Anda di halaman 1dari 47

BAGIAN IKK–IKM Januari 2020

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

LAPORAN KEGIATAN KEKARANTINAAN


KANTOR KESEHATAN PELABUHAN (KKP) KELAS II KENDARI
PERIODE 20 JANUARI – 1 FEBRUARI 2020

Oleh :
Musdah Mulya, S. Ked K1A1 13 087
Sidrati Nugraha Teno, S.Keda K1A1 15 041
Thiufatin Terezky Brilyanti, S.Ked K1A1 15 045
Nur Fitriyani Rundu, S. Ked K1A1 10 073

Pembimbing :
dr. Ika Rahma Mustika Hati, M. KK

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IHR adalah suatu instrumen internasional yang secara resmi mengikat
untuk diberlakukan oleh seluruh negara anggota WHO, maupun bukan negara
anggota WHO tetapi setuju untuk dipersamakan dengan negara anggota
WHO. Tujuan dan ruang lingkup IHR adalah untuk mencegah, melindungi,
dan mengendalikan terjadinya penyebaran penyakit secara internasional, serta
melaksanakan public health response sesuai dengan risiko kesehatan
masyarakat, dan menghindarkan hambatan yang tidak perlu terhadap
perjalanan dan perdagangan internasional (IHR, 2005).
Sejalan dengan perkembangan globalisasi serta semakin mudah dan
lancarnya perjalanan lintas dunia untuk wisata, bisnis, transportasi barang,
maupun perdagangan, maka permasalahan local dapat secara cepat menjadi
perhatian dan masalah dunia. Dengan mencegah, melindungi, mengawasi dan
memberikan respons terhadap kejadian yang menyebabkan penyebaran
penyakit secara internasional yang mengancam keselamatan kesehatan
masyarakat internasional serta mengganggu lalu lintas internasional (orang,
barang dan alat angkut) (IHR, 2005).
International Health Regulation 2005 (IHR), World Health
Organization (WHO) merekomendasikan kepada negara peserta untuk
melakukan tindakan terhadap bagasi, kargo, petikemas, alat angkut, barang-
barang, paket pos atau jenazah manusia untuk menghilangkan infeksi atau
kontaminasi termasuk vektor dan reservoir, tanpa pembatasan perjalanan dan
perdagangan (Permenkes RI, 2007).
Pelabuhan dan Bandar udara merupakan tempat kegiatan
pemerintahan dan perekonomian yang ditata secara terpadu guna
menyediakan jasa kepelabuhan dan kebandarudaraan sesuai dengan tingkat
kebutuhan. Penyelenggaraan pelabuhan dan bandar udara sehat ditujukan
untuk mewujudkan kondisi pelabuhan dan bandar udara yang dapat mencegah
risiko penyebaran penyakit, gangguan kesehatan, keamanan dan ketertiban
dinamis sehingga tercipta pelabuhan dan bandar udara sehat. Oleh karena itu,
sebagai pintu masuk negara dalam melakukan aktivitasnya, pelabuhan dan
bandar udara perlu memperhatikan pengelolaan lingkungan yang bersih dan
sehat yang merupakan bentuk “pelayanan prima” sebagai kawasan pusat
pertumbuhan ekonomi, yang mengacu pada konsep ECO Port dan ECO
Airport sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang Perlindungan
Lingkungan Maritim dan Pedoman Pelaksanaan Bandar Udara Ramah
Lingkungan (Permenkes RI, 2014).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
356/MENKES/PER/IV/2008, KKP adalah suatu unit pelaksana teknis di
lingkungan departemen Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada direktur jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan. (Permenkes RI, 2015). Kantor kesehatan pelabuhan mempunyai
tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit
potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian
dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan Obat
Makanan Kosmetika Alat Kesehatan dan Bahan Adiktif (OMKABA), serta
pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit muncul kembali,
bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi diwilayah kerja
Bandar udara, pos lintas batas darat dan pelabuhan (Permenkes RI, 2018).
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2013 mengatakan bahwa setiap penanggung jawab alat angkut yang
berada di pelabuhan, Bandar Udara, dan pos lintas batas darat, yang di
dalamnya ditemukan faktor risiko kesehatan berupa tanda-tanda kehidupan
tikus dan/ atau serangga, berdasarkan pemeriksaan dari Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) setempat, wajib melakukan tindakan hapus tikus dan hapus
serangga (Permenkes RI, 2013).
Perkembangan teknologi alat angkut yang semakin cepat membuat
jarak antar negara seolah semakin dekat karena waktu tempuh yang semakin
singkat, sehingga mobilitas orang dan barang semakin cepat melebihi masa
inkubasi penyakit menular. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap risiko
penularan penyakit secara gobal (Permenkes RI, 2009).
Pelabuhan merupakan titik simpul pertemuan atau aktifitas keluar
masuk kapal, barang dan orang, sekaligus sebagai pintu gerbang transformasi
penyebaran penyakit,dan merupakan ancaman global terhadap kesehatan
masyarakat karena adanya penyakit karantina, penyakit menular baru (new
emerging diseases), maupun penyakit menular lama yang timbul kembali (re-
emerging diseases) seperti TBC,PES,Malaria,Anthrax dan Rabies. Ancaman
penyakit tersebut merupakan dampak negatif dari diberlakukannya pasar
bebas atau era globalisasi, dan dapat menimbulkan kerugian besar baik pada
pada sektor ekonomi, perdagangan, sosial budaya, maupun politik yang
berdampak besar kepada suatu negara atau daerah (Permenkes RI, 2018).
Menanggapi permasalahan tersebut kami sebagai dokter muda
diharapkan mampu mengetahui,mengamati, dan mengevaluasi program kerja
yang ada di kantor kesehatan pelabuhan serta ikut berperan aktif dalam
pelaksanaan program kerja tersebut. Sehingga diharapkan para dokter muda
dapat memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk menghadapi
dan mengatasi masalah kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia di
masa yang akan datang.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanan kegiatan di KKP adalah :
1. Untuk mengetahui tentang KKP dan pemahaman IHR 2005
2. Untuk mengetahui tentang pengendalian dan pencegahan penyakit
menular wilayah pelabuhan dan bandar udara
3. Untuk mengetahui tentang pengendalian dan pencegahan penyakit tidak
menular wilayah pelabuhan dan bandar udara
4. Untuk mengetahui tentang surveilans faktor risiko kesehatan masyarakat
wilayah pelabuhan dan bandara
5. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan sanitasi dan kesehatan
lingkungan wilayah pelabuhan dan bandara
6. Untuk mengetahui tentang pencegahan dan pengendalian penyakit tular
vektor di wilayah pelabuhan dan bandara
7. Untuk mengetahui tentang kesehatan penerbangan dan penyelaman
8. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan sanitasi kapal dan pemeriksaan
ketersediaan peralatan P3K dan obat-obatan dalam kapal
9. Untuk mengetahui tentang kesehatan jemaah haji dan umroh pembinaan
kesehatan jemaah haji pada masa tunggu
10. Untuk mengetahui tentang travel medicine dan vaksinasi internasional
11. Untuk mengetahui tentang kesehatan kerja dan sanitasi industri atau
tempat kerja
C. Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanan kegiatan di KKP adalah :
1. Dapat mengetahui tentang KKP dan pemahaman IHR 2005
2. Dapat mengetahui tentang pengendalian dan pencegahan penyakit
menular wilayah pelabuhan dan bandar udara
3. Dapat mengetahui tentang pengendalian dan pencegahan penyakit tidak
menular wilayah pelabuhan dan bandar udara
4. Dapat mengetahui tentang surveilans faktor risiko kesehatan masyarakat
wilayah pelabuhan dan bandara
5. Dapat mengetahui tentang pemeriksaan sanitasi dan kesehatan lingkungan
wilayah pelabuhan dan bandara
6. Dapat mengetahui tentang pencegahan dan pengendalian penyakit tular
vektor di wilayah pelabuhan dan bandara
7. Dapat mengetahui tentang kesehatan penerbangan dan penyelaman
8. Dapat mengetahui tentang pemeriksaan sanitasi kapal dan pemeriksaan
ketersediaan peralatan P3K dan obat-obatan dalam kapal
9. Dapat mengetahui tentang kesehatan jemaah haji dan umroh pembinaan
kesehatan jemaah haji pada masa tunggu
10. Dapat mengetahui tentang travel medicine dan vaksinasi internasional
11. Dapat mengetahui tentang kesehatan kerja dan sanitasi industri atau
tempat kerja
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan KKP dilaksanakan tanggal 20 Januari – 1 Februari
2020, bertempat di Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas II Kendari, Bandar
Udara Haluoleo, Pelabuhan Perikanan Samudra, Pelabuhan Palangga,
Pelabuhan Fery, Pelabuhan Bungkutoko
BAB II
KEGIATAN

A. Pembagian Jadwal Pelaksanaan Praktek di KKP Kendari

NO TANGGAL KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK KETERANGAN


PELAKSANAAN I II III
1. 20 Januari 2020 Pembekalan Pembekalan Pembekalan Kelompok I :
1.Musdah Mulya
2. 21, 22, 23,24 Wilker KKP Induk Pos PPS Kelompok II :
Januari 2020 Bandara 1.Sidrati Nugraha
HaluOleo Teno
Kelompok III :
3. 25,26,27,28 KKP Induk Pos PPS Wilker
1.Thiufatin
Januari 2020 Bandara Halu Terezky Brilyanti
Oleo 2. Nur Fitriani
4. 29 Januari 2020 Pos PPS ( Industri)
5. 30,31 Januari dan Pos PPS Wilker KKP induk
01 Februari Bandara
2020 Haluoleo
B. Laporan Kegiatan Harian Kelompok I

Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Lokasi Kegiatan1

Senin, 20 Januari 2020

Kantor KKP Kelas II


07.30 – 08.00 Mengikuti Apel Pagi
Kendari
Kantor KKP Kelas II
08.00 - 08.30 Melapor kepada Kepala KKP
Kendari
Kantor KKP Kelas II
8.30-10.00 Pre Test
Kendari
Kantor KKP Kelas II
10.00-04.00 Penerimaan materi
Kendari

Selasa, 21 Januari 2020


Pengendalian dan pencegahan
Bandara Haluoleo
07.30 - 12.00 penyakit tidak menular wilayah
Kendari
pelabuhan dan bandar udara
Bandara Haluoleo
12.00 - 13.00 Istirahat Kendari

Pengendalian dan pencegahan


Bandara Haluoleo
13.00 - 16.00 penyakit tidak menular wilayah
Kendari
pelabuhan dan bandar udara

Rabu, 22 Januari 2020

Pengendalian dan pencegahan


Bandara Haluoleo
07.30 - 12.00 penyakit tidak menular wilayah
Kendari
pelabuhan dan bandar udara
Bandara Haluoleo
12.00 - 13.00 Istirahat
Kendari
Pengendalian dan pencegahan Bandara Haluoleo
13.00 - 16.00
penyakit tidak menular wilayah Kendari
pelabuhan dan bandar udara

Kamis, 23 Januari 2020

Pengendalian dan pencegahan


Bandara Haluoleo
07.30 - 12.00 penyakit tidak menular wilayah
Kendari
pelabuhan dan bandar udara
Bandara Haluoleo
12.00 - 13.00 Istirahat
Kendari
Pengendalian dan pencegahan
Bandara Haluoleo
13.00 - 16.00 penyakit tidak menular wilayah
Kendari
pelabuhan dan bandar udara
Mengikuti Bimbingan tentang
Kantor KKP Kelas II
16.00 – 18.00 Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Kendari
yang meresahkan Dunia

Jumat, 24 Januari 2020

Pengendalian dan pencegahan


Bandara Haluoleo
07.30 - 12.00 penyakit tidak menular wilayah
Kendari
pelabuhan dan bandar udara
Bandara Haluoleo
12.00 - 13.00 Istirahat
Kendari
Pengendalian dan pencegahan
Bandara Haluoleo
13.00 - 16.00 penyakit tidak menular wilayah
Kendari
pelabuhan dan bandar udara

Sabtu, 25 Januari 2020

Mengikuti pembacaan Laporan Kantor KKP Kelas II


11.00-15.00
Kegiatan Kendari

Minggu, 26 Januari 2020

Kantor KKP Kelas II


07.00-16.00 Dinas Poli Umum
Kendari
Senin, 27 Januari 2020

Menjaga poli umum, melakukan


Kantor KKP Kelas II
07.30-16.00 pemeriksaan kesehatan dan
Kendari
pemberian vaksin

Selasa, 28 Januari 2020


Menjaga poli umum, melakukan
Kantor KKP Kelas II
07.30-16.00 pemeriksaan kesehatan dan
Kendari
pemberian vaksin
Rabu, 29 Januari 2020
Melakukan Kunjungan di PT. kelola Pelabuhan Perikanan
09.30 – 12.30
Mina laut bersama Petugas PPS Samudera (PPS)

Kamis, 30 Januari 2020

Pemeriksaan sanitasi kapal dan


Pelabuhan Perikanan
08.00-15.00 pemeriksaan ketersediaan peralatan
Samudera (PPS)
P3K dan obat-obatan dalam kapal

Jumat, 31 Februari 2020

Pemeriksaan sanitasi kapal dan


Pelabuhan Perikanan
08.00-15.00 pemeriksaan ketersediaan peralatan
Samudera (PPS)
P3K dan obat-obatan dalam kapal

Sabtu, 1 Februari 2020

Pemeriksaan sanitasi kapal dan


Pelabuhan Perikanan
08.00 – 10.00 pemeriksaan ketersediaan peralatan
Samudera (PPS)
P3K dan obat-obatan dalam kapal
Mengikuti Pembacaan Laporan
Kegiatan Harian Okupasi dan Kantor KKP Kelas II
10.00-15.00
Laporan Kegiatan Kunjungan Kendari
Industri
C. Laporan Kegiatan Harian Kelompok II

Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Lokasi Kegiatan

Senin, 20 Januari 2020

Kantor KKP Kelas II


07.30 – 08.00 Mengikuti Apel Pagi
Kendari
Kantor KKP Kelas II
08.00 - 08.30 Melapor kepada Kepala KKP
Kendari
Kantor KKP Kelas II
8.30-10.00 Pre Test
Kendari
Kantor KKP Kelas II
10.00-11.30 Penerimaan materi
Kendari

Selasa, 21 Januari 2020

Menjaga poli umum, melakukan


Kantor KKP Kelas II
07.30-16.00 pemeriksaan kesehatan dan
Kendari
pemberian vaksin

Rabu, 22 Januari 2020

Menjaga poli umum, melakukan


Kantor KKP Kelas II
07.30-10.30 pemeriksaan kesehatan dan
Kendari
pemberian vaksin
Mengikuti kegiatan Identifikasi Pinjal Lab Entomologi KKP
10.30-12.00
pada Tikus yang telah diperangkap kelas II Kemdari
Pemeriksaan sanitasi kapal dan
12.00-18.00 pemeriksaan ketersediaan peralatan Pelabuhan Palangga
P3K dan obat-obatan dalam kapal

Kamis, 23 Januari 2020

Menjaga poli umum, melakukan Kantor KKP Kelas II


07.30-11.00
pemeriksaan kesehatan dan Kendari
pemberian vaksin
1 Perwakilan kelompok Mengikuti
Pelabuhan
11.00-14.00 Petugas Karantina Kesehatan dalam
Bungkutoko
Pemeriksaan Kapal Asing
Mengikuti Bimbingan tentang
Kantor KKP Kelas II
16.00 – 18.00 Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Kendari
yang meresahkan Dunia (KKMD)

Jumat, 24 Januari 2020

Menjaga poli umum, melakukan


Kantor KKP Kelas II
07.30-14.00 pemeriksaan kesehatan dan
Kendari
pemberian vaksin
Pemeriksaan sanitasi kapal dan
14.00 – 15.00 pemeriksaan ketersediaan peralatan Pelabuhan Fery
P3K dan obat-obatan dalam kapal

Sabtu, 25 Januari 2020

Mengikuti pembacaan Laporan Kantor KKP Kelas II


11.00-15.00
Kegiatan Kendari

Minggu, 26 Januari 2020

Pemeriksaan sanitasi kapal dan


Pelabuhan Perikanan
08.00 – 15.00 pemeriksaan ketersediaan peralatan
Samudera (PPS)
P3K dan obat-obatan dalam kapal

Senin, 27 Januari 2020

Pemeriksaan sanitasi kapal dan


Pelabuhan Perikanan
08.00 – 15.00 pemeriksaan ketersediaan peralatan
Samudera (PPS)
P3K dan obat-obatan dalam kapal

Selasa, 28 Januari 2020

Dinas Poli Pelabuhan Perikanan Pelabuhan Perikanan


08.00 – 12.00
Samudera (PPS) Samudera (PPS)
Pemeriksaan sanitasi kapal dan
Pelabuhan Perikanan
12.00 – 15.00 pemeriksaan ketersediaan peralatan
Samudera (PPS)
P3K dan obat-obatan dalam kapal

Rabu, 29 Januari 2020

Melakukan Kunjungan di PT. Kelola Pelabuhan Perikanan


09.30 – 12.30
Mina Laut bersama Petugas PPS Samudera (PPS)

Kamis, 30 Januari 2020

Pengendalian dan pencegahan


Bandara Haluoleo
07.30 - 12.00 penyakit tidak menular wilayah
Kendari
pelabuhan dan bandar udara
Bandara Haluoleo
12.00 - 13.00 Istirahat
Kendari
Pengendalian dan pencegahan
Bandara Haluoleo
13.00 - 16.00 penyakit tidak menular wilayah
Kendari
pelabuhan dan bandar udara

Jum’at, 31 Januari 2020

Pengendalian dan pencegahan


Bandara Haluoleo
07.30 - 12.00 penyakit tidak menular wilayah
Kendari
pelabuhan dan bandar udara
Bandara Haluoleo
12.00 - 13.00 Istirahat
Kendari
Pengendalian dan pencegahan
Bandara Haluoleo
13.00 - 16.00 penyakit tidak menular wilayah
Kendari
pelabuhan dan bandar udara

Sabtu, 01 Februari 2020


Mengikuti Pembacaan Laporan
Kantor KKP Kelas II
10.00-15.00 Kegiatan Harian Okupasi dan
Kendari
Laporan Kegiatan Kunjungan Industri
D. Laporan Kegiatan Harian Kelompok III

Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Lokasi Kegiatan

Senin, 20 Januari 2020

Kantor KKP Kelas II


07.30 – 08.00 Mengikuti Apel Pagi
Kendari
Kantor KKP Kelas II
08.00 - 08.30 Melapor kepada Kepala KKP
Kendari
Kantor KKP Kelas II
8.30-10.00 Pre Test
Kendari
Kantor KKP Kelas II
10.00-16.00 Penerimaan materi
Kendari

Selasa, 21 Januari 2020

Dinas Poli Pelabuhan Perikanan Pelabuhan Perikanan


08.00 – 12.00
Samudera (PPS) Samudera (PPS)
Pemeriksaan sanitasi kapal dan
pemeriksaan ketersediaan Pelabuhan Perikanan
12.00 – 15.00
peralatan P3K dan obat-obatan Samudera (PPS)
dalam kapal

Rabu, 22 Januari 2020

Pemeriksaan sanitasi kapal dan


pemeriksaan ketersediaan Pelabuhan Perikanan
07.30 – 16.00
peralatan P3K dan obat-obatan Samudera (PPS)
dalam kapal

Kamis, 23 Januari 2020

Pemeriksaan sanitasi kapal dan Pelabuhan Perikanan


07.30 – 16.00
pemeriksaan ketersediaan Samudera (PPS)
peralatan P3K dan obat-obatan
dalam kapal
Mengikuti Bimbingan tentang
Kedaruratan Kesehatan Kantor KKP Kelas II
16.00 – 18.00
Masyarakat yang meresahkan Kendari
Dunia

Jumat, 24 Januari 2020

Pemeriksaan sanitasi kapal dan


pemeriksaan ketersediaan Pelabuhan Perikanan
07.30 – 16.00
peralatan P3K dan obat-obatan Samudera (PPS)
dalam kapal

Sabtu, 25 Januari 2020

Mengikuti pembacaan Laporan Kantor KKP Kelas II


11.00-15.00
Kegiatan Kendari
Pengendalian dan pencegahan
15.00 - 21.00 penyakit tidak menular wilayah Bandara Haluoleo Kendari
pelabuhan dan bandar udara

Minggu, 26 Januari 2020

Pengendalian dan pencegahan


07.30 - 16.00 penyakit tidak menular wilayah Bandara Haluoleo Kendari
pelabuhan dan bandar udara

Senin, 27 Januari 2020

Pengendalian dan pencegahan


07.30 - 16.00 penyakit tidak menular wilayah Bandara Haluoleo Kendari
pelabuhan dan bandar udara

Selasa, 28 Januari 2020

Pengendalian dan pencegahan


07.30 - 16.00 Bandara Haluoleo Kendari
penyakit tidak menular wilayah
pelabuhan dan bandar udara

Rabu, 29 Januari 2020

Melakukan Kunjungan di PT.


Pelabuhan Perikanan
09.30 – 12.30 Kelola Mina Laut bersama
Samudera (PPS)
Petugas PPS

Kamis, 30 Januari 2020

Menjaga poli umum, melakukan


Kantor KKP Kelas II
07.30 - 16.00 pemeriksaan kesehatan dan
Kendari
pemberian vaksin

Jumat, 31 Januari 2020

Menjaga poli umum, melakukan


Kantor KKP Kelas II
07.30 - 16.00 pemeriksaan kesehatan dan
Kendari
pemberian vaksin

Sabtu, 1 Februari 2020


Menjaga poli umum, melakukan
Kantor KKP Kelas II
07.30 - 10.00 pemeriksaan kesehatan dan
Kendari
pemberian vaksin
Mengikuti Pembacaan Laporan
Kegiatan Harian Okupasi dan Kantor KKP Kelas II
10.00-15.00
Laporan Kegiatan Kunjungan Kendari
Industri
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Pengenalan KKP dan Pemahaman IHR 2005


KKP adalah suatu unit pelaksana teknis di lingkungan departemen
Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada direktur
jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
Kantor Kesehatan Pelabuhan mempunyai tugas pokok melaksanakan
pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah,
surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan Obat Makanan Kosmetika
Alat Kesehatan dan Bahan Adiktif (OMKABA), serta pengamanan terhadap
penyakit baru dan penyakit muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi,
kimia dan pengamanan radiasi diwilayah kerja Bandar udara, pos lintas batas
darat dan pelabuhan. Dalam penyelenggaran tugas tersebut, dijabarkan
melalui peran dan fungsi yang harus dilakukan dalam pelaksanaan berbagai
program / kegiatan dengan tidak menganggu kelancaran arus lalu lintas
Internasional / Nasional baik orang, barang maupun alat. Meski disadari
bahwa perkembangan lalu lintas Internasional / Nasional membawa dampak
perubahan dalam pola penyebaran penyakit baik karena timbulnya New
Emerging Deseases maupun RE-Emerging Deseases dalam konteks Public
Health of International Concern (PHEIC).
KKP menjalankan 16 fungsi sebagai berikut :
1. Pelaksanaan kekarantinaan
2. Pelaksanaan pelayanan kesehatan;
3. Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan, dan
lintas batas daratnegara;
4. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit
baru, dan penyakit yang muncul kembali;
5. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi, dan
kimia;
6. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai
penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan
internasional;
7. Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang kesehatan, serta
kesehatan matra termasuk penyelenggaraan kesehatan haji dan
perpindahan penduduk;
8. Pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
9. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika
dan alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan
mengawasi persyaratan dokumen kesehatan OMKABA impor;
10. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya;
11. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
12. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
13. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
14. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan, dan
surveilans kesehatan pelabuhan;
15. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan
lintas batas darat negara;
16. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP.
Struktur organisasi upaya kesehatan pelabuhan dalam rangka
pelaksanaan salah satu tugas dan fungsi sesuai KepMenKes No. 265/
Menkes/SK/III/2004, terdiri dari :
1. Sebagai penanggungjawab Program Upaya Kesehatan di Kantor
kesehatan pelabuhan
2. Sebagai Ketua dan penanggung jawab teknis Program Upaya Kesehatan
Pelabuhan
a. KKP Kelas I adalah Kepala Bidang Upaya Kesehatan Pelabuhan
b. KKP Kelas II adalah Kepala Seksi Upaya Kesehatan Pelabuhan
c. KKP Kelas III adalah Kepala Seksi Karantina dan surveillans
Epidemiologi dan upaya Kesehatan Pelabuhan

3. Sebagai pelaksana Teknis :


a. Kesehatan Matra : Dokter, Perawat yang sudah mengikuti pelatihan
kesehatan matra
b. Kesehatan Kerja : Dokter, Perawat, SKM, Laboratorium yang sudah
mengikuti pelatihan/ pendidikan Kesehatan Kerja
c. Poliklinik : Dokter, Perawat, Asisten Apoteker, Bidan, Laboran
d. Gawat Darurat :
e. Dokter yang sudah mengikuti pelatihan ATLS, ACLS, PPGD, EKG
f. Perawat yang sudah mengikuti pelatihan PPGD, BTLS, BCLS.
Berdasarkan Uraian diatas Kantor Kesehatan Pelabuhan Kota Kota
Kendari merupakan KKP Kelas II dimana KKP Kelas II terdiri dari :
1. Subbagian Tata Usaha;
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi dan
penyusunan program,pengelolaan informasi, evaluasi, laporan, urusan
tata usaha, keuangan, penyelenggaraan pelatihan, kepegawaian, serta
perlengkapan dan rumah tangga
2. Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi;
Karantina merupakan kegiatan pembatasan atau pemisahan
seseorang dari sumber penyakit atau seseorang yang terkena penyakit
atau bagasi, container, alat angkut, komoditi, yang mempunyai risiko
menimbulkan penularan penyakit pada manusia. Karantina kesehatan
adalah tindakan karantina dalam upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit serta faktor risiko gangguan kesehatan dari dan atau keluar
negeri serta dari suatu area lain dari dalam negeri melalui pelabuhan,
bandara, dan lintas batas darat.
Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi
mempunyai tugas antara lain melaksanakan perencanaan dan
evaluasiserta penyusunan laporan dibidang kekarantinaan, surveilans
epidemiologi penyakit dan penyakit potensial wabah serta penyakit baru
dan penyakit yang muncul kembali, pengawasan alat angkut dan
muatannya, lalu lintas OMKABA (Obat, Makanan, Kosmetik, Alat-alat
kesehatan serta Bahan Adiktif), jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta
pengembangan teknologi, pendidikan dan pelatihan bidang kekarantinaan
di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. Dalam
pelaksanaan tugas tersebut diatas, dirumuskan melalui fungsi yang harus
dilakukan melalui berbagai program kegiatan.
3. Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan;
Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi,
penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan pengendalian vektor
dan binatang penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, jejaring
kerja, kemitraan, kajian dan pengembangan teknologi serta pelatihan
teknis bidang pengendalian risiko lingkungan di wilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
4. Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah;
Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi,
penyusunan laporan, dan koordinasi pelayanan kesehatan terbatas,
kesehatan kerja, kesehatan matra, kesehatan haji, perpindahan penduduk,
penanggulangan bencana, vaksinasi internasional, pengembangan jejaring
kerja, kemitraan, kajian dan teknologi, serta pelatihan teknis bidang upaya
kesehatan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat
negara.
5. Instalasi;
6. Wilayah Kerja;
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
IHR (International Health Regulations) adalah suatu instrument
internasional yang secara resmi mengikat untuk diberlakukan oleh seluruh
anggota WHO, maupun bukan Negara anggota WHO tetapi setuju untuk
dipersamakan dengan anggota WHO.
Mengingat terbatasnya ruang lingkup aplikasi IHR (1969) yang hanya
melakukan kontrol terhadap 3 penyakit karantina, yaitu kolera, pes, dan
yellow fever, maka pada Mei 2005 para anggota WHO yang tergabung dalam
World Health Assembly (WHA) melakukan revisi terhadap IHR(1969).
IHR(1969) ini digantikan dengan IHR(2005) yang diberlakukan pada 15 Juni
2007.
Tujuan dan ruang lingkup adalah untuk mencegah, melindungi, dan
mengendalikan terjadinya penyebaran penyakit secara internasional, serta
melaksanakan public health response sesuai dengan risiko kesehatan
masyarakat, dan menghindarkan hambatan yang tidak perlu terhadap
perjalanan dan perdagangan internasional.
Fungsi dan Peran KKP dalam pelaksanaan IHR 2005:
1. Melaksanakan pemantauan alat angkut, kontainer, dan isinya yang datang
dan pergi dari daerah terjangkit, serta menjamin bahwa barang-barang
diperlakukan dengan baik dan tidak terkontaminasi dari sumber infeksi,
vektor, dan reservoar.
a. Melaksanakan dekontaminasi serta pengendalian vektor dan reservoar
terhadap alat angkut yang digunakan oleh orang yang bepergian.
b. Melakukan pengawasan deratisasi, disinfeksi, disinseksi dan
dekontaminasi.
c. Menyampaikan saran/rekomendasi kepada operator alat angkut guna
melakukan pemeriksaan lengkap terhadap alat angkut atau
kendaraannya.
d. Melakukan pengawasan pembuangan sisasisa bahan yang
terkontaminasi (seperti air, makanan, dan sisa pembuangan manusia)
e. Melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap pembuangan sisa-
sisa bahan alat angkut yang dapat menimbulkan pencemaran dan
penyakit.
f. Melakukan pengawasan terhadap agen pelaksana perjalanan dan
angkutan di wilayah kedatangan.
g. Melakukan pemeriksaan yang dibutuhkan apabila terjadi hal-hal yang
tidak diharapkan, sesuai dengan kebutuhan (emergency case).
h. Melakukan komunikasi dengan National IHR Focal Point.
2. Melaksanakan pemeriksaan yang direkomendasikan oleh WHO untuk
setiap kedatangan dari daerah tertular apabila terindikasi bahwa
pemeriksaan keberangkatan dari daerah terinfeksi dianggap tidak
benar/tidak sah.
3. Melaksanakan prosedur disinseksi, deratisasi, desinfeksi, dekontaminasi,
serta pemeriksaan sanitasi lainnya dengan tidak menyebabkan atau
seminimalnya kecelakaan, ketidaknyamanan dan kerusakan.
4. Mencegah, melindungi dan mengendalikan penyebaran penyakit lintas
negara dengan melakukan tindakan sesuai dengan risiko kesehatan yang
dihadapi tanpa menimbulkan gangguan yang berarti bagi lalu lintas dan
perdagangan internasional. Penyakit yang dimaksud adalah penyakit
menular yang sudah ada, baru dan yang muncul kembali serta penyakit
tidak menular (bahan radio-nuklir, bahan kimia, dll) yang dapat
menyebabkan PHEIC/KKM MD.
B. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular di Wilayah Pelabuhan
dan Bandar Udara
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) merupakan barisan terdepan
Kementerian Kesehatan di pintu masuk negara untuk cegah tangkal penyakit
menular yang masuk dan keluar wilayah RI. Identifikasi faktor resiko
penyakit di pelabuhan dilakukan melalui kegiatan pengamatan, penyelidikan
epidemiologi, pencatatan dan pelaporan terhadap faktor risiko penularan
penyakit potensi wabah. Secara operasional penyelenggaraan identifikasi
risiko penyakit potensial wabah: alat angkut (kapal laut dan pesawat),
manusia (ABK/crew, penumpang) dan muatannya (termasuk konteiner atau
kargo).
Karantina berdasarkan WHO (2005) adalah pembatasan kegiatan dan
atau pemisahan sesorang yang diduga terinfeksi penyakit meski belum
menunjukan gejala penyakit. Karantina juga termasuk pemisahan peti kemas,
alat angkut atau barang yang diduga terkontaminasi dari orang/barang lain,
sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau
kontaminasi. Sedangkan Depkes RI (2007), karantina adalah kegiatan
pembatasan atau pemisahan seseorang dari sumber penyakit atau seseorang
yang terkena penyakit atau bagasi, alat angkut, komoditi yang mempunyai
risiko menimbulkan penyakit pada manusia.
Keputusan Kemenkes RI Nomor: 356/SK/Menkes/2008 fungsi
karantina dan surveilans epidemiologi pengawasan dan pemeriksaan :
1. Kedatangan kapal dari luar negeri,
2. Kedatangan kapal dari dalam negeri
3. Keberangkatan kapal ke luar,
4. Keberangkatan kapal ke dalam negeri,
5. Kedatangan pesawat dari luar negeri,
6. Keberangkatan pesawat ke luar negeri,
7. Keberangkatan pesawat ke dalam negeri,
8. Kedatangan penumpang pesawat dari luar negeri,
9. Kebangkatan penumpang pesawat ke luar negeri,
10. Kesehatan kedatangan anak buah kapal dari luar negeri,
11. Kesehatan anak buah kapal ke luar negeri, pemeriksaan dan penerbitan
dokumen kesehatan kapal/pesawat.
Penumpang yang menderita penyakit menular diijinkan naik pesawat
apabila masa aktif penularan penyakit telah dilewati (menyertakan surat
keterangan dokter yang merawat, disahkan oleh dokter di KKP) dan penyakit
yang menular melalui udara langsung tidak diijinkan naik pesawat terbang.
Tujuan karantina adalah mencegah masuk dan keluarnya penyakit
karantina, penyakit menular, dan penyakit potensi wabah, serta pengamanan
terhadap penyakit baru di wilayah kerja, bandara, pelabuhan, dan lintas batas
darat negara. Tatalaksana yang dilakukan karantina yaitu pembatasan
kegiatan/pemisahan seseorang diduga terinfeksi penyakit meski belum
menunjukan gejala penyakit. Karantina juga pemisahan peti kemas, alat
angkut atau barang yang diduga terkontaminasi orang/barang lain, untuk
mencegah penyebaran penyakit.
Selama melakukan kegiatan kekarantinaan di Bandara Halu Oleo
Kendari dapat diamati ada beberapa kegiatan yang dilakukan untuk
pengendalian penyakit menular yaitu berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik
(pemeriksaan tekanan darah, nadi, saturasi oksigen) pada setiap pasien yang
melapor ke Karantina Bandara ataupun didapatkan oleh pihak airlines.
C. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular di Wilayah
Pelabuhan dan Bandar Udara
Menurut WHO, tiga dari lima penduduk meninggal karena penyakit
tidak menular. Pada tahun 2010, WHO melaporkan bahwa penyakit tidak
menular diperkirakan meningkatkan kematian sebesar 17 % dalam dekade
mendatang. Pada tahun 2030, penyakit tidak menular ini diproyeksikan
mengancam kehidupan 52 juta orang. Di Indonesia, penyakit tidak menular
ini menjadi penyebab terbanyak kematian penduduk. Penyakit tidak menular
didominasi oleh penyakit stroke, hipertensi, diabetes mellitus dan tumor
ganas. Sehingga Pos Pembinaan Terpadu atau disingkat POSBINDU
dianggap perlu untu deteksi penyakit tidak menlar.
Deteksi penyakit tidak menular dapat di lakukan dengan Pos
Pembinaan Terpadu atau disingkat POSBINDU adalah suatu bentuk
pelayanan yang melibatkan peran serta masyarakat melalui upaya promotif
dan preventif untuk mendeteksi dan mengendalian secara dini keberadaan
faktor risiko penyakit tidak menular (PTM). Dalam rangka pengendalian
penyakit tidak menular, KKP Kelas II Kendari bermaksud menyelenggarakan
kegiatan Posbindu PTM pada kelompok masyarakat khusus yaitu Kelompok
Instansi di wilayah kerja KKP Kendari. Posbindu PTM ini bertujuan untuk
memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan sebaik-
baiknya bagi kelompok khusus tersebut. Output yang diharapkan adalah
adanya kelompok khusus yang melakukan pemeriksaan faktor risiko PTM di
wilayah kerja KKP Kendari.
Sosialisasi dan Advokasi Upaya Deteksi Dini Faktor Risiko PTM di
Pelabuhan dan Bandara Wilayah Kerja KKP Kelas II Kendari. Dengan
melakukan sosialisasi dan advokasi upaya deteksi dini faktor risiko PTM di
Pelabuhan dan Bandara serta dengan melakukan komunikasi persuasive
kepada pemangku kebijakan, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Kendari
berharap dapat memberikan kontribusi dalam Program Kementerian
Kesehatan untuk pengendalian penyakit tidak menular melalui upaya
promotif dan preventif dalam bentuk Posbindu Instansi.
Selama melakukan kegiatan kekarantinaan di Bandara Halu Oleo
Kendari dapat diamati ada beberapa kegiatan yang dilakukan untuk
pengendalian penyakit menular yaitu berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik
(pemeriksaan tekanan darah, nadi, saturasi oksigen), setiap pasien yang
melapor ke Karantina Bandara ataupun didapatkan oleh pihak airlines. Serta
dilakukan juga pemeriksaan terhadap ibu hamil berupa menentukan usia
kehamilan yang sesuai dengan waktu keberangkatan saat itu dan pemantauan
kelayakan keberangkatan. Penyakit tidak menular yang ditemukan seperti
pasien stroke dan fraktur.
D. Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat di Wilayah Pelabuhan
dan Bandar Udara
Sistem surveilans epidemiologi di pelabuhan adalah kegiatan analisa
secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit karantina, penyakit
menular tertentu yang potensial menjadi wabah dan masalah kesehatan
pelabuhan serta kondisi pelabuhan yang memperbesar resiko terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit serta masalah kesehatan tersebut agar
dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui
proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyeleggara program kesehatan.
KKP mempunyai tugas melaksanakan cegah tangkal berupa
pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah,
surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan
terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme,
unsurbiologi, kimia dan pengamanan radiasi diwilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara. Melaksanakan surveilans
epidemiologi terhadap keadaan yang dapat menimbulkan keresahan
kesehatan masyarakat di pelabuhan dan bandara.
Upaya pengendalian karantina dan surveilans epidemiologi
merupakan langkah terdepan dalam melaksanakan cegah tangkal penyakit
menular potensial wabah (PHEIC). Lemahnya upaya pengendalian karantina
dan surveilans epidemiologi akan berdampak luas pada upaya kesehatan
yang lain. Upaya pengendalian karantina yang dilakukan adalah
meningkatkan pengawasan lalu lintas barang (OMKABA) dan alat angkut
(kapal dan pesawat) serta pengamatan ABK dan penumpang sebagai upaya
penemuan dan tatalaksana penderita. Selain pengawasan tersebut,
penindakan terhadap pelanggaran alat angkut/OMKABA juga dilakukan.
Seluruh upaya pengawasan dan penindakan pelanggaran ini dilaksanakan
sesuai prosedur tanpa menghambat perjalanan orang/barang/alat angkut.
Sedangkan surveilans epidemiologi juga dilakukan terhadap alat angkut/
barang/orang. Surveilans epidemiologi yang dilakukan akan menjadi bahan
pengambilan keputusan dan perencanaan di KKP. Selain itu, meningkatkan
kemampuan petugas KKP dibidang kekarantinaan juga perlu dilakukan
sebagai upaya meningkatkan pelayanan kekarantinaan.
E. Pemeriksaan Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan di Wilayah Pelabuhan
dan Bandara
Pengawasan Hygiene gedung dan bangunan umum di Bandar udara
maupun pelabuhan adalah pengawasan kondisi dari komponen atau bagian-
bagian bangunan serta fasilitas pendukungnya yang ada di Bandar udara dari
kemungkinan timbulnya masalah kesehatan mulai dari kondisi fisik bangunan
gedung dan halamannya, penanganan sampah, sarana pembuangan air
limbah, vektor, prilaku dan lain sebagainya. Pengawasan Hygiene Sanitasi
Gedung dan Bangunan (HSGB) dilakukan secara rutin setiap dua bulan sekali
dan dilakukan apabila terjadi KLB.
F. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor di Wilayah
Pelabuhan dan Bandar Udara
Dari aspek kesehatan masyarakat, media lingkungan yang perlu
mendapat perhatian dalam mewujudkan kualitas Lingkungan Bandar Udara
atau Pelabuhan yang sehat adalah upaya untuk mengawasi agen penyebaran
penyakit (fisik, kimia, mikrobiologis), media perantara (air, udara,
makanan/minuman, vektor penyakit seperti serangga dan binatang pengerat,
sampah dan limbah, manusia beserta perilakunya), pengamatan penyakit dan
keluhan masyarakat yang terkait dengan kegiatan di Pelabuhan dan Bandar
Udara. Halini sejalan dengan diberlakukannya International Health
Regulation (IHR) 2005, dimana Indonesia telah sepakat untuk
melaksanakannya secara penuh pada Tahun 2014 melalui kegiatan
pengawasan / pengamatan penyakit di Pelabuhan dan Bandar Udara, agar
penyakit-penyakit menular potensial wabah tidak berkembang menjadi
kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (Public Health
Emergency ofInternational Concern), seperti: Ebola, Avian Influenza, Swain
Flu, Kolera, Pestparu, Demam kuning, West nile Fever, Cacar, Polio,
Dengue, Meningokokus dan SARS. Berdasarkan uraian di atas,
Kementerian Kesehatan mengembangkan upaya Pelabuhan dan Bandar
Udara Sehat melalui pendekatan pengembangan Pelabuhan dan Bandar
Udara Sehat dengan melakukan pengaturan yang berkaitan dengan upaya-
upaya kesehatan yang terintegrasi dengan upaya lain di lingkungan Bandar
Udara dan Pelabuhan.
Salah satu tugas dan tanggung jawab KKP adalah emerging infectious
disease melalui vector yaitu mencegah adanya nyamuk Aedes aegypti di
pelabuhan/bandara untuk mencegah penyebaran penyakit Virus Arbovirusis
termasuk virus cika, Yellow Fever, dan cikungunya.
Manajemen pengelolaan pengendalian vector dan binatang penular
penyakit dilakukan oleh pihak pengelola pelabuhan/bandara,petugas
pengawas/pengendalian di pelabuhan/bandara adalah dengan cara
memfasilitasi dalam pengamatan dan pemberantasan vectoruntuk
penangkapan nyamuk, kecoa, lalat dan tikus melalui pemasangan
perangkap, pengasapan (fogging),dan abatisasi.
G. Kesehatan Penyelaman dan Kesehatan Penerbangan
1. Kesehatan Penyelaman
Bila seseorang masuk ke bawah permukaan air dan menyelam
semakin dalam, maka tekanan yang akan diterimanya menjadi semakin
besar. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh karena berat jenis air lebih
tinggi dan pada udara. Tekanan yang diterima tubuh akan diteruskan ke
seluruh organ tubuh termasuk kecairan jaringan.
Kesehatan penyelaman merupakan Kesehatan Matra yang
dilakukan terhadap masyarakat yang melakukan aktivitas di lingkungan
bertekanan lebih dari satu atmosfer absolut, yang diselenggarakan pada
saat persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan, kegiatan operasional
penyelaman dan setelah kegiatan operasional sampai dengan 24jam.
Kegiatan pada saat persiapan sebelum kegiatan meliputi kesiapan bagi
peselam, kesiapan bagi pemberi kerja dan/atau penyelenggara kegiatan
dan kesiapan bagi pelayanan kesehatan.
Tekanan yang diterima tidak hanya berpengaruh mekanis, tetapi
juga menyebabkan gas-gas dalam udara nafas menjadi lebih banyak yang
terlarut dan dapat menimbulkan gangguan pada difusi dan transportasi gas
pada proses pernafasan. Tekanan tinggi termaksudlah yang menjadi pokok
permasalahan pada timbulnya Penyakit Dekompresi.
Kesiapan bagi peselam paling sedikit terdiri atas kesehatan fisik
dan mental, pemahaman situasi dan kondisi lingkungan penyelaman,
keterampilan dan kemampuan antisipasi perubahan situasi di lingkungan
penyelaman, perbekalan dan peralatan keselamatan penyelaman dan
pemahaman dampak penyelaman bagi kesehatan.
Kesiapan bagi pemberi kerja dan/atau penyelenggara kegiatan
paling sedikit terdiri atas penyuluhan kesehatan dan keselamatan,
penyediaan peralatan keselamatan, petugas pengawas dan pendamping,
system rujukan kesehatan, jejaring keselamatan dan kesehatan,
komunikasi dan informasi dan penyediaan sarana pelayanan kesehatan.
Kesiapan bagi pelayanan kesehatan paling sedikit terdiri atas
penyuluhan kesehatan, pemetaan lokasi dan persebaran peselam,
pendataan demografis peselam, pemeriksaan kesehatan peselam,
penyediaan pelayanan kesehatan penyelaman dan ruang hiperbarik,
pelatihan kesehatan menghadapi situasi kerja di laut dan bawah air,
kesiapan jejaring pelayanan kesehatan dan system rujukan, perencanaan
kontinjensi kedaruratan kesehatan kelautan dan bawah air dan simulasi
kedaruratan kesehatan.
Kegiatan operasional penyelaman paling sedikit terdiri atas
penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan, penemuan kasus,
pelayanan kesehatan primer dan surveilans kesehatan.
Kegiatan pada saat setelah kegiatan operasional sampai dengan 24
jam paling sedikit terdiri atas penemuan kasus, pelayanan kesehatan
primer, surveilans kesehatandan pemulihan kesehatan. Dalam hal terjadi
kedaruratan medik dan/atau kejiwaan pada kegiatan kesehatan dapat
dilakukan yaitu pelayanan kegawat daruratan dan rujukan, dan/atau
pelayanan kesehatan jiwa.
2. Kesehatan Penerbangan
Ilmu Kesehatan harus mengembangkan diri untuk mempelajari
bahaya-bahaya penerbangan bagi tubuh manusia dan cara-cara pe-
nanggulangannya. Maka lahirlah Ilmu Kesehatan Penerbangan sebagai
salah satu cabang Ilmu Kesehatan, yang dilandasi oleh Fisiologi
Penerbangan atau Aerofisiologi. Kesehatan penerbangan adalah upaya
matra kedirgantaraan yang dilakukan untuk mencegah dan atau mengatasi
dampak kesehatan akibat kegiatan yg dilakukan di atmosfir dan sarana
pendukungnya baik terhadap individu maupun kelompok individu yg
terpajan.
Faktor-faktor ketinggian yang mempengaruhi faal tubuh manusia
adalah menurun- nya tekanan udara, tekanan parsiil oksigen, suhu udara
dan gaya berat dan lain-lain. Di samping itu manouvre penerbangan dapat
mengganggu faal tubuh seperti faal sistem kardio-vaskuler, sistem
pernapasan, penglihatan, keseimbangan, pendengaran dan lain- lain.
Dalam penerbangan jarak jauh dengan lama penerbangan 10-12 jam ada
beberapa kondisi yang terjadi, ruang gerak terbatas penumpang/jemaah
haji 15% lebih banyak, sebagian besar CJH baru pertama kali naik
pesawat, ketinggian terbang 30.000–38.000 kaki dgn Pressurize Cabin
setara 5.000–8.000 kaki, peningkatan volume udara dan gas di dalam
tubuh hingga 30%, kelembaban rendah (10%-20%),dan suhu rendah.
Problem yang terjadi yaitu hypoksia, dysbarism, motion sickness, fear of
flying, jetlag, fatigue, DVT dan geriatric problem.
Pentingnya pemeriksaan pada awak penerbangan pesawat yaitu
menghindari kecelakaan pesawat yang dapat terjadi karena banyak faktor.
Namun, secara umum terdapat tiga faktor umum yang dapat menyebabkan
kecelakaan pesawat, yaitu air craft, human factor, dan environment.
Keselamatan penerbangan sangat bergantung pada kondisi pilot dan
copilot, termasuk kru lain seperti pramugari dan pengendali lalu lintas
udara (air traffic controller).
Terdapat standar peraturan kesehatan yang harus dilakukan secara
rutin oleh setiap maskapai penerbangan di Indonesia. Salah satunya adalah
pilot dan para awak penerbangan harus menjalani tes medis terlebih
dahulu sebelum mendapatkan izin terbang.
Selama melakukan kegiatan karantina di Bandara Halu Oleo
Kendari dapat diamati ada beberapa kegiatan yang dilakukan berupa
pemeriksaan awak pesawat yang menginap di Kendari. Pemeriksaan yang
dilakuakn berupa pemeriksaan tekanan darah, nadi, saturasi oksigen dan
deteksi kadar alkohol. Airlines yang di periksa Citylink Airlines dengan
beragam jumlah awak yaitu 3-7 orang. Selain itu, penentuan kelaiakan
terbang bagi penumpang seperti penumpang lansia, bayi, dan ibu hamil.
H. Pemeriksaan Sanitasi Kapal dan Pemeriksaan Ketersediaan Peralatan
P3K dan Obat-Obatan dalam Kapal
International Health Regulations (IHR) 2005 menekankan
pengawasan di pintu keluar masuk suatu negara melalui pelabuhan maupun
lintas batas. Untuk itu Sertifikat Sanitasi kapal (SSCC dan SSCEC)
diperlukan sebagai alat bantu suatu negara dalam mengurangi faktor risiko
penyebaran penyakit akibat dari pelayaran kapal Nasional dan Internasional.
Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) adalah upaya memberikan
pertolongan sementara kepada seseorang yang sakit sebelum ditolong oleh
dokter. Berdasarkan tersebut maka penting suatu kapal menyediakan kotak
P3K sebagai penanganan awal saat terjadi kecelakaan kerja serta pentingnya
menyediakan obat-obatan.
Menurut Permenkes No.530/Menkes/Per/VII/1987, sanitasi kapal
adalah segala usaha yang ditujukan terhadap faktor lingkungan di kapal untuk
memutuskan mata rantai penularan penyakit guna memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan. Sanitasi kapal berlaku untuk semua jenis
kapal baik kapal penumpang, maupun kapal barang. Pemeriksaan sanitasi
kapal dimaksudkan untuk pengeluaran sertifikat sanitasi guna memperoleh
Surat Izin Kesehatan Berlayar (SIKB). Hasil pemeriksaan dinyatakan berisiko
tinggi atau risiko rendah, jika kapal yang diperiksa dinyatakan risiko tinggi
maka diterbitkan Ship Sanitation Control Certificate (SSCC) setelah
dilakukan tindakan sanitasi dan apabila faktor risiko rendah diterbitkan Ship
Sanitation Exemption Control Certificate (SSCEC), dan pemeriksaan
dilakukan dalam masa waktu enam bulan sekali (WHO, 2007).
Saat mengikuti kegiatan karantina kapal baik kapal dalam negeri
maupun kapal asing. Pemeriksaan kelengkapan obat-obatan dengan melihat
list daftar obat yang dimiliki oleh kapal, dan melakukan peninjauan langsung
kelengkapan P3K termasuk kesesuaian list obat dengan obat yang tersedia,
batas expired obat, dan tempat penyimpanan obat.
I. Kesehatan Jamaah Haji dan Umroh, Pembinaan Kesehatan JH pada
Masa Tunggu
Haji adalah salah satu pertemuan massa tahunan terbesar di dunia.
Setiap tahun diperkirakan 4 juta penduduk dunia melaksanakan haji, lebih
dari 200 ribu di antaranya adalah warga negara Indonesia. Pemerintah
bertangggung jawab menyukseskan penyelenggaraan ibadah haji. Melalui
Kementerian Kesehatan, risiko kesehatan yang kemungkinan timbul pada
jemaah haji Indonesia juga ikut diantisipasi.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
424/MENKES/SK/IV/2007 Pemeriksaan Kesehatan Calon Jamaah Haji dan
Umroh sebagai berikut :
Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji dan Umroh adalah rangkaian
kegiatan yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
medis, penetapan diagnosis calon Jamaah Haji dan Umroh.
1. Jenis-jenis pemeriksaan kesehatan calon jamaah haji dan umroh
a. Pemeriksaan kelengkapan dokumen kesehatan, ICV, Kartu
kewaspadaan Kesehatan Jamaah Haji (K3JH)
b. Pelayanan rawat jalan maupun rujukan
c. Pemberian vaksinasi meningitis bagi calon jamaah haji dan umroh
yang belum divaksinasi di Kabupaten/Kota
d. Melegalisir obat-obatan yang dibawa oleh calon jamaah haji
e. Menerbitkan surat keterangan layak terbang bagi calon jamaah haji
risiko tinggi yang sakit
f. Menerbitkan surat keterangan layak terbang bagi calon jamaah haji
yang hamil, dengan ketentuan sudah divaksinasi meningitis.
2. Proses pemeriksaan kesehatan jamaah haji dan umroh
a. Calon jamaah haji yang masuk asrama haji harus sudah dilengkapi
dengan dokumen kesehatan yang diperlukan untuk perjalanan
internasional
b. Pemeriksaan fisik calon jamaah haji di KKP merupakan pemeriksaan
kesehatan akhir, sebelumnya pemeriksaan telah dilakukan di Puskesmas
dan Dinkes Kabupaten/Kota.

3. Algoritma

Calon Pemeriksaan Akhir


Jamaah  Dokumen
 Status
Haji Kesehatan
Tunda

Rujuk
Poliklinik/ Masalah
ya
RS
Masalah ya
Batal
Lapor Sek Bid
Kesehatan
Tidak

Masuk
Asrama

4. Bahan,Obat dan Peralatan


a. Dokumen Kesehatan : ICV, Buku Kesehatan Haji, Kartu kewaspadaan,
Kesehatan Jamaah Haji (K3JH)
b. Alat-alat : Ambulan, brankart ambulan, tabung oksigen + isi, selang
oksigen, flow meter, humidifier, gudel, spalk, kain segitiga, perban
besar/kecil, tensimeter, stetoskop, thermometer, gantungan infus, infus
set steril,jarum, cairan infus, tornikequet, kapas, lemari es, buat obat,
timbangan badan, ambulan, sarung tangan steril, minor surgical set, duk
bolong, masker N 95, mangkok cuci tangan seprai, selimut, buat
kompres panas/dingin, sarung tangan, urinal, kateter, senter kecil.
c. Obat-obatan : Antibiotika, Anti malaria, Anti viral, Analgetik,
Antipiretik, Antihipertensi, Antiinflamasi, Antirematik, Anti kejang,
Antitusif dan Ekspetoran, Antialergi, Diuretik, Antispasmodik, Obat
oral diabetikum, Anti diare, Antiperdarahan, Antidepresan, Sedatif,
Antiinfluenza, Obat Asma, Antasida, Salep mata dan tetes mata, tetes
telinga, salep kulit, obat jantung, balsem, obat-obatan suntik (lidokain,
adrenalin, diazapam), bedak tabur talk, vitamin, suppositoria rektum,
obat penunda haid.
Jenis kegiatan yang dilakukan untuk kesehatan jamaah haji dan
umroh di wilayah Pelabuhan Induk KKP Kelas II Kendari adalah pemberian
vaksinasi meningitis dan vaksin influenza bagi calon jamaah haji dan
umroh. Sebelum melakukan vaksin calon jamaah umroh di anamnesis
menyangkut riwayat penyakit, alergi, penggunaan anibiotik dan
kortikosteroid, riwayat epilepsi dalam keluarga, riwayat transfusi darah dan
pemeriksaan tekanan darah.
Tujuan pemberian vaksin agar calon jamaah haji/umroh memiliki
kekebalan terhadap virus meningitis dan virus influenza, sehingga lebih
menjaga kesehatan calon jamaah haji/umroh sebelum berangkat. Manfaat
yang didapatkan pada kegiatan ini, kita lebih mengetahui persiapan
kesehatan apa saja yang dilakukan pada calon jamaah umroh sebelum
berangkat, cara penyuntikan vaksin, kondisi apa saja yang membuat jamaah
batal melakukan vaksin, dan hal-hal apa saja yang dapat membatalkan
jamaah umroh untuk berangkat.
J. Travel Medicine dan Vaksinasi Internasional
Travel medicine adalah disiplin ilmu kedokteran yang memfokuskan
perhatian pada hal yang berkaitan dengan kondisi kesehatan dalam kaitannya
dengan suatu proses perjalanan (travelling) ini. Cabang ilmu ini mencakup
berbagai disiplin ilmu termasuk epidemiologi, penyakit menular, kesehatan
masyarakat, kedokteran tropis, fisiologi , mikrobiologi psikiatri, kedokteran
kerja dan masih banyak lainnya.
Pada dasarnya dua hal khusus yang menjadi dasar dalam travel
medicine adalah promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Setiap
wisatawan diwajibkan mendapatkan informasi akan potensi resiko kesehatan
di daerah tujuan dan mengerti bagaimana memproteksi diri sendir dari resiko
bahaya tersebut. Kemudian diikuti dengan pemberian vaksin yang merupakan
salah satu tindakan pencegahan yang biasa dilakukan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
424/MENKES/SK/IV/2007. Jenis-jenis pelayanaan vaksinasi yang dilakukan
adalah vaksinasi yellow fever/demam kuning, vaksinasi meningitis, dan
vaksinasi typhoid (Typhi Vi).
Jenis pelayanan vaksin yang diberikan pada calon jamaah haji dan
umroh di wilayah Pelabuhan Induk KKP Kelas II Kendari adalah Vaksinasi
Meningitis. Meningitis meningokokus adalah penyakit akut rasang selaput
otak yang disebabkan oleh bakteri Neisseria Meningitisdes. Meningitis
merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di seluruh
dunia, case fatality rate-nya melebihi 50%, tetapi dengan diagnosis dini,
terapi modern dan supuratif, case fatality rate menjadi 5-15%. Pencegahan
dapat dilakukan dengan imunisasi.
Vaksin ACW135Y adalah preparat polisakarida murni yang diambil
dari bahan Neisseria Meningitis group ACW135Y. Vaksin ini diberikan
kepada semua jamaah haji dan umroh yang akan berangkat beribadah ke
Mekkah. Kemasan : dosis tunggal dan multi dosis (10 dosis). Vaksin
meningitis berbentuk baku kering. Pelarutnya sebaiknya disimpan pada suhu
kamar, meskipun tidak rusak bila disimpan dilemari es, tetapi tidak boleh
disimpan difreezer. Dosis pemberian adalah 0,5 cc diberikan secara subcutan
pada lengan atas untuk dewasa dan anak berumur diatas 2 tahun keatas dan
0,3 cc untuk anak dibawah 2 tahun.Vaksin disimpan pada suhu +2˚c s/d +8˚c.
Kadaluarsa setelah 2 tahun. Efek samping, reaksi lokal : nyeri dibekas
penyuntikan. Kontra indikasi : wanita hamil, panas tinggi, yang alergi
terhadap phenol. Bila terjadi syok anaphilaksis atasi denganmenyuntikan
adrenalin 1:1000 dengan dosis 0,2-0,3 cc secara Intra Muskular (IM).
Antibodi terbentuk 10 hari setelah divaksinasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan:
1. KKP adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Departemen Kesehatan
yang mempunyai tugas pencegahan masuk dan keluarnya penyakit,
penyakit potensial wabah, surveilens epidemologi, kekarantinaan,
pengendalian dampak lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan
OMKABA serta pengamanan tehadap penyakit baru dan penyakit yang
muncul kembali.
2. Pengendalian dan pencegahan penyakit menular wilayah pelabuhan dan
bandar udara dilakukan dengan cara karantina. Kegiatan karantina
meliputi pemisahan peti kemas, alat angkut atau barang yang diduga
terkontaminasi dari orang/barang lain, sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.
3. Pengendalian dan pencegahan penyakit tidak menular wilayah
pelabuhan dan bandar udara dilakukan melalui Pos Pembinaan Terpadu
(POSBINDU), yaitu suatu bentuk pelayanan yang melibatkan peran
serta masyarakat melalui upaya promotif dan preventif untuk
mendeteksi dan mengendalian secara dini keberadaan faktor risiko
penyakit tidak menular (PTM).
4. Surveilans faktor risiko kesehatan masyarakat wilayah pelabuhan dan
bandara melalui upaya peningkatan pengawasanlalulintasbarang
(OMKABA)danalatangkut(kapal danpesawat)sertapengamatanABKdan
penumpangsebagai upayapenemuandan tatalaksana penderita.
5. Pembinaan kesehatan jemaah haji pada masa tunggu merupakan
rangkaian kegiatan yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang medis, penetapan diagnosis calon jamaah
haji/umroh, dan vaksinasi (vaksin meningitis dan vaksin influenza).
6. Pemeriksaan sanitasi dan kesehatan lingkungan wilayah pelabuhan dan
bandara dilakukan melalui pengelolaan sanitasi lingkungan pelabuhan
yang merupakan kegiatan untuk menciptakan lingkungan di wilayah
pelabuhan sesuai standar, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
7. Kesehatan penerbangan dan penyelaman adalah adalah upaya matra
kedirgantaraan yang dilakukan untuk mencegah dan atau mengatasi
dampak kesehatan akibat kegiatan yg dilakukan di atmosfir dan sarana
pendukungnya baik terhadap individu maupun kelompok individu yg
terpajan. Yang bisa kita lakukan adalah menangani faktor kualitas
pesawat dan manusianya, terutama kesiapan pilot dan kopilot untuk
terbang.
8. Travel medicine dan vaksin internasional dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyakit yang penyebabnya adalah mikroorganisme. Contoh
vaksinasi yang biasa dilakukan adalah vaksinasi yellow fever,
meningitis, typhoid (Typhim Vi).
9. Pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor di wilayah
pelabuhan dan bandaraadalah upayauntuk mengawasi agen penyebaran
penyakit(fisik, kimia, mikrobiologis), media perantara (air, udara,
makanan/minuman, vektor penyakit seperti serangga dan binatang
pengerat, sampah dan limbah, manusia beserta perilakunya),
pengamatan penyakit dan keluhan masyarakat yang terkait dengan
kegiatan di Pelabuhan dan Bandar Udara.
10. Pemeriksaan sanitasi kapal dan pemeriksaan ketersediaan peralatan
P3K dan obat-obatan dalam kapal adalah segala usaha yang ditujukan
terhadap faktor lingkungan di kapal untuk memutuskan mata rantai
penularan penyakit, berlaku untuk semua jenis kapal, dan dimaksudkan
untuk pengeluaran sertifikat sanitasi guna memperoleh Surat Izin
Kesehatan Berlayar (SIKB) dan sertifikat sanitasi kapal (SSCC dan
SSCEC).
B. Saran
1. Kepada seluruh pegawai diharapkan dapat mempertahankan dan bahkan
semakin meningkatkan kinerja serta semangat kerjanya dalam
melaksanakan setiap program yang ada
2. Kepada petugas karantina Bandar Udara Haluoleo hendaknya melakukan
pemeriksaan sanitasi/kebersihan bandara dan pesawat dan perlengkapan
P3K pada setiap pesawat..
3. Diharapkan setiap dokter muda lebih proaktif bertanya dan mengikuti
kegiatan yang ada di setiap program kerja agar tidak hanya monoton
pada satu kegiatan, sehingga bisa lebih banyak mendapat pengalaman
dan pengetahuan baru.
4. Bagi masyarakat, diharapkan setiap individu hendaknya menumbuhkan
kesadaran akan pentingnya pencegahan penyakit seperti penerapan
PHBS dalam kehidupan sehari-hari.
LAMPIRAN

Dokumentasi Kegiatan

1. Kegiatan di KKP Induk

Anamnesis pasien jamaah umroh

Vaksin meningitis untuk pasien jamaah umroh


Pemeriksaan pasien jamaah umroh

2. Kegiatan di Wilker Bandara Haluoleo

Pemeriksaan pasien yang akan berangkat


Pemeriksaan pasien malaria dan ibu hamil yang akan berangkat

Pengawasan faktor risiko KKM dengan menggunakan thermalscanner


Pengawasan faktor risiko KKM dengan menggunakan thermalscanner
3. Kegiatan di Pos PPS

Ruang Produksi Proses Packing

Ruang Pembekuan Ruang Penyimpanan produk


Kunjungan di PT. Kelola Mina Laut
Pemeriksaan kelengkapan berkas
ketersediaan peralatan P3K dan sanitasi
kapal

Pemeriksaan P3K Kapal


Daftar Pustaka
DIPINTU MASUK NEGARA. Prosiding Workshop Pengendalian dan
Penanggulangan Penyakit Berpotensi KLB/KKMMD di Pintu Masuk
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Kendari Tahun 2018. Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II.

DIRJEN PP-PL. Standar Operasional Prosedur Kegawadaruratab PHIEC. 2009.


KEMENKES RI : Jakarta

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 424 tahun 2007 tentang Pedoman Upaya
Kesehatan Pelabuhan dalam Rangka Karantina Kesehatan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 425 tahun 2007 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Karantina Kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan menteri kesehatan


Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2018. PEDOMAN SISTEM


KEWASPADAAN DINI DAN RESPON. Direktorat Surveilans dan
Karantina Kesehatan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 6Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan
Kesehatan.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 23Tahun 2018 Tentang Pelayanan dan
Penerbitan Sertifikat Vaksinasi Internasional.

Neira, Maira. International medical guide for ships 3rd edition. Geneva. WHO
Permenkes No. 665/MENKES/SK/IV/2013 tentang Penyelenggaraan Tindakan
Hapus Tikus dan Hapus Serangga pada Alat Angkut di
Pelabuhan,Bandar Udara, dan Pos Lintas Batas Darat
Permenkes RI Nomor 431/Menkes/SK/V/2007 Tentang Pedoman
TeknisPengendalian Risiko Kesehatan Lingkungan di
Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas dalam Rangka Karantina Kesehatan,
Ditjen PP-PL, Jakarta.

Rahmadani, Luci. 2018. CEGAH TANGKAL PENYAKIT INFEKSI


EMERGING

UU RI nomor 1 tahun 1962 tentang karantina Laut. Presiden Republik Indonesia

UU RI nomor 2 tahun 1962 tentang karantina udara. .Presiden Republik


Indonesia

WHO. 2005. International health Regulations. 3rd Edition.

Anda mungkin juga menyukai