Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Perumahan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Rumah atau tempat tinggal, dari
zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di
gua-gua, kemudian berkembang dengan mendirikan rumah di hutan-hutan dan di bawah pohon.
Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun rumah bertingkat dan diperlengkapi
dengan peralatan yang serba modern.
Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap
orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun
didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga
sehat dan sejahtera.
Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan higiene dan sanitasi
lingkungan. Seperti yang dikemukakan oleh WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan
terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat. Rumah yang
sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar namun rumah yang
sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni. Rumah sehat adalah kondisi
fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau
masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Masalah perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintahan tentang perumahan dan
pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l yang berbunyi Setiap warga negara mempunyai hak
untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang
sehat, aman , serasi, dan teratur

BAB II
DAFTAR PUSTAKA

A. Hubungan rumah dengan kesehatan


Perumahan yang memenuhi syarat kesehatan merupakan salah satu usaha untuk
memperbaiki kesehatan. Di Indonesia terutama di pedesaan, soal perumahan masih belum
memenuhi syarat syarat perumahan sehat. Tetapi di kota kota besar hal ini sudah ada
kemajuan yang cukup menggembirakan, walaupun di berbagai tempat masih terdapat pula
perumahan yang sama sekali tidak memenuhi syarat yang lazimnya disebut slum (gubuggubug).
Pada umumnya di kota-kota besar terdapat masalah-masalah perumahan yang sulit
dipecahkan yaitu:
1. Kepadatan penghuni (overcrowding)
Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk berkembang lebih pesat daripada jumlah
rumah sehingga kebanyakan orang atau keluarga, sehingga terpaksa harus tinggal
bersama-sama dalam satu rumah dengan lain-lain keluarga (3 atau 4 keluarga dalam satu
rumah).
2. Perumahan liar (wild occupancy)
Terjadinya rumah-rumah liar ini menimbulkan aspek yang sangat merugikan, baik dari
segi keindahan kota, maupun dari segi timbulnya penyakit menular, sebab pada umumnya
rumah-rumah liar ini dibuat sembarangan saja, tidak mempunyai kakus, dapur khusus,
kamar mandi, serta pembuangan air kotor dan pembuangan sampahnya tidak teratur. Hal
inilah yang menyebabkan daerah perumahan liar menjadi sumber penyakit. Jelaslah
bahwa perumahan ada hubungannya dengan kesehatan.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan perumahan
Di dalam program kesehatan lingkungan, suatu pemukiman/perumahan sangat berhubungan
dengan kondisi ekonomi, sosial, pendidikan, tradisi/kebiasaan, suku, geografi, dan kondisi
lokal. Selain itu lingkungan perumahan/pemukiman dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
dapat menentukan kualitas lingkungan perumahan tersebut, antara lain fasilitas pelayanan,
2

perlengkapan, peralatan yang dapat menunjang terselenggaranya kesehatan fisik, kesehatan


mental, kesejahteraan sosial bagi individu dan keluarganya.
Ada perbedaan corak, bentuk atau keadaan perumahan antara satu masyarakat dengan
masyarakat lainnya, umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni:
1. Kebijaksanaan pemerintah tentang perumahan yang menyangkut tata guna tanah,
program perumahan yang dimiliki dan lain sebagainya.
2. Status sosial ekonomi masyarakat, ditandai dengan pendapatan masyarakat, tersedianya
bahan bangunan yang dapat dimanfaatkan masyarakat dan atau dibeli dan lain
sebagainya. Jelaslah bahwa suatu masyarakat yang lebih makmur, secara relative akan
mempunyai perumahan yang lebih baik, dibandingkan dengan masyarakat yang miskin.
3. Faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada, baik lingkunagn fisik, biologis ataupun
sosial.
Suatu daerah dengan lingkungan fisik berupa pegunungan, tentu saja perumahannya
berbeda dengan perumahan di daerah pantai, demikian pula perumahan di daerah
beriklim panas, berbeda dengan perumahan di daerah beriklim dingin. Selanjutnya
masyarakat yang tinggal di daerah lingkungan biologis yang banyak hewan buasnya tentu
saja memiliki bentuk rumah yang lebih terlindung, disbanding dengan perumahan yang
terletak di lingkungan biologis yang tidak ada hewan buasnya. Demikian pula lingkungan
sosial, seperti adat istiadat, kepercayaan dan lain sebagainya banyak memberikan
pengaruh pada bentuk rumah yang didirikan.
4. Kemajuan teknologi yang dimiliki, terutama teknologi pembangunan.
Untuk ini telah sama bahwa masyarakat yang telah maju teknologinya, mampu
membangun perumahan yang lebih komplek dibandingkan dengan masyakat yang masih
sederhana.
5. Kebudayaan, di Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan beraneka ragam
kebudayaan, sehingga corak model rumah dari tiap daerah berbeda sesuai dengan adatistiadatnya.

C. Program Sehat Rumah


Perumahan harus menjamin kesehatan penghuninya dalam arti luas. Untuk menciptakan
rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang sangat berpengaruh,
antara lain:
1. Sirkulasi udara yang baik
2. Penerangan yang cukup
3. Air bersih terpenuhi
4. Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran
5. Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidak terpengaruh
pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara kotor
Rumah yang sehat harus mempunyai fasititas-fasilitas sebagai berikut:
1. Penyediaan air bersih yang cukup
2. Pembuangan tinja
3. Pembuangan air limbah
4. Pembuangan sampah
5. Fasilitas dapur
6. Ruang berkumpul keluarga
7. Gudang tempat penyimpanan, gudang ini biasa merupakan bagian dari rumah
ataupun bangunan tersendiri
8. Kandang ternak, ini daerah pedesaan sebaiknya kandang ternak terpisah dari
rumah dan jangan disimpan dibawah kolom rumah ataupun dipekarangan.
Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:
1. Bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan
kesehatan, antara lain sebagai berikut :
a. Debu Total tidak lebih dari 150 g m3
b. Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam
c. Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg
4

d. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruang rumah
3. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
4. Dinding
a. Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan
sirkulasi udara
b. Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan
5. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
6. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan
penangkal petir
7. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga,
ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak
8. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap
9. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi seluruh
bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.
10. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
a. Suhu udara nyaman berkisar antara l8C sampai 30C
b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d. Pertukaran udara
e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam
f. Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3
11. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi a1amiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.
12. Binatang penular penyakit
13. Air
a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minimal 60 lt/hari/orang

b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
14. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene.
15. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau
dan tidak mencemari permukaan tanah
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan
pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah
16. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur
dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
Rumah sehat menurut Winslow:
1. Harus memenuhi kebutuhan fisiologis
2. Harus memenuhi kebutuhan psikologis
3. Harus dapat menghindarkan dari kecelakaan
4. Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit
5. Memenuhi kebutuhan fisiologis
a. Suhu ruangan
Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah. Sebaiknya tetap berkisar antara
18-20 C. suhu ruangan ini tergantung pada:
b. Suhu udara luar
c. Pergerakan udara
d. Kelembaban udara
e. Suhu benda di sekitarnya
Pada rumah rumah modern, suhu ruangan ini dapat diatur dengan AC.
6. Harus cukup mendapat penerangan
Harus cukup mendapatkan penerangan baik siang maupun malam hari. Yang ideal adalah
penerangan listrik. Diusahakan agar ruangan ruangan mendapatkan sinar matahari terutama
pagi hari.
7. Harus cukup mendapatkan pertukaran hawa (ventilasi)
6

Pertukaran hawa yang cukup menyebabkan hawa ruangan tetap segar (cukup mengandung
oksigen). Untuk itu rumah harus mempunyai cukup jendela. Luas jendela keseluruhan kira
kira 15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga udara dapat
mengalir bebas jika jendela dibuka.
8. Harus cukup mempunyai isolasi udara
Dinding ruangan harus kedap suara, baik terhadap suara yang berasal dari dalam rumah
maupun dari luar rumah.
Sebaiknya perumahan jauh dari sumber sumber suara yang gaduh misalnya: pabrik, pasar,
sekolah, lapangan terbang, stasiun bus, stasiun kereta api dan sebagainya.
9. Memenuhi kebutuhan psikologis :
a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa keindahan
(estetis) sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.
b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup, bagi setiap anggota keluarga yang tinggal di
rumah tersebut.
c. Untuk tiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa harus mempunyai
ruangan sendiri-sendiri sehingga privasinya tidak terganggu.
d. Harus ada ruangan untuk menjalankan kehidupan keluarga dimana semua anggota
keluarga dapat berkumpul.
e. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, jadi harus ada ruang untuk menerima
tamu.
10. Menghindari terjadinya kecelakaan
a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak mudah ambruk.
b. Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur, kolam dan tempat-tempat lain
terutama untuk anak-anak.
c. Diusahakan agar tidak mudah terbakar.
d. Adanya alat pemadam kebakaran terutama yang mempergunakan gas.
11. Menghindari terjadinya penyakit
a. Adanya sumber air yang sehat, cukup kualitas maupun kuantitasnya.
b. Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah dan air limbah yang baik.
c. Harus dapat mencegah perkembangbiakan vector penyakit seperti nyamuk, lalat, tikus
dan sebagainya.
7

d. Harus cukup luas. Luas kamar tidur 5 m2 per kapita per luas lantai.
Hubungan rumah yang terlalu sempit dan kejadian penyakit
1) Kebersihan udara
Karena rumah terlalu sempit, maka ruangan-ruangan akan kekurangan oksigen
sehingga menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit.
2) Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang
Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang karena harus dibagi dalam
jumlah yang banyak. Misalnya air. Walaupun kualitasnya baik, tapi karena
pemakaian yang banyak maka kuantitasnya menjadi kurang, sehingga penghuni
rumah tidak tiap hari mandi atau tiap hari tidak mandi.
3) Memudahkan terjadinya penularan penyakit
4) Privasi dari tiap anggota keluarga terganggu
Karena rumah yang terlalu sempit, maka tidak semua anggota keluarga mempunyai
kamar sendiri, sehingga privasinya akan terganggu. Hal ini akan menyebabkan tiap
anggota keluarga, terutama anak-anak muda tidak suka tinggal di rumah, yang akan
memudahkan timbulnya kejahatan dan kenakalan remaja, serta kehidupan rumah
tangga yang tidak harmonis.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat beristrahat dan berlindung, tetapi juga sebagai
sarana untuk memperbaiki kesehatan. Untuk itu rumah harus memenuhi syarat syarat
kesehatan.
Rumah yang memenuhi syarat kesehatan disebut rumah sehat. Rumah sehat tidak harus
mahal dan mewah. Tetapi, rumah sehat harus memenuhi syarat syarat kesehatan. Oleh
karena itu, rumah yang sederhana jika memenuhi syarat syarat kesehatan juga dapat
dikatakan rumah sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Pusat pendidikan tenaga kesehatan. 1991. Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan untuk SPK.
Jakarta : Depkes RI.
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti.
Mukono, HJ. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya : Airlangga Press

10

Anda mungkin juga menyukai