Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Smallpox atau variola atau cacar merupakan penyakit menular akut yang
disebabkan oleh virus poks (pox virus variolae). Cacar disebut Variola atau Variola
Vera, berasal dari kata Latin ‘Varius‘ yang berarti bercak, atau gelembung kulit.
Variola adalah penyakit virus yang disertai keadaan umum yang buruk
menyebabkan manifestasi klinis berat dan dapat mengakibatkan kematian.
Penyebaran penyakit ini bersifat kosmopolit, tetapi pada daerah tertentu memberi
insidens yang tinggi, misalnya di Amerika Tengah dan Selatan, Hindia Barat dan
Timur Jauh.2

Dikenal 2 tipe virus yang hampir identik tetapi menyebabkan 2 tipe variola,
yaitu variola mayor dan variola minor (alastrim). Gejala terjangkitnya smallpox
mirip gejala flu, termasuk demam tinggi, keletihan, sakit kepala, sakit punggung,
dan diikuti munculnya ruam di kulit. Variola hampir mirip cacar air atau varisela
atau chicken pox, tetapi vesikelnya jauh lebih banyak dan berisi tidak hanya cairan
tapi juga nanah dan darah. Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit ini, dan
hanya imunisasi di seluruh dunia yang mampu menghentikan penyebaran smallpox
(yang dilakukan pada tiga dekade lalu). 1

Kasus terakhir ditemukan di Somalia tahun 1977 dan sejak tahun 1984 oleh WHO
seluruh dunia telah dinyatakan bebas dari penyakit ini. Hingga saat ini virus
penyebab cacar masih disimpan di 2 negara, yaitu Amerika Serikat dan Rusia, hal
ini masih menjadi perdebatan apakah virus itu tetap akan disimpan atau
dimusnahkan. Cacar (variola/smallpox) berbeda dengan cacar air
(varisela/chickenpox) dan cacar monyet (impetigo bullosa). Jika cacar disebabkan
oleh virus variola dan cacar air disebabkan oleh virus varicella zoster, maka cacar
monyet penyebabnya adalah bakteri Staphylococcus aureus. Para ahli kesehatan
menyatakan bahwa keganasan virus variola melebihi gabungan berbagai penyakit
infeksi lainnya. Pada tahun 1978 Edward Jenner mendemonstrasikan bahwa
inokulasi cacar sapi bisa memberi perlindungan terhadap cacar, yang kemudian
membawa harapan pertama agar penyakit ini bisa dikendalikan. 4
Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit ini, dan hanya imunisasi di
seluruh dunia yang mampu menghentikan penyebaran smallpox, yang dilakukan
pada tiga dekade lalu. Mungkin karena dinilai telah berhasil membungkam cacar
ganas ini, pada tahun 1972 pemerintah Amerika Serikat menghentikan vaksinasi
rutin. 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Cacar merupakan penyakit infeksi menular yang sudah dikenal sejak
berabad-abad sebelumnya. Penyakit ini dahulu pada daerah –daerah tertentu
endemi atau epidemi. Variola atau cacar adalah penyakit menular pada manusia
yang disebabkan oleh virus Variola major atau Variola minor. Penyakit ini
dikenal dengan nama Latinnya, Variola atau Variola vera, yang berasal dari
kata Latin varius, yang berarti "berbintik", atau varus yang artinya "jerawat".3
Variola muncul pada pembuluh darah kecil di kulit serta
di mulut dan kerongkongan. Di kulit, penyakit ini menyebabkan ruam, dan
kemudian luka berisi cairan. V. major menyebabkan penyakit yang lebih serius
dengan tingkat kematian 30–35%. V. minor menyebabkan penyakit yang lebih
ringan (dikenal juga dengan alastrim, cottonpox, milkpox, whitepox, dan Cuban
itch) yang menyebabkan kematian pada 1% penderitanya. Akibat jangka panjang
infeksi V. major adalah bekas luka, umumnya di wajah, yang terjadi pada 65–
85% penderita. Variola ialah penyakit virus yang disertai keadaan umum yang
buruk, dapat menyebabkan kematian, eflorosensinya dapat monomorf terutama
diperifer tubuh.2

Taksonomi Pada Virus Variola


Struktur Taksonomi virus variola adalah sebagai berikut:
Family (-viridae) : Poxviridae
Subfamily (-virinae) : Chordopoxvirinae
Genus (-virus) : Orthopoxvirus
Species (-virus) : Variola vera (Ramdani,2008).

II. EPIDEMIOLOGI
Penyebaran penyakit ini kosmopolit, tetapi pada daerah tertentu member
insidens yang tinggi, misalnya di Amerika Tengah dan Selatan, Hindia Barat,
dan Timur Jauh. Dengan vaksinasi yang teratur dan terorganisasi baik, maka
insidens akan jauh menurun, sehingga di daerah sebelumnya terdapat endemi
tidak lagi dijumpai kasus variola dan daerah ini dapat disebut sebagai bebas
variola seperti di Indonesia. Sejak tahun 1984 oleh WHO seluruh dunia telah
dinyatakan bebas dari penyakit ini. Meskipun demikian kita harus waspada
terhadap munculnya kembali penyakit ini.5
Ekologi
Berdasarkan lingkungan abiotik terhadap perkembangan virus variola,
biasanya virus ini dapat hidup dalam keadaan yang cukup keras baik itu dalam
keadaan kering sekalipun. Maksudnya adalah bahwa virus dapat bertahan dalam
beberapa hari setelah di basmi dengan vaksinasi. Hal in dikarenakan kehidupan
virus yang cenderung lebih berpotensi di udara menjadikan ini sebagai salah satu
penunjang karakteristik dari virus itu sendiri. Kemungkinan untuk hidup pada
virus variola ini bertitik pada temperatur udara ambeien dan kadar kelembaban
udara. Hal ini membuktikan dan menjelaskan bahwa biasanya penyakit yang
disebabkan virus ini biasanya terjadi pada musim dingin dibandingkan dengan
musim panas.5
Jika dilihat dari segi penyebarannya, penyakit ini tersebar kosmopolitan
terutama menyerang anak-anak, namun dapat juga menyerang orang dewasa
dengan gejala yang lebih berat. Penularan dapat terjadi secara aerogen. Masa
penularan sekitar 7 hari dari timbulnya gejala pada kulit. Masa inkubasi sekitar
12-21 hari. Virus cacar ini menular lewat sekresi air ludah dari penderita serta
kerak ruam yang berjatuhan dari kulit penderita. Gejala klinis yang terjadi pada
penyakit ini berupa demam, nyeri badan dan kepala kemudian diikuti timbulnya
erupsi obat berupa papul eritematosa yang kemudian berubah menjadi vesikel,
bentuk vesikel ini khas seperti tetesan embun (tear drop) selanjutnya vesikel
berubah menjadi pustul dan krusta. Sementara proses ini berlangsung pada kulit
bagian lain timbul vesikel baru sehingga menimbulkan gambaranpolimorfi.5
Cacar air merupakan penyakit infeksi akut primer yang disebabkan oleh virus
variola yang menyerang kulit dan mukosa, yang disertai gejala konstitusi seperti
demam, nyeri, kelainan kulit polimorfi berupa vesikel papul pustul multipel
tersebar diseluruh tubuh terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Cacar air
dikenal dengan nama lain sebagai Varisela. Pengobatan penyakit ini pada
prinsipnya sama yaitu dengan diberikan obat antivirus dosis adekuat, vitamin,
obat antiradang dan antinyeri serta obat-obat topikal untuk mempercepat
penyembuhan luka yang seyogyanya diberikan dalam pengawasan dokter.
Selain itu harus mendapat asupan gizi yang baik terutama protein agar dapat
memperbaiki sel-sel kulit dan saraf yang rusak. Satu hal yang menjadi dasar
dalam pengibatan penyakit ini yaitu bahwa manusia merupakan satu-satunya
hospes, tidak ada bentuk karier, transmisi relatif rendah dan memerlukan
hubungan dekat dengan penderita serta vaksin cacar mankus (efektif) dalam
waktu yang lama. Sehingga dari semua penyakit infeksi mungkin sekali penyakit
cacar paling mudah dibasmi dengan dilakukannya vaksin satu kali. Karena
variola ini merupakan penyakit imun yang jika sudah terkena cacar maka hospes
(manusia) akan mempunyai kekebalan yang baik dan efektif seumurhidup
terhadap virus variola ini. 6

III. ETIOLOGI

Penyebab variola ialah virus poks (pox virus variolae). Dikenal 2 tipe
virus yang hamper identik tetapi menyebabkan 2 tipe variola, yaitu variola
mayor dan variola minor (alastrim) Perbedaan kedua tipe virus tersebut adalah
bahwa virus yang menyebabkan variola mayor bila diinokulasikan pada
membrane korioalantoik tumbuh pada suhu 38o-38,5oC, sedangkan yang
menyebabkan variola minor tumbuh di bawah suhu 38oC. Virus ini sangat
stabil pada suhu ruangan, sehingga dapat hidup di luar tubuh selama berbulan-
bulan.6
Smallpox disebabkan oleh virus yang menyebar dari satu orang ke
orang lainnya melalui udara. Virus ini ditularkan dengan menghirup virus dari
orang yang terinfeksi. Selain itu, Smallpox juga bisa menyebar melalui kontak
langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi dan objek yang
terkontaminasi seperti baju.
Manusia adalah host natural dari smallpox.Penyakit ini tidak dapat
ditularkan oleh serangga maupun hewan. Jika seseorang pernah menderita
cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar
air lagi. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh manusia, lalu kadang
menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster.5

Morfologi
Penyakit cacar disebabkan oleh virus Variola. Salah satunya
adalah Variola vera. Dilihat dari mikroskop elektron, virion dari Variola
berbentuk bulat dan licin dengan ukuran kira-kira 302-350 nm. Virusnya sendiri
berbentuk bata atau elips dan berukuran 400 x 230 nm. Strukturnya kompleks
dan tidak memiliki konformasi ikosahedral atau simetri heliks seperti virus lain.
Bagian luar partikel mengandung lekukan. Terdapat selaput luar lipoprotein
yang menutupi inti dan dua struktur fungsi tak dikenal yang disebut badan
lateral. Pada inti terdapat genom virus yang besar dari DNA untai ganda linear
(Ramdani, 2008).6

IV.PATOGENESIS
Transmisinya secara aerogen karena virus ini terdapat dalam jumlah
yang sangat banyak disaluran napas bagian atas dan juga terdapat/terbawa
dipakaian penderita. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan mengalami
multiplikasi dalam system retikuloemdotelial, kemudian masuk ke dalam
(viremia) dan melepaskan diri melalui kapiler dermis menuju sel epidermis
(epidermotropik) dan membentuk badan inkusi intra sitoplasma yang terletak di
inti sel (badan/Guametri). Tipe variola yang timbul bergantung pada imunitas,
tipe virus, dan gizi penderita.
Fisologi dan Metabolisme

Setiap makhluk hidup pada dasarnya tersusun oleh komponen-komponen


kimiawi yang akan membantu kelangsungan hidupnya. Virus memliki
komponen kimia berupa protein, asam nukleat, karbohidrat, dan lipid.
Komponen kimis yang akan kita bahas dalam virus terdapat dalam bentuk asam
nukleat, kapsid, enzim, dan protein lainnya.4
Virus adalah parasit yang berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel
organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup
dengan menginvasi dan mengendalikan sel makhluk hidup karena virus tidak
memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Pada virus variola,
terdapat kandungan sejumlah kecil asam nukleat (DNA) saja yang diselubungi
semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid dan glikoprotein.
Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan
genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.4
Jika dilihat dari komposisi kimia virus terhadap asam nukleatnya, pada
virus variola genom yang di dalamnya terdapat asam nukleatnya memiliki
bentuk tidak bersegmen atau segmen tunggal serta DNA berutas ganda. Genom
yang sempurna berkisar sekitar sepanjang 191636 nukleotida. Dalam DNA virus
ini terdiri dari banyak baris-baris yang mana disetiap baris tersebut memiliki
kode-kode tertentu untuk menerjemahkan informasi genetiknya. Asam nukleat
pada virus variola mempunyai arti penting untuk memahami proses
perkembangbiakan virus (transkripsi dan translokasi gen virus baru), sifat
biologik, dan sebagainya.
Sedangkan pada komposisi kimia virus terhadap protein dan lipid merupakan
satu kesatuan yang kompleks. Protein ialah komponen kimiawi utama terbesar
dari struktur virus dan merupakan komponen tunggal dari kapsid, bagian
terbesar dari selubung, dan dapat merupakan bagian protein inti (core protein)
pada beberapa virus ikosahedral. Protein diatas disebut juga sebagai protein
struktural karena mempunyai fungsi membentuk rangka virion. Pada viral
genom ini juga dapat menerjemahkan structural protein dan non structural
protein. Sedangkan pada lipid dalam virus variola biasanya dapat ditemukan
pada bentuk envelope dari virus ini. Biasanya virion terdiri dari 4 % lipid.
Komposisi dari lipid itu sendiri memiliki kesamaan dengan membrane sel
inangnya. Lipid diperoleh dan disintesiskan pada inangnya (selama dalam fase
replikasi virus) dan diperoleh dari plasma membrane. Dimana viral membrane
tersebut termasuk dalam glikolipid.
Virus memiliki cara perkembangbiakan yang unik. Biasanya siklus
hidupnya tidak dapat dilakukan dengan sendiri namun virus akan membutuhkan
inang sebagai penunjang siklus hidupnya. Siklus hidup virus Variola terjadi di
sitoplasma dengan urutan sebagai berikut:3

1.Entry

Partikel IMV (Intracellular mature virion) mengikat reseptor yang belum


diketahui dan bergabung dengan membran sel. Partikel EMV (Extracellular
mature virion) mengikat reseptor yang tak dikenal juga dan terendositosis ke
dalam sel.

2.Initial Uncoating

Partikel inti dari virus yang mengandung gen virus, DNA-RNA


polymerase, dan enzim lainnya dilepaskan ke sitoplasma.

3.Early Transcription

Gen awal (termasuk code untuk immunomodulatory protein, enzim


replikasi dan faktor transkripsi) ditranskripsikan dan ditranslasikan dengan
segera dari inti partikel awal ke dalam sitoplasma.

4.Translocation

Partikel inti virus melakukan perpindahan ke luar nukleus sel.

5.Secondary Uncoating

Nukleoprotein kompleks dari virus, yang mengandung gen, dilepaskan.


Pada tahap ini, gen virus direplikasi sebagai rangkaian transkripsi dan translasi
dari gen intermediet.

6.Late Transcription
Gen virus terbaru (code untuk protein struktural, enzim, dan faktor
transkripsi) ditranskripsikan dan ditranslasikan.

7.Assembly

Rangkaian intermediet diputuskan menjadi linear double-stranded DNA


dan dikemas bersama protein virus terbaru menjadi immature virions (IV).

8.Release

IV dewasa berubah menjadi IMV melalui mekanisme yang tidak dapat


digambarkan. IMV dipindahkan ke batas luar dari sel dan dilepaskan melalui
tiga jalan. Pertama, IMV dilepaskan melalui lisis sel. Kedua, IMV bisa
menguncup melewati permukaan sel, mengambil envelope virus dari membran
plasma sel. Di permukaan, sel yang berasosiasi dengan virus envelope (CEV)
didorong melalui actin tail sampai bersentuhan dengan sel yang kedua. Ketiga,
IMV menguncup melalui membran plasma lalu mengambil envelope dan
menjadi EEV (Ramdani,2008).

Cara penularan
Penularannya melalui kontak langsung ataupun tak langsung tapi infeksi
primernya selalu melalui hawa napas. Virusnya yang terdapat di udara, berasal
dari debu pakaian, tempat tidur dari keropeng yang jatuh di tanah ataupun dari
hawa napas sipenderita, terhirup bersama hawa pernapasan sehingga terjadi
penularan. Cacar adalah penyaki yang sangat menular.
V. TANDA DAN GEJALA

Gejala penyakit mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi.
Pada anak-anak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit
kepala, demam sedang dan rasa tidak enak badan. Gejala tersebut biasanya tidak
ditemukan pada anak-anak yang lebih muda, gejala pada dewasa biasanya lebih
berat.3
24-36 jam setelah timbulnya gejala awal, muncul bintik-bintik merah
datar (makula). Kemudian bintik tersebut menonjol (papula), membentuk
lepuhan berisi cairan (vesikel) yang terasa gatal, yang akhirnya akan mengering.
Proses ini memakan waktu selama 6-8 jam. Selanjutnya akan terbentuk bintik-
bintik dan lepuhan yang baru. Pada hari kelima, biasanya sudah tidak terbentuk
lagi lepuhan yang baru, seluruh lepuhan akan mengering pada hari keenam dan
menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari.7
Papula di wajah, lengan dan tungkai relatif lebih sedikit; biasanya banyak
ditemukan pada batang tubuh bagian atas (dada, punggung, bahu). Bintik-bintik
sering ditemukan di kulit kepala. Cacar disebabkan oleh infeksi virus variola,
yang termasuk genus Orthopoxvirus, yang Poxviridae keluarga, dan
chordopoxvirinae subfamili. Variola adalah virus berbentuk bata besar
berukuran sekitar 302-350 nanometer dengan 244-270 nm, dengan DNA
beruntai tunggal linear ganda kilobase genom 186 pasang (kbp) dalam ukuran
dan berisi loop jepit rambut pada tiap ujungnya. Dua varietas klasik dari cacar
variola besar dan variola minor. Relatif virus terdekat adalah moluskum
kontagiosum, yang, seperti cacar, menginfeksi manusia saja. Namun, tidak
seperti spesies variola, infeksi moluskum jinak.4
Empat orthopoxviruses menyebabkan infeksi pada manusia: variola,
vaccinia, cacar sapi, dan monkeypox. Virus variola hanya menginfeksi manusia
di alam, meskipun primata dan hewan lainnya telah terinfeksi di laboratorium.
Vaccinia, cacar sapi, dan virus monkeypox dapat menginfeksi baik manusia dan
hewan lain di alam.
Siklus hidup poxvirus rumit dengan memiliki beberapa bentuk menular,
dengan mekanisme yang berbeda masuk sel. Poxvirus adalah unik di antara virus
DNA dalam bahwa mereka bereplikasi dalam sitoplasma sel daripada di dalam
nukleus. Dalam rangka untuk mereplikasi, poxvirus menghasilkan berbagai
protein khusus yang tidak diproduksi oleh virus DNA lainnya, yang paling
penting yang merupakan virus DNA-dependent RNA polimerase terkait.
Virion Baik menyelimuti dan unenveloped yang menular. Amplop virus
ini terbuat dari membran golgi mengandung virus dimodifikasi khusus
polipeptida, termasuk hemaglutinin.
Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus) yang
serng kali menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga bisa ditemukan di
kelopak mata saluran pernafasan bagian atas rectum dan vagina. Pepula pada
pita suara di saluran pernafasan atas kadang menyebabkan gangguan
pernafasan. 4

Gejala Klinis
Inkubasinya 2-3 minggu, terdapat 4 stadium :2
Stadium inkubasi erupsi

Terdapat nyeri kepala, nyeri tulang dan sendi disertai demam tinggi , menggigil,
lemas dan muntuah-muntah, yang berlangsung selama 3-4 hari.
Stadium makulo-papular

Timbul makula-makula eritematosa yang cepat menjadi papul-papul, terutama


dimuka dan ekstremitas, termasuk telapak tangan dan telapak kaki. Pada stadium
ini suhu tubuh normal kembali dan penderita merasa sehat kembali dan tidak
timbul lesi baru.

Stadium vesikulo-pustulosa

Dalam waktu 5-10 hari timbul vesikel-vesikel yang kemudian menjadi pustule-
pustul dan pada saat ini suhu tubuh meningkat lagi. Pada kelainan tersebut timbul
umbilikasi.

Stadium resolusi

Stadium ini berlangsung dalam waktu 2 minggu, timbul krusta-krusta dan suhu
tubuh mulai menurun. Kemudian krusta-krusta terlepas dan meninggalkan
sikatriks-sikatriks yang atrofi. Kadang-kadang dapat timbul pendarahan yang
disebabkan depresi hematopoetik dan disebut sebagai black variola yang sering
fatal. Mortalitasnya variola bervariasi diantara 1-50%.

VARIOLA MINOR (alastrim)


Masa inkubasinya lebih singkat dan gejala prodromal tampak ringan,
sedangkan jumlah lesi yang timbul tidak banyak. Mortalitasnya kurang dari 1%.

VARIOLOID
Bentuk ini timbul pada individu yang sudah mendapat vaksinasi sehingga
didapati imunitas parsial, wlaupun mendapat serangan virus yang cukup virulen.
Gejala prodromalnya sedikit sekali atau tidak ada, begitu pula gejala kulit.
Biasanya lesi di dahi, lengan atas, dan tangan, demam kedua seperti pada
stadium vesikulo-pustulosa tidak dijumpai.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pembantu diagnosis terdiri atas inokulasi pada korioalantoik, pemeriksaan


virus dengan mikroskop electron, dan deteksi antigen virus pada agar-sel.
Kecuali itu juga pemeriksaan histopatologik dan tes serologic (tes ikatan
komplemen).4

VII. PENATALAKSANAAN

PROFILAKSIS

Vaksinasi dengan virus vaksinia yang diberikan dengan metode


multiple puncture, merupakan teknik yang dianggap terbaik. Pada waktu
pemberian vaksinasi tempat tersebut tidak dibersihkan dengan alkohol, tetapi
cukup dengan eter atau aseton agar alcohol tidak menginaktifkan virus
vaksinia tersebut.
Kontraindikasi vaksin ini ialah : atopi, penderita yang sedang
mendapat kortikosteroid dan dengan defisiensi imunologik.4

PENGOBATAN

Penderita harus dikarantinakan. Sistemik dapat diberikan obat antiviral


(asiklovir atau vasiklovir) misalnya isoprinosin, dan interferon dapat pula
diberikan globulin gama. Kecuali itu obat yang bersifat simtomatik, misalnya
analgetik/antipiretik. Diawasi pula kemungkinan timbulnya infeksi sekunder,
maupun infeksi nosokomial, serta cairan tubuh dan elektrolit. Jika dimulut
masih terdapat lesi, diberikan makanan lunak. Pengobatan topical bersifat
penunjang, misalnya kompres dengan antiseptik atau salap antibiotic.
Beberapa tindakan pencegahan dengan cara vaksinasi

Cara vaksinasi :

Vaksinasi dikalukan dengan memberikan vaksin hidup virus vaksinia


secukupnya secara intradermal. Tempat yang dianjurkan untuk vaksinasi
ialah bagian luar lengan atas pada insersi otot deltoid. Caranya ialah dengan
melakukan tusukan ganda dan penekanan ganda dengan jarum tajam.

Respons vaksinasi :

Ada 3 jenis respons :

1. Reaksi primer :
Setelah diberikan vaksinasi 3 sampai 4 hari kemudian timbul reaksi berupa
papula yang segera berubah menjadi vesikula yang melebar disertai ruam
kemerahan. Pada hari kedelapan atau kesembilan bagian tengahnya melekuk
da nisi vesikula menjadi keruh. Semua ini disertai dengan pembengkakkan
kelenjar getah bening ketiak disertai dengan demam.
Pada hari ke-10 pustula mengering dan terbentuk keropeng yang lepas 1
minggu kemudian. Kekebalan mulai terbentuk mulai hari ke-10 dan
berlangsung seumur hidup.

2. Reaksi yang percepat (vaksinol) :

Terjadi pada seseorang yang memiliki sisa kekebalan terbatas sebagai hasil
imunisasi sebelumnya. Reaksinya terjadi lebih cepat dari reaksi primer.
Pembentukan vesikula timbul maksimal antara hari ke-3 sampai ke-7 sesudah
vaksinasi. Reaksi ini meningkatkan kekebalan yang telah menurun tadi.
3. Reaksi segera :

Terjadi pada orang yang kebal. Pada hari ke-2 dan ke-3 timbul papula. Ini
merupakan reaksi hipersensitivitas. Reaksi segera ini tidak menunujukan
tingkat kekebalan, juga tidak menyebabkan terjadinya kekebalan.3

VIII. KOMPLIKASI
Komplikasinya ialah bronkopneumonia, infekasi kulit sekunder (furunkel,
impetigo, dan sebagainya), ulkus kornea, esenfalitis, afluvium, dan telogen dalam
waktu 3-4 bulan.2

IX. PROGNOSIS
Prognosis sangat bergantung pada penatalaksanaan pertama dan fasilitas
perawatan yang tersedia, maka mortalitas sangat bervariasi diantara 1-50%.
Jaringan parut yang timbul dapat diperbaiki dengan tindakan dermabrasi atau
pemberian collagen implant.2
DAFTAR PUSTAKA

1. www.Who.Int/mediacentre/factsheets/smallfox/en/ diakses 1 november 2011 2.


Djuanda A. , Hamzah M. , Aisah S. , 2009.
2. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: 116-118 3. Fields, B.N. 2015. Biologi of viruses.
Engleberg. NC 4. www.pdmbontang.com diakses 1 november 2011 5.
3. www.bt.cdc.gov/agent/smallpox/index.asp diakses 2 november 2011 6.
Sastrawinata, U.S. 2008. Virologi Manusia. Jilid 2. Alumni. Bandung 7.
4. www.nlm.nih.gov/medlineplus/smallpox.html diakses 2 november 2011 8.
www.doktermuchlis.blogspot.com/2009/03/cacar-air-varicella-cacar-variola-
dan.html diakases 2 november 2011 9. www.pdpersi.co.id diakses 2 november
2011 10.
5. www.niaid.nih.gov/topics/smallpox/pages/transmission.aspx diakses 2
november 2011 11.Bhattacharya,sanjoy www.smallpoxhistory.ucl.ac.uk/
diakses 1 november 2011 12.
6. www.penyakitmenular.info diakses 2 november 2011
7. .www.fk.uns.ac.id/index.php/download/file/62 diakses 1 november 2011

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap

Anda mungkin juga menyukai