Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KEGIATAN

KKP PANJANG 19-20 JULI 2923

Pembimbing :
dr. Neno Fitriyani Hasbie, M.Kes

Disusun Oleh :
Christina Kusuma Reni 22360052

KEPANITRAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


RUMAH SAKIT BINTANG AMIN HUSADA BANDAR LAMPUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-
2025, sehingga merupakan periode pembangunan jangka menengah
yang sangat penting dan strategis. RPJMN 2020-2024 akan
mempengaruhi pencapaian target pembangunan dalam RPJPN, di
mana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai tingkat
kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah
atas (Upper-Middle Income Country) yang memiliki kondisi
infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, pelayanan publik, serta
kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
Sejalan dengan Visi Presiden Republik Indonesia Tahun 2020-
2024 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri,
dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong - Royong, dimana
peningkatan kualitas manusia Indonesia menjadi prioritas utama
dengan dukungan pembangunan kesehatan yang terarah, terukur,
merata dan berkeadilan. Pembangunan kesehatan bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat tersebut,
dibutuhkan program kesehatan yang bersifat preventif dan promotif
salah satunya adalah Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(P2P). Berbagai kegiatan dilakukan untuk mendukung pencegahan
dan pengendalian penyakit, di pintu masuk negara dilakukan upaya
kekarantinaan.
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa
Kementerian/Lembaga menyusun Rencana Strategi (Renstra).
Selanjutnya merujuk kepada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2020-2024 bahwa tingkat Eselon I menjabarkan dalam
Rencana Aksi Program (RAP) dan Eselon II atau satuan kerja
menjabarkan Rencana Aksi Kegiatan (RAK).

1.2 Tujuan Kegiatan


Adapun tujuan kegiatan ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa saja tugas dan fungsi masing-masing unsur
KKP Panjang.
2. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pelayanan di KKP
Panjang.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam
pelayanan KKP Panjang.
4. Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengendalian penyakit di
KKP Panjang.
BAB II

TI NJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Umum

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


2348/MENKES/PER/XI/2011 tentang Perubahan Atas Permenkes Nomor
356/MENKES/PER/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP), KKP adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit.
Tugas pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan adalah pencegahan masuk
dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi,
kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru
dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan
pengamanan radiasi di wilayah kerja bandar udara, pelabuhan, dan lintas
batas darat negara.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kantor Kesehatan Pelabuhan
menyelenggarakan fungsi:
1. Pelaksanaan kekarantinaan
2. Pelaksanan pelayanan kesehatan
3. Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di Bandara, pelabuhan dan
lintas batas darat negara
4. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit
baru, dan penyakit yang muncul kembali
5. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi dan
kimia
6. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring SE sesuai penyakit yang berkaitan
dengan lalu lintas nasional, regional dan internasional
7. Pelaksanaan, fasilitas dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan
KLB dan bencana bidang kesehatan, serta kesehatan matra termasuk
penyelenggaraan kesehatan haji dan perpindahan penduduk
8. Pelaksanaan fasilitas dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan Bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara
9. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan OMKABA ekspor dan
mengawasi persyaratan dokumen kesehatan OMKABA impor
10. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya
11. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja Bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara
12. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan di
Bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara
13. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di Bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara
14. Pelaksanaan kajian kekarantianaan, pengendalian risiko lingkungan dan
survailans kesehatan pelabuhan
15. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan dan
lintas batas darat negara
16. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP

Sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)


Nomor 2348/MENKES/PER/XI/2011 tentang Perubahan Atas Permenkes
Nomor 356/MENKES/PER/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Wilayah Kerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas II Panjang meliputi :
1. Pelabuhan Panjang
2. Bandara Radin Intan II
3. Pelabuhan Laut Bakauheni
4. Pelabuhan Laut Teluk Semangka
5. Pelabuhan Laut Rawajitu.
Dari wilayah kerja bandara/pelabuhan tersebut di atas, mempunyai kegiatan
kepelabuhan yang berbeda, yaitu :
1. Pelabuhan Panjang dan Rawajitu sebagai pelabuhan konvensional, cargo
dan peti kemas.
2. Pelabuhan Teluk Semangka sebagai Pelabuhan Khusus (Pelsus) tanker
bahan bakar minyak dan gas alam.
3. Pelabuhan Bakauheni sebagai pelabuhan penyeberangan / penumpang yang
menghubungkan antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.
4. Bandara Radin Inten II Branti merupakan Bandara domestik untuk
sementara dengan pelayanan penerbangan Lampung – Jakarta, Lampung -
Palembang, Lampung – Jogjakarta, Lampung – Batam, Lampung –
Jambi/Padang, Lampung – Solo, Lampung – Surabaya, Lampung – Bandung.

Di dalam Permenkes Nomor 356 Tahun 2008 dan Permenkes Nomor


2348 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan bahwa KKP Kelas II terdiri dari Subbagian Tata Usaha, Seksi
Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi, Seksi Pengendalian
Risiko Lingkungan, Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah, Instalasi,
Wilayah Kerja, dan Kelompok Jabatan Fungsional. Gambaran pelaksanaan
kegiatan pada Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemologi


Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi (PKSE)
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan,
evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan kekarantinaan,
surveilans epidemiologi penyakit dan penyakit potensial wabah serta
penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, pengawasan alat angkut
dan muatannya, lalu lintas OMKABA, jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta
pengembangan teknologi, pendidikan dan pelatihan teknis bidang
kekarantinaan dan surveilans epidemiologi di wilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
Capaian kegiatan Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans
Epidemiologi pada tahun 2019 meliputi :
a. Jumlah alat angkut sesuai dengan standar kekarantinaan kesehatan
sebanyak 38.835 sertifikat dari target 34.532 sertifikat atau dengan capaian
112%. Dengan kegiatan berupa :
i. Jumlah Penerbitan Dokumen Port Health Quarantine Clearance (PHQC)
sebanyak 38.333 sertifikat.
ii. Jumlah Penerbitan Dokumen Ship Sanitation Control Exemption
Certificate (SSCEC) sebanyak 490 sertifikat.
iii. Jumlah Penerbitan Dokumen Ship Sanitation Control Certificate (SSCC)
sebanyak 12 sertifikat
b. Persentase respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan bencana di
wilayah layanan KKP sebesar 100% dari target 100% atau dengan capaian
100%.
c. Jumlah deteksi dini dalam rangak cegah tangkal masuk dan keluarnya
pernyakit sebanyak 1.522 sertifkat dari target 756 sertifikat atau dengan
capaian 201%. Dengan kegiatan berupa :
i. Jumlah Penerbitan dokumen Certificate of Pratique (COP) sebanyak 590
sertifikat.
ii. Jumlah Penerbitan dokumen General Declaration (Gendec) sebanyak 3
sertifikat.
iii. Jumlah Penerbitan dokumen surveilans rutin sebanyak 48 laporan.
iv. Jumlah Penerbitan sertifkat OMKABA sebanyak 881 sertifikat. d. Jumlah
pelabuhan/bandara/PLBD yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
sebanyak 1 pelabuhan/bandara dari target 1 pelabuhan/bandara atau dengan
capaian 100%.

2. Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan


Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL) mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi,
penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan pengendalian vektor
dan dan binatang penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan,
jejaring kerja, kemitraan, kajian dan pengembangan teknologi, serta
pelatihan teknis bidang pengendalian risiko lingkungan di wilayah kerja
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
Kegiatan Pengendalian Risiko Lingkungan merupakan salah satu
upaya mencegah penyebaran penyakit karantina dan penyakit menular
potensial wabah melalui pemutusan mata rantai penularan penyakit
dengan profesional sesuai standar. Kegiatan ini mengacu pada Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 431/Menkes/SK/IV/2007
tentang pedoman teknis pengendalian resiko lingkungan di
pelabuhan/bandara/pos lintas batas dalam rangka karantina kesehatan.
Upaya pengendalian risiko lingkungan bertujuan menjadikan
wilayah pelabuhan dan alat angkut tidak sebagai sumber penularan
ataupun habitat yang subur bagi perkembangbiakan penyakit

Capaian kegiatan Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan pada


tahun 2019 meliputi :
a. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD yang memenuhi syarat-syarat
sanitasi sebanyak 5 Pelabuhan/ Bandara dari target 5 Pelabuhan/ Bandara
atau dengan capaian 100%. Dengan kegiatan berupa :
i. Jumlah pengawasan sanitasi alat angkut sebanyak 1.551
Kapal/Pesawat.
ii. Jumlah pengawasan penyediaan air minum sebanyak 340 Kali.
iii. Jumlah pengawasan hygiene sanitasi gedung dan bangunan sebanyak
352 Kali.
iv. Jumlah pengawasan pengamanan makanan dan minuman sebanyak
318 Kali.
v. Jumlah pengawasan pencemaran air, tanah, dan udara sebanyak 32
Lokasi.
b. Jumlah pelabuhan/bandara/PLBD bebas vektor pada wilayah perimeter
dan buffer area sebanyak 5 Pelabuhan/ Bandara dari target 5 Pelabuhan/
Bandara atau dengan capaian 100%. Dengan kegiatan berupa :
i. Pemberantasan vektor seluas 560 Ha.
ii. Pemberantasan tikus dan pinjal sebanyak 15.000 Perangkap.
iii. Pemberantasan lalat dan kecoa sebanyak 394 Lokasi.
iv. Tindakan penyehatan alat angkut sebanyak 116 Kegiatan.

3. Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah


Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah (UKLW) mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi,
penyusunan laporan, dan koordinasi pelayanan kesehatan terbatas,
kesehatan kerja, kesehatan matra, kesehatan haji, perpindahan penduduk,
penanggulangan bencana, vaksinasi internasional, pengembangan
jejaring kerja, kemitraan, kajian dan teknologi, serta pelatihan teknis
bidang upaya kesehatan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas
batas darat negara.
Ancaman global penyakit yang kita hadapi saat ini adalah adanya
penyakit menular yang belum bisa di atasi seperti penyakit Demam
Berdarah, Tuberkolosis, Malaria, AIDS dan lain-lain. Kejadian penyakit
tidak menular semakin meningkat, penyakit tersebut antara lain :
serangan jantung, Diabetes Melitus, Kanker, Hipertensi dan lain- lain.
Disamping itu adanya ancaman dari negara lain seperti Ebola, Mers-Cov
yang masih berlangsung sampai saat ini.
Capaian kegiatan Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah
pada tahun 2019 meliputi :
a. Jumlah pelayanan kesehatan pada situasi khusus sebanyak 8 Layanan
dari target 6 Layanan atau dengan capaian 133%. Kegiatan pelayanan
kesehatan yang di laksanakan pada saat situasi khusus tertentu seperti
lebaran, natal, tahun baru dan lain – lain dilakukan pada saat posko arus
mudik, posko natal dan tahun baru dan pada masa embvarkasi dan
debarkasi. Capaian kegiatan pada Tahun 2019 sebanyak 8 layanan
dengan rincian layanan embarkasi (1 layanan), debarkasi (1 layanan),
arus mudik dan arus balik (3 layanan) dan natal tahun baru (3 layanan).
b. Jumlah sertifikat/surat ijin layanan kesehatan lintas wilayah yang
diterbitkan sebanyak 19.031 sertifikat dari target 13.000 sertifikat atau
dengan capaian 146%. Dengan kegiatan berupa : i. Jumlah penerbitan
sertifikat ijin laik terbang sebanyak 530 Sertifikat. ii. Jumlah penerbitan
sertifikat ijin angkut orang sakit 536 Sertifikat. iii. Jumlah penerbitan
sertifikat ijin angkut jenazah 38 Sertifikat. iv. Jumlah penerbitan
sertifikat ICV 17.927 Sertifikat.
c. Jumlah orang yang melakukan skrining penyakit menular langsung
sebanyak 1050 orang dari target 500 orang atau dengan capaian 210%.
Dengan kegiatan berupa : i. Jumlah orang yang melakukan skrining
penyakit menular penyakit HIV/AIDS sebanyak 500 orang. ii. Jumlah
orang yang melakukan skrining penyakit menular penyakit TB sebanyak
550 orang.

4. Subbagian Tata Usaha


Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi dan penyusunan program, pengelolaan informasi, evaluasi,
pelaporan, urusan tata usaha, keuangan, penyelenggaraan pelatihan,
kepegawaian, serta perlengkapan dan rumah tangga. Capaian kegiatan
Subbagian Tata Usaha pada tahun 2019 meliputi : a. Jumlah dokumen
dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya sebanyak 40 dokumen
dari target 40 dokumen atau dengan capaian 100%. Dokumen Dukungan
Manajemen pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
sebanyak 11 Dokumen yakni sebagai berikut :
i. RKAKL sebanyak 2 dokumen
ii. Laptah sebanyak 1 dokumen
iii. Laporan Keuangan sebanyak 2 dokumen
iv. Laporan BMN sebanyak 2 dokumen
v. LAKIP sebanyak 1 dokumen vi. Profil sebanyak 1 dokumen
vii. Proposal PNBP sebanyak 1 dokumen
viii. Dokumen Kepegawaian sebanyak 2 dokumen
ix. E-monev Bappenas (PP 39) sebanyak 4 dokumen
x. Laporan Eksekutif Bulanan (LEB) sebanyak 12 dokumen
xi. Emonev DJA sebanyak 12 dokumen
b. Jumlah pengadaan sarana prasarana sebanyak 3 unit dari target 3 unit
atau dengan capaian 100% yang berupa 2 unit alat kesehatan dan 1 unit
Fasilitas penunjang perkantoran.
c. Jumlah peningkatan kapasitas SDM bidang P2P sebanyak 5 pelatihan
dari target 4 pelatihan atau dengan capaian 125%.

Pada Tahun 2019, sumber daya manusia di Kantor Kesehatan


Pelabuhan Kelas II Panjang terdiri dari 71 orang Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan 28 orang Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN).
Sejumlah pegawai tersebut ditempatkan di berbagai wilayah kerja KKP
Kelas II Panjang seperti di Kantor Induk Pelabuhan Panjang, Kantor
Wilayah Kerja Pelabuhan Bakauheni, Kantor Wilayah Kerja Bandara
Radin Inten II Branti, dan Pelabuhan Teluk Semangka. Untuk Wilayah
kerja Pelabuhan Rawajitu sementara petugas diperbantukan dari Induk
sesuai dengan permohonan pelayanan dari pengguna jasa.
Kualifikasi sumber daya manusia di Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas II Panjang adalah kemampuan yang berupa kognitif, afektif dan
psikomotor, sehingga diharapkan akan mampu melakukan respon aksi
terhadap kondisi yang ada secara cepat dan tepat. Semakin banyak
jumlah pegawai yang memiliki pendidikan tinggi dalam suatu institusi
diharapkan kinerja institusi yang bersangkutan akan semakin baik, dilihat
dari segi proses maupun capaian kinerja yang ditetapkan

2.2 Potensi dan Permasalahan


Kebutuhan untuk mengendalikan faktor risiko utama untuk
menurunkan beban penyakit menular harus dipantau melalui pengawasan
atau surveilans yang efektif secara rutin dan terkoordinasi. Tiga penyakit
menular yang perlu menjadi perhatian khusus adalah tuberkulosis,
HIV/AIDS dan malaria, selain penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I). Perhatian khusus juga ditujukan untuk penyakit-
penyakit infeksi baru yang menyebabkan kedaruratan kesehatan
masyarakat.

1. Tuberkulosis
Indonesia merupakan salah satu dari lima negara dengan jumlah
kasus TBC terbesar di dunia. Jumlah kasus TBC di dunia sebesar 56%
berada di lima negara, yakni India, China, Indonesia, Filipina dan
Pakistan (WHO, 2019).
Berdasarkan hasil Studi Inventori TB Tahun 2017, insiden TBC
di Indonesia adalah 319 per 100.000 penduduk, atau setara sekitar
842.000 kasus. Dari studi ini dapat diidentifikasi bahwa telah terjadi
under-reporting sebesar 41%, meliputi under-reporting di puskesmas
sebesar 15%, dan pada fasyankes non-puskesmas (rumah sakit, klinik,
dokter parktik mandiri dan laboratorium) sebesar 71%. Untuk MDR TB,
prevalensi pada kasus baru adalah sebesar 1,4% dan pada kasus lama
(pengobatan ulang) sebesar 13,1% (Studi MDR TB 2017). Dengan
demikian untuk memperbaiki program penanggulangan TBC pada
dasarnya mencakup tiga hal, yakni:
a. Meningkatkan cakupan deteksi kasus kelompok risiko
(individu kontak dengan penderita, pasien HIV/ADS, pasien diabetes,
perokok, penjara, hunian padat),
b. Memperkuat Sistem Informasi TB Terpadu (SITT) dengan
mensinergikan puskesmas, rumah sakit (pemerintah dan swasta), klinik,
dan dokter praktik mandiri. Ini diperlukan tata kelola yang kuat oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota, dan
c. Meningkatkan cakupan penemuan kasus dan pengobatan pada
MDR TB.
2. HIV/AIDS
Indonesia mengalami peningkatan kasus infeksi HIV baru dengan
estimasi 630.000 orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Sekalipun selama
ini telah dilakukan perluasan akses pelayanan HIV dan pengobatan ARV
pada ODHA untuk memperpanjang hidup dan membatasi penularan
selanjutnya, data tahun 2017 menunjukan hanya 42% ODHA yang
mengetahui statusnya dan hanya 14% ODHA yang menerima ARV.
Provinsi Papua Barat dan Papua memiliki kasus HIV tertinggi
dibandingkan provinsi lainnya, yaitu hampir 8 sampai 15 kali lebih besar
disbanding angka nasional. Insiden HIV merupakan gambaran jumlah
infeksi baru HIV yang terjadi pada populasi berumur > 15 tahun pada
periode tertentu. Angka tersebut merupakan indikator impact yang
menggambarkan besaran transmisi penyakit di populasi. Semakin turun
insidens, maka akan semakin kecil penambahan ODHA, yang pada
akhirnya menuju eliminasi penyakit HIV.
Insidens HIV pada tahun 2019 adalah 0,24 per 1.000 penduduk.
Kasus HIV sebagian besar terkonsentrasi pada ‘populasi kunci’ yang
merupakan populasi paling rentan karena perilaku berisiko tinggi, seperti
Pekerja Seks Perempuan (PSP), Laki-laki Seks dengan Laki-laki (LSL),
waria dan pengguna narkoba suntik (penasun). Di antara populasi kunci
ini, prevalensi mencapai 30% atau hampir 100 kali lipat lebih tinggi dari
pada populasi orang dewasa pada umumnya (0,3%). Stigma dan
diskriminasi tetap menjadi hambatan dalam mengakses layanan untuk
pencegahan, tes dan pengobatan HIV. Untuk mencegah meningkatnya
prevalensi HIV, maka pendekatannya adalah:
a. Edukasi kepada kelompok risiko terkait pencegahan (seks aman,
penggunaan jarum suntik aman pada penasun),
b. Penyediaan sarana test HIV di fasyankes,
c. Peningkatan penemuan kasus pada kelompok risiko tinggi (pekerja
seksual, penasun, waria), dan
d. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah skrining HIV pada semua ibu hamil saat kontak
pertama kali dengan tenaga kesehatan. Dengan skrining ibu hamil sedini
mungkin diharapkan dapat terjaring kasus lebih awal, sehingga dapat
dilakukan tata laksana untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke
bayinya.

2.3 Penyakit infeksi baru dan kedaruratan kesehatan masyarakat


Ancaman ketahanan kesehatan dapat muncul dalam bentuk
ancaman biologi, kimia, terorisme, radio-nuklir, penyakit baru,
kekurangan pangan, terlepas dari asal atau sumbernya. Sekitar 70% dari
penyakit infeksi pada manusia yang (baru) muncul adalah penyakit
zoonosis. Munculnya penyakit Covid-19 pada akhir tahun 2019 yang
telah diumumkan oleh Badan Kesehatan Dunia pada awal tahun 2020
sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD) dan pandemi telah membuka mata kita semua bahwa setiap
negara termasuk Indonesia harus melakukan kesiapsiagaan
(preparedness) dalam menghadapi penyakit infeksi baru, baik
kemampuan pencegahan (to prevent), penemuan (to detect), dan
merespon (to respond).
Terbukanya transportasi secara luas di dalam negeri maupun antar
negara dapat menyebabkan kedaruratan kesehatan masyarakat. Untuk itu,
respon ketahanan kesehatan atau health security penting untuk dilakukan.
Evaluasi eksternal gabungan atau Joint External Evaluation (JEE) tahun
2017 mengidentifikasi bahwa sistem ketahanan kesehatan Indonesia
masih lemah di bidang koordinasi dengan sektor lain dalam pencegahan,
deteksi dan respon terhadap kondisi darurat kesehatan masyarakat;
kualitas pengawasan, khususnya terkait patogen yang resisten terhadap
antibiotik, penyakit infeksi baru, dan PD3I; dan analisis dan komunikasi
data. Karena penyakit infeksi baru hampir semuanya bersifat zoonosis
dan berkaitan dengan lalu lintas hewan, manusia dan komoditas, maka
keterlibatan lintas sektor dengan pendekatan one health (manusia, hewan,
dan lingkungan) menjadi penting.
Untuk memperkuat pengendalian penyakit infeksi baru dan
kedaruratan kesehatan masyarakat, maka diperlukan peningkatan
pencegahan dan mitigasi (to prevent), peningkatan kemampuan
deteksi/diagnosis (to detect) termasuk penguatan sistem laboratorium
nasional dan sistem surveilans, dan peningkatan kemampuan respon
terhadap kasus yang muncul (to respond) termasuk penyiapan sarana,
prasarana, dan SDM yang kompeten.
BAB III

HASIL

4.1 Pelaksanaan Kegiatan


1. Rabu, 19 juli 2023
Kegiatan dimulai pada pukul 08.00-16.00, mendapatkan arahan mengenai
KKP di Panjang dan tidak ada kapal yang perlu di cek jadi mereview
mengenai KKP Panjang.
2. Kamis, 20 juli 2023
Kegiatan dimulai pada pukul 08.00-17.30 ikut serta dalam kegiatan Kapal
yang bersandar di pelabuhan panjang dan dilakukan pengecekan, dengan
saya melakukan pengecekan suhu dan tekanan darah pada kapten dan kru
kapal, lalu pengecekan pada hospital kapal, kitchen kapal, ruang
penyimpanan bahan makanan dengan mengecek ada tidaknya obat, makanan
dan bahan makanan minuman yang sudah expired, pengecekan pada dapur
ada tidaknya serangga dan hama. Hasil dari pengecekan kapal aman bebas
dari hama dan serangga, stok obat masih dalam kondisi baik dan penyusunan
ruangan baik, dan kapten serta kru kapal dalam kondisi sehat.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Penutup
Demikianlah laporan kegiatan yang kami lakukan selama berjalannya di
KKP Panjang Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat ini, Semoga kegiatan ini
dapat bermanfaat bagi kami sebagai mahasiswa. kami mengucapkan
terimakasih kepada pembimbing dan petugas yang telah memberikan ilmu
selama kami berada di wilayah kerja di KKP P anjang.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
1. Rabu, 19 Juli 2023 dan Kamis, 20 juli 2023

Anda mungkin juga menyukai