yang dialami yang berhubungan
dengan pekerjaan pada pekerja batako.
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DASAR TEORI
2.1.1 Ergonomi
1. Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergos yang berarti kerja dan
Nomos yang berarti ilmu. Ergonomi secara harafiah dapat diartikan
sebagai suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan
pekerjaannya. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangan antara segala fasiliras yang digunakan
baik dalam beraktifikas dan istirahat dengan kemammpuan dan
keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga sehingga kualitas
hidup serta keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, dkk, 2004). Untuk
menghindari terjadinya kecelakaan akibat kerja, manusia harus diberikan
alat/mesin atau lingkungan kerja yang berada dalam batas kemampuan,
kebolehan, dan keterbatasannya. Dengan penerapan ergonomi yang tepat
diharapkan akan terjadi proses kerja yang efektif, aman dan nyaman, sehat
dan efisien. Produk dan sarana harus dibuat dengan konsep yang tepat
untuk mendukung efesiensi dan keselamatan dalam penggunaannya.
Konsep tersebut adalah desain untuk realibilitas, kenyamanan, lamanya
waktu pemakaian, kemudahan dalam pemakaian, dan efesiensi dalam
pemakaian.Menurut Internasional Ergonomics Assosiation (IEA),
Ergonomi atau human factor adalah disiplin ilmu yang mempelajari
interaksi manusia dengan elemen lainnya di dalam sebuah sistem, dan
profesi yang mengaplikasikan prisip-prinsip teori, data dan metode untuk
mendesain kerja yang mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja
sistem secara keseluruhan. Ergonomi adalah disiplin yang berorientasi
sistem yang sekarang berlaku untuk semua aspek kegiatan manusia.
2. Manfaat Ergonomi
Menurut Pheasant (2003), ada beberapa manfaat ergonomi antara lain:
a) Peningkatan hasil produksi, yang berarti menguntungkan secara
ekonomi. Hal ini disebabkan oleh:
6
Efesiensi waktu kerja yang meningkat
Menigkatnya kualitas kerja
Kecepatan pergantian pegawai (labour turn over ) yang relatif
rendah
b) Menurunkan probabilitas terjadinya kecelakaan, yang berarti:
Dapat mengurangi biaya pengobatan yang tinggi. Hal ini cukup
berarti karena biaya untuk pengobatan lebih besar daripada
biaya untuk pencegahan
Dapat mengurangi penyediaa kapasitas untuk keadaan gawat
darurat
c) Dengan menggunakan antropometri dapat di rencanakan atau di
desain:
Pakaian kerja
Workspace
Lingkungan kerja
Peralatan mesin
Consumen product
2.1.2 Kelelahan Kerja
1. Pengertian Kelelahan Kerja
Kelelahan Kerja adalah proses yang mengakibatkan penurunan
kesejahteraan, kapasitas atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas kerja
(Mississauga, 2012).
Kelelahan adalah suatu keadaan ketika seseorang merasa lelah secara
fisik dan/atau mental, yang dapat disebabkan oleh :
a. Jam kerja yang panjang tanpa intervensi istirahat/periode
penyembuhan
b. Aktivitas fisik yang kuat dan berkelanjutan
c. Usaha mental yang kuat dan berkelanjutan
d. Bekerja selama beberapa atau semua waktu alami untuk tidur (sebagai
akibat dari shift atau bekerja untuk waktu yang panjang)
7
e. Tidur dan istirahat yang kurang cukup (WSHCouncil,2010)
Kelelahan kerja adalah aneka keadaan yang disertai penurunan
efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang disebabkan oleh :
a. Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual)
b. Kelelahan fisik umum
c. Kelelahan saraf
d. Kelelahan oleh lingkungan yang monoton
e. Kelelahan oleh lingkungan yang kronis terus-menerus sebagai faktor
secara menetap (Suma’mur, 2009)
2. Jenis-jenis kelelahan
Berdasarkan proses dalam otot, kelelahan dapat dibagi dua (Budiono dkk,
2003) :
a. Kelelahan otot, fenomena berkurangnya kinerja otot setelah
terjadi tekanan melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan
otot secara fisiologis, yang ditunjukkan tidak hanya dengan
berkurangnya tekanan fisik tetapi juga makin rendahnya gerakan.
b. Kelelahan umum, adalah suatu perasaan letih yang luar biasa.
Semua aktivitas menjadi terganggu dan biasanya akan
menimbulkan rasakantuk.
Menurut Workplace Safety & Health Council (WSHCouncil) (2010)
tipe kelelahan dibagi menjadi :
a. Kelelahan fisik (berkurangnya kemampuan untuk bekerja
manual).
b. Kelelahan mental (penurunan tingkat konsentrasi dan
kewaspadaan).
3. Penyebab Kelelahan
Beberapa penyebab yang cukup mempengaruhi kelelahan kerja, antara
lain:
a. Pekerjaan yang berlebihan
Kekurangan sumber daya manusia yang kompeten
8
mengakibatkan menumpuknya pekerjaan yang seharusnya
dikerjakan dengan jumlah karyawan yang lebih banyak.
b. Kekurangan waktu
Batas waktu yang diberikan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan terkadang tidak masuk akal. Pada saat karyawan
hendak mendiskusikan masalah tersebut dengan atasannya,
atasan bukannya memberikan solusi pemecahan namun
seringkali memberikan tugas-tugas baru yang harus dikerjakan.
c. Konflik peranan
Konflik peranan biasanya terjadi antar karyawan dengan jenjang
posisi yang berbeda, yang seringkali disebabkan oleh otoritas
yang dimiliki oleh peranan atau jabatan tersebut.
d. Ambigu peranan
Tidak jelasnya deskripsi tugas yang harus dikerjakan seringkali
membuat para karyawan mengerjakan sesuatu pekerjaan yang
seharusnya tidak dikerjakan oleh karyawan tersebut kalau ditilik
dari sisi keahlian maupun posisi pekerjaannya (Eraliesa, 2008).
4. Gejala-gejala kelelahan
Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptom) secara
subjektif dan objektif antara lain : perasaan lesu, mengantuk dan pusing,
berkurangnya konsentrasi, berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi
yang buruk dan lambat, tidak ada/berkurangnya gairah untuk bekerja,
menurunnya kinerja jasmani dan rohani (Budiono dkk, 2003).
Menurut Kroemer & Grandjean (2005), gejala kelelahan subjektif dan
objektif, yang paling penting dibagi menjadi :
a) Perasaan subjektif seperti keletihan, somnolen, pusing, rasa tidak
suka untuk bekerja
b) Berpikir lamban
c) Kewaspadaan berkurang
d) Persepsi lambat dan buruk
9
e) Enggan untuk bekerja
f) Penurunan kinerja fisik dan mental
10
b) Penyakit Gangguan Ginjal
c) Penyakit Asma
d) Tekanan darah rendah
e) Hipertensi (Suma’mur, 2009)
5) Status perkawinan
Pekerja yang sudah berkeluarga dituntut untuk memenuhi
tanggung jawab tidak hanya dalam hal pekerjaan melainkan juga
dalam hal urusan rumah tangga sehingga resiko mengalami
kelelahan kerja juga akan bertambah (Inta, 2012).
6) Sikap kerja
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap
sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan
produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam
bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi
jangkauan tangan harus dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi
kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh yang
lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak
akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Hal ini akan
menyebabkan kelelahan (Budiono dkk, 2003).
7) Status Gizi
Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat
gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk
pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat
makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat.
b. Faktor Eksternal
1) Masa kerja
Seseorang yang bekerja dengan masa kerja yang lama lebih
banyak memiliki pengalaman dibandingkan dengan yang bekerja
11
dengan masa kerja yang tidak terlalu lama. Orang yang bekerja
lama sudah terbiasa dengan pekerjaan yang dilakukannya sehingga
tidak menimbulkan kelelahan kerja bagi dirinya (Setyawati, 2010).
2) Beban kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban
yang dimaksud fisik, mental atau sosial. Seorang tenaga kerja
memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban
kerja.
Diantara mereka ada yang lebih cocok untuk beban fisik, mental
sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma’mur, 2009).
3) Shift kerja
Salah satu penyebab kelelahan adalah kekurangan waktu tidur
dan terjadi gangguan pada cyrcardian rhythms akibat jet lag atau
shiftwork. Cyrcardian rhythms berfungsi dalam mengatur tidur,
kesiapan untuk bekerja, proses otonom dan vegetatif seperti
metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung dan tekanan darah.
Fungsi tersebut dinamakan siklus harian yang teratur (Setyawati,
2010).
4) Penerangan
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat
objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang
tidak diperlukan. Lebih dari itu, penerangan yang memadai
memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan
linkungan yang menyegarkan (Suma’mur, 2009).Penerangan yang
buruk dapat mengakibatkan kelelahan maya dengan berkurangnya
daya dan efisiensi kerja, keluhan pegal di daerah mata, dan sakit
kepala, kerusakan indera mata, kelelahan mental dan menimbulkan
terjadinya kecelakaan (Budiono dkk, 2003).
5) Kebisingan
Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak
dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat
12
menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran.
Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada
saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya metabolisme,
bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan
(Setiarto, 2002).
6) Iklim kerja
Suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan kaku
dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sedangkan suhu yang
terlalu tinggi akan menyebabkan kelelahan akibat menurunnya
efisiensi kerja, denyut jantung dan tekanan darah meningkat,
aktivitas organ-organ pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat,
dan produksi keringat meningkat (Inta, 2012).
7) Akibat kelelahan kerja
Efek dari kelelahan pada kesehatan dan prestasi kerja dapat
bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendek
pada individu mencakup pekerjaan terganggu kinerja, seperti
mengurangi kemampuan untuk:
a) Berkonsentrasi dan menghindari gangguan
b) Berpikir lateral dan analitis
c) Membuat keputusan
d) Mengingat dan mengingat peristiwa-peristiwa dan urutan
mereka
e) Memelihara kewaspadaan
f) Kontrol emosi
g) Menghargai situasi yang kompleks
h) Mengenali risiko
i) Mengkoordinasikan gerakan tangan-mata, dan
j) Berkomunikasi secara efektif.
Kelelahan juga dapat meningkatkan kesalahan, membuat waktu reaksi
menjadi lambat, meningkatkan kemungkinan kecelakan dan cedera, serta
dapat menyebabkan mikro-tidur. Efek jangka panjang pada kesehatan yang
13
berkaitan dengan shift dan kurang tidur kronik mungkin termasuk:
a) Penyakit jantung
b) Diabetes
c) Tekanan darah tinggi
d) Gangguan pencernaan
e) Depresi, dan
f) Kecemasan (Work Safe Victoria, 2008).
14
2. Jenis-jenis Kecelakaan Kerja
Bird dan Germain (1990) menyatakan bahwa terdapat 3 jenis
kecelakaan kerja, yakni:
a. Accident, kejadian yang tidak dikehendaki yang membuat
kerugian baik untuk manusia ataupun terhadap harta benda
b. Incident, kejadian yan tidak dikehendaki yang belum menjadi
kerugian
c. Near Miss, kejadian nyaris celaka dengan kata lain kejadian ini
hampir membuat terjadi incident maupun accident.
Dengan dasar tingkat akibat yang ditimbulkan, ada 3 jenis
kecelakaan kerja (Suma’mur, 2003):
a. Kecelakaan kerja ringan
Merupakan kecelakaan yang membutuhkan pengobatan dihari
itu dan dapat melakukan pekerjaannya kembali atau istirahat
kurang dari 2 hari. Seperti terpeleset, tergores, terkena pecahan
beling, dll.
b. Kecelakaan Kerja Sedang
Kecelakaan kerja sedang yaitu kecelakaan yang membutuhkan
pengobatan dan perlu istirahat selama lebih dari 2 hari. Seperti
terjepit, luka sampai robek, luka bakar.
c. Kecelakaan Kerja Berat
Merupakan kecelakaan kerja di mana pekerja mengalami
amputasi atau kegagalan fungsi tubuh. Seperti patah tulang.
3. Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
Faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan pada
umumnya dapat diakibatkan oleh 4 faktor utama (Husni:2003) yaitu:
a. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan ketrampilan
dan sikap
b. Faktor material yang memiliki sifat membahayakan kesehatan
dan keselamatan pekerja
c. Faktor sumber bahaya yaitu:
15
perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena
metode kerja yang salah, keletihan atau kecapeaan, sikap kerja
yang tidak sesuai dan sebagainya
kondisi atau keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak
aman dari keberadaan mesin atau peralatan kerja, lingkungan,
proses dan sifat pekerjaan.
4. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja
a. Teori Domino
Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931.
Menurut Heinrich, 88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan atau
tindakan yang tidak aman dari manusia (unsafe act) sedangkan
sisanya disebabkan oleh hal-hal yang tidak berkaitan dengan
kesalahan manusia, yaitu 10% disebabkan oleh kondisi yang tidak
aman (unsafe condition) dan 2 % disebabkan takdir Tuhan.
b. Teori Bird & Loftus
Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh
Heinrich, yaitu adanya tindakan dan kondisi yang tidak aman. Bird
pada Loftustidak lagi melihat kesalahan yang terjadi pada manusia
/pekerja semata, melainkan lebih menyoroti pada bagaimana
manajemen lebih mengambil peran dalam melakukan pengendalian
agar tidak terjadi kecelakaan.
c. Teori Swiss Cheese
Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap
komponen yang terlihat dalam suatu sistem produksi. Kegagalan suatu
proses dapat dilukiska sebagai “lubang” dalam setiap lapisan sistem
yang berbeda. Dengan demikian menjelaskan apa dari tahapan suatu
proses produksi tersebut yang gagal.
5. Pengendalian Kecelakaan Kerja
Kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian kesehatan kerja
antara lain:
a. Identifikasi Bahaya Terhadap Kesehatan
16
Kegiatan untuk mengidentifikasi bahaya terhadap kesehatan
ditempat kerja harus dilakukan dengan resmi, terencana, menyeluruh
dan dengan teknik yang akurat. Metodenta dapat melalui inspeksi,
pengamatan kerja, survei dan penilaian teknis, serta pengawasan
terhadap pengadaan bahan-bahan dan kontrak-kontrak pekerjaan.
b. Pengendalian Bahaya
Apabila diketahui adanya bahaya, tindakan harus segera
dilakukan untuk mengendalikan dampaknya terhadap pekerja, yang
terbaik adalah dengan cara menghilangkan sumber bahayanya.
c. Identifikasi Bahan yang digunakan dalam bekerja dan proses kerja
Setiap bahan berbahaya yang digunakan, atau proses yang
mungkin menghasilkan bahan berbahaya harus di identifikasi. Risiko
pekerjaan yang mungkin berdampak pada pekerja lapangan atau
anggota masyarakat harus diperiksa. Perencana dapat mengurangi
bahaya akibat bahan-bahan itu meleui rancangannya. Apabila para
pekerja menggunakan atau terpapar bahan-bahan berbahaya sebagai
dampak pekerjaan mereka, maka perlu upaya mengatasinya atau
mengontrolnya. Ada standar-standar prosedur yang dapat digunakan
sebagai acuan atau pedoman.
d. Pengendalian Risiko Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
Memastikan adanya ventilasi yang baik diarea kerja dengan
pintu-pintu, jendela, dan lubang cahaya atap yang terbuka.
Untuk beberapa kasus diperlukan peralatan ventilasi mekanis.
Gunakan sesedikit mungkin bahan yang berbahaya, jangan
tempatkan diarea kerja lebih dari yang dibutuhkan.
Gunakan rol dengan pelindungcipratan atau dengan kuas
daripada dengan semprotan.
Memindahkan cairan dengan pompa daripada dengan tangan.
Tempatnya harus selalu ditutup kecuali saat memindahkan
isinya.
Gunakan peralatan gerinda atau semprotan pasir (sandblasting)
17
yang dilengkapi ventilasi pembuangan atau smprotan air untuk
mengontrol debunya.
Penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja untuk
mengurangi risiko cedera dan ataupun kecelakaan kerja.
BAB III
HASIL ANALISIS
18
batako yang dapat dicetak dengan waktu kerja dari jam 06.00-01.30 setelah itu
ada istirahat makan siang pada jam 01.30-02.00 dan dilanjutkan dari jam 02.00
hingga 04.00 sore.
3.2 LOKASI DAN WAKTU
1. Lokasi
Lokasi survei yang kami jalankan adalah mengevaluasi faktor yang
berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan kerja pekerja salah satu
tempat pembuatan batako di Liliba.
2. Waktu
Waktu pelaksanaan survei ini pada tanggal 10 April 2019.
3.3 BAHAN DAN CARA
1. Peralatan yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dalam rangka
untuk survei menganalisis factor kelelahan dan kecelakaan bagi pekerja
batako, antara lain :
a) Alat tulis menulis
Berfungsi sebagai media untuk mencatat selama survey
penelitian.
b) Kamera
Digunakan untuk mengambil gambar situasi kerja ditempat
pembuatan batako .
c) Check list (kuisioner)
Digunakan untuk mendapatkan data primer mengenai survei
yang dilakukan.
2. Cara pemantauan
Kami merencanakan untuk memantau dan mengevaluasi kegiatan
yang dilakukan pekerja batako yang berhubungan dengan kesehatan dan
keselamatan kerja serta kesehatan lingkungan kerja pada lingkungan
tempat pembuatan batako.Pemantauan ini dilakukan dengan metode
surveydengan menggunakan check list (kuisioner) dan nordyc body
map.
19
3.4 HASIL SURVEI
DATA RESPONDEN 1
KUISIONER PEKERJA BATAKO DI DAERAH LILIBA
A. BIODATA RESPONDEN
1. Nama Lengkap: Marselinus Tae
2. Umur : 18 Tahun
3. Berat Badan : 50 Kg
4. Tinggi Badan : 145 Cm
5. Jenis Kelamin : Laki-laki
B. DATA
1. Sarapan pagi √ ya/selalu jarang
tidak pernah
Ket: Nasi, sayur, ikan dan air putih
2. Perokok √ya
tidak
Ket: Sehari 1 bungkus rokok surya pro merah
3. Pemiras ya
√tidak
Ket:
4. Jam kerja
Ket: 06:00-16:00 WITA
5. Waktu istirahat
Ket: 13:30-14:00 WITA
6. Lama bekerja
Ket: 10 jam bekerja
20
7. Alat kerja yang digunakan
Ket: Mesin pres, sekop, pacul dan arteco/gerobak
DATA RESPONDEN 2
A. BIODATA RESPONDEN
1. Nama Lengkap: Gregorius Ger Nahak
2. Umur : 21 tahun
3. Berat Badan : 50 Kg
4. Tinggi Badan : 160 Cm
5. Jenis Kelamin : Laki-laki
B. DATA
1. Sarapan pagi √ya/selalu jarang
tidak pernah
Ket: Nasi, mie, sayur dan air putih
2. Perokok √ya
tidak
Ket: 1 bungkus rokok surya pro
3. Pemiras ya √tidak
Ket:
21
4. Jam kerja
Ket: 06:00-16:00 WITA
5. Waktu istirahat
Ket: 13:30-14:00 WITA
6. Lama bekerja
Ket: 10 jam bekerja
22
Gangguan kardiovaskular
Meningkatkan resiko mengalami aneurisma otak yaitu
pembekakan pembuluh darah yang terjadi akibat melemahnya
dinding pembuluh darah.
Meningkatkan risiko kanker mulut, lidah, tenggorokan dan kanker
paru-paru.
Gangguan psikologis.
Gangguan sistem reproduksi dan kesuburan.
3. Kedua pekerja bukanlah pemiras. Sehingga pekerja dapat
melangsungkan kegiatan mereka tanpa adanya gangguan apapun..
4. Pembuatan batako dimulai ddari jam 06:00-16:00, yaitu 10 jam
sehari dengan waktu istirahat 13:30-14:00. Mengenai jam istirahat,
pekerja hanya di berikan waktu untuk istirahat selama 30 menit yaitu
saat makan siang. Kurangnya waktu istirahat menyebabkan pekerja
juga menjadi cepat lelah (Suma’mur, 1989).
5. Jenis alat yang digunakan dalam bekerja seperti mesin press pacul
dan lainnya memiliki risiko terjadinya kecelakaan kerja apabila tidak
hati-hati dalam penggunaannya.
6. Dalam bekerja mereka menggunakan alat pelindung diri yang
sederhana dan apa adanya yaitu sarung tangan dan topi. Dalam
bekerja dilingkungan yang panas mereka tidak menggunakan
pakaian pelindung seperti baju kerja lengan panjang, celana panjang
dan sepatu untuk melindungi kulit dari sinar matahari yang
menyengat serta masker unntuk mengurangi risiko terpapar debu
yang dapat mengakibatkan penyakit di saluran pernapasan.
Selain pengambilan data primer, kami juga melakukan pengamatan
terhadap sakit/keluhan yang dialami oleh para pekerja dengan bantuan
Nordic Body Map.
LEMBAR KERJA KUESIONER INDIVIDU NORDIC BODY MAP
Analisis Faktor Resiko Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Batako daerah
Liliba di Kota Kupang Tahun 2019
23
Data responden 1
1. Nama : Marselinus Tae
2. Usia (tahun) : 18 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
Petunjuk pengisian :
1. Mohon anda mengisi sesuai dengan keluhan anda saat ini
2. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda cek (√)
pada jawaban yang anda pilih
3. Isilah pertanyaan sesuai dengan kondisi anda saat ini
Keterangan :
Skor 1 : Tidak ada keluhan sama sekali
Skor 2 : Sedikit ada keluhan nyeri (agak sakit)
Skor 3 : Ada keluhan nyeri (sakit)
Skor 4 : Keluhan sangat nyeri (sangat sakit)
24
LEMBAR KERJA KUESIONER INDIVIDU NORDIC BODY MAP
Otot Skeletal Skoring Nordic Body Map
1 2 3 4
0 Leher √
1 Tengkuk √
2 Bahu Kiri √
3 Bahu Kanan √
4 Lengan Atas Kiri √
5 Punggung √
6 Lengan Atas Kanan √
7 Pinggang √
8 Pinggul √
9 Pantat √
10 Siku Kiri √
11 Siku Kanan √
12 Lengan Bawah Kiri √
13 Lengan Bawah Kanan √
14 Pergelangan Tangan Kiri √
15 Pergelangan Tangan √
Kanan
16 Tangan Kiri √
17 Tangan Kanan √
18 Paha Kiri √
19 Paha Kanan √
20 Lutut Kiri √
21 Lutut Kanan √
22 Betis Kiri √
23 Betis Kanan √
24 Pergelangan Kaki Kiri √
25 Pergelangan Kaki Kanan √
25
26 Kaki Kiri √
27 Kaki Kanan √
Total Skor :
LEMBAR KERJA KUESIONER INDIVIDU NORDIC BODY MAP
Analisis Faktor Resiko Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Batako daerah
Liliba di Kota Kupang Tahun 2019
Data responden 2
1. Nama : Gregorius Ger Nahak
2. Usia (tahun) : 21 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
Petunjuk pengisian :
1. Mohon anda mengisi sesuai dengan keluhan anda saat ini
2. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda cek (√)
pada jawaban yang anda pilih
3. Isilah pertanyaan sesuai dengan kondisi anda saat ini
Keterangan :
Skor 1 : Tidak ada keluhan sama sekali
Skor 2 : Sedikit ada keluhan nyeri (agak sakit)
Skor 3 : Ada keluhan nyeri (sakit)
Skor 4 : Keluhan sangat nyeri (sangat sakit)
26
LEMBAR KERJA KUESIONER INDIVIDU NORDIC BODY MAP
Otot Skeletal Skoring Nordic Body Map
1 2 3 4
0 Leher √
1 Tengkuk √
2 Bahu Kiri √
3 Bahu Kanan √
4 Lengan Atas Kiri √
5 Punggung √
6 Lengan Atas Kanan √
7 Pinggang √
8 Pinggul √
9 Pantat √
10 Siku Kiri √
11 Siku Kanan √
12 Lengan Bawah Kiri √
13 Lengan Bawah Kanan √
14 Pergelangan Tangan Kiri √
15 Pergelangan Tangan √
Kanan
16 Tangan Kiri √
17 Tangan Kanan √
18 Paha Kiri √
19 Paha Kanan √
20 Lutut Kiri √
21 Lutut Kanan √
22 Betis Kiri √
23 Betis Kanan √
24 Pergelangan Kaki Kiri √
25 Pergelangan Kaki Kanan √
27
26 Kaki Kiri √
27 Kaki Kanan √
Total Skor :
Dari data nordic body map yang telah diisi oleh responden, keluhan yang
sering dialami oleh pekerja diantaranya :
1. Sakit di bagian leher dan tengkuk. Keseringan menunduk ketika
mencampur adonan dan pada waktu menjemur batako menyebabkan
pekerja mengalami keluhan pada leher dan tengkuk. Hal ini dapat
menyebabkan pekerja tidak dapat bekerja dengan baik dikarenakan
keterbatasan leher dalam bergerak (Heinrich et al. 1980).
2. Sakit dibagian lengan kanan dan kiri. Hal ini disebabkan oleh proses
kerja pembuatan batako yang kebanyakan menggunakan tangan, baik
untuk menangkat bahan, mencampur adonan batako, maupun untuk
mengangkat batako yang sudah selesai dicetak untuk di jemur. Sakit
pada lengan dapat menyebabkan kesakitan/nyeri saat bekerja. Nyeri ini
dapat menyebabkan kelelahan kerja (Suma’mur, 1996).
3. Sakit pada punggung dan pinggang. Menyebabkan sulit bergerak dan
membatasi pekerja dalam bergerak (Heinrich et al. 1980). Selain itu,
sakit pada pinggang juga disebabkan oleh faktor umur sehingga
mengakibatkan kelelahan dalam bergerak (Setyawati, 1994),
4. Sakit dibagian pergelangan tangan. Gejala sakit pada bagian ini dapat
mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah dan saraf pada jari yang
di sebabkan oleh getaran alat/ bagian permuakaan alat yang bergetar dan
menyebar langsung ke tangan (Levy et al, 2005 dalam Handayani,
2001).
28
3.5 ANALISIS FAKTOR HAZARD (BAHAYA) BAGI PEKERJA
3.5.1 Faktor Pekerjaan
a. Beban Kerja
Beban kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
terjadinya gangguan otot rangka. Berat beban yang direkomendasikan
adalah 23-25 kg, sedangkan menurut Departemen Kesehatan (2009)
mengangkat beban sebaiknya tidak melebihi dari aturan yaitu laki–laki
dewasa sebesar 15–20 kg dan wanita (16-18 tahun) sebesar 12-15
kg.Pembebanan fisik pada pekerjaan dapat mempengaruhi terjadinya
kesakitan pada muskuloskeletal. Pembebanan
fisik yang dibenarkan adalah pembebanan yang tidak melebihi 30-40%
dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam 8 jam sehari dengan
memperhatikan peraturan jam kerja yang berlaku. Semakin berat beban
maka semakin singkat waktu pekerjaan (Suma’mur, 2009). Sementara itu,
dalam proses pembuatan batako, beban kerja yang dialami pekerja masih
dalam batas aman untuk pekerja sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Usia yang masih muda pada kedua pekerja pun membuat
mereka masih dapat melakukan berbagai proses yang berkaitan dengan
proses pembuatan batako dengan baik dan lancar. Namun akibat dari
beban kerja yang berlebihan akan terlihat pada usia tua.
b. Lama Kerja
Penentuan lama kerja dapat diartikan sebagai teknik pengukuran
kerja untuk mencatat jangka waktu dan perbandingan kerja mengenai
suatu unsur pekerjaan tertentu yang dilaksanakan dalam keadaan tertentu
pula serta untuk menganalisa keterangan itu hingga ditemukan waktu yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan pada tingkat prestasi tertentu
(Zulfikar, 2010). Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada
umumnya 6-8 jam dan sisanya untuk istirahat. Waktu kerja pada tempat
pembuatan batako tempat kami mengambil data adalah 10 jam. Artinya
mereka memiliki waktu kerja yang cukup lama dengan hanya satu kali
29
istirahat (sekitar 30 menit) untuk makan siang. Memperpanjang waktu
kerja dari itu biasanya disertai penurunan efisiensi, timbulnya kelelahan
dan penyakit akibatkerja. Secara fisiologis istirahat sangat perlu untuk
mempertahankan kapasitas kerja. Insiden tertinggi untuk terjadinya
keluhan sakit pada pinggang pekerja ada kaitannya dengan penambahan
waktu kerja dan lamanya masa kerja seseorang (Hasyim, 1999 dalam
Syafitri, 2010).
c. Masa Kerja
Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang
bekerja di suatu tempat. Terkait dengan hal tersebut,
MSDs(Musculoskeletal Disolders) membutuhkan waktu yang lama untuk
berkembang dan bermanifestasi. Untuk masa kerja dari kedua pekerja
batako itu sendiri adalah mereka baru mulai bekerja di di tempat
pembuatan batako tersebut sekitar ± 2 bulan. Semakin lama waktu bekerja
atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko MSDs maka semakin
besar pula risiko untuk mengalami MSDs (Guo, 2004 dalam Maijunidah,
2010).
3.5.2 Faktor Individu
a. Sikap kerja atau postur tubuh
Postur tubuh dapat didefinisikan sebagai orientasi relatif dari
bagian tubuh terhadap ruang. Untuk melakukan orientasi tubuh tersebut
selama beberapa rentang waktu dibutuhkan kerja otot untuk meyangga
atau menggerakkan tubuh. Postur dapat diartikan sebagai konfigurasi dari
tubuh manusia yang meliputi kepala, punggung dan tulang belakang
(Pheasant, 1991 dalam Handayani, 2011).
b. Usia
Usia adalah lama hidup responden atau seseorang yang dihitung
berdasarkan ulang tahun terakhir. Sejalan dengan meningkatnya usia akan
terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat
seseorang berusia 30 tahun(Handayani, 2011). Pada usia 30 tahun terjadi
degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi
30
jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas
pada tulang dan otot menjadi berkurang. Jadi, semakin tua seseorang maka
semakin tinggi risiko orang tersebut mengalami penurunan elastisitas pada
tulang yang akan menjadi pemicu timbulnya gejala MSDs
(Karuniasih, 2009).
c. Jenis Kelamin
Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli
tentang pengaruh jenis kelamin terhadap risiko keluhan otot skeletal,
namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukan bahwa
jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Hal ini
terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih
rendah dari pada pria.
d. Kebiasaan Merokok
Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin
tinggi pula tingkat keluhan yang dirasakan. Pengaruh kebiasaan merokok
ini masih diperdebatkan, namun beberapa penelitian menunjukan bahwa
perokok lebih memiliki kemungkinan menderita masalah punggung
daripada bukan perokok. Efeknya adalah hubungan dosis dan lebih kuat
dari 26% pada yang diharapkan dari efek batuk. Risiko meningkat sekitar
20% untuk setiap 10 batang rokok perhari (Tarwaka, et al, 2004).
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Annuals of Rheumatic Diseases
(Croasmun, 2003) terhadap 13.000 perokok dan non perokok dengan
rentang umur antara 16 s.d 64 tahun, dilaporkan bahwa perokok memiliki
risiko 50 % lebih besar untuk merasakan MSDs. Hal ini dikarenakan rokok
akan menciptakan respon rasa sakit atau sebagai permulaan rasa sakit,
mengganggu penyerapan kalsium pada tubuh sehingga meningkatkan
risiko terkena osteoporosis, menghambat penyembuhan luka patah tulang
serta menghambat degenerasi tulang.
e. Kekuatan Fisik
Kejadian MSDs dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor individu,
salah satunya adalah kekuatan fisik individu tersebut. Menurut Tarwaka et
31
al (2004), kekuatan atau kemampuan kerja fisik adalah suatu kemampuan
fungsional seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan tertentu yang
memerlukan aktivitas otot pada periode waktu tertentu.Beberapa hasil
penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, namun
penelitian lainnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
kekuatan fisik dengan keluhan otot skeletal. Chaffin and Park (1973) yang
dilaporkan National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)
menemukan adanya peningkatan keluhan punggung pada pekerja yang
melakukan tugas yang menuntut kekuatan melebihi batas kekuatan otot
pekerja. Bagi pekerja yang kekuatan ototnya rendah, risiko terjadinya
keluhan tiga kali lipat dari yang mempunyai kekuatan tinggi (Bukhori,
2010).
32
c. Temperature
Di tempat pembuatan batako tersebut berada dilingkungan yang
luas dan yang pasti panas. Dalam proses pembuatan batako juga, pekerja
harus mondar-mandir dibawah terik matahari untuk mengambil bahan
baku batako ataupun untuk menjemur batako yang telah dicetak. Paparan
suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,
kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban,
sulit bergerak dan kekuatan otot menurun. Perbedaan suhu lingkungan
dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian besar
energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk
beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi
dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai
energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai
oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan
terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot
(Tarwaka, et al, 2004). Seperti yang dipaparkan jugaoleh Grandjean
(1988), faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan cuaca kerja.Dan juga
teori yang dipaparkan olehGreen (1992) dan Suma’mur (1994) tentang
kelelahan kerja akibat lingkungan kerja (suhu).
d. Debu disekitar lingkungan kerja
Debu berasal dari semen, tanah putih dan pasir yang merupakan
bahan baku pembuatan batako. Selain itu, karena lingkungan kerja yang
luas membuat debu beterangan dimana-mana.
33
Pada proses pembuatan batako, mulai dari mengangkut bahan baku,
proses pencampuran adonan, sampai pada tahap penjemuran, para pekerja
selalu menuntuk dan membungkuk. Hal ini menyebabkan kedua pekerja
mengalami nyeri punggung, pinggang atau sakit belakang yang mana
termasuk penyakit akibat kerja (Hebbie Ilma Adzim, 2013,.Samara, 2004).
b. Berjalan dan Berdiri
Karena dalam pembuatan batako sebagian besar dilakukan secara
manual, maka pekerja harus berjalan dan berdiri dari awal proses
pembuatan hingga akhir. Hal ini dapat menyebabkan sakit dan pegal pada
area kaki (Suma’mur, 1989)
34
Sehingga dari hasil observasi didapatkan ada beberapa factor
psikososial yang terganggu.
35
dilakukan dengan pengharusan panggunaan APD saat berada di tempat
kerja. Pada proses persiapan bahan baku, pencampuran bahan, dan
pencetakan hingga proses pengeringan sebaiknya pekerja menggunakan
APD berupa: tutup kepala (caping, topi), baju kerja lengan panjang, sarung
tangan dan masker. Tutup kepala baik berupa topi atau caping berguna
untuk mengurangi paparan panas matahari ke wajah dan kepala, baju
lengan panjang juga berguna untuk mengurangi paparan panas matahari ke
tubuh pekerja. Sarung tangan berguna untuk melindungi tangan pekerja
dari kontak langsung dengan alat maupun bahan baku batako. Sedangkan
masker berguna untuk menghindari paparan debu yang berasal dari semen
pasir dan tanah putih sebagai bahan baku pembuatan batako. Pekerja
sebenarnya mengetahui alat – alat pelindung diri dan mengetahui
fungsinya masing – masing namun kesadaran pekerja yang masih kurang
untuk menggunakan alat pelindung diri tersebut (Husni, 2003.,
Sedarmayanti, 2009).
3.6 ANALISIS PROSES KERJA
a. Tahap Pencampuran
Pada tahap ini dilakukan pencampuran bahan baku yang terdiri dari
pasir, semen, tanah putih dan air dengan perbandingan yang telah
ditentukan. Kemudian semua bahan dicampur dalam mesin pencampur
hingga rata.
b. Tahap Pencetakan
Pada tahap ini, semua bahan baku yang telah tercampur dimasukan
36
dalam mesin pencetak. Di dalam mesin ini juga terjadi proses pengepresan
sehingga begitu keluar dari mesin pencetak, bahan-bahan tadi telah
menjadi batako.
c. Tahap Pengeringan
Pada tahap ini batako yang sudah dicetak selanjutnya dikeringkan
dibawa terik matahari selama 24 jam agar menjadi kering dan keras.
d. Tahap Akhir
Pada tahap ini, dilakukan persortiran untuk diseleksi kualitas dari
batako-batako yang sudah dibuat. Produk-produk yang rusak akan
dikumpulkan untuk diadakan perbaikan kembali, sedangkan produk-
produk yang lulus sortir akan di angkut dan di simpan sebagai barang jadi
yang siap untuk dijual.
Dalam proses pembuatan batako tersebut, para pekerja tidak hanya
berisiko mengalami kelelahan kerja dan kecelakaan kerja, tetapi juga mereka
berisiko mengalami penyakit akibat kerja (PAK). Jenis PAK yang mungkin
37
dapat di alami oleh para pekerja adalah:
38
BAB IV
PENUTUP
4.1 SOLUSI DAN PENCEGAHAN
4.1.1 Melakukan pemeriksaan kesehatan bagi para pekerja
Upaya pengendalian agar sumber yang dapat menimbulkan
gangguan dapat dikurangi agar tidak menimbulkan efek berbahaya
terhadap orang sekelilingnya. Upaya yang dapat dilakukan dapat
berupa pendekatan teknis, administratif, dan medis.Sehingga upaya
penanganan permasalahan kecelakaan ataupun penyakit yang
timbul akibat kerja, dapat diminimalisir oleh pekerja dengan
melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas atau klinik saat
sakit.
4.1.2 Terlaksana upaya kesehatan dan keselamatan kerja lainnya yaitu
penyediaan kotak P3K. Hal ini diperlukan karena tidak adanya
pelatihan atau penyuluhan untuk kepentingan kesehatan dan
keselamatan bagi pekerja batako.
4.1.3 Kelelahan kerja, kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja
dapat dicegah dengan cara:
a. Menggunakan APD ketika bekerja (masker, penutup kepala,
pakaian yang sesuai dengan standar, alas kaki, dll )
b. Berhati-hati dalam melakukan proses pencetakan menggunakan
mesin press dan sering memberi pelumas pada mesin press agar
mesin tidak menghasilkan suara yang menyebabkan kebisingan
c. Istirahat yang cukup
d. Mengonsumsi makanan yang bergizi
4.2 SARAN DAN MASUKAN
1. Sebaiknya para pekerja batako diberikan pengetahuan tentang
kesehatan dan keselamatan kerja.
39
2. Menyediakan APD sepertimasker, penutup kepala, pakaian yang
sesuai dengan standar, alas kaki, dll
3. Mengurangi kebiasaan merokok.
4.3 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di salah satu tempat
pembuatan batako di Liliba, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Faktor hazard (bahaya) yang dialami oleh pekerja batako berupa
faktor dari pekerjaan yang dilakukan (beban kerja, lama kerja dan
masa kerja)faktor individu atau pekerja itu sendiri(sikap atau postur
tubuh saat bekerja, dan kebiasaan merokok), lingkungan
kerja( temperatur/suhu,kebisingan dan getaran), faktor psikososial
serta faktor ergonomi yang menyebabkan ganggguan
muskuloskletal pada pekerja seperti berdiri dan membungkuk
dalam waktu yang lama.
2. Alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan
pekerja, seperti mesin press yang dapat menimbulkan kebisingan,
dan getaran serta memiliki risiko menyebabkan kecelakaan kerja
sehingga dalam penggunaannya, para pekerja harus berhati-hati
agar terhindar dari kecelakaan kerja.
3. Alat Pelindung Diri yang digunakan pada saat bekerja hanya berupa
sarung tangan dan topi. Sedangkan penggunaan masker sebagai
penutup hidung, pakaian kerja yang sesuai standar dan alat
pelindung kaki tidak digunakan. Sehingga resiko kecelakaan kerja
dan terganggunya kesehatan akibat kerja (penyakit akibat kerja)
dapat terjadi.
4. Keluhan / penyakit yang dialami yang berhubungan dengan
pekerjaan pada pekerja batako yaitu berupa gangguan saluran
pernapasan dan gangguan musculoskeletal (pegal dan nyeri pada
bahu, pinggang tangan, paha, kaki) sering dialami pekerja.
5. Upaya K3 lainnya yang dijalankan seperti adanya penyuluhan /
40
pelatihan tentang faktor hazard (bahaya) belum pernah dilakukan
bagi pekerja.
DAFTAR PUTAKA
Boedi, Rijanto.2010. Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan Industri
Konstruksi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Oesman, Tina I, dan Risma Adelina S. 2011. Hubungan Faktor Internal dan
Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test.
Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society
2011. 1: pp 268-276.
Takwa A. makalah k3 industri sector informal.available on http://kesmas-
uinmks.blogspot.com/2012/04/makalah-k3-industri-sektor-
informal_16.html
Supeno, Samson. (2016, 06 Mei). materi-ajar-k3-ft-uny-kecelakaan-akibat-kerja-
dan-penyakit-akibat-kerjabadraningsih-l.pdf. Dikutip dari 6 April 2019
dari:
_l.pdf.https://id.scribd.com/20152/materi_ajar_k3_ft_uny_kecelakaan_aki
bat_kerja_dan_penyakit_akibat_kerjabadraningsih.
Pearson, Chris. 2009. Jurnal-sdm.blogspot.com/2009.10/kesehatan –dan-
keselamatan –k3.html#. diakses pada tanggal 16 April 2019
41
LAMPIRAN
1. Model kuisioner yang di pakai saat pengambilan data
KUISIONER PEKERJA BATAKO DI DAERAH LILIBA
A. BIODATA RESPONDEN
1. Nama Lengkap :
2. Umur :
3. Berat Badan :
4. Tinggi Badan :
5. Jenis Kelamin :
B. DATA
1. Sarapan pagi ya/selalu jarang tidak pernah
Ket:
2. Perokok ya tidak
Ket:
3. Pemiras ya tidak
Ket:
4. Jam kerja
Ket:
5. Waktu istirahat
Ket:
42
6. Lama bekerja
Ket:
43
Skor 3 : Ada keluhan nyeri (sakit)
Skor 4 : Keluhan sangat nyeri (sangat sakit)
44
LEMBAR KERJA KUESIONER INDIVIDU NORDIC BODY MAP
Otot Skeletal Skoring Nordic Body Map
1 2 3 4
0 Leher
1 Tengkuk
2 Bahu Kiri
3 Bahu Kanan
4 Lengan Atas Kiri
5 Punggung
6 Lengan Atas Kanan
7 Pinggang
8 Pinggul
9 Pantat
10 Siku Kiri
11 Siku Kanan
12 Lengan Bawah Kiri
13 Lengan Bawah Kanan
14 Pergelangan Tangan Kiri
15 Pergelangan Tangan Kanan
16 Tangan Kiri
17 Tangan Kanan
18 Paha Kiri
19 Paha Kanan
20 Lutut Kiri
21 Lutut Kanan
22 Betis Kiri
23 Betis Kanan
24 Pergelangan Kaki Kiri
25 Pergelangan Kaki Kanan
26 Kaki Kiri
45
27 Kaki Kanan
dokumentasi lain
46
47
48