Anda di halaman 1dari 193

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun
penumpang dan bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan, serta sebagai tempat
transportasi. Pelabuhan juga merupakan pintu suatu negara bagi keluar masuknya
berbagai arus, yakni arus barang ekspor impor, arus penumpang ke/dari luar
negeri dan ke/dari antar pulau.
Mobilisasi yang tinggi dari aktivitas di pelabuhan, secara otomatis penyebaran
penyakit akan semakin cepat dan beragam, sehingga akan berpotensi
menimbulkan dampak yang merugikan bagi pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan nasional.
Kantor Kesehatan Pelabuhan memiliki peran yang sangat penting dalam
mewujudkan kondisi pelabuhan yang bebas dari penularan penyakit. Dengan
adanya Peraturan Kesehatan Internasional/International Health Regulation (IHR)
tahun 2005 untuk mengatur tata cara dan pengendalian penyakit, baik yang
menular maupun yang tidak menular, yang disebabkan oleh lingkungan maupun
oleh enyakit akibat kerja. maka Kantor Kesehatan Pelabuhan harus kuat dan
prima dalam melaksanakan cegah tangkal penyakit karantina dan penyakit
menular.

1
Guna mengantisipasi ancaman penyakit global seperti penyakit New
Emerging Infectious Disseases, Emerging Disseases, Re Emerging Disseases
(penyakit karantina) serta masalah kesehatan lainnya yang merupakan masalah
darurat yang menjadi perhatian dunia disebabkan oleh lalu lintas alat angkut yang
masuk melalui pelabuhan, maka Kantor Kesehatan Pelabuhan dituntut mampu
menangkal risiko kesehatan dan risiko lingkungan yang masuk melalui orang,
barang dan alat angkut kapal dengan melakukan tindakan yang dianggap perlu
untuk mencegah terjadinya risiko penularan penyakit. Melihat ancaman penyakit
global di atas, maka Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengantisipasi untuk
terjadinya penyakit yang menimbulkan masalah kedaruratan kesehatan yang
meresahkan dunia Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)
dengan membentuk International Health Regulation (IHR) yang berlaku bagi
seluruh negara, dimana setiap negara wajib melindungi rakyatnya dengan
mencegah terjadinya penyakit yang masuk dan keluar dari negaranya.
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten, merupakan salah satu unit
pelaksana teknis yang melakukan tugas pengawasan alat angkut terhadap kapal
yang datang dari luar negeri dan dari daerah terjangkit. Maka terhadap
kedatangan kapal tersebut dilakukan tindakan pengawasan kesehatan kapal, salah
satunya adalah mengamati keberadaan vektor di atas kapal dengan melakukan
observasi pada bagian-bagian/kompartemen kapal yang ada, termasuk muatan
kapal. Selain melakukan pengawasan di pelabuhan, dilakukan pula pada restoran
dan tempat-tempat makan dan rumah sakit/klinik. Hal ini dilakukan sebagai upaya
sistem kewaspadaan dini mengantisipasi terjadinya penularan penyakit yang
disebabkan oleh faktor risiko yang terdapat di tempat-tempat tersebut. Upaya
pengendalian risiko lingkungan bertujuan untuk membuat wilayah pelabuhan laut
dan alat angkut tidak menjadi sumber penularan ataupun habitat yang subur bagi
perkembang biakan kuman/vektor penyakit (Ditjen PP-PL 2007).

2
Maka dari itu penulis akan melakukan pengamatan manajemen risiko
lingkungan di area pelabuhan, restoran/rumah makan dan rumah sakit/klinik
untuk mengetahui seberapa jauh penerapan atau implementasi dari system
manajemen risiko lingkungan dilihat dari kondisi di lapangan sesuai dengan
peraturan-peraturan dan kebijakan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistem manajemen risiko (identifikasi, analisis, dan pengendalian
risiko) di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten?
2. Bagaimana pengendalian risiko setiap tahap dalam sistem pelayanan
makanan, peraturan makanan, kontaminasi makanan, pengawasan dan
kerusakan makanan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten?
3. Bagaimana sistem manajemen risiko Rumah Sakit atau Poliklinik di Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten?
4. Bagaimana identifikasi bahaya atau Hazard di lingkungan pelabuhan,
tindakan penanggulangan Hazard, dan pembinaan penanggulangan Hazard di
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sistem manajemen risiko (identifikasi, analisis, dan


pengendalian risiko) di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten
2. Untuk mengetahui pengendalian risiko setiap tahap dalam sistem pelayanan
makanan, peraturan makanan, kontaminasi makanan, pengawasan dan
kerusakan makanan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten
3. Untuk mengetahui sistem manajemen risiko Rumah Sakit atau Poliklinik di
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten
4. Untuk mengetahui identifikasi bahaya atau Hazard di lingkungan pelabuhan,
tindakan penanggulangan Hazard, dan pembinaan penanggulangan Hazard di
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten Melakukan sistem manajemen

3
risiko Rumah Sakit / Poliklinik di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Banten

1.4 Manfaat
1. Bagi Kantor Kesehatan Pelabuhan
Memberikan gambaran dan bahan evaluasi pelaksanaan program di Kantor
Kesehatan Pelabuhan
2. Bagi Institusi
Menjadi referensi untuk pengambangan pendidikan.
3. Bagi Mahasiswa
Mengimplementasikan ilmu secara langsung di linkungan Kantor Kesehatan
Pelabuhan dan mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk terjun
langsung di lapangan.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Manajemen Risiko Lingkungan
Manajamen risiko lingkungan merupakan bagian dari sebuah sistem
manajamen, merupakan tahap awal dari proses peningkatan secara berkelanjutan
yang ditetapkan pada sebuah perusahaan atau organisasi. Manajamen risiko dapat
didefiniskan sebagai proses untuk menghilangkan atau meminimalkan efek
merugikan terhadap risiko yang dimiliki oleh sebuah sistem kerja (Djuanedi
dalam Ratnasari 2009).
Manajemen risiko adalah metode yang tersusun yang tersusun secara logis
dan sistematis, banyak terdapat teknik yang digunakan dalam melakukan
manajemen risiko tergantung terhadap tipe risiko, namun sebagian besar memiliki
rangkaian kegiatan yang sama yaitu identifikasi bahaya, evaluasi nilai risiko dan
pengendalian. Proses ini dapat ditetapkan pada semua tingkatan kegiatan, jabatan,
proyek, produk maupun aset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat
optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajamen
risiko dapat dilakukan pada tahap pelaksanaan maupun operasional kegiatan.
(Djunaedi dalam Ratnasari 2009)
Berdasarkan AS/NZS 4360:2004 terdapat beberapa keuntungan yang akan
diperoleh oleh perusahaan jika menerapkan manajemen risiko, antara lain:
1. Fever Surprise, pengendalian kejadian yang tidak diinginkan adalah dengan
cara identifikasi dan melakukan usaha untuk menurunkan probabilitas dan
mengurangi efek buruk. Meskipun kejadian tidak dapat dihindari, namun
perushaaan telah mampu menghadapi dengan perenvanaan dan persiapan.
2. Exploitation of opportunity. Sikap pencarian kemungkinan akan meningkat
jika seseorang memiliki kepercayaan diri akan pengetahuan mereka tentang
risiko dan memiliki kemampuan untuk mengendalikannya.

5
3. Improved planning, performance and effectiveness. Akses terhadap informasi
strategis tentang organisasi, proses serta lingkungan membuka kesempatan
untuk muncul ide baru dan perencanaan yang lebih efektif. Hal ini dapat
meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperbesar opportunity,
mengurangi hasil negatif dan mencapai performa yang lebih baik.
4. Economy and Efficiency. Keuntungan dalam hal ekonomi dan efisiensi akan
tercapai dengan lebih baik fokus pada sumber daya, perlindungan aset, dan
menghindari biaya kesalahan.
5. Improved Stakeholder Relationship. Manajamen risiko mendorong
komunikasi antara organisasi dengan stakeholder mengenai alasan
pengambilan suat keputusan sehinnga tercipta komunikasi dua arah.
6. Improved information for decision making, manajamen risiko menyediakan
informasi dan analisis akurat sebagai penunjang pengambilan keputusan
dalam hal investasi dan marger.
7. Enchaced reputation. Investor, pemberi dana, supplier dan pelanggan akan
lebih baik tertarik terhadap perusahaan yang telah dikenal melakukan
manajemen risiko dengan baik.
8. Director protection. Dengan manajemen risiko yang baik maka pekerja akan
lebih berhati-hati dan waspada terhadap risiko, maka akan menghondarkan
dari masalah.
9. Accountability assurance and governance. Keuntungan dan kelangsungan
akan diperoleh dengan melaksanakan dan mendokumentasikan pendekatan
yang dilaksanakan perusahaan.
10. Personal wellbeing. Manajamen risiko terhadap risiko pribadi secara umum
akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pribadi.

6
Komponen utama yang terdapat dalam manajemen risiko yang dikeluarkan
oleh AS/NZS 4360:2004 antara lain :
1. Komunikasi dan Konsultasi
Melakukan komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan
internal maupun eksternal terkait dengan proses manajamen risiko secara
keseluruhan. Selain komunikasi dan konsultasi juga dilakukan sebagai tindak
lanjut dari hasil manajemen risiko yang telah dilakukan untuk langkah
pengembangan.
2. Penetapan Tujuan
Merupakan langkah awal dari aktivitas manajemen risiko, tujuannya
untuk menentukan parameter proses termasuk kriteria risiko yang akan
dilakukan penilaian. Hal-hal yang dilakukan meliputi, menetapkan strategi,
kebijakan organisasi dan ruang lingkup manajamen risiko yang akan
dilaksanakan.
3. Identifikasi Risiko
Mengidentifikasi dimana, kapan, mengapa dan bagaimana faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisa lebih lanjut.
4. Analisis Risiko
Mengidentifikasi dan mengevaluasi pengendalian yang sudah ada.
Menentukan tingkatan probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi,
kemudian menentukan tingkatan risiko yang ada.
5. Evaluasi Risiko
Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteriaa standar. Hal
ini memungkinkan untuk melakukan penentuan prioritas dalam pengambilan
keputusan pengendalian.
6. Pengendalian Risiko
Melakukan penurunan, derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada
dengan berbagai alternatif metode pengendalian.

7
7. Monitor dan Review
Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko yang
dilakukan serta mengidentifikasi perubahan yang perlu dilakukan.

2.2 Tahapan Manajemen Risiko Lingkungan


Gambar 2.1. Tahapan Manajamen Risiko

8
2.2.1 Identifikasi risiko
Tujuan dari dilakukannya identifikasi risiko adalah untuk mengembangkan
daftar komprehensif tentang sumber risiko dan kejadian yang mengikutinya
yang dapat menghambat pencapaian tujuan. Dalam proses identifkasi risiko
terdapat beberapa hal yang memiliki keterkaitan dengan sebuah risiko, anatara
lain :sumber risiko, insiden, konsekuensi, penyebab kejadian, pengendalian,
waktu dan tempat. (HB dalam Ratnasari 2009)
Informasi yang baik dan berkualitas pening dalam identifikasi risiko. Titik
awal identifikasi dapat diperoleh dari informasi masa lalu tentang organisasi
serupa, kemudian dilakukan diskusi dengan stakeholder mengenai isu yang
terkait saat ini. Sumber informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
identifikasi risio yaitu : pengalaman, saran para ahli, wawancara, diskusi,
laporan klaim asuransi, survei, kuesioner, checklist dan incient database (HB
dalam Ratnasari 2009)
Metode identifikasi merupakan teknik yang dikembangkan untuk mengenal
dan mengevaluasi berbagai bahaya yang terdapat dalam proses kerja. Beberapa
metode yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi potensi bahaya dalam
kegiatan industri adalah sebagai berikut :
1. What If/ Check List
Dalam metode ini setiap proses dipelajari melalui pendekatan
brainstorming untuk memformulasikan setiap pertanyaan meliputi kejadian
yang akan menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Masing-
masing pertanyaan dibagi kedalam tahapan operasi, teknik, pemeliharaan
dan inspeksi.
2. HAZOPS
Hazard and Operability Study (HAZOPS) digunakan untuk
mengidentifikasi permasalahan dari operasional proses yang dapat
mempengaruhi efisisensi produksi dan keselamatan. HAZOPS merupakan

9
metode identifikasi risiko yang berfokus pada analisis terstruktur mengenai
operasi yang berlangsung.
3. FMEA
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan metode identifikasi
risiko dengan menganalisis berbagai pertimbangan kesalahan dari peralatan
yang digunakan dan mengevaluasi dampak dari kesalahan tersebut.
4. FTA
Fault Tree Analysis (FTA) merupakan suatu teknik yang dapat digunakan
untuk memprediksi atau sebagai alat investigasi setelah terjadinya
kecelakaan dengan melakukan analisis proses kejadian.

5. ETA
Event Tree Analysis (ETA) adalah metode yang menunjukan dampak yang
mungkin terjadi diawali dengan mengidentifikasi pemicu kejadian dan
proses dalam setiap tahapan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan.
6. JHA
Job Hazard Ananlysis (JHA) adalah teknik yang berfokus pada tahapan
pekerjaan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya sebelum suatu
kejadian yang tidak diinginkan muncul. Metode ini lebih berfokus kepada
interaksi anatara pekerja, tugas/pekerjaan, alat dan lingkungan.

10
2.2.2 Analisis Risiko
Analisis risiko adalah sistematika penggunaan dari informasi yang tersedia
untuk mengidentifikasi hazard dan untuk memperkirakan suatu risiko terhadap
individu, populasi, bangunan atau lingkungan (Kolhuru dalam Ratnasari 2009)
Inti dari analisis risiko adalah mangenai pengembangan pemahaman tentang
risiko. Dalam analisis risiko terdapat data pendukung yang digunakan sebagai
pertimbangan pengambilan keputusan tentang cara pengendalian yang paling
tepat dan paling cost-effective.
Metode analisis yang digunakan bisa bersifat kualitatif, semi kuantitatif, atau
kuantitatif bahkan kombinasi dari ketiganya tergantung dari situasi dan kondisi.
Urutan kompleksitas serta besarnya biaya analisis, dari kecil hingga besar
adalah : kualitatif, semi kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif digunakan
untuk memberikan gambaran umum tentang level risiko. Setelah itu dapat
dilakukan analisis semi kuantitatif atau kuantitatif untuk lebih merinci risiko
yang ada.
1. Analisa kualitatif
Analisa kualitatif menggunakan bentuk kata ata skala deskriptif untuk
menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan diukur. Hasilnya dapat
dikategorikan dalam risiko rendah, risiko sedang dan risiko tinggi. Analisis
kualitatif digunakan untuk kegiatan skrinning awal pada risiko yang
membutuhkan analisis lebih rinci dan lebih mendalam. Analisis kualitatif
digunakan saat :
a. Penilaian secara kuantitatif tidak diperlukan
b. Pelaksanaan skrinning awal sebagai dasar untuk melaksanakan analisis
yang lebih detail.
c. Level risiko tidak terdapat batasan waktu dan data numerical untuk
analisis.
d. Tidak terdapat data numerical atau data tidak mencukupi untuk
melakukan analisis kuantitaf.

11
2. Analisis Semi Kuantitatif
Metode semikuantitatif merupakan metode yang mengkombinasikan
antara angka yang bersifat subyektif pada kecenderungan dan dampak
dengan rumus (formula) matematika, yang menghasilkan tingkat risiko yang
dibandingkan dengan kriteria yang ditetapkan.
3. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif menggunakan nilai numerik untuk nilai
konsekuensi dan likelihood dengan menggunakan data dari berbagai
sumber. Kualitas dari analisis tergantung pada akurasi dan kelengkapan data
yang ada, serta validitas model yang digunakan. Konsekuensi dapat dihitung
dengan menggunakan metode modeling hasil dari kejadian atau kumpulan
kejadian atau dengan memperkirakan kemungkinan dari studi eksperimen
atau data sekunder/data terdahulu. Konsekuensi digambarkan dalam lingkup
keuangan, teknikal atau efek pada manusia.

2.2.3 Hirarki Pengendalian


Pengendalian adalah proses, peraturan, alat, pelaksanaan atau tindakan yang
berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan peluang positif.
Hirarki pengendalian merupakan daftar pilihan pengendalian yang telah
diurutkan sesuai dengan mekanisme pengurangan paparan, dengan urutan
sebagai berikut :
1. Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah awal dan merupakan solusi terbaik
dalam mengendalikan paparan, namun juga merupakan langkah yang paling
sulit untuk dilaksanakan. Kecil kemungkinan bagi sebuah perusahaan untuk
mengeliminasi substansi atau proses tanpa mengganggu kelangsungan
produksi secara keseluruhan. Sebagai contoh penghilangan timbal secara
perlahan pada produksi bahan bakar.
2. Substitusi

12
Pada saat suatu sumber bahaya tidak dapat dihilangkan secara
keseluruhan, maka pilihan kedua sebagai pencegahan adalah dengan
mempertimbangkan alternatif proses atau material. Proses substitusi umunya
membutuhkan banyak trial and error untuk mengetahui apakah teknik atau
substansi alternatif dapat berfungsi sama efektif dengan sebelumnya.
Penting untuk memastikan bahwa agen pengganti sudah diketahui dan
memiliki bahaya atau tingkat toksisitas yang lebih rendah. Sebagai contoh
penggunaan minyak daripada merkuri dalam barometer, penyapuan dengan
sistem basah pada debu timbal dibandingkan dengan penyuapan kering.
3. Pengendalian Engineering
Tipe pengendalian ini merupakan yang paling umum digunakan.
Karena memiliki kemampuan untuk merubah jalur transmisi bahaya
mengisolasi pekerja dari bahaya. Tiga macam alternatif pengendalian
enginering antara lain dengan isolasi, guarding dan ventilasi.
a. Isolasi, prinsip dari sistem ini adalah menghalangi pergerakan bahaya
dengan memberikan pembatas atau pemisah terhadap bahaya maupun
pekerja.
b. Guarding, prinsip dari sistem adalah mengurangi jarak atau kesempatan
kontak antara sumber bahaya dengan pekerja.
c. Ventilasi, cara ini paling efektif untuk mengurangi kontaminasi udara,
berfungsi untuk kenyamanan, kestabilan suhu dan mengontrol
kontaminasi.
4. Pengendalian Administratif
Umumnya pengendalian ini merupakan salah satu pilihan terakhir,
karena pengendalian ini mengandalkan sikap dan kesadaran dari pekerja.
Pengendalian ini baik untuk jenis risiko yang rendah, sedangkan untuk tipe
risiko yan signifikan harus disertai pengawasan dan peringatan. Dengan kata
lain sebelumnya sudah harus dilakukan pengendalian untuk mengurangi
risiko bahaya sesudah mungkin. Untuk situasi lingkungan kerja dengan

13
tingkat paparan rendah/jarang, maka beberapa pengendalian yang berfokus
terhadap pekerja lebih tepat diberikan, antara lain :
a. Rotasi dan penempatan pekerja, metode ini bertujuan untuk mengurangi
tingkat paparan yang diterima pekerja dengan membagi waktu kerja
dengan pekerja yang lain. Penempatan pekerja terkait dengan masalah
fitness for work dan kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan.
b. Pendidikan dan pelatihan sebagai pendukung pekerja dalam melakukan
pekerjaan secara aman. Dengan pengetahuan dan pengertian terhadap
bahaya pekerjaan, maka akan membantu pekerja untuk mengambil
keputusan dalam menghadapi bahaya.
c. Penataan dan kebersihan tidak hanya meminimalkan insiden terkait
dengan keselamatan, melainkan juga mengurangi debu dan kontaminasi
lain yang bisa menjadi jalur pemajan. Kebersihan pribadi juga penting
karena dapat mengarah kepada kontaminasi melalui ingesti, maupun
kontaminasi silang anatara tempat kerja dan tempat tinggal.
d. Perawatan secara berkala terhadap perlatan penting untuk
meminimalkan penurunan performance dan memperbaiki kerusakan
secara lebih dini.
e. Jadwal kerja, metode ini menggunakan prinsip waktu kerja, pekerjaan
dengan risiko tinggi dapat dilakukan saat jumlah pekerja yang terpapar
paling sedikit.
f. Monitoring dan surveilan kesehatan, metode yang digunakan untuk
menilai risiko dan memonitor efektifitas pengendalian yang sudah
dijalankan.
5. PPE ( Personal Protective Equipment)
Merupakan cara terakhir yang dipilih dalam menghadapi bahaya.
Umumnya menggunakan alat, seperti : respirator, sarung tangan, overall,
dan apron, boots, kacamata, helm, alat pelindung pendengaran (eearplug,
earmuff), dll.

14
2.3 Pelabuhan
Pelabuhan (Port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadapgelombang,
yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal
dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkarmuat
barang, gudang laut (transito) dan tempat-tempat penyimpanan di manakapal
membongkar muatannya dan gudang-gudang dimana barang-barang
dapatdisimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu pengiriman ke
daerahtujuan atau pengapalan. Terminal ini dilengkapi dengan jalan kereta api,
jalan rayaatau saluran pelayanan darat.
Menurut Triatmodjo (1996), pelabuhan yang ada sekarang dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis tergantung dari sudut tinjauannya.
A. Ditinjau dari Segi Letak Geografis
1. Pelabuhan Alam
Pelabuhan ini merupakan daerah perairan yang terlindung dari bahaya
alam (badai/gelombang dan pendangkalan alur) secara alami, misalnya
suatu pulau, jazirah atau terletak diteluk, estuari dan muara sungai).
2. Pelabuhan buatan
Pelabuhan ini adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari
pengaruh gelombang dengan membuat daerah perairan tertutup dari luat
dan hanya dihubungkan oleh suatu celah (mulut pelabuhan) untuk keluar
masuk kapal.
3. Pelabuhan semi alam
Pelabuhan dimana hanya salah satu syarat pelabuhan alam yang
terpenuhi seperti tenangnya daerah perairan atau tidak terjadi
pendangkalan alur secara alami. Misal suatu pelabuhan yang terlindungi
oleh lidah pantai dan perlindungan buatan hanya pada alur masuk.
B. Ditinjau dari Segi Penyelenggaraannya
1. Pelabuhan Umum

15
Pelabuhan ini diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan
masyarakat umum. Penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan oleh
pemerintah dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada badan usaha
milik negara yang didirikan untuk maksud tersebut.
2. Pelabuhan Khusus
Diselenggarakan untuk kepentingan guna menunjang kegiatan tertentu.
Pelabuhan ini khusus dibangun oleh suatu perusahaan baik pemerintah
maupun swasta, yang berfungsi untuk prasarana pengiriman hasil produksi
perusahaan tersebut.
C. Ditinjau dari segi perusahaannya
1. Pelabuhan yang Diusahakan
Pelabuhan ini sengaja diusahakan untuk memberikan fasilitas-fasilitas
yang diperlukan oleh kapal yang memasuki pelabuhan untuk melakukan
bongkar muat barang dan menaik turunkan penumpang serta kegiatan
lainnya. Pemakaian pelabuhan ini dikenakan biaya-biaya, seperti biaya
jasa labuh, jasa tambat, jasa pemanduan, jasa pelayanan air bersih, jasa
dermaga, jasa penumpukan serta bongkar muat dan sebagainya.
2. Pelabuhan yang Tidak Diusahakan
Pelabuhan yang hanya merupakan tempat singgah kapal/perahu tanpa
fasilias bongkar muat, bea cukai dan sebagainya. Pelabuhan ini umumnya
pelabuhan kecil yang disubsidi oleh Pemerintah dan dikelola oleh Unit
Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
D. Ditinjau dari Fungsinya dalam Perdagangan Nasional dan Internasional
1. Pelabuhan Laut
Pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal-kapal berbendera asing.
Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan besar dan ramai dikunjungi
oleh kapal-kapal samudera.
2. Pelabuhan Pantai

16
Pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan dalam negeri dan oleh
karena itu tidak bebas disinggahi oleh kapal berbendera asing. Kapal asing
dapat masuk ke pelabuhan ini dengan ijin terlebih dahulu.
E. Ditinjau dari Segi Penggunaannya
1. Pelabuhan Ikan
Umumnya pelabuhan ikan tidak memerlukan kedalaman air yang
besar, karena kapal-kapal motor yang digunakan untuk menangkap ikan
tidak besar. Di Indonesia pengusahaan ikan relatif masih sederhana yang
dilakukan oleh nelayan-nelayan dengan menggunakan perahu kecil.
2. Pelabuhan Minyak
Pelabuhan ini biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan
yang harus dapat menahan muatan vertikal yang besar, melainkan cukup
membuat jembatan perancah atau tambatan yang besar. Bongkar muat
dilakukan dengan pipa-pipa dan pompa-pompa.
3. Pelabuhan Barang
Pelabuhan ini memiliki dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas
untuk bongkar muat barang. Daerah perairan pelabuhan harus cukup
tenang sehingga memudahkan bongkar muat barang.
4. Pelabuhan Campuran
Pada umumnya pencampuran pemakaian ini terbatas untuk
penumpang dan barang sedang untuk keperluan minyak dan ikan biasanya
tetap terpisah. Tetapi bagi pelabuhan kecil atau masih dalam taraf
perkembangan, keperluan untuk bongkar muat minyak juga menggunakan
dermaga atau jembatan yang sama guna keperluan barang dan
penumpang. Pada dermaga dan jembatan juga diletakkan pipa-pipa untuk
mengalirkan minyak.
5. Pelabuhan militer
Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk
memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang dan agar letak bangunan

17
cukup terpisah. Konstruksi tambatan maupun dermaga hampir sama
dengan pelabuhan barang, hanya saja situasi dan perlengkapannya agak
lain. Pada pelabuhan barang letak/kegunaan bangunan harus seefisien
mungkin,sedang pada pelabuhan militer bangunan-bangunan pelabuhan
harus dipisah-pisah yang letaknya agak berjauhan.

18
2.4 Rumah Makan dan Restoran
2.4.1 Pengertian Rumah Makan dan Restoran
2.4.1.1 Pengertian Rumah Makan
Rumah Makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang
lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di
tempat usahanya
2.4.1.2 Pengertian Restoran
Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di
sebagian atau seluruh bangunan yang permanen di lengkapi dengan peralatan
dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan
penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya
2.4.2 Persyaratan Penyelenggaraan Rumah Makan dan Restoran
a. Setiap rumah makan dan restoran harus memiliki izin usaha dari Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Untuk memiliki izin usaha rumah makan dan restoran harus memiliki
sertifikat laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran yang dikeluarkan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
c. Sertifikat laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran dikeluarkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setelah memenuhi persyaratan
d. Setiap usaha rumah makan dan restoran harus mempekerjakan seorang
penanggung jawab yang mempunyai pengetahuan hygiene sanitasi makanan
dan memiliki sertifikat hygiene sanitasi makanan.
e. Sertifikat hygiene sanitasi makanan diperoleh dari institusi penyelenggara
kursus sesuai dengan perundang undangan yang berlaku.
f. Tenaga penjamah makanan yang bekerja pada usaha rumah makan dan
restoran harus berbadan sehat dan tidak menderita penyakit menular.\

19
g. Penjamah makanan harus melakukan pemeriksaan kesehatannya secara
berkala minimal 2 (dua) kali dalam satu tahun.
h. Penjamah makanan wajib memiliki sertifikat kursus penjamah makanan.
2.4.3 Persyaratan Hygiene Sanitasi
Rumah makan dan restoran dalam menjalankan usahanya harus memenuhi
persyaratan hygiene sanitasi.Persyaratan hygiene sanitasi yang harus dipenuhi
meliputi:
A. Persyaratan Lokasi dan Bangunan:
1. Lokasi:
a. Tidak berada pada daerah angina dari sumber pencemaran debu, asap,
bau dan cemaran lainnya
b. Tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber pencemaran debu,
asap, baud an cemaran lainnya.
2. Bangunan:
a. Terpisah dengan tempat tinggal termasuk tempat tidur
b. Kokoh, kuat, permanen
c. Rapat serangga
d. Rapat tikus
3. Lantai:
a. Bersih
b. Kedap air
c. Tidak licin
d. Rata
e. Kering
f. Konus
4. Dinding:
a. Kedap air
b. Rata

20
c. Bersih
5. Ventilasi:
a. Tersedia dan berfungsi dengan baik
b. Menghilangkan bau tak enak
c. Cukup menjamin rasa nyaman
6. Pencahayaan/penerangan:
a. Tersebar merata di setiap ruangan
b. Intensitas cahaya 10 fc
c. Tidak menyilaukan
7. Atap:
a. Tidak menjadi sarang tikus dan serangga
b. Tidak bocor
c. Cukup landau
8. Langit-langit:
a. Tinggi minimal 2.4 meter
b. Rata dan bersih
c. Tidak terdapat lubang-lubang
9. Pintu:
a. Rapat serangga dan tikus
b. Menutup dengan baik dan membuka kearah luar
c. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan
B. Persyaratan Fasilitas Sanitasi
1. Air Bersih:
a. Jumlah mencukupi
b. Tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna
c. Angka kuman tidak melebihi nilai ambang batas
d. Kadar bahan kimia tidak melebihi nilai ambang batas
2. Pembuangan Air Limbah:
a. Air limbah mengalir dengan lancer

21
b. Letaknya tidak berhubungan langsung dengan dapur atau ruang
makan
c. Tersedia air bersih yang cukup
d. Tersedia sabun dan alat pengering
e. Toilet untuk pria dan wanita terpisah
3. Tempat Sampah:
a. Sampah diangkut tiap 24 jam
b. Di setiap ruang penghasil sampah tersedia tempat sampah
c. Dibuat dari bahan kedap air dan mempunyai tutup
d. Kapasitas tempat sampah terangkat oleh seorag petugas sampah
4. Tempat Cuci Tangan:
a. Tersedia air cuci tangan yang mencukupi
b. Tersedia sabun/detergent dan alat pengering/lap
c. Jumlahnya cukup untuk pengunjung dan karyawan
5. Tempat Mencuci Peralatan:
a. Tersedia air dingin yang cukup memadai
b. Tersedia air panas yang cukup memadai
c. Terbuat dari bahan yang kuat, aman dan halus
d. Terdiri dari tiga bilik/bak pencuci
6. Tempat Pencucian Bahan Makanan:
a. Tersedia air pencuci yang baik
b. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, dan halus
c. Air pencuci yang dipakai mengandung larutan cuci hama
7. Peralatan Pencegah Masuknya Serangga dan Tikus:
a. Setiap lubang ventilasi dipasang kawat kassa serangga
b. Setiap lubang tventilasi dipasang terali tikus
c. Persilangan pipa dan dinding tertutup rapat
d. Tempat tendon air mempunyai tutup dan bebas jentik nyamuk

22
8. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
1. Dapur:
a. Bersih
b. Ada fasilitas penyimpanan makanan (kulkas, freezer)
c. Tersedia fasilitas penyimpanan makanan panas (thermos panas,
kompor panas, heater)
d. Ukuran dapur cukup memadai
e. Ada cungkup dan cerobong asap
f. Terpasang tulisan pesan-pesan hygiene bagi penjamah/karyawan
2. Ruang Makan:
a. Perlengkapan ruang makan selalu bersih
b. Ukuran ruang makan minimal 0.85 m2 per kursi tamu
c. Pintu masuk buka tutup otomatis
d. Tersedia fasilitas cuci tangan yang memenuhi estetika
e. Tempat peragaan makanan jadi tertutup
3. Gudang Bahan Makanan:
a. Tidak terdapat bahan lain selain bahan makanan
b. Tersedia rak-rak penenmpatan bahan makanan sesuai dengan
ketentuan
c. Kapasitas gudang cukup memadai
d. Rapat serangga dan tikus
4. Persyaratan Bahan Makanan dan Makanan Jadi
A. Bahan Makanan:
a. Kondisi fisik bahan makanan dalam keadaan baik
b. Angka kuman dan bahan kimia bahan makanan memenuhi
persyaratan yang ditentukan
c. Bahan makanan berasal dari sumber resmi
d. Bahan makanan kemasan terdaftar pada Depkes RI

23
B. Makanan Jadi:
a. Kondisi fisik makanan jadi dalam keadaan baik
b. Angka kuman dan bahan kimia makanan jadi memenuhi
persyaratan yang ditentukan
c. Makanan jadi kemasan tidak ada tanda-tanda kerusakan dan
terdaftar pada Depkes RI
5. Persyaratan Pengolahan Makanan
A. Proses Pengolahan:
a. Tenaga pengolah makanan memakai pakaian kerja dengan
benar dan cara kerja yang bersih
b. Pengambilan makanan jadi menggunakan alat yang khusus
c. Menggunakan peralatan dengan benar
6. Persyaratan Penyimpanan Bahan Makanan dan Makanan Jadi;
A. Penyimpanan Bahan Makanan:
a. Suhu dan kelembaban penyimpanan sesuai dengan
persyaratan jenis makanan.
b. Ketebalan penyimpanan sesuai dengan persyaratan jenis
makanan.
c. Penempatannya terpisah dengan makanan jadi.
d. Tempatnya bersih dan terpelihara.
e. Disimpan dalam aturan sejenis dan disusun dalam rak-rak.
B. Penyimpanan Makanan Jadi:
a. Suhu dan waktu penyimpanan dengan persyaratan jenis
makanan jadi
b. Cara penyimpanan tertutup
C. Persyaratan Penyajian Makanan Jadi;
a. Cara Penyajian:
b. Suhu penyajian makanan hangat tidak kurang dari 60oC

24
c. Pewadahan dan penjamah makanan jadi menggunakan alat
yang bersih
d. Cara membawa dan menyajikan makanan dengan tertutup
e. Penyajian makanan harus pada tempat yang bersih
D. Persyaratan Peralatan yang Digunakan
1. Ketentuan Peralatan:
a. Cara pencucian, pengeringan dan penyimpanan peralatan
memenuhi persyaratan agar selalu dalam keadaan bersih
sebelum digunakan.
b. Peralatan dalam keadaan baik dan utuh.
c. Peralatan makan dan minum tidak boleh mengandung
angka kuman yang melebihi nilai ambang batas yang
ditentukan.
d. Permukaan alat yang kontak langsung dengan makanan
tidak ada sudut mati dan halus.
e. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak
mengandung zat beracun
2. Tenaga Kerja
a. Pengetahuan/Sertifikat Hygiene Sanitasi Makanan:
b. Pemilik/pengusaha pernah mengikuti kursus/temu karya
c. Supervisor pernah mengikuti kursus
d. Semua penjamah makanan pernah mengikuti kursus
e. Salah seorang penjamah makanan pernah mengikuti kursus
3. Pakaian Kerja:
a. Bersih
b. Tersedia pakaian kerja seragam 2 stel atau lebih
c. Penggunaan khusus waktu kerja saja
d. Lengkap dan rapi
4. Pemeriksaan Kesehatan:

25
a. Karyawan/penjamah 6 bulan sekali check up kesehatan
b. Pernah divaksinasi chotypha/thypoid
c. Check up penyakit khusus
d. Bila sakit tidak bekerja dan berobat ke dokter
e. Memiliki buku kesehatan
5. Personal Hygiene:
a. Setiap karyawan/penjamah makanan berperilaku bersih
dan berpakaian rapih
b. Setiap mau kerja cuci tangan
c. Menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk/bersin
d. Menggunakan alat yang sesuai dan bersih bila menga,bil
makanan

26
2.5 Pengendalian Faktor Risiko Kegiatan Pengolahan Makanan
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah suatu sistem jaminan
mutu yang mendasarkan kepada kesadaran atau perhatian bahwa hazard (bahaya)
akan timbul pada berbagai titik atau tahap produksi, tetapi pengendaliannya dapat
dilakukan untuk mengontrol bahaya-bahaya tersebut. HACCP merupakan salah
satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan
pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat
memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen.
Kunci utama HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik pengawasan
yang mengutamakan kepada tindakan pencegahan dari pada mengandalkan
kepada pengujian produk akhir.
HACCP bersifat sebagai sistem pengendalian mutu sejak bahan baku
dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi masal dan didistribusikan. Oleh
karena itu dengan diterapkannya sistem HACCP akan mencegah resiko komplain
karena adanya bahaya pada suatu produk pangan. Selain itu, HACCP juga dapat
berfungsi sebagai promosi perdagangan di era pasar global yang memiliki daya
saing kompetitif.

2.5.1 Konsep HACCP Menurut Codex


Konsep HACCP menurut CAC terdiri dari 12 langkah, dimana 7 prinsip
HACCP tercakup pula di dalamnya. Langkah-langkah penyusunan dan
penerapan sistem HACCP menurut CAC adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2. Langkah Penyusunan dan Implementasi Sistem HACCP menurut CAC

27
2.5.2 Penyusunan dan Penerapan HACCP
1. Tahap 1 Pembentukan Tim HACCP
Pembentukan tim HACCP merupakan kesempatan baik untuk
memotivasi dan menginformasikan tentang HACCP kepada para karyawan.
Seleksi tim sebaiknya dibentuk oleh ketua tim (atau koordinator tim, yang
diangkat lebih dahulu), atau oleh seorang ahli HACCP (bisa dari luar atau
dari dalam pabrik). Hal yang terpenting adalah mendapatkan tim dengan
komposisi keahlian yang benar (multidisplin) sehingga dapat
mengumpulkan dan mengevaluasi data-data teknis, serta mampu
mengidentifikasi bahaya dan mengidentifikasi titik kendali kritis (TKK atau
CCP= Critical Control Point)
Jumlah tim sebaiknya maksimum 5 orang dan minimum 3 orang. Dari
jumlah anggota tim tersebut harus mendapatkan pelatihan penerapan
HACCP dan inspeksi HACCP secara cukup. Hal ini Tim HACCP harus

28
mempunyai pengetahuan yang cukup akan produk dan prosesnya, serta
mempunyai keahlian yang cukup akan :
1. Menetapkan lingkup dari rencana HACCP (apakah hanya masalah
keamanan pangan atau termasuk mutu karakteristik produk)
2. Mengidentifikasi bahaya
3. Menetapkan tingkat keakutan (severity) dan resikonya
4. Mengidentifikasi CCP, merekomendasikan cara pengendalian,
menetapkan batas kritis, prosedur monitoring dan verifikasi
5. Merekomendasikan tindakan koreksi yang tepat ketika terjadi
penyimpangan
6. Merekomendasikan atau melaksanakan investigasi dan atau penelitian
yang berhubungan dengan rencana HACCP
A. Komposisi Tim HACCP
Orang-orang yang dilibatkan dalam tim yang ideal adalah meliputi:
1. Staff Quality Assurance atau Staff Quality Control
2. Personil Bagian Produksi (mengerti bahan baku dan proses produksi)
3. Personil dan bagian Teknis/ Engineering
4. Ahli Mikrobiologi
Pada perusahaan yang kecil, satu orang dapat mengisi posisi-posisi
diatas dan bahkan dapat mengangtikan seluruh Tim HACCP, dalam
kasus ini perlu bantuan konsultan atau saran-saran dari pihak luar
B. Checklis Tim HACCP
1. Data yang terkumpul sangat luas (dari beberapa atau seluruh unit
atau devisi/ bagian dari pabrik atau perusahaan), sehingga
membutuhkan tim yang multidisplin
2. QA/QC mengerti dan memahami resiko dan bahaya yang ada

29
3. Personil bagian produksi, idealnya adalah Manager atau Supervisor
Produksi, yang mengerti segala seluk beluk proses produksi suatu
produk, dari bahan baku sampai produk selesai diolah
4. Personil Bagian Teknis : mengerti desain higienis dan operasi dari
pabrik/plant
5. Ketua atau Koordinator Tim : mempunyai pengalaman dalam
penerapan HACCP atau Ahli HACCP
6. Mempunyai sumber atau kewenangan yang mencukupi dalam
melaksanakan tugasnya
7. Telah mengikuti Pelatihan HACCP yang mencukupi
C. Tugas Tim HACCP
Tim HACCP terdiri atas ketua atau koordinator tim dan beberapa
anggota tim Tugas Tim HACCP harus meliputi hal-hal berikut:
Tugas Ketua Tim HACCP
1. Menentukan dan mengontrol lingkup HACCP yang akan digunakan
2. Mengarahkan disain dan implementasi sistem HACCP dalam pabrik
3. Mengkoordinasikan dan mengetahui pertemuan-pertemuan tim.
4. Menentukan apakah sistem HACCP yang dibentuk telah memenuhi
ketentuan Codex, memperhatikan pemenuhan sistem terhadap
peraturan-peraturan atau standar yang berlaku dan keefektivitasi dari
sistem HACCP yang akan dibuat
5. Memelihara dokumentasi atau rekaman HACCP
6. Memelihara dokumentasi atau rekaman HACCP
7. Karena ketua tim merupakan ahli HACCP diperusahaan/ pabrik,
makan harus mempunyai keahlian komunikasi dan kepemimpinan,
serta mempunyai perhatian yang tinggi terhadap jenis usaha yang
dijalankan
D. Tugas Anggota Tim HACCP

30
1. Mengorganisasi dan mendokumentasikan studi HACCP dalam
pabrik yang bersangkutan
2. Mengadakan kaji ulang (pengkajian) terhadap semua penyimangan
dari batas kritis
3. Melakukan internal audit HACCP Plan (Rencana HACCP atau
Rencana Kerja Jaminan Mutu)
4. Mengkomunikasikan operasional HACCP
Tim HACCP harus membuat Rencana HACCP (HACCP Plan),
meliputi SSOP dan menverifikasi dan mengimplemtasikan sistem
HACCP . Tim harus mempunyai pengetahuan tentang bahaya-bahaya
yang menyangkut keamanan pangan. Jika masalah yang ada tidak
dipecahkan secara internal, maka perlu meminta saran dari ahli atau
konsultan HACCP.
E. Pelatihan
Pelatihan yang direkomendasikan untuk dijalankan oleh tim HACCP
adalah bentuk pelatihan formal dengan materi sebagai berikut:
1. Pengenalan dan Implementasi HACCP
2. Dokumentasi Sistem HACCP
3. Internal Audit Sistem HACCP
4. On the job training pada System Monitoring/ Corrective Action
Tim juga harus memutuskan lingkup HACCP yang meliputi dimana
harus memulai, dimana harus berhenti dan apa saja yang harus
dimasukkan dalam sisitem HACCP. Disamping itu Tim juga harus
mensosialisasikan sebab-sebab atau mengapa perusahaan atau opoabrik
menerapkan sistem HACCP.
Tim HACCP harus memiliki pengertian tentang produk selengkap
mungkin. Semua komposisi produk secara rinci harus diketahui dan
dimengerti. Informasi ini akan sangat penting untuk bahaya

31
mikrobiologis karena komposisi produk harus, diperiksa berkaitan
dengan kemampuan patogen untuk tumbuh.
Daftar pemeriksaan (checklist) untuk membantu Tim HACCP
mengumpulkan informasi yang lengkap:
1. Komposisi
2. Struktur
3. Pengolahan
4. Pengemasan
5. Kondisi penyimpanan dan distribusi
6. Masa simpan yang diperlukan
7. Petunjuk penggunaan
F. Daftar Formulasi Resep:
1. Bahan baku atau ingridient apa yang digunakan?
2. Apakah ada mikroorganisme penting yang mungkin terdapat pada
atau dalam bahan baku, dan bila demikian apakah
mikroorganismenya?
3. Apakah setiap ingridient mempunyai sifat toksik atau mengandung
senyawa-senyawa toksik?
4. Bila digunakan bahan pengawet, apakah konsentrasi yang digunakan
senyawa-senyawa toksik?
5. Bila digunakan bahan pengawet, apakah konsentrasi yang digunakan
mampu mencegah pertumbuhan mikroba penting?
6. Apakah setiap ingrident yang digunakan dalam jumlah yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah untuk keperluan kuliner?
7. Apakah pH produk akan mencegah pertumbuhan mikroba dan
menginaktifkan patogen utama?
8. Apakah aW produk akan mencegah pertumbuhan mikroba?
9. Berapa EH dari produk?
G. Daftar Pengolahan dan Persiapan

32
1. Dapatkah suatu kontaminan mencapai produk selama persiapan,
pengolahan atau penyimpanan?
2. Apakah mikroorganisme atau senyawa toksin mencemari makananan
setelah dipanaskan?
3. Apakah pengolahan yang lebih berat dapat diterima atau diinginkan?
4. Apakah pengolahan berdasarkan pada data ilmiah?
5. Bagaimana kemasan atau container mempengaruhi ketahanan hidup
atau pertumbuhan mikroorganisme?
6. Berapakah waktu yang diperlukan untuk setiap tahap pengolahan,
persiapan, penyimpanan dan display?
7. Bagaimanakah kondisi distribusinya?
H. Deskripsi produk terdiri dari:
1. Nama produk
2. Komposisi
3. Karakteristik produk akhir
4. Metode pengolahan/ pengawetan

No Informasi Fungsional Nilai


1. Ph 4,2
2. aw 0,85
3. Kadar Garam 3%
4. dll.
5. Volume
6. Pengemasan-Primer
7. Pengemasan-Pengiriman/ Pengapalan
8. Kondisi penyimpanan di tempat
9. Metode dan kondisi distribusi
10. Masa simpan
11. Pelabelan khusus-rincian label (lampirkan)
12. Persiapan/ petunjuk bagi konsumen.

33
Tim HACCP harus menginformasikan operasi pengolahan terhadap
diagram alir selama seluruh tahap dan jam-jam operasi dan mengubah
diagram alir bilamana diperlukan.
Diagram alir proses yang harus divalidasi
1. Mengamati alir proses
2. Kegiatan sampel
3. Wawancara
4. Operasi rutin/ non-rutin
Tim HACCP harus mendaftarkan semua bahaya yang mungkin
diperkirakan layak terjadi pada setiap tahap mulai dari pimer, proses,
manufacture, dan distribusi sampai tahap konsumsi.
Tim HACCP selanjutnya melakukan analisis bahaya untuk
mengidentifikasi bahaya mana yang penghilangan atau pengurangan
sampai tingkat yang dapat diterima adalah esensial untuk produksi
makanan yang aman.
Tim kemudian harus menetapkan apa tindakan pengendalian yang
ada, bila ada, yang dapat diaplikasikan untuk setiap bahaya.
Tim HACCP harus memberikan jaminan bahwa pengetahuan dan
keahlian spesifik produk tertentu tersedia untuk pengembangan Rencana
HACCP secara efektif. Pembentukan tim dari berbagai divisi unit usaha
atau displin yang mempunyai kekhususan ilmu pengetahuan dan
keahlian yang tepat untuk produk. Dimana keahlian yang demikian tidak
tersedia di tempat, tenaga ahli yang disarankan diperoleh dari sumber
lain.
Persyaratan tim HACCP adalah bahwa keputusan tim HACCP dapat
mejadi keputusan manajemen. Untuk itu tim HACCP seharusnya
beranggotakan divisi-divisi dari unit usaha (Quality, Assurance,
Produksi, Pemasaran, dan lain-lain) dan multidisplin dengan
memperhatikan jenis porduk, teknologi pengolahan, teknik penganan

34
dan distribusi, cara pemasaran dan cara komsumsi produk, serta pontensi
bahaya. Tim HACCP juga dapat terdiri atas beberapa level personil
(General Manager, QA manager, Inspector, mandor dan lain-lain.
2. Tahap 2 : Mendeskripsikan Produk
Jelaskan produk secara rinci mengenai komposisinya, struktuk
fisik/kimia (termasuk aw, pH, dll.), pengemasan, informasi keamanan,
perlakuan pengolahan (perlakuan panas, pembekuan, penggaraman,
pengasapan, dll), penyimpanan (kondisi dan masa simpan) dan metode
distribusi.
Deskripsi produk terdiri dari :
1. Nama produk
2. Komposisi
3. Karakteristik produk akhir
4. Metode pengawetan
5. Pengemasan – Primer
6. Pengemasan – Pengiriman/pengapalan
7. Kondisi penyimpanan
8. Metode distribusi
9. Masa simpan
10. Pelabelan khusus
11. Persiapan konsumen
Deskripsi yang lengkap dari produk harus digambarkan, termasuk
informasi mengenai komposisi, struktur kimia/fisika, perlakuan-perlakuan
(pemanasan, pembekuan, penggaraman, pengeringan, pengasapan),
pengemasan, kondisi penyimpanan, daya tahan, persyaratan standar, metoda
pendistribusian, dan lain-lain.
Didalam menetapkan diskripsi produk, perlu diperhatikan dan
diidentifikasi informasi yang akan berkaitan dengan program HACCP, agar

35
memberi petunjuk dalam rangka identifikasi bahaya yang mungkin terjadi,
serta untuk membantu pengembangan batas-batas kritis.
Beberapa informasi dasar yang dapat memberikan petunjuk akan potensi
bahaya adalah :
1. Pengendalian suhu yang benar untuk mencegah tumbuhnya bakteri,
yang mempengaruhi umur produk dan persyaratan konsumen.
2. Jenis pengemas utama adalah faktor penting dalam mengendalikan
pertumbuhan bakteri, bahkan beberapa jenis pengemas dapat langsung
dinyatakan mencegah bakteri patogen tertentu. Misalnya pengemas
hampa akan mencegah bakteri patogen aerobic.
3. Metode distribusi, hal ini penting untuk menginformasikan bahwa pada
semua tahap distribusi harus dalam kondisi yang sama.
4. Persyaratan konsumen, dalam beberapa hal konsumen meminta
persyaratan tertentu.
3. Tahap 3 : Identifikasi Pengguna Produk
Peruntukan penggunaan harus didasarkan kepada kegunaan yang
diharapkan dari produk oleh pengguna akhir atau konsumen.
Pengelompokan konsumen penting dilakukan untuk menentukan tingkat
risiko dari setiap produk.
Tujuan penggunaan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi
apakah produk tersebut dapat didistribusikan kepada semua populasi atau
hanya populasi khusus yang sensitif (balita, manula, orang sakit dan lain-
lain).
Sedangkan cara menangani dan mengkonsumsi produk juga penting
untuk selalu memberi perhatian, misalnya produk-produk siap santap
memerlukan perhatian khusus untuk mencegah terjadinya kontaminasi.
Identifikasi pengguna produk yang ditujukan, konsumen sasarannya
dengan referensi populasi yang peka (sensitif). Sebutkan apakah produk

36
ditujukan untuk konsumsi umum atau apakah dipasarkan untuk kelompok
populasi yang peka.
Lima kelompok yang peka :
1. Manula
2. Bayi
3. Wanita hamil
4. Orang sakit
5. Orang dengan daya tahan terbatas (immunocompromised)
4. Tahap 4 : Penyusunan Diagram Alir
Diagram alir harus disusun oleh tim HACCP. Penyusunan diagram alir
oleh proses pembuatan produk dilakukan dengan dengan mencatat seluruh
proses sejak diteimanya bahan baku sampai dengan dihasilkannya produk
jadi untuk disimpan. Pada beberapa jenis produk, terkadang disusun
diagram alir proses sampai dengan cara pendistribusian produk tersebut. Hal
tersebut tentu saja akan memperbesar pekerjaan pelaksaan HACCP, akan
tetapi pada produk-produk yang mungkin mengalami abuse (suhu dan
sebagainya) selama distribusi, maka tindakan pencegahan ini menjadi amat
penting.
Diagram alir proses disusun dengan tujuan untuk menggambarkan
keseluruhan proses produksi. Diagram alir proses ini selain bermanfaat
untuk membantu tim HACCP dalam melaksanakan kerjanya, dapat juga
berfungsi sebagai pedoman bagi orang atau lembaga lainnya yang ingin
mengerti proses dan verifikasinya.
Diagram alir harus meliputi seluruh tahap-tahap dalam prosessecara jelas
mengenai :
1. Rincian seluruh kegiatan proses termasuk inspeksi, transportasi,
penyimpanan dan penundaan dalam proses
2. Bahan-bahan yang dimasukkan kedalam proses seperti bahan baku,
pengemasan, air dan bahan kimia

37
3. Keluaran dan proses seperti limbah : pengemasan, bahan baku, product-
in-progress, produk rework, dan produk yang dibuang (ditolak
5. Tahap 5 : Verifikasi Diagram Alir Di Tempat
Agar diagram alir proses yang dibuat lebih lengkap dan sesuai dengan
pelaksanaan di lapangan, maka tim HACCP harus meninjau operasinya
untuk menguji dan membuktikan ketepatan serta kesempurnaan diagram alir
proses tersebut. Bila ternyata diagram alir proses tersebut tidak tepat atau
kurang sempurna, maka harus dilakukanmodifikasi. Diagram alir proses
yang telah dibuat dan diverifikasi harus didokumentasikan.
Tim HACCP harus mengkonfirmasikan operasi pengolahan
berdasarkan GAP (Good Agricultural Practices), GHP (Good Handling
Practices), GMP (Good Manufacturing Practices), GDP (Good
Distribution Practices) atau GCP (Good Catering Practices) serta prinsip-
prinsip sanitasi dengan diagram alir selama semua tahapan dan jam operasi
serta merubah diagram alir selama semua tahapan dan jam operasi serta
merubah diagram alir dimana yang tepat.
Diagram alir proses yang harus diverivikasi ditempat, dengan cara :
1 Mengamati aliran proses
2 Kegiatan pengambilan sampel
3 Wawancara
4 Operasi rutin/non-rutin

2.5.3 Tujuh Prinsip HACCP


Secara garis besar menurut Badan Standardisasi Nasional tentang HACCP
serta pedoman penerapannya, bahwa dalam pelaksanaan HACCP ada 7 prinsip,
di antaranya:
A. Mengidentifikasi Bahaya atau Ancaman
Merupakan upaya untuk mengkaji seberapajauh akibat dan risiko yang
akan ditimbulkan oleh ancaman tersebut. Pada tahap ini, perlu mempelajari

38
jenis-jenis mikroba makanan , bahan-bahan kimia yang berbahaya dan
benda-benda asing yang membahayakan konsumen. Perlu dipertimbangkan
pada prinsip ini adalah bahan mentah, bahan baku dan parameter yang
mempengaruhi keamanan pangan. Disamping itu, pembuatan diagram alir
dalam penanganan pangan mulai dari bahan mentah hingga makanan
tersebut siap dikonsumsi akan sangat membantu dalam mengidentifikasi
bahaya.
B. Pengelompokkan Bahaya
Tabel 2.1. Pengelompokan Bahaya
Kelompok
Karakteristik
Bahaya
Kelompok makanan khusus yang terdiri dari makanan non steril
yang ditujukan untuk konsumen beresiko tinggi, seperti bayi,
A
balita, orang sakit/pasien, orang tua, ibu hamil, ibu menyusui, usia
lanjut
Makanan yang mengandung bahan / ingridien yang sensitif
B
terhadap bahaya biologis, kimia, atau fisik
Di dalam proses pengolahan makanan tidak terdapat tahap yang
C dapat membunuh mikroorganisme berbahaya atau mencegah /
menghilangkan bahaya kimia / fisik
Makanan kemungkinan mengalami pencemaran kembali setelah
D
pengolahan sebelum pengemasan / penyajian
Kemungkinan dapat terjadi kontaminasi kembali atau penanganan
E yang salah selama distribusi, penanganan oleh konsumen / pasien,
sehingga makanan menjadi berbahaya bila dikonsumsi
Tidak ada proses pemanasan setelah pengemasan / penyajian atau
waktu dipersiapkan di tingkat konsumen / pasien yang dapat
F memusnahkan / menghilangkan bahaya biologis.
- Atau tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi,
menghilangkan, atau menghancurkan bahaya kimia atau fisik
C. Kategori Risiko

39
Tabel 2.2. Penggolongan Tingkat Risiko Berdasarkan Karakteristik Bahaya
D. Kategori Karakteristik
Keterangan
Resiko Bahaya
0 0 (tidak ada bahaya) Tidak mengandung bahaya A s.d F
I (+) Mengandung satu bahaya B s.d F
II (++) Mengandung dua bahaya B s.d F
III (+++) Mengandung tiga bahaya B s.d F
IV (++++) Mengandung empat bahaya B s.d F
V (+++++) Mengandung lima bahaya B s.d F
VI A + kategori khusus Kategori resiko paling tinggi (semua
makanan yang mengandung bahaya A,
baik dengan/tanpabahaya B s.d F)
Menentukan Titik Pengendalian Kritis (CCP=Critical Control Point )
Pada tahap ini, diagram alir sudah tersedia, sehingga tim pengendali akan
mengenali titiktitik yang berpotensi menimbulkan kontaminasi dengan
menghilangkan atau mengurangi bahaya yang dapat terjadi.
E. Titik-titik Pengendali Kritis (CCP)
Dapat berupa bahan mentah/baku, lokasi, tahapan pengolahan, serta
praktek atau prosedur kerja yang sangat spesifik. Dari titik pengendali kritis
tersebut kemudian ditentukan batas kritis. Batas kritis adalah nilai yang
memisahkan antara nilai yang diterima dengan nilai yang tidak dapat
diterima.
F. Melakukan Penyusunan Sistem Pemantauan
Penyusunan sistem pemantauan ini bertujuan untuk mengumpulkan
informasi tentang masing-masing bahan pangan, serta tahap dan prosedur
yang disusun untuk meyakinkan bahwa proses berlangsung secara
terkendali.
G. Lakukan Tindakan Perbaikan

40
Tindakan ini dilakukan bila kriteria yang ditetapkan tidak tercapai,
serta situasi berada pada kondisi “di luar pengendalian“. Oleh karena itu,
harus segera diperbaiki sehingga tindak lanjut yang tepat dalam proses
produksi akan diambil.
H. Menetapkan Prosedur Verifikasi
Prosedur verifikasi dan pengujian mencakup pengambilan contoh
secara acak dan hasil analisanya dapat dipergunakan untuk menentukan
apabila system HACCP telah bekerja dengan benar.
I. Mencatat Dan Mendokumentasikan
Pencatatan dan pembukuan yang efisien serta akurat penting dalam
penerapan system HACCP. Dokumen yang akurat dapat menjadi dasar dan
ukuran dalam prosedur yang bersangkutan.
2.6 Klinik
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan spesialistik.
Berdasarkan jenis pelayanan, klinik dibagi menjadi:
1. Klinik pratama
Merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik
umum maupun khusus
2. Klinik utama
Merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik
atau pelayanan medik dasar dan spesialistik
Persyaratan klinik:
1. Lokasi
Pemerintah mengatur persebaran klinik yang diselenggarakan masyarakat
di wilayahnya denga memperhatikan kebutuhan pelayanan berdasarkan rasio
jumlah penduduk.
2. Bangunan

41
Bangunan klinik harus bersifat permanen dan tidak bergabung fisik
bangunannya dengan temat tinggal perorangan.Bangunan klinik harus
memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan serra perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi
semua orang termasuk penyandang cacar, anak-anak dan orang usia lanjut.
3. Prasarana
Prasarana klinik meliputi:
a. Instalasi sanitasi
b. Instalasi listrik
c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
d. Ambulans, khusus untuk klinik yang menyelenggarakan rawat inap
e. System gas medis
f. System tata udara
g. System pencahayaan
h. Prasarana lainnya sesuai kebutuhan
Sarana dan prasarana klinik harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi
dengan baik.
4. Ketenagaan
Penanggung jawab teknis harus seorang tenaga medis. Penanggung jawab
teknis klinik harus memiliki surat izin praktik (SIP) di klinik tersebut, dan
dapat merangkap sebagai pemberi pelayanan. Tenaga medis hanya dapat
menjadi penanggung jawab teknis pada 1 klinik.
Tenaga medis pada klinik ratama yang memberikan pelayanan kedokteran
paling sedikit terdiri dari 2 orang dokter dan dokter gigi sebagai pemberi
pelayanan. Tenaga medis pada klinik utama yang memberikan pelayanan
kedokteran paling sedikit terdiri dari 1 orang dokter spesialis dan 1 orang
dokter sebagai pemberi pelayanan. Tenaga medis yang memberikan pelayanan
kedokteran gigi paling sedikit terdiri dari 1 orang dokter gigi spesialis dan 1
orang dokter gigi sebagai pemberi pelayanan.

42
Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai surat
tanda registrasi (STR) dan surat izin praktik (SIP) sesuai ketentuan
perundang-undangan.
5. Peralatan
Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang
memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan. Peralatan medis dan
non medis harus memnuhi standar mutu, keamanan dan keselamatam selain
itu juga harus memiliki izin edar sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
Klinik menelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat
promotive, reventif, kuratif dan rehabilitative yang dilaksanakan dalam bentuk
rawat jalan, rawat inap, pelayanan satu hari (one day care) dan home care.
Pelayanan satu hari (one day care)merupakan pelayanan yang dilakukan
untuk pasien yang sudah ditegakan diagnose secara definitive dan perlu
mendapat tindakan atau perawatan semi intensif (observasi) setelah 6 jam
samai dengan 24 jam.
Home care merupakan bagian atau lanjutan dari pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan keada individu dan
keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat
kemandirian dan meminimalkan dampak penyakit.
Klinik rawat inap hanya dapat memberikan pelayanan rawat inap paling
lama 5 hari. Apabila memerlukan rawat inap lebih dari 5 hari, maka pasien
harus secara terencana dirujuk ke rumah sakit sesuai ketentuan perundang-
undangan.
Klinik pratama hanya dapat melakukan bedah kecil tanpa anestesi umum
atau spinal. Klinik utama dapat melakukan tindakan bedah, kecuali tindakan
bedah yang:
a. Menggunakan anestesi umum dengan inhalasi dan spinal

43
b. Operasi sedang yang berisiko tinggi
c. Operasi besar
Penyelenggaraan klinik wajib:
a. Memasang nama dan klasifikasi klinik
b. Membuat dan melaporkannya kepada dinas kesehatan daftar tenaga medis
dan tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik
c. Melaksanakan pencatatan untuk penyakit-penyakit tertentu dan
melaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dalam rangka
pelaksanaan rogram pemerintah sesuai ketentuan perundang-undangan.
2.7 Manajemen Risiko Lingkungan di Klinik
2.7.1 Risiko
Risiko merupakan variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami
didalam suatu situasi.5 Risiko adalah ancaman terhadap kehidupan, properti
atau keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi.6 Secara umum risiko
dikaitkan dengan kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa diluar yang
diharapkan.7 Jadi risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan
berdampak pada tujuan.
Secara umum risiko dapat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang
yang tergantung dari kebutuhan dalam penanganannya :
1. Risiko murni dan risiko spekulatif (Pure risk and speculative risk) Dimana
risiko murni dianggap sebagai suatu ketidakpastian yang dikaitkan dengan
adanya suatu luaran (outcome) yaitu kerugian.
2. Risiko terhadap benda dan manusia, dimana risiko terhadap benda adalah
risiko yang menimpa benda seperti rumah terbakar sedangkan risiko
terhadap manusia adalah risiko yang menimpa manusia seperti,cedera
kematian dsb.
3. Risiko fundamental dan risiko khusus (fundamental risk and particular risk)
Risiko fundamental adalah risiko yang kemungkinannya dapat timbul pada
hampir sebagian besar anggota masyarakat dan tidak dapat disalahkan pada

44
seseorang atau beberapa orang sebagai penyebabnya, contoh risiko
fundamental: bencana alam, peperangan. Risiko khusus adalah risiko yang
bersumber dari peristiwa-peristiwa yang mandiri dimana sifat dari risiko ini
adalah tidak selalu bersifat bencana, bisa dikendalikan atau umumnya dapat
diasuransikan.
Respon risiko adalah tindakan penanganan yang dilakukan terhadap risiko
yang mungkin terjadi. Metode yang dipakai dalam menangani risiko:
1. Menahan risiko (Risk retention) Merupakan bentuk penanganan risiko yang
mana akan ditahan atau diambil sendiri oleh suatu pihak. Biasanya cara ini
dilakukan apabila risiko yang dihadapi tidak mendatangkan kerugian yang
terlalu besar atau kemungkinan terjadinya kerugian itu kecil, atau biaya yang
dikeluarkan untuk menanggulangi risiko tersebut tidak terlalu besar
dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh.
2. Mengurangi risiko (Risk reduction) Yaitu tindakan untuk mengurangi risiko
yang kemungkinan akan terjadi dengan cara:
a. Pendidikan dan pelatihan bagi para tenaga kerja dalam menghadapi risiko
b. Perlindungan terhadap kemungkinan kehilangan
c. Perlindungan terhadap orang dan property
3. Mengalihkan risiko (Risk transfer) Pengalihan ini dilakukan untuk
memindahkan risiko kepada pihak lain. Bentuk pengalihan risiko yang
dimaksud adalah asuransi dengan membayar premi.
4. Menghindari risiko (Risk avoidance) Menghindari risiko sama dengan
menolak untuk menerima risiko yang berarti menolak untuk menerima
pekerjaan tersebut.
2.7.2 Clinical Risk Management
Suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang menempatkan pasien pada
suatu risiko dan tindakan untuk mencegah terjadinya risiko tersebut (Sheenu
Jhawar, Mid Stafford General Hospital, UK )
Clinical Risk Management adalah meminimalkan risiko terhadap pasien :

45
1. dengan mengenal kesalahan atau kemungkinan kesalahan selama mendapat
asuhan klinis,
2. mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadi kesalahan/risiko,
3. belajar dari pengalaman terhadap setiap adanya adverse event
4. memastikan bahwa dilakukan tindakan untuk mencegah terjadi
kesalahan/risiko,
5. membangun sistem untuk mengurangi terjadinya risiko
Berdasarkan PMK 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien, Insiden
keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian
yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari :
1. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
2. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya
insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
3. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang
sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
4. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
5. Kejadian katastropik/ sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang serius
Lingkup (strategi dan kebijakan) manajemen risiko:
1. Strategi manajemen risiko: Reaktif dan Proaktif
2. Kebijakan dan prosedur untuk melaporkan setiap insiden
3. Kebijakan dan prosedur menangani complain
4. Informasi penanganan komplain bagi karyawan
5. Kebijakan dan prosedur untuk menangani tuntutan
6. Kebijakan dan prosedur untuk mencegah kejadian yang membahayakan
(preventing harm) dan meminimalkan risiko (patient safety).

46
Risk Management: Proactive strategy (Sheenu Jhawar, Mid Stafford
General Hospital, UK )
1. Prosedur operasional untuk mengangkat dan mengarahkan isu-isu risiko
klinis yang mungkin terjadi melalui kejelasan tanggung jawab dan kendali
pada semua lini pelayanan.
2. Pemahaman terhadap tingkat dan proses pengambilan keputusan sehingga
tidak terjadi tumpang tindih
3. Pendekatan multidisiplin dalam mengelola risiko
4. Pelatihan orientasi bagi karyawan baru, terutama dalam mengoperasikan
peralatan medis/klinis
5. Kebijakan dalam pemeliharaan peralatan yang dikerjakan secara konsisten
6. Kebijakan dalam: fire safety; infectious and non-infectious waste
management;infection control
7. Audit klinis yang dilaksanakan secara teratur dengan tindak lanjut yang
nyata.
8. Pengelolaan dokumen rekam medik, pencatatan medik yang akurat dan
terjamin ketelursuran
9. Komunikasi dalam tim medis, tim keperawatan terpelihara dengan baik
10. Serah terima dilakukan secara adekuat
11. Adanya komunikasi yang terdokumentasi antara staff dan pasien/keluarga
mengenadi keputusan terapi/tindakan klinis
12. Dokumentasi spesifik keadaan-keadaan medis tertentu, misalnya alergi, dsb,
pada rekam medik, yang secara legal ditandatangani.
Risk Management Reactive strategy :
1. Komplain dari pasien dan karyawan ditangani segera dan optimal, dan
dibuktikan dengan “consent” dari semua pihak yang terkait
2. Tinjauan terhadap morbiditas dan mortalitas dilakukan untuk mengenal
faktor-faktor yang dapat dicegah, dan menjamin bahwa pelayanan yang
terbaik diberikan

47
3. Jika terjadi tuntutan, dilakukan pendekatan untuk mengenal akar masalah
(root cause) dan dilakukan dengan pendekatan budaya tidak menyalahkan
4. Adanya mekanisme untuk melaporkan terjadi adverse incident baik klinis
maupun non klinis, termasuk kejadian near miss, dan dicatat dalam risk register
untuk audit dan analisis
Lingkup program manajemen risiko (McCaffrey & Hagg-Rickert,2003) :
1. Patient care related risk
2. Medical staff related risk
3. Employee related risk
4. Property related risk
5. Financial risk
6. Other risk

48
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Jadwal Kerja
Tabel 3.1. Jadwal Kerja PBL di KKP Kelas II Banten
Waktu
Kegiatan
Hari Tanggal
Senin, 30 – 31 Identifikasi hazard dan analisis pengendalian risiko
Selasa Oktober 2017 lingkungan pos kesehatan dan pelabuhan
1 Oktober Identifikasi hazard dan analisis pengendalian risiko
Rabu
2017 lingkungan tempat pengolahan makanan
2 November Identifikasi dan analisis pengendalian risiko lingkungan
Kamis
2017 klinik KKP
3 November
Jum’at Pengukuran kualitas fisik udara pelabuhan merak
2017

3.2 Metode
Metode yang kami gunakan dalam melakukan pengumpulan data mengenai
Manajemen Risiko Lingkungan Pelabuhan, Tempat Pengolahan Makanan dan Pos
Kesehatan Serta Klinik KKP terdiri dari:
1. Observasi
2. Pengukuran kualitas udara fisik yang terdiri dari:
a. Pencahayaan
b. Suhu dan kelembaban
c. Kebisingan
3. Wawancara

3.3 Alat dan Bahan


1. Instrument pengumpul data Manajemen Risiko Lingkungan pelabuhan, klinik,
dan makanan minuman
2. Alat ukur yang terdiri dari:

49
a. Lux meter
b. Termohygrometer
c. Sound level meter
3. Alat tulis kantor
4. Kamera

3.4 Cara Pengambilan Sampel


3.4.1 Pelabuhan
1. Mebuat surat tugas kunjungan ke pelabuhan penyebrangan PT. ASDP
Merak.
2. Mengunjungi PT. ASDP
3. Melakukan identifikasi hazard di pelabuhan dengan metode observasi dan
wawancara dengan pengelola PT. ASDP
4. Melakukan pengukuran kualitas udara fisik yang dilakukan di loket parkiran
karyawan ASDP, loket penjualan tiket, loket masuk dermaga, pos keluar
masuk penumpang dan pos keluar masuk kendaraan di dalam dermaga yang
terdiri dari:
a. Pengukuran pencahayaan:
1) Menyalakan lux meter
2) Mengkalibrasi lux meter dengan menutup sensor, jika terdapat angko 0
pada layar, berarti lux meter proses kalibrasi lux meter tersebut
berjalan dengan baik
3) Mengukur pencahayaan pada satu titik yaitu meja kerja dengan 3 kali
pengulangan
4) Menganalisis hasil pengukuran

b. Pengukuran suhu kelembaban:


1) Menyalakan termohygrometer

50
2) Melakukan pengukuran di 3 (tiga) titik ruangan kerja dengan 3 (tiga)
kali pengulangan
3) Menganalisis hasil pengukuran
c. Pengukuran kebisingan
1) Menyalakan Sound Level Meter
2) Pilih selektor pada posisi fast atau slow, fast untuk kebisingan yang
berlangsung secara terus menerus, dan slow untuk kebisingan yang
berlangsung secara tidak terus menerus
3) Catat hasil pengukuran selama 5 detik sekali sebanyak 200 data untuk
mode fast, dan 10 detik sekali sebanyak 200 data untuk mode slow
4) Menganalisis hasil pengukuran
3.4.2 Tempat Pengolahan Makanan (Makanan dan Minuman)
1. Membuat surat tugas kunjungan Tempat Pengolahan Makanan di pelabuhan
penyebrangan PT. ASDP Merak.
2. Mengunjungi Tempat Pengolah Makanan di pelabuhan PT. ASDP Merak
3. Melakukan wawancara dengan penjamah makanan menegenai deskripsi
makanan
4. Observasi dan identifikasi diagram alir proses pengolahan makanan
5. Melakukan verifikasi diagram alir
6. Identifikasi bahaya dan cara pencegahan
7. Analisa risiko bahaya
8. Analisis penerapan HACCP pada proses pengolahan makanan
9. Melakukan analisis terhadap pemantauan HACCP proses pengolahan
makanan
10. Observasi keadaan lingkungan fisik Tempat Pengolahan Makanan

51
3.4.3 Klinik KKP Banten dan Pos Kesehatan Pelabuhan Penyebrangan PT.
ASDP Merak
3.4.3.1 Klinik KKP Banten
1. Melakukan perizinan observasi dan identifikasi hazard klinik KKP Banten
kepala kepala seksi UKLW
2. Melakukan identifikasi hazard di klinik KKP dengan metode observasi dan
wawancara dengan seksi UKLW.
3. Melakukan pengukuran kualitas udara fisik yang dilakukan di ruang
pendaftaran, ruang administrasi, ruang vaksinasi, ruang radiologi, dan
ruang laboratorium yang terdiri dari:
a. Pengukuran pencahayaan:
1. Menyalakan lux meter
2. Mengkalibrasi lux meter dengan menutup sensor, jika terdapat angko
0 pada layar, berarti lux meter proses kalibrasi lux meter tersebut
berjalan dengan baik
3. Mengukur pencahayaan pada satu titik yaitu meja kerja dengan 3
kali pengulangan
4. Menganalisis hasil pengukuran
b. Pengukuran suhu kelembaban:
1. Menyalakan termohygrometer
2. Melakukan pengukuran di 3 (tiga) titik ruangan kerja dengan 3 (tiga)
kali pengulangan
3. Menganalisis hasil pengukuran
3.4.3.2 Pos Kesehatan PT. ASDP Merak
1. Mebuat surat tugas kunjungan ke pos kesehatan pelabuhan penyebrangan
PT. ASDP Merak.
2. Mengunjungi pos kesehatan pelabuhan penyebrangan PT. ASDP Merak.

52
3. Melakukan identifikasi hazard di pos kesehatan pelabuhan PT. ASDP
Merak dengan metode observasi dan wawancara dengan pengelola PT.
ASDP.
4. Melakukan pengukuran kualitas udara fisik yang dilakukan di ruang
administrasi dan ruang perawatan yang terdiri dari:
a. Pengukuran pencahayaan:
1) Menyalakan lux meter
2) Mengkalibrasi lux meter dengan menutup sensor, jika terdapat angko
0 pada layar, berarti lux meter proses kalibrasi lux meter tersebut
berjalan dengan baik
3) Mengukur pencahayaan pada satu titik yaitu meja kerja dengan 3
kali pengulangan
4) Menganalisis hasil pengukuran
b. Pengukuran suhu kelembaban:
1) Menyalakan termohygrometer
2) Melakukan pengukuran di 3 (tiga) titik ruangan kerja dengan 3 (tiga)
kali pengulangan
3) Menganalisis hasil pengukuran

53
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Banten berkedudukan di Jl.
May. Jend Sutoyo No.21, Telp. (0254) 571083 fax. (0254) 572491 – Cilegon
Banten merupakan salah satu KKP yang berada di Provinsi Banten selain KKP
Kelas I Jakarta yang membawahi Bandara Soekarno Hatta yang sebagian
wilayahnya termasuk dalam Provinsi Banten. Jangkauan Wilayah Kerja KKP
Kelas II Banten meliputi seluruh Provinsi Banten yang mempunyai luas wilayah
8.800,83 Km2 dengan garis pantai 509 Km membentang disepanjang pantai barat
dan selatan pulau Jawa. Provinsi Banten terdiri dari 4 kota dan 4 kabupaten yaitu
Kota Cilegon, Kota Serang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten
Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Tangerang.
Gambar 4.1.
Peta Wilayah Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten

Wilker Labuan

Wilker Karangantu

54
Batas-batas wilayah kerja KKP Kelas II Banten yaitu, sebelah utara
berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI
Jakarta dan Jawa Barat, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda.Di dalam Provinsi Banten
tersebut tersebar banyak pelabuhan yang merupakan wilayah pengawasan dari
KKP Kelas II Banten dengan klasifikasi Pelabuhan Umum yaitu yang diusahakan
oleh PT. Pelindo II Cabang Banten, Pelabuhan Khusus (Pelsus) yang merupakan
pelabuhan milik swasta/perusahaan, Terminal Untuk Kepentingan Sendiri
(TUKS) yaitu pelabuhan yang digunakan untuk kepentingan sendiri (tidak
dikomersialkan untuk umum), Pelabuhan Ferry/penyeberangan, Pelabuhan
Rakyat (Pelra) yang merupakan pelabuhan tempat kapal nelayan (Tempat
Pelelangan Ikan/TPI). Jumlah masing-masing pelabuhan tersebut tergambar
dalam tabel berikut :
Tabel 4.1. Jenis dan Jumlah Pelabuhan Di Wilayah Kerja KKP Kelas II Banten
Tahun 2016

Jenis dan Jumlah Pelabuhan


No Wilayah Kerja
Umum Pelsus TUKS Ferry Pelra/TPI Jml
1 Pel. Laut Merak 0 1 11 1 0 13
2 Pel. Laut Anyer 1 1 8 0 1 11
3 Pel. Laut Bojonegara 0 0 13 0 2 15
4 Pel. Laut Labuan 0 2 0 0 4 6
5 Pel. Laut Karangantu 0 1 0 0 2 3
Total 1 5 32 1 9 48

Berdasarkan uraian di atas, menunjukan bahwa wilayah kerja dengan jumlah


pelabuhan terbanyak adalah Bojonegara, kemudian Merak, Anyer, Labuan dan
Karangantu.Melihat kondisi pelabuhan laut yang tersebar di masing-masing
wilayah, diperlukan lokasi bangunan wilker yang strategis untuk memberikan
akses pelayanan dan peningkatan kinerja KKP Kelas II Banten.Namun saat ini
masih ada beberapa bangunan wilker yang statusnya sewa yaitu, Wilker Anyer
dan Bojonegara serta kondisi Wilker Labuan dan Karangantu yang status

55
tanahnya belum tersertifikat, merupakan beberapa kendala yang segera untuk
diselesaikan.
Kemandirian hidup sehat pada level masyarakat pelabuhan dan pengguna
masih belum maksimal sehingga program pelaksanaan KIE (komunikasi
informasi dan edukasi) perlu dilakukan dalam rangka adanya sinergisitas untuk
mewujudkan visi Kementerian Kesehatan.

4.2 Kelembagaan
Kantor Kesehatan Pelabuhan merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(Ditjen PP & PL).
Berdasarkan Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) RI nomor:
2348/Menkes/Per/XI/2011, tentang perubahan atas Permenkes nomor
356/Menkes/per/IV/2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja KKP.Kantor
Kesehatan Pelabuhan Banten diklasifikasikan dalam KKP Kelas II yang tugas
pokok dan fungsinya dibagi kedalam 3 seksi dan satu sub bagian tata usaha.
Tugas dan fungsi KKP Kelas II Banten adalah melaksanakan pencegahan masuk
dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilens epidemiologi,
kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan,
pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit
yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi
di wilayah kerja Bandara, Pelabuhan dan Lintas Batas Darat Negara.
Kegiatan pengamatan penyakit menular di pelabuhan selain ditujukan
terhadap kemungkinan adanya para pelaku perjalanan pengguna jasa pelabuhan
yang menderita penyakit yang dapat menimbulkan Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC), tersangka penderita penyakit menular lainnya
atau cariers, juga ditekankan melaksanakan pengawasan sanitasi lingkungan dan

56
pengendalian vektor baik dilokasi pelabuhan maupun terhadap sarana angkutan
umum yang digunakan dari dan ke pelabuhan.
Peraturan Menteri Kesehatan ini merupakan penerapan International
Health Regulation (IHR), di seluruh Pelabuhan/Bandara negara-negara Anggota
PBB yang meratifikasinya, dengan tujuan untuk mendeteksi dan merespon dalam
mencegah masuk dan keluarnya penyakit-penyakit PHEIC dan
bioterorismemelalui pelabuhan International.
4.2.1 Sumber Daya
4.2.1.1 Sumber Daya Manusia
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten memiliki Sumber Daya
Manusia/ SDM berjumlah 66 orang pegawai ASN. Selain itu KKP Kelas II
Banten juga mempekerjakan 7 orang tenaga honorer yang dibiayai dari DIPA
KKP Kelas II Banten sebagai tenaga cleaningservice, pengemudi,
satpam/tenaga keamanan dan pramubakti. Jumlah pegawai menurut
pendidikan terakhir, sebagai berikut :

Tabel 4.2. Keadaan Karyawan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten

57
Per 31 Desember 2016

Jumlah Per Wilker


Klasifikasi Tingkat
No ∑
Tenaga Pendidikan
Bojo Karang-
Induk Anyer Labuan
Negara antu
S-2 2 - - - - 2
Dokter 4 - 1 - - 5
SKM 17 1 1 1 1 21

S1 Keperawatan 1 - - - - 1

S1 Farmasi 1 - - - - 1
AKL/APK 4 1 - 1 - 6
1 Teknis AKPER 4 - 1 - 1 6
AKBID - - - - - -
ATRO 1 - - - - 1
Ak Analis 2 - - - - 2
Ak Farmasi - - - - - -
SPPH - 1 2 - - 3
SPK - 1 - 1 - 2
Per – Bidan 1 - - - - 1
Jumlah 37 4 5 3 2 51
Ilmu Adm 2 - - - - 2
Ekon – Akun 3 - - - - 3
2 Non Teknis D-3 Komp 2 - - - - 2
D-3 Ekonomi 2 - - - - 2
SMA 4 1 1 - - 6
Jumlah 13 1 1 - - 15

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam pelaksanaan peningkatan


pelayanan dan peningkatan kinerja KKP Kelas II Banten pada tahun 2016
ditemukan kendala dan hambatan-hambatan adalah jumlah sumber daya
manusia belum sesuai standar Kepmenkes khususnya tenaga di Wilayah
Kerja, sehingga perlu dilakukan penambahan tenaga di KKP Kelas II
Banten agar program kerja dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

58
4.2.1.2 Sarana dan Prasarana
Gambar 4.2. Gedung Kantor Induk dan Wilayah Kerja Tahun 2016

Gedung Kantor Induk

Lokasi : Jalan Mayjen Sutoyo No. 21

Kec. Grogol, Kota Cilegon

Di bangun tahun 2006,

Luas tanah 784 m2 dan luas bangunan 1.282 m2

Status: Milik Kementerian Kesehatan

Gedung Wilker Pel. Laut Bojonegara

Lokasi : Jalan Raya Bojonegara,

Kp. Kejangkungan, Desa Bojonegara,

Kec. Bojonegara Kab.Serang

Luas Bangunan : 210 m2

Status : Kontrak

Gedung Wilker Pel. Laut Anyer

Lokasi : Jalan Raya Anyer Ciwandan

Kab. Serang

Luas Bangunan : 80 m2

Status : Kontrak

59
Gedung Wilker Pel. Laut Labuan

Lokasi : Komplek Pelabuhan Perikanan Labuan

Kab. Pandeglang

Luas Bangunan : 100 m2

Status : Tanah ; Hibah Pemda

Bangunan ; Milik Kementerian Kesehatan

Gedung Wilker Pel. Laut Karangantu

Lokasi : Jl. Pelabuhan Karangantu

Kota Serang

Luas Bangunan : 100 m2

Status : Tanah ; Hibah Pemda,

Bangunan ; Milik Kementerian Kesehatan

Gambar 4.3

60
Kendaraan Dinas Roda 4 dan Roda 2 Tahun 2016

Ambulance
No Jenis Jumlah Kondisi
1 Khusus PTM 1 Baik
2 Khusus PM 2 Baik
3 Suzuki APV 1 Baik

Kendaraan Minibus
No Jenis Jumlah Kondisi

1 Suzuki APV 1 Rusak Ringan


2 Suzuki APV 1 Rusak Berat
3 Mitsubhisi Kuda 1 Baik
4 Kijang Inova 2 Baik

Kendaraan Bak terbuka

No Jenis Jumlah Kondisi

1. Bak (dmax) 1 Baik


2. Double Cabin 1 Rusak Berat

Kendaraan Roda Dua

No Jenis Jumlah Kondisi


1. Bebek 10 Baik
2. Bebek 6 Rusak Berat

Sarana dan prasarana yang tersedia di lingkungan KKP Kelas II


Banten selengkapnya dilaporkan dalam laporan tersendiri pada Laporan
Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN).

61
4.2.1.3 Alokasi Belanja
Sumber pembiayaan kegiatan yang dilaksanakan tahun 2016 berasal dari
DIPA 2016, Sesuai dengan kertas kerja RKA KLTahun Anggaran 2016,
Program Pembiayaan Kegiatan hanya bersumber dari satu Program yaitu
Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, yang untuk UPT ditampung
dalam Kegiatan :
a. Pembinaan Surveilans, Imunisasi, dan Karantina Kesehatan
b. Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
c. Pengendalian Penyakit Menular Langsung
d. Pengendalian Penyakit Tidak Menular
e. Penyehatan Lingkungan
f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada
program P2P
Berdasarkan Surat Edaran Menteri PAN dan RB No. 18 Tahun
2012tentangPeningkatan Efisiensi, Penghematan dan Kesederhanaan Hidup
serta Surat Dirjen Anggaran Nomor S-2516/AG/2012 Tanggal 2 Oktober
2012 tentang Efisiensi Belanja Perjalanan Dinas, efisiensi anggaran dilakukan
guna optimalisasi pelaksanaan kegiatan prioritas
Khususnya di lingkungan Ditjen P2P Kemenkes RI melalui efisiensi
alokasi belanja barang khususnya belanja perjalanan dinas dan meningkatan
alokasi belanja modal. KKP Kelas II Banten pada tahun 2016 mengalami
peningkatan jumlah anggaran jika dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu
sebesar 36,07%.

4.3 Manajemen Risiko Lingkungan Makanan dan Minuman Menu Pecel


4.3.1 Deskripsi Makanan
Rumah Makanan : Rasa Sayang
Nama Makanan : Pecel

62
Komposisi : 1. Bawang Putih
2. Kencur
3. Cabe Rawit
4. Gula Merah
5. Garam
6. Kacang
7. Kangkung
8. Kacang Panjang
9. Toge
10. Air
Pengolahan : Direbus
Jenis Kemasan : Plastik
Jenis Wadah : Keranjang
Karakteristik : 1. Bentuk = Sayuran
2. Berat = 500 gram
3. Kadar Air Tinggi = Tinggi
4. Kadar Lemak = Ya
5. Kadar Protein = tinggi
6. Serat = Ya

Umur Simpan : 1 Kg untuk 1 hari dan langsung disajikan didepan


dapur tempat pengolahan makanan
Distribusi : Menggunakan Motor
Lama Distribusi : 15 Menit dari Pasar Anyer
Penggunaan Makanan : Diolah Terlebih Dahulu
Konsumen :
A. Siapa : Pengunjung dan Pegawai
B. Jumlah Konsumen : ± 50 0rang

63
Cara Pengolahan
1. Siapkan bahan makanan yang akan diolah seperti bawang putih, kencur, cabe
rawit, gula merah, garam, kacang, kangkung, kacang panjang, dan toge.
2. Kupas bawang putih dengan pisau, cuci dan goreng.
3. Kupas Kencur dengan pisau, cuci dan goreng.
4. Buanglah kulit kacang, cuci, dan goreng.
5. Potong cabe rawit dengan menggunakan pisau, cuci dan goreng.
6. Tumbuklah bawang putih, kencur, dan cabe rawit dengan menggunakan alu
atau lumpang
7. Tumbuklah kacang dengan menggunakan alu atau lumpang
8. Setelah itu bahan yang telah ditumbuk disimpan diwadah stainless steal
campurkan anatara kacang yang telah ditumbuk dan Bumbu bawang putih,
kencur, cabe rawit yang telah harus berilah garam dan gula merah lalu
seduhlah dengan menggunakan air hangat.
9. Siapkanlah air yang mendidih setelah itu rebuslah toge, kacang panjang dan
kangkung selama 1-2 menit.
10. Setelah itu ditiriskan dan disimpan didalam wadah
Cara Penyajian
1. Ambilah piring, sajikan kacang panjang, toge, dan kangkung diatas piring
2. Siramlah dengan menggunakan bumbu kacang yang telah jadi
3. Pecel siap untuk disajikan

64
4.3.2 Diagram Alir Pengolahan Makanan

Gambar 4.4. Diagram Alir Pengolahan Makanan Pecel

Bawang Putih Kencur Cabe Rawit

Kupas Kupas Iris

Air Dicuci Air Dicuci Dicuci


Air

Minyak Goreng Digoreng Minyak Goreng Digoreng Digoreng Minyak Goreng

Kangkung Toge Minyak Goreng


Ditiriskan Air Kacang

Dipotong Dipotong
Ditumbuk Digoreng Dicuci Dikupas

Air Dicuci Air Dicuci


Garam Dicampur Gula Merah

Air Direbus Diseduh Air Hangat

Ditiriskan Bumbu Pecel

Dicampurkan Disimpan Disajikan Didistribusikan

65
4.3.3 Menetukan CCP

Gambar 4.5. Diagram Alir Menentukan CCP Makanan Pecel

Bawang Putih Kencur Cabe Rawit

Kupas Kupas Iris

Air Dicuci CCP Air Dicuci Dicuci


CCP Air CCP

Minyak Goreng Digoreng Minyak Goreng Digoreng Digoreng Minyak Goreng

Kangkung Toge Minyak Goreng


Ditiriskan Air Kacang

Dipotong Dipotong CCP


Ditumbuk Digoreng Dicuci Dikupas

Air Dicuci CCP Air Dicuci CCP


Garam Dicampur Gula Merah

Air Direbus Diseduh Air Hangat

Ditiriskan Bumbu Pecel

Dicampurkan Disimpan Disajikan Didistribusikan

66
4.3.4 Menentukan Batas Kritis
Gambar 4.6. Menetukan Batas Kritis Makanan Pecel

Bawang Putih Kencur Cabe Rawit

Kupas Kupas Iris

Bersih Bersih Bersih


Air Dicuci CCP Air Dicuci Dicuci
CCP Air CCP

Minyak Goreng Digoreng Minyak Goreng Digoreng Digoreng Minyak Goreng

Kangkung Toge Minyak Goreng


Ditiriskan Air Kacang

Dipotong Dipotong CCP Bersih


Ditumbuk Digoreng Dicuci Dikupas
Bersih Bersih
Air Dicuci CCP Air Dicuci CCP
Garam Dicampur Gula Merah

Air Direbus Diseduh Air Hangat

Ditiriskan Bumbu Pecel

Dicampurkan Disimpan Disajikan Didistribusikan

67
4.3.5 Menetukan Pemantauan
Gambar 4.7. Menentukan Pemantauan Makanan Pecel

Bawang Putih Kencur Cabe Rawit

Kupas Kupas Iris

Bersih Bersih Bersih


Air Dicuci CCP Air Dicuci Dicuci
CCP Air CCP

Minyak Goreng Digoreng Minyak Goreng Digoreng Digoreng Minyak Goreng

Kangkung Toge Minyak Goreng


Ditiriskan Air Kacang

Dipotong Dipotong CCP Bersih


Ditumbuk Digoreng Dicuci Dikupas
Bersih Bersih
Air Dicuci CCP Air Dicuci CCP
Garam Dicampur Gula Merah

Air Direbus Diseduh Air Hangat

Ditiriskan Bumbu Pecel

Dicampurkan Disimpan Disajikan Didistribusikan

68
4.3.6 Tindakan Koreksi
Gambar 4.8. Tindakan Koreksi Makanan Pecel

Bawang Putih Kencur Cabe Rawit

Kupas Kupas Iris

Bersih Bersih Bersih


Air Dicuci CCP Air Dicuci Dicuci
CCP Air CCP

Minyak Goreng Digoreng Minyak Goreng Digoreng Digoreng Minyak Goreng

Kangkung Toge Minyak Goreng


Ditiriskan Air Kacang

Dipotong Dipotong CCP Bersih


Ditumbuk Digoreng Dicuci Dikupas
Bersih Bersih
Air Dicuci CCP Air Dicuci CCP
Garam Dicampur Gula Merah

Air Direbus Diseduh Air Hangat

Ditiriskan Bumbu Pecel

Dicampurkan Disimpan Disajikan Didistribusikan

69
4.3.7 Verifikasi
Gambar 4.9. Verivikasi Makanan Pecel

Bawang Putih Kencur Cabe Rawit

Kupas Kupas Iris

Bersih Bersih Bersih


Air Dicuci CCP Air Dicuci Dicuci
CCP Air CCP

Minyak Goreng Digoreng Minyak Goreng Digoreng Digoreng Minyak Goreng

Kangkung Toge Minyak Goreng


Ditiriskan Air Kacang

Dipotong Dipotong CCP Bersih


Ditumbuk Digoreng Dicuci Dikupas
Bersih Bersih
Air Dicuci CCP Air Dicuci CCP
Garam Dicampur Gula Merah

Air Direbus Diseduh Air Hangat

Ditiriskan Bumbu Pecel

Dicampurkan Disimpan Disajikan Didistribusikan

70
4.3.8 Dokumentasi
Gambar 4.10. Dokumentasi Makanan Pecel

Bawang Putih Kencur Cabe Rawit

Kupas Kupas Iris

Bersih Bersih Bersih


Air Dicuci CCP Air Dicuci Dicuci
CCP Air CCP

Minyak Goreng Digoreng Minyak Goreng Digoreng Digoreng Minyak Goreng

Kangkung Toge Minyak Goreng


Ditiriskan Air Kacang

Dipotong Dipotong CCP Bersih


Ditumbuk Digoreng Dicuci Dikupas
Bersih Bersih
Air Dicuci CCP Air Dicuci CCP
Garam Dicampur Gula Merah

Air Direbus Diseduh Air Hangat

Ditiriskan Bumbu Pecel

Dicampurkan Disimpan Disajikan Didistribusikan

71
4.3.9 Formulir Identifikasi Bahaya dan Pencegahanya
Tabel 4.3 Indentifikasi Bahaya dan Pencegahan pada Makanan Pecel
No. Bahan Mentah/ Ingridien/ Bahaya B (M)/ K/ Jenis Bahaya Cara Pencegahan
Bahan Makanan F
1. Bawang Putih Fisik Kotoran Tanah a. Mengupas kulit bawang
sebelum digunakan
b. Dilakukan penyortiran saat
penerimaan dan dibersihkan
Kimia Residu pestisida a. Bawang dicuci dengan air
mengalir
Biologi Jamur a. Disimpan dalam suhu ruamg
25oC
2. Kencur Fisik Kotoran tanah a. Mengupas kulit bawang
sebelum digunakan
b. Dilakukan penyortiran saat
penerimaan dan dibersihkan
Kimia Residu pestisida Bawang dicuci dengan air
mengalir
Biologi Jamur Disimpan dalam suhu ruang 25oC
3. Cabai Rawit Fisik Kotoran tanah a. Mengupas kulit bawang
sebelum digunakan
b. Dilakukan penyortiran saat
penerimaan dan dibersihkan
Kimia Residu pestisida Bawang dicuci dengan air
mengalir
Biologi Jamur Disimpan dalam suhu ruang 25oC
4. Kacang Fisik Kotoran tanah a. Dilakukan penyortiran saat
Kerikil penerimaan dan dibersihkan
b. Dilakukan pengayakan
Kimia Residu pestisida Bawang dicuci dengan air
mengalir
Biologi Jamur Disimpan dalam suhu ruang 25oC
5. Minyak Goreng Fisik Kemasan rusak a. Dilakukan penyortiran saat
Produk kadaluarsa penerimaan
b. Pemilihan produk dengan
kemasan yang utuh
c. Mencatat tanggal kadaluarsa
yang tertera pada kemasan
6. Garam Fisik Debu a. Dilakukan penyortiran saat
penerimaan
b. Pemilihan produk dengan
kemasan yang utuh
Biologi Bakteri Halofil (bakteri Penyimpanan di wadah yang
yang habitatnya bersih, tertutup rapat, tidak
dikeadaan yang lembab, pada suhu ±20 – 25oC
salinitasnya tinggi)
7. Gula Merah Fisik Debu a. Dilakukan penyortiran saat
Lembek penerimaan
b. Menyimpan di tempat
tertutup dan tidak terkena
sinar matahari langsung
Kimia Pembeku dan pengawet a. Memilih gula dengan tekstur
yang halus
b. Rasanya tidak terlalu manis
dan legit
c. Jika dipotong tidak terdapat
lubang-lubang

72
Biologi a. Kapang dan khamir Disimpan dalam wadah yang
tertutup dan kering dengan suhu
kamar (27oC)
8. Toge Fisik a. Debu a. Dilakukan penyortiran saat
b. Kulit tunas dan akar penerimaan dan dibersihkan
b. Kulit bekas tunas dan akarnya
dibuang
c. Dilakukan pencucian
9. Kangkung Fisik Kotoran tanah Dilakukan pencucian
Kimia Residu pestisida Dilakukan pencucian dengan air
yang yang mengalir
Biologi Ulat Dilakukan penyortiran,
membuang bagian yang
mengandung ulat
10. Air bersih Fisik Berwarna, berbau, Dilakukan filtrasi atau
berasa penyaringan
Kimia Fe tinggi, Mn, Nitrat, Penggunaan air yang sesuai baku
Nitrit mutu (sudah uji lab), Treatment
(karbon aktif, dll)
Biologi E. coli, Salmonella, Desinfeksi dengan sinar matahari
Coliform
11. Air Hangat Fisik Berwarna, berbau, Dilakukan filtrasi atau
berasa penyaringan
Biologi E. colli, Salmonella, Desinfeksi dengan sinar matahari
Coliform

Tabel 4.4. Indentifikasi Bahaya Setiap Formulasi Pada Makanan Pecel


No. Formulasi Bahaya B(M)/K/F Jenis Bahaya Cara Pencegahan
1. Bawang putih + cabai rawit + Kimia Kandungan pestisida a. Mengupas kulit rempah-
kacang + garam + gula merah rempah tersebut sebelum
digunakan
b. Mencuci cabai rawit dengan
air mengalir
Fisik Kotoran a. Disimpan pada wadah yang
tertutup
b. Dilakukan pencucian dengan
menggunakan air mengalir
Biologi a. APM Escherichia Disimpan pada suhu ruang 25oC
coli
b. Kapang dan khamir
c. Koliform

Tabel 4.5. Indentifikasi Bahaya Setiap Proses Pada Makanan Pecel


No. Proses Bahaya B(M)/K/F Jenis Bahaya Cara Pencegahan
1. Penerimaan Bahan Fisik Terdapat kotoran, debu Penyortiran, spesifikasi, serta
yang menempel tentukan supplier yang dapat
dipercaya
Kimia Terdapat zat kimia Penyortiran, spesifikasi, serta
dalam bahan (pestisida, tentukan supplier yang dapat
dll) dipercaya
Biologi Terdapat bakteri Penyortiran, spesifikasi, serta
pathogen tentukan supplier yang dapat
dipercaya
2. Penyimpanan Bahan Makanan Fisik Terdapat kotoran, debu Penyimpanan di tempat yang
yang menempel tertutup dan terhindar dari debu
Biologi Bakteri pathogen Penyimpanan yang benar, untuk

73
bahan berserat tinggi sebaiknya
simpan di lemari pendingin,
sedangkan untuk bahan kering
sebaiknya disimpan di tempat
kering dan tertutup
3. Pencucian Bahan Biologi Bakteri pathogen pada Pencucian bahan dengan air
air hangat atau menggunakan larutan
pembasmi hama
Pencucian bahan dengan air yang
bebas dari bakteri pathogen
Kimia Fe tinggi, Mn, Nitrat, Air yang digunakan pada saat
Nitrit pengolahan makanan dilakukan
pemeriksaan secara rutin di
laboratorium, jika kandungan
melebihi ambang batas maka
perlu dilakukan pengolahan
terhadap air tersebut sebelum air
tersebut digunakan untuk
mengolah makanan yaitu dengan
cara merebusnya hingga benar-
benar mendidih
4. Perebusan Biologi Terdapat bakteri Merebus sampai benar-benar
pathogen mendidih
5. Penyeduhan Fisik Terdapat kerikil Memilah kerikil
Biologi Terdapat bakteri Penyeduhan dengan air yang telah
pathogen mendidih
6. Penyimpanan (etalase) Fisik Terdapat kotoran Gunakan etalase yang tertutup
(debu) Selalu membersihkan etalase
secara rutin
Biologi Lalat hinggap di Gunakan wadah yang tertutup
makanan
7. Penyajian Fisik Terdapat kotoran Menutup wadah penyajian
(debu)

4.3.10 Analisis Risiko Bahaya


Tabel 4.6. Analisis Risiko Bahaya pada Makanan Pecel
Kelompok Bahaya
No. Masakan Jadi Kategori Resiko
A B C D E F
1. Pecel - V - V V - III
Keterangan kelompok bahaya:
A = makanan untuk konsumen beresiko tinggi
B = mengandung bahan yang sensitive terhadap bahaya biologis/kimia/fisik
C = didalam proses pengolahan tidak terdapat tahap yang dapat membunuh
mikroorganisme berbahaya atau mencegah atau menghilangkan bahaya kimia
atau fisik
D = kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan
E = kemungkinan penanganan yang salah selama distirbusi/ konsumsi
F = tidak ada proses pemanasan setelah pengemasan atau penyajian atau waktu
dipersiapkan di tingkat konsumen atau pasien yang dapat memusnahkan /

74
menghilangkan bahaya biologis atau tidak ada acara bagi konsumen untuk
mendeteksi menghilangkan, atau menghancurkan bahaya kimia/fisik
Keterangan kategori resiko makanan:
Kategori
Karakteristik Bahaya Keterangan
Resiko
0 0 (tidak ada bahaya) Tidak mengandung bahaya A s.d F
I (+) Mengandung satu bahaya B s.d F
II (++) Mengandung dua bahaya B s.d F
III (+++) Mengandung tiga bahaya B s.d F
IV (++++) Mengandung empat bahaya B s.d F
V (+++++) Mengandung lima bahaya B s.d F
VI A + kategori khusus Kategori resiko paling tinggi (semua makanan
yang mengandung bahaya A, baik
dengan/tanpabahaya B s.d F)

75
4.3.11 Penerapan HACCP

Tabel 4.7. Penerapan HACCP pada Makanan Pecel

CCP Bahaya Cara Parameter Batas Kritis Nilai Target Pemantauan Tindakan Koreksi
Pengendalian CCP (NAB)
Pencucian Fisik Mencuci dengan Tekanan air (15 Air mengalir Bersih Observasi Pastikan untuk selalu mencuci
bahan baku air yang mengalir psi) bahan makanan yang akan
digunakan dengan menggunakan air
mengalir

4.3.12 Lembar Pemantauan HACCP


Tabel 4.8. Pemantauan HACCP pada Makanan Pecel

Bahan Bahaya Ukuran TKK (CCP) Batas Kritis Target Cara Tindakan Perbaikan
Makanan Memantau
Bawang Putih Kotoran tanah Tidak terdapat Pengupasan - Bersih Observasi Pastikan untuk melakukan
kotoran tanah atau penyortiran penyortiran saat penerimaan bahan
makanan dan dibersihkan
Mengupas kulit bawang ketika
akan digunakan
Residu Pestisida Bebas pestisida Pencucian dan Tekanan air 15 Bebas pestisida Uji Mencuci bawang dengan air
pengupasan psi Laboratorium mengalir dan mengupas kulit
kulit bawang bawang sebelum memasak
Jamur Tidak Penyimpanan Disimpan dalam Bebas jamur Observasi dan Pastikan selalu menyimpan
mengandung suhu ruang 25oC uji laboratorium bawang di suhu ruang 25oC
jamur
Kencur Kotoran tanah Tidak terdapat Pengupasan - Bersih Observasi Pastikan untuk melakukan
kotoran tanah atau penyortiran penyortiran saat penerimaan bahan
makanan dan dibersihkan
Mengupas kulit bawang ketika
akan digunakan
Residu Pestisida Bebas pestisida Pencucian dan Tekanan air 15 Bebas pestisida Uji Mencuci bawang dengan air
pengupasan psi Laboratorium mengalir dan mengupas kulit

76
kulit bawang bawang sebelum memasak
Jamur Tidak Penyimpanan Disimpan dalam Bebas jamur Observasi dan Pastikan selalu menyimpan
mengandung suhu ruang 25oC uji laboratorium bawang di suhu ruang 25oC
jamur
Cabai Kotoran tanah Tidak terdapat Pengupasan - Bersih Observasi Pastikan untuk melakukan
kotoran tanah atau penyortiran penyortiran saat penerimaan bahan
makanan dan dibersihkan
Mengupas kulit bawang ketika
akan digunakan
Residu Pestisida Bebas pestisida Pencucian dan Tekanan air 15 Bebas pestisida Uji Mencuci bawang dengan air
pengupasan psi Laboratorium mengalir dan mengupas kulit
kulit bawang bawang sebelum memasak
Jamur Tidak Penyimpanan Disimpan dalam Bebas jamur Observasi dan Pastikan selalu menyimpan
mengandung suhu ruang 25oC uji laboratorium bawang di suhu ruang 25oC
jamur
Kacang Kotoran tanah Tidak terdapat Pengupasan - Bersih Observasi Pastikan untuk melakukan
kotoran tanah atau penyortiran penyortiran saat penerimaan bahan
makanan dan dibersihkan
Mengupas kulit bawang ketika
akan digunakan
Residu Pestisida Bebas pestisida Pencucian dan Tekanan air 15 Bebas pestisida Uji Mencuci bawang dengan air
pengupasan psi Laboratorium mengalir dan mengupas kulit
kulit bawang bawang sebelum memasak
Jamur Tidak Penyimpanan Disimpan dalam Bebas jamur Observasi dan Pastikan selalu menyimpan
mengandung suhu ruang 25oC uji laboratorium bawang di suhu ruang 25oC
jamur
Minyak Goreng Perubahan fisik Kemasan tidak Penyimpan, Penyimpanan Tidak ada Observasi dan Penyortiran saat penerimaan,
expired pemilihan, pada suhu minyak yang pencatatan pemilihan produk dengan kemasan
pencatatan kamar, tidak kadaluarsa yang utuh, mencatat tanggal
produk lembab kadaluarsa yang tertera pada
kemasan
Garam Bakteri halofil Tidak terdapat Penyimpanan Disimpan di Tidak terdapat Observasi dan Memastikan untuk menyimpan
(bakteri yang bakteri yang wadah yang bakteri yang uji laboratorium garam pada wadah yang bersih,
habitatnya bersifat halofil bersih, tertutup bersifat halofil tertutup, rapat, tidak lembab, pada
berada dalam rapat, tidak suhu ± 20-25 oC
keadaan yang lembab, pada
salinitasnya suhu ± 20-25 oC
tinggi)

77
Debu Terbebas dari Penyimpanan Tempat Tidak terdapat Observasi Pemilihan produk dengan kemasan
debu penyimpanan debu yang utuh
bersih, tertutup Penyortiran saat penerimaan
rapat Memastikan untuk menyimpan
garam pada wadah yang bersih,
tertutup rapat
Gula merah Debu Terbebas dari Penyimpanan Tempat Tidak terdapat Observasi Pemilihan produk dengan kemasan
debu penyimpanan debu yang utuh
bersih, tertutup Penyortiran saat penerimaan
rapat Memastikan untuk menyimpan
garam pada wadah yang bersih,
tertutup rapat
Pembeku dan Dikerubuti semut Penyortiran Pilih gula merah Warna gula Observasi Penyortiran gula merah dan
pengawet dengan warna merah yang penerimaan sesuai spesifikasi
yang lebih gelap gelap
Kapang dan Tidak terdapat Penyortiran dan Gula merah Warna gula Observasi Penyortiran gula merah dan
khamir kapang dan penyimpanan tidak terdapat merah yang penerimaan sesuai spesifikasi
khamir bercak putih gelap Penyimpanan di tempat yang
tertutup dan kering, dengan suhu
kamar 25oC
Toge Debu Tidak berdebu Pencucian Dicuci dengan Tidak terdapat Observasi Pencucian dengan air yang
air mengalir debu mengalir
Kulit tunas dan Tidak ada bekas Penyortiran Menyortir toge Tidak ada bekas Observasi Memastikan tidak ada bekas kulit
akar kulit tunas dan dari bekas kulit kulit tunas dan tunas dan akar
akar tunas dan akar
akarnya
Kangkung Kotoran tanah Tidak terdapat Pencucian Dicuci dengan Bersih Observasi Mencuci kangkung dengan air
kotoran tanah air mengalir mengalir sebelum memasak
(tekanan 15 psi)
Residu Pestisida Bebas pestisida Pencucian Tekanan air 15 Bebas pestisida Uji Mencuci kangkung dengan air
psi Laboratorium mengalir sebelum memasak
Ulat Tidak terdapat Penyortiran Menyortir Bebas terdapat Observasi Melakukan penyortiran,
ulat bagian ulat membuang bagian yang
kangkung yang mengandung ulat
terdapat ulat dan
bagian yang
busuk
Air Bersih Berwarna, Tidak berwarna, Dilakukan - Memenuhi Observasi Memastikan bahwa air bersih yang

78
berasa, berbau tidak berasa, dan filtrasi dengan syarat secara digunakan untuk mengolah
tidak berbau media saring fisik makanan tidak berwarna, tidak
berasa, dan tidak berbau
Fe tinggi, Mn, Fe, Mn, Nitrat, Dilakukan Kualitas kimia Fe, Mn, Nitrat, Uji Memastikan kualitas kimia air
Nitrat, Nitrit Nitrit memenuhi treatment air bersih Nitrit Laboratorium bersih yang digunakan memenuhi
syarat filtrasi dengan memenuhi memenuhi syarat sesuai standar baku mutu
karbon aktif syarat syarat sesuai
standar baku
mutu
E. coli, E. coli, Dilakukan E. coli, E. coli, Uji Memastikan kualitas biologi air
Salmonella, Salmonella, desinfeksi Salmonella, Salmonella, Laboratorium bersih yang digunakan memenuhi
koliform koliform koliform koliform syarat sesuai standar baku mutu
memenuhi syarat memenuhi memenuhi
syarat syarat
Air Hangat Berwarna, Tidak berwarna, Dilakukan - Memenuhi Observasi Memastikan bahwa air bersih yang
berasa, berbau tidak berasa, dan filtrasi dengan syarat secara digunakan untuk mengolah
tidak berbau media saring fisik makanan tidak berwarna, tidak
berasa, dan tidak berbau
E. coli, E. coli, Dilakukan E. coli, E. coli, Uji Memastikan kualitas biologi air
Salmonella, Salmonella, desinfeksi Salmonella, Salmonella, Laboratorium bersih yang digunakan memenuhi
koliform koliform koliform koliform syarat sesuai standar baku mutu
memenuhi syarat memenuhi memenuhi
dengan nilai 0 syarat syarat
JPT

79
4.4 Manajemen Risiko Lingkungan Makanan dan Minuman Menu Tempe Mendoan
4.4.1 Deskripsi Makanan

Rumah makan : Cafetaria Rasa Sayang


Nama Makanan : Tempe Mendoan
Komosisi :
1. Bawah Putih
2. Daun Bawang
3. Ketumbar
4. Garam
5. Penyedap rasa
6. Tepung terigu
7. Tepung kanji
8. Mentega
9. Telur
10. Tempe
11. Air
Pengolahan : Digoreng
Jenis Kemasan : Plastik
Jenis Wadah : Keranjang Plastik
Karakteristik :
1. Bentuk = Gorengan
2. Berat = 1,5 kg
3. Kadar air =-
4. Kadar lemak = Ya
5. Kadar Protein = Ya
6. Serat =
Umur simpan : 1 kg untuk 1hari dan alangsng disajikan didepan temat pengolahan makanan
Distribusi : menggunakan motor
Penggunanaa makanan : dioalah terlebih dahulu
Konsumen :
1. Siapa : pengunjung dan pegawai
2. Jumlah konsumen : ± 50 orang

80
Cara Pengolahan :
1. Siapkan bahan makanan yang akan diolah seperti bawang putih, daun bawang,
ketumbar, tepung terigu, tepung kanji, mentega, telur, tempe, air, garam, dan
penyedap rasa
2. Kupas bawang putih dengan menggunakan pisau, kemudian cuci bawang putih
3. Ketumbar di cuci
4. Tumbuklah bawah putih, ketumbar, garam secukupnya,
5. Daun bawang di cuci
6. Daun bawang diiris menggunakan pisau
7. Membuat adonan mendoan dengan mencampurkan tepung terigu, tepung kanji, telur,
mentega, garam, penyedap rasa, dan air secukupnya
8. Aduk adonan menggunaan sendok pengaduk, kemudian masukkan bawang putih,
ketumbar yang sudah ditumbuk tadi
9. Masukan daun bawang secukupnya
10. Iris tipis tempe, kemudian masukan tempe kedalam adonan
11. Panaskan minyak goreng
12. Masukkan tempe yang telah diiris kedalam wajan yang telah berisi minyak
13. Goreng tempe mendoan sampai warna emas kecoklatan
Cara Penyajian :
1. Ambil piring untuk menyimpan tempe mendoan yang sudah matang
2. Tempe mendoan siap disajikan

81
4.4.2 Diagram Alir Pengolahan Makanan

Gambar 4.11. Diagram Alir Pengolahan Makanan Tempe Mendoan

BAWANG PUTIH

BAWANG DAUN

MINYAK GORENG

PENYEDAP RASA

AIR

82
4.4.3 Penentuan CCP
TEMPE Diiris
Gambar 4.12. Pemantauan CCP Makanan Tempe Mendoan

ADONAN JADI
Dikupas TEMPE Diiris
BAWANG PUTIH

Digoreng
KETUMBAR Dicuci (air) Dicuci (air) ADONAN JADI
Dikupas BAWANG DAUN

Ditiriskan
GARAM CCP
Ditumbuk Diiris Digoreng MINYAK GORENG
KETUMBAR Dicuci (air) Dicuci (air)
CCP
Disimpan
Ditiriskan
GARAM Ditumbuk Diiris
TELUR TEPUNG KANJI
Disajikan
Disimpan

TEPUNG TERIGU MENTEGA


TEPUNG KANJI Distribusi
TELUR Wadah Disajikan

GARAM
TEPUNG TERIGU MENTEGA
Distribusi
Wadah
Diaduk
PENYEDAP RASA GARAM

ADONAN JADI
AIR Diaduk

ADONAN JADI
83
4.4.4 Penentuan Batas Kritis
Gambar 4.13. Penentuann Batas Kritis Makanan Tempe Mendoan
TEMPE Diiris
BAWANG PUTIH

ADONAN JADI
Dikupas BAWANG DAUN

Digoreng MINYAK GORENG


KETUMBAR Dicuci (air) Dicuci (air)
CCP CCP
Ditiriskan
GARAM Ditumbuk Diiris

Disimpan

TELUR TEPUNG KANJI


Disajikan

TEPUNG TERIGU MENTEGA


Distribusi
Wadah

PENYEDAP RASA GARAM

AIR Diaduk

ADONAN JADI

84
4.4.5 Upaya Pemantauan
Gambar 4.14. Upaya Pemantauan Makanan Tempe Mendoan

BAWANG PUTIH TEMPE Diiris

ADONAN JADI
Dikupas BAWANG DAUN

Digoreng MINYAK GORENG


KETUMBAR Dicuci (air) Dicuci (air)
CCP CCP
Ditiriskan
GARAM Ditumbuk Diiris

Disimpan

TELUR TEPUNG KANJI


Disajikan

TEPUNG TERIGU MENTEGA


Distribusi
Wadah

PENYEDAP RASA GARAM

AIR Diaduk

ADONAN JADI

85
4.4.6 Tindakan Koreksi
Gambar 4.15. Tindakan Koreksi Makanan Tempe Mendoan

TEMPE Diiris
BAWANG PUTIH

ADONAN JADI
Dikupas BAWANG DAUN

Digoreng MINYAK GORENG


KETUMBAR Dicuci (air) Dicuci (air)
CCP CCP
Ditiriskan
GARAM Ditumbuk Diiris

Disimpan

TELUR TEPUNG KANJI


Disajikan

TEPUNG TERIGU MENTEGA


Distribusi
Wadah

PENYEDAP RASA GARAM

AIR Diaduk

ADONAN JADI 86
4.4.7 Verifikasi
Gambar 4.16. Verivikasi Makanan Tempe Mendoan

TEMPE Diiris
BAWANG PUTIH

ADONAN JADI
Dikupas BAWANG DAUN

Digoreng MINYAK GORENG


KETUMBAR Dicuci (air) Dicuci (air)
CCP CCP
Ditiriskan
GARAM Ditumbuk Diiris

Disimpan

TELUR TEPUNG KANJI


Disajikan

TEPUNG TERIGU MENTEGA


Distribusi
Wadah

PENYEDAP RASA GARAM

AIR Diaduk

87
ADONAN JADI
4.4.8 Dokumentasi
Gambar 4.17. Dokumentasi Makanan Tempe Mendoan

BAWANG PUTIH Diiris


TEMPE

Dikupas BAWANG DAUN ADONAN JADI

Digoreng MINYAK GORENG


KETUMBAR Dicuci (air) Dicuci (air)
CCP CCP
Ditiriskan
GARAM Ditumbuk Diiris

Disimpan

TELUR TEPUNG KANJI


Disajikan

TEPUNG TERIGU MENTEGA


Distribusi
Wadah

PENYEDAP RASA GARAM

AIR Diaduk

ADONAN JADI
88
4.4.9 Formulir Identifikasi Bahaya dan Pencegahanya
Tabel 4.9. Indentifikasi Bahaya dan Pencegahan pada Tempe Mendoan
No. Bahan Mentah/ Ingridien/ Bahaya B (M)/ K/ Jenis Bahaya Cara Pencegahan
Bahan Makanan F
1. Bawang Putih Fisik Kotoran Tanah a. Mengupas kulit bawang
sebelum digunakan
b. Dilakukan penyortiran saat
penerimaan dan dibersihkan
Kimia Residu pestisida Bawang dicuci dengan air
mengalir
Biologi Jamur Disimpan dalam suhu ruamg 25oC
2. Ketumbar Fisik Kerikil Dilakukan penyortiran saat
penerimaan dan dibersihkan
3. Penyedap Rasa Kimia Pengawet Memperhatikan tanggal
kadaluarsa
4. Tepung Terigu Fisik Kerikil a. Dilakukan penyortiran saat
penerimaan dan dibersihkan
b. Dilakukan pengayakan
Biologi Jamur Disimpan dalam suhu ruang 25oC
5. Tepung Kanji Fisik Kerikil a. Dilakukan penyortiran saat
penerimaan dan dibersihkan
b. Dilakukan pengayakan
Biologi Jamur Disimpan dalam suhu ruang 25oC
6. Mentega Fisik Debu Disimpan di tempat yang bersih
dan tertutup rapat
Biologi Bakteri a. Dilakukan penyortiran saat
penerimaan bahan
b. Menyortir dari distributor yang
terpercaya
7. Telur Fisik a. Retak a. Dilakukan penyortiran saat
b. Kotoran penerimaan bahan
b. Menyortir dari distributor yang
terpercaya
c. Dicuci sebelum disimpan atau
digunakan
Biologi Bakteri (Salmonella sp Disimpan di suhu yang
dan Shigellasp)
8. Tempe Fisik Kerikil a. Dilakukan penyortiran saat
penerimaan bahan
b. Menyortir dari distributor yang
terpercaya
c. Pilah kerikil sebelum
digunakan
9. Minyak Goreng Fisik a. Kemasan rusak a. Dilakukan penyortiran saat
b. Produk kadaluarsa penerimaan
b. Pemilihan produk dengan
kemasan yang utuh
c. Mencatat tanggal kadaluarsa
yang tertera pada kemasan
10. Garam Fisik aDebu a. Dilakukan penyortiran saat
penerimaan
b. Pemilihan produk dengan
kemasan yang utuh
Biologi Bakteri Halofil (bakteri Penyimpanan di wadah yang
yang habitatnya bersih, tertutup rapat, tidak
dikeadaan yang lembab, pada suhu ±20 – 25oC
salinitasnya tinggi)

89
11. Bawang Daun Biologi Ulat, parasite, jamur a. Simpan di tempat yang bersih,
sejuk, suhu 5-10oC
b. tidak disimpan terlalu lama,
langsung diolah
Kimia Residu pestisida Cuci dengan air bersih yang
mengalir
Fisik Kotoran tanah, layu a.Sortir atau pilih yang bersih dan
segar
b. Cuci bawang daun dengan air
bersih yang mengalir
12. Air bersih Fisik Berwarna, berbau, Dilakukan filtrasi atau
berasa penyaringan
Kimia Fe tinggi, Mn, Nitrat, Penggunaan air yang sesuai baku
Nitrit mutu (sudah uji lab), Treatment
(karbon aktif, dll)
Biologi E. coli, Salmonella, Desinfeksi dengan sinar matahari
Coliform

Tabel 4.10. Indentifikasi Bahaya Setiap Formulasi Pada Tempe Mendoan


No. Formulasi Bahaya B(M)/K/F Jenis Bahaya Cara Pencegahan
1. Bawang putih + bawang daun + Kimia Kandungan pestisida a. Mengupas kulit rempah-rempah
ketumbar + garam + penyedap tersebut sebelum digunakan
rasa+ telur + tepung terigu + b. Mencuci bahan dengan air
tepung kanji + mentega mengalir
Fisik Kotoran a. Disimpan pada wadah yang
tertutup
b. Dilakukan pencucian dengan
menggunakan air mengalir
Biologi a. APM Escherichia Disimpan pada suhu ruang 25oC
coli
b. Kapang dan khamir
c. Koliform

Tabel 4.11. Indentifikasi Bahaya Setiap Proses Pada Tempe Mendoan


No. Proses Bahaya B(M)/K/F Jenis Bahaya Cara Pencegahan
1. Penerimaan Bahan Fisik Terdapat kotoran, debu Penyortiran, spesifikasi, serta
yang menempel tentukan supplier yang dapat
dipercaya
Kimia Terdapat zat kimia Penyortiran, spesifikasi, serta
dalam bahan (pestisida, tentukan supplier yang dapat
dll) dipercaya
Biologi Terdapat bakteri Penyortiran, spesifikasi, serta
pathogen tentukan supplier yang dapat
dipercaya
2. Penyimpanan Bahan Makanan Fisik Terdapat kotoran, debu Penyimpanan di tempat yang
yang menempel tertutup dan terhindar dari debu
Biologi Bakteri pathogen Penyimpanan yang benar, untuk
bahan berserat tinggi sebaiknya
simpan di lemari pendingin,
sedangkan untuk bahan kering
sebaiknya disimpan di tempat
kering dan tertutup
3. Pencucian Bahan Biologi Bakteri pathogen pada Pencucian bahan dengan air
air hangat atau menggunakan larutan
pembasmi hama
Pencucian bahan dengan air yang

90
bebas dari bakteri pathogen
Kimia Fe tinggi, Mn, Nitrat, Air yang digunakan pada saat
Nitrit pengolahan makanan dilakukan
pemeriksaan secara rutin di
laboratorium, jika kandungan
melebihi ambang batas maka
perlu dilakukan pengolahan
terhadap air tersebut sebelum air
tersebut digunakan untuk
mengolah makanan yaitu dengan
cara merebusnya hingga benar-
benar mendidih
4. Penggorengan Fisik Minyak berubah warna Gunakan minyak maksimal 2- 3
Wajan yang digunakan kali
kotor, gompel dan Menggunakan wajan yang baik
rusak dan bersih
Kimia Lemak jahat kolestrol Gunakan minyak yang terbuat
dari bahan-bahan yang aman
seperti minyak zaitun
5. Penyimpanan (etalase) Fisik Terdapat kotoran Gunakan etalase yang tertutup
(debu) Selalu membersihkan etalase
secara rutin
Biologi Lalat hinggap di Gunakan wadah yang tertutup
makanan
6. Penyajian Fisik Terdapat kotoran Menutup wadah penyajian
(debu)

4.4.10 Analisis Risiko Bahaya


Tabel 4.12. Analisis Risiko Bahaya pada Menu Tempe Mendoan
Kelompok Bahaya
No. Masakan Jadi Kategori Resiko
A B C D E F
1. Tempe Mendoan V V - V V - VI
Keterangan kelompok bahaya:
A = makanan untuk konsumen beresiko tinggi
B = mengandung bahan yang sensitive terhadap bahaya biologis/kimia/fisik
C = didalam proses pengolahan tidak terdapat tahap yang dapat membunuh
mikroorganisme berbahaya atau mencegah atau menghilangkan bahaya kimia
atau fisik
D = kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan
E = kemungkinan penanganan yang salah selama distirbusi/ konsumsi
F = tidak ada proses pemanasan setelah pengemasan atau penyajian atau waktu
dipersiapkan di tingkat konsumen atau pasien yang dapat memusnahkan /
menghilangkan bahaya biologis atau tidak ada acara bagi konsumen untuk
mendeteksi menghilangkan, atau menghancurkan bahaya kimia/fisik

91
Keterangan kategori resiko makanan:
Kategori
Karakteristik Bahaya Keterangan
Resiko
0 0 (tidak ada bahaya) Tidak mengandung bahaya A s.d F
I (+) Mengandung satu bahaya B s.d F
II (++) Mengandung dua bahaya B s.d F
III (+++) Mengandung tiga bahaya B s.d F
IV (++++) Mengandung empat bahaya B s.d F
V (+++++) Mengandung lima bahaya B s.d F
VI A + kategori khusus Kategori resiko paling tinggi (semua makanan
yang mengandung bahaya A, baik
dengan/tanpabahaya B s.d F)

92
4.4.11 Penerapan HACCP pada Tempe Mendoan

Tabel 4.13. Penerapan HACCP pada Makanan Tempe Mendoan


CCP Bahaya Cara Parameter Batas Kritis Nilai Target Pemantauan Tindakan Koreksi
Pengendalian CCP (NAB)
Pencucian Fisik Mencuci dengan Tekanan air (15 Air mengalir Bersih Observasi Pastikan untuk selalu mencuci
bahan baku air yang mengalir psi) bahan makanan yang akan
digunakan dengan menggunakan air
mengalir

4.4.12 Lembar Pemantauan HACCP


Tabel 4.14. Pemantauan HACCP pada Makanan Tempe Mendoan

Bahan Bahaya Ukuran TKK (CCP) Batas Kritis Target Cara Tindakan Perbaikan
Makanan Memantau
Bawang Putih Kotoran tanah Tidak terdapat Pengupasan - Bersih Observasi Pastikan untuk melakukan
kotoran tanah atau penyortiran penyortiran saat penerimaan bahan
makanan dan dibersihkan
Mengupas kulit bawang ketika
akan digunakan
Residu Pestisida Bebas pestisida Pencucian dan Tekanan air 15 Bebas pestisida Uji Mencuci bawang dengan air
pengupasan psi Laboratorium mengalir dan mengupas kulit
kulit bawang bawang sebelum memasak
Jamur Tidak Penyimpanan Disimpan dalam Bebas jamur Observasi dan Pastikan selalu menyimpan
mengandung suhu ruang 25oC uji laboratorium bawang di suhu ruang 25oC
jamur
Ketumbar Kerikil Tidak terdapat Penyortiran - Tidak terdapat Observasi Pastikan untuk melakukan
kerikil kerikil penyortiran saat penerimaan bahan
makanan dan dibersihkan
Penyedap rasa Pengawet - Observasi Pastikan untuk melakukan
penyortiran saat penerimaan bahan
makanan dan dibersihkan
Mengupas kulit bawang ketika
akan digunakan

93
Tepung Terigu Kerikil Tidak terdapat Penyortiran - Tidak terdapat Observasi Pastikan untuk melakukan
kerikil kerikil penyortiran saat penerimaan bahan
makanan dan dibersihkan
Dilakukan pengayakan
Jamur Tidak Penyimpanan Disimpan dalam Bebas jamur Observasi dan Pastikan selalu menyimpan
mengandung suhu ruang 25oC uji laboratorium bawang di suhu ruang 25oC
jamur
Tepung Terigu Kerikil Tidak terdapat Penyortiran - Tidak terdapat Observasi Pastikan untuk melakukan
kerikil kerikil penyortiran saat penerimaan bahan
makanan dan dibersihkan
Dilakukan pengayakan
Jamur Tidak Penyimpanan Disimpan dalam Bebas jamur Observasi dan Pastikan selalu menyimpan
mengandung suhu ruang 25oC uji laboratorium bawang di suhu ruang 25oC
jamur
Mentega Debu Tidak terdapat Penyimpanan
debu
Bakteri Tidak terdapat Penyimpanan Disimpan di Tidak terdapat Observasi dan Memastikan untuk
bakteri wadah yang bakteri uji laboratorium menyimpanpada wadah yang
bersih, tertutup bersih, tertutup, rapat, tidak
rapat, tidak lembab, pada suhu ± 20-25 oC
lembab, pada
suhu ± 20-25 oC
Telur Retak Tidak terdapat Penyortiran - Tidak terdapat Observasi Pastikan untuk melakukan
retak retak penyortiran saat penerimaan bahan
makanan
Kotoran Tidak terdapat Penyortiran - Tidak terdapat Observasi Mencuci telur sebelum disimpan
kotoran kotorsn atau digunakan
Bakteri Tidak terdapat Penyimpanan Disimpan di Tidak terdapat Observasi dan Memastikan untuk
(Salmonella sp bakteri suhu yang bakteri uji laboratorium menyimpanpada wadah yang
dan Shigella memenuhi bersih, tertutup, rapat, tidak
sp) syarat lembab, pada suhu yang memenuhi
syarat
Tempe Kerikil Tidak terdapat Penyortiran - Tidak terdapat Observasi Pastikan untuk melakukan
kerikil kerikil penyortiran saat penerimaan bahan
makanan dan dibersihkan
Dilakukan pengayakan
Minyak Goreng Perubahan fisik Kemasan tidak Penyimpan, Penyimpanan Tidak ada Observasi dan Penyortiran saat penerimaan,
expired pemilihan, pada suhu minyak yang pencatatan pemilihan produk dengan kemasan

94
pencatatan kamar, tidak kadaluarsa yang utuh, mencatat tanggal
produk lembab kadaluarsa yang tertera pada
kemasan
Garam Bakteri halofil Tidak terdapat Penyimpanan Disimpan di Tidak terdapat Observasi dan Memastikan untuk menyimpan
(bakteri yang bakteri yang wadah yang bakteri yang uji laboratorium garam pada wadah yang bersih,
habitatnya bersifat halofil bersih, tertutup bersifat halofil tertutup, rapat, tidak lembab, pada
berada dalam rapat, tidak suhu ± 20-25 oC
keadaan yang lembab, pada
salinitasnya suhu ± 20-25 oC
tinggi)
Debu Terbebas dari Penyimpanan Tempat Tidak terdapat Observasi Pemilihan produk dengan kemasan
debu penyimpanan debu yang utuh
bersih, tertutup Penyortiran saat penerimaan
rapat Memastikan untuk menyimpan
garam pada wadah yang bersih,
tertutup rapat
Bawang Daun Ulat, parasite, Tidak terdapat Penyimpanan Tempat Tidak terdapat Observasi Pemilihan produk dengan kemasan
jamur ulat parasite, penyimpanan ulat parasite, yang utuh
jamur bersih, dan suhu jamur Penyortiran saat penerimaan
memenuhi Memastikan untuk menyimpan
syarat bawang daun di suhu yang
memenuhi syarat
Residu Pestisida Bebas pestisida Pencucian dan Tekanan air 15 Bebas pestisida Uji Mencuci bawang dengan air
pengupasan psi Laboratorium mengalir dan mengupas kulit
kulit bawang bawang sebelum memasak
Kotoran tanah, Tidak terdapat Penyortiran - Bersih dan tidak Observasi Pastikan untuk melakukan
layu kotoran tanah dan layu penyortiran saat penerimaan bahan
bawang makanan dan dibersihkan
dauntidak layu Mencuci dengan air mengalir
Simpan di tempat yang sejuk, suhu
5-10oC
Tidak disimpan terlalu lama,
langsung diolah
Air Bersih Berwarna, Tidak berwarna, Dilakukan - Memenuhi Observasi Memastikan bahwa air bersih yang
berasa, berbau tidak berasa, dan filtrasi dengan syarat secara digunakan untuk mengolah
tidak berbau media saring fisik makanan tidak berwarna, tidak
berasa, dan tidak berbau
Fe tinggi, Mn, Fe, Mn, Nitrat, Dilakukan Kualitas kimia Fe, Mn, Nitrat, Uji Memastikan kualitas kimia air

95
Nitrat, Nitrit Nitrit memenuhi treatment air bersih Nitrit Laboratorium bersih yang digunakan memenuhi
syarat filtrasi dengan memenuhi memenuhi syarat sesuai standar baku mutu
karbon aktif syarat syarat sesuai
standar baku
mutu
E. coli, E. coli, Dilakukan E. coli, E. coli, Uji Memastikan kualitas biologi air
Salmonella, Salmonella, desinfeksi Salmonella, Salmonella, Laboratorium bersih yang digunakan memenuhi
koliform koliform koliform koliform syarat sesuai standar baku mutu
memenuhi syarat memenuhi memenuhi
syarat syarat

96
4.5 Manajemen Risiko Lingkungan Makanan dan Minuman Menu Ayam Sayur
4.5.1 Deskripsi Makanan

Rumah makan : Cafetaria Rasa Sayang


Nama Makanan : Ayam Sayur
Komposisi :
1. Bawang merah
2. Bawang putih
3. Jahe
4. Laos
5. Kunyit
6. Cabai
7. Ketumbar
8. Kemiri
9. Daum salam
10. Garam
11. Gula
12. Minyak goreng
13. Santan kelapa
14. Daging ayam
Pengolahan : Diungkep
Jenis Kemasan : Plastik
Jenis Wadah : Keranjang Plastik
Karakteristik : 1. Bentuk = Sayur
2. Berat = 1,5 kg
3. Kadar air =-
4. Kadar lemak = Ya
5. Kadar Protein = Ya
6. Serat =
Umur simpan : 1 kg untuk 1hari dan alangsng disajikan didepan temat pengolahan makanan
Distribusi : menggunakan motor
Penggunanaa makanan : dioalah terlebih dahulu
Konsumen :
1. Siapa : pengunjung dan pegawai

97
2. Jumlah konsumen : ± 50 orang
Cara Pengolahan :
1. Bawang merah, bawang putih, jahe, laos dikupas lalu dicuci dengan menggunakan air
2. Cabai diiris dan cuci dengan menggunakan air
3. Haluskan bawang merah, bawang putih, jahe, laos, cabai, ketumbar dan kemiri
menggunakan alu dan lumpang.
4. Bumbu ayam sayur jadi
5. Bumbu ditumis didalam wajan hingga bumbu lepas
6. Tambahkan penyedap rasa secukupnya, masukan air dan santan kedalam wajan
7. Masukan ayam kedalam wajan
8. Tampahkan gula, garam dan salam secukupnya
9. Lalu ungkep hingga matang, tunggu lah hingga bumbu meresap dan ayam sayur siap
untuk disajikan
10. Letakan ayam sayur diatas wadah dan siap disantap oleh pegawai
Cara Penyajian :
1. Ambil wadah yang terbuat dari steanless steal untuk menyimpan ayam sayur yang
sudah matang
2. Ayam sayur siap disajikan

98
4.5.2 Indentifikasi Bahaya Bagan Alir
Gambar 4.18. Identifikasi Bahaya Bagan Alir Makanan Ayam Sayur

Cabai

Bawang Merah
Diiris Ketumbar

Bawang Putih
Bumbu Jadi
Jahe Dicuci Ditumbuk
Dikupas

Laos
Kemiri
Air
Kunyit

Gula Garam Salam Minyak Goreng

Disajikan Disimpan Diangkat Diungkep Tumis Wajan

Air Santan
Ditiriskan Penyedap Rasa
Didistribusikan
Saring
Dicuci

Diparut
Daging Ayam
Kelapa

99
4.5.3 Menetukan CCP
Gambar 4.19. Menentukan CCP Makanan Ayam Sayur

Cabai

Bawang Merah
Diiris Ketumbar

Bawang Putih
CCP Bumbu Jadi
Jahe Dicuci Ditumbuk
Dikupas

Laos
Air Kemiri
Kunyit
Gula Garam Salam Minyak Goreng

CCP Wajan
Disajikan Disimpan Diangkat Diungkep Tumis

Air
Ditiriskan Santan
Didistribusikan Penyedap Rasa

Dicuci Saring

Diparut
Daging Ayam

Kelapa

100
4.5.4 Menetukan Batas Kritis

Gambar 4.20. Menentukan Batas Kritis Makanan Ayam Sayur

Cabai

Bawang Merah
Diiris Ketumbar

Bawang Putih
CCP Bumbu Jadi
Jahe Dicuci Ditumbuk
Dikupas

Laos
Air Kemiri
Kunyit

Gula Garam Salam Minyak Goreng

SUHU
CCP O Tumis Wajan
Disajikan Disimpan Diangkat Diungkep 100 C
SUHU
O
100 C Air Santan
Ditiriskan Penyedap Rasa
Didistribusikan
Saring
Dicuci

Diparut
Daging Ayam

Kelapa

101
4.5.5 Melakukan Pemantauan

Gambar 4.21. Melakukan Pemantauan Makanan Ayam Sayur

Cabai

Bawang Merah
Diiris Ketumbar

Bawang Putih
CCP Bumbu Jadi
Jahe Dicuci Ditumbuk
Dikupas

Laos
Air Kemiri
Kunyit

Gula Garam Salam Minyak Goreng

SUHU
CCP O Tumis Wajan
Disajikan Disimpan Diangkat Diungkep 100 C
SUHU
O
100 C Air
Ditiriskan Santan
Didistribusikan Penyedap Rasa

Saring
Dicuci

Diparut
Daging Ayam
Kelapa

102
4.5.6 Tindakan Koreksi

Gambar 4.22. Tindakan Koreksi Makanan Ayam Sayur

Cabai

Bawang Merah
Diiris Ketumbar

Bawang Putih
Bumbu Jadi
Jahe Dicuci Ditumbuk
Dikupas

Laos
Kemiri
Air
Kunyit

Gula Garam Salam Minyak Goreng

SUHU
Disajikan Disimpan Diangkat Diungkep O Tumis Wajan
SUHU 100 C
O
100 C Air
Ditiriskan Santan
Didistribusikan Penyedap Rasa

Dicuci Saring

Diparut
Daging Ayam
Kelapa

103
4.5.7 Verifikasi
Gambar 4.23. Verifikasi Makanan Ayam Sayur

Cabai

Bawang Merah
Diiris Ketumbar

Bawang Putih
Bumbu Jadi
Jahe Dicuci Ditumbuk
Dikupas

Laos
BERSIH Air Kemiri
Kunyit

Gula Garam Salam Minyak Goreng

SUHU BERSIH
Disajikan Disimpan Diangkat Diungkep O Tumis Wajan
100 C
SUHU
O
100 C Air Santan
Ditiriskan
Didistribusikan Penyedap Rasa
BERSIH
Saring
Dicuci

Diparut
Daging Ayam

Kelapa

104
4.5.8 Dokumentasi

Gambar 4.24. Dokumentasi Makanan Ayam Sayur

Cabai

Bawang Merah
Diiris Ketumbar

Bawang Putih
Bumbu Jadi
Jahe Dicuci Ditumbuk
Dikupas

Laos
BERSIH Air Kemiri
Kunyit

Gula Garam Salam Minyak Goreng

SUHU BERSIH
Disajikan Disimpan Diangkat Diungkep O Tumis Wajan
SUHU 100 C
O
100 C Air Santan
Ditiriskan Penyedap Rasa
Didistribusikan BERSIH
Saring
Dicuci

Diparut
Daging Ayam
Kelapa
105
4.5.9 Formulir Identifikasi Bahaya dan Pencegahanya
Tabel 4.15. Indentifikasi Bahaya dan Pencegahan pada Tempe Mendoan
No. Bahan Bahaya Jenis Bahaya Cara Pencegahan
mentah/Igredient/Bahan B(M) /
Makanan K/ F
1. Bawang Merah Fisik Kotoran a. Mengupas kulit
bawang sebelum
digunakan
b. Dilakukan
pernyortiran saat
penerimaan dan
dibersihkan
Kimia Residu pestisida Bawang dicuci dengan air
mengalir
Biologi Jamur Disimpan dalam suhu
ruang 250C
2. Bawang putih Fisik Kotoran a. Mengupas kulit
bawang sebelum
digunakan
b. Dilakukan
pernyortiran saat
penerimaan dan
dibersihkan
Kimia Residu pestisida Bawang dicuci dengan air
mengalir
Biologi Jamur Disimpan dalam suhu
ruang 250C
3. Jahe Fisik Kotoran tanah a. Dicuci dengan
menggunakan air
mengalir
b. Dilakukan
pernyortiran saat
penerimaan dan
dibersihkan
Kimia Residu Pestisida Jahe dicuci dengan air
mengalir
4. Laos Fisik Kotoran tanah a. Dicuci dengan
menggunakan air
mengalir
b. Dilakukan
pernyortiran saat
penerimaan dan
dibersihkan
Kimia Residu Pestisida Laos dicuci dengan air
mengalir
5. Kunyit Fisik Kotoran tanah a. Dicuci dengan
menggunakan air
mengalir
b. Dilakukan
pernyortiran saat
penerimaan dan
dibersihkan
Kimia Residu Pestisida Kunyit dicuci dengan air
mengalir
6. Cabai Fisik Kotoran tanah a. Dicuci dengan air
mengalir
b. Dilakukan
pernyortiaran saat

106
penerimaan
Kimia Residu pestisida Dicuci dengan air yang
mengalir
7. Ketumbar Fisik Kotoran Diayak dan melakukan
pernyortiran
8. Kemiri Fisik Kotoran Diayak dan melakukan
pernyortiran
9. Gula Putih Kimia Pemutih a. Memilih gula
yang tidak
memiliki warna
putih mencolok
b. Mernyortir dari
distributor
terpercaya
Biologi Semut Disimpan dalam wadah
yang kering dan tertutup
dengan suhu kamar 30oC
10. Garam Fisik Kotoran, debu, dan batu a. Disimpan dalam
kerikil wadah tertutup
dan kering
b. Melakukan
peryortiran
Kimia Pengawet, pemutih Pemilihan yang baik dan
mernyortir dari distributor
terpercaya
Biologi Bakteri halofil (bakteri Penyimpanan di empat
yang habitatnya di yang bersih, tertutup, tidak
salinitas tinggi) contoh lembab dengan sushu 20oC
Halobacterium - 25oC
11. Salam Fisik Kotoran debu a. Dicuci dengan air
mengalir
Biologi Jamur a. Disimpan
ditempat yang
bersih
b. Tidak disimpan
terlalu lama
12. Kelapa parut Fisik Kotoran, serbuk sabut Menyortir kelapa
kelapa
13. Minyak goreng Fisik Kemasan rusak dan a. Dilakukan
produk kadaluarsa penyortiran saat
penerimaan
b. Pemilihan produk
dengan kemasan
yang utuh
c. Mencatat tanggal
kadaluarsa yang
tertera pada
kemasan
14. Daging ayam Fisik Kotoran a. Disimpan
ditempat tertutup
b. Dilakukan
pencucian
sebelum
pengolahan
dengan aiar yang
bersih dan
mengalir
Biologi Salmonella sp Memasak daging ayam
dengan suhu 100oC selama

107
30 menit atau dengan
melihat indikatornya yaitu
air mendidih dengan ciri
,adanya gelembung air
yang merata

Table 4.16. Identifikasi Bahan Setiap Formulasi pada Menu Makanan Ayam Sayur
No. Formulasi Bahaya B(M)/ K/ Jenis Bahaya Cara Pencegahan
F
1. Daging ayam + Fisik Kotoran a. Megupas kulit
bawang merah + rampah-rempah
bawang putih + jahe sebelum digunakan
+ laos + daun salam b. Mencuci cabai
+ kunyit + cabai + dengan air
ketumbar + kemiri + mengalir
salam + gula + Kimia a. Pengunaan MSG a. Megurangi
garam + santan b. Residu pestisida penggunaan MSG
kelapa + penyedap b. Mencuci bahan
rasa dengan air yang
mengakir dan
bersih
Biologi a. Salmonella sp a. Menyimpan daging
ayam dilemar
pendingin dengan
suhu -2oC sampai
-4oC dalam kurun
waktu kurang dari
2 hari
b. Memasak daging
ayam dengan suhu
100oC selama 30
menit atau dengan
melihat
indikatornya yaitu
air mendidih
dengan ciri adanya
gelembung air
yang merata

Tabel 4.17. Identifikasi Bahaya Setiap Proses pada Menu Ayam Sayur
No. Proses Bahaya B(M)/K/F Jenis Bahaya Cara Pencegahan
1. Penerimaan Bahan Fisik Terdapat kotoran, debu Penyortiran, spesifikasi, serta
yang menempel tentukan supplier yang dapat
dipercaya
Kimia Terdapat zat kimia Penyortiran, spesifikasi, serta
dalam bahan (pestisida, tentukan supplier yang dapat
dll) dipercaya
Biologi Terdapat bakteri Penyortiran, spesifikasi, serta
pathogen tentukan supplier yang dapat
dipercaya
2. Penyimpanan Bahan Makanan Fisik Terdapat kotoran, debu Penyimpanan di tempat yang
yang menempel tertutup dan terhindar dari debu
Biologi Bakteri pathogen Penyimpanan yang benar, untuk
bahan berserat tinggi sebaiknya
simpan di lemari pendingin,

108
sedangkan untuk bahan kering
sebaiknya disimpan di tempat
kering dan tertutup
3. Pencucian Bahan Biologi Bakteri pathogen pada Pencucian bahan dengan air
air hangat atau menggunakan larutan
pembasmi hama
Pencucian bahan dengan air yang
bebas dari bakteri pathogen
Kimia Fe tinggi, Mn, Nitrat, Air yang digunakan pada saat
Nitrit pengolahan makanan dilakukan
pemeriksaan secara rutin di
laboratorium, jika kandungan
melebihi ambang batas maka
perlu dilakukan pengolahan
terhadap air tersebut sebelum air
tersebut digunakan untuk
mengolah makanan yaitu dengan
cara merebusnya hingga benar-
benar mendidih
4. Pengungkepan Biologi Bakteri dari udara Mengungkep dengan
sekitar (dari droplet menggunakan 100oC
penjamah)
Staphylococus aureus
Fisik Kotoran atau debu Simpan daging ayam dalam
wadah yang bersih dan tertutup
5. Penyimpanan (etalase) Fisik Terdapat kotoran Gunakan etalase yang tertutup
(debu) Selalu membersihkan etalase
secara rutin
Biologi Lalat hinggap di Gunakan wadah yang tertutup
makanan
6. Penyajian Fisik Terdapat kotoran Menutup wadah penyajian
(debu)

4.5.10 Analisis Risiko Bahaya


Tabel 4.18. Analisis Risiko Bahaya pada Menu Ayam Sayur
Kelompok Bahaya
No. Masakan Jadi Kategori Resiko
A B C D E F
1. Ayam Sayur V V - V V V VI
Keterangan kelompok bahaya:
A = makanan untuk konsumen beresiko tinggi
B = mengandung bahan yang sensitive terhadap bahaya biologis/kimia/fisik
C = didalam proses pengolahan tidak terdapat tahap yang dapat membunuh
mikroorganisme berbahaya atau mencegah atau menghilangkan bahaya kimia
atau fisik
D = kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan
E = kemungkinan penanganan yang salah selama distirbusi/ konsumsi
F = tidak ada proses pemanasan setelah pengemasan atau penyajian atau waktu
dipersiapkan di tingkat konsumen atau pasien yang dapat memusnahkan /

109
menghilangkan bahaya biologis atau tidak ada acara bagi konsumen untuk
mendeteksi menghilangkan, atau menghancurkan bahaya kimia/fisik
Keterangan kategori resiko makanan:
Kategori
Karakteristik Bahaya Keterangan
Resiko
0 0 (tidak ada bahaya) Tidak mengandung bahaya A s.d F
I (+) Mengandung satu bahaya B s.d F
II (++) Mengandung dua bahaya B s.d F
III (+++) Mengandung tiga bahaya B s.d F
IV (++++) Mengandung empat bahaya B s.d F
V (+++++) Mengandung lima bahaya B s.d F
VI A + kategori khusus Kategori resiko paling tinggi (semua makanan
yang mengandung bahaya A, baik
dengan/tanpabahaya B s.d F)

110
4.5.11 Penerapan HACCP

Tabel 4.19. Penerapan HACCP pada Ayam Sayur


CCP Bahaya Cara Parameter Batas Kritis Nilai Target Pemantauan Tindakan Koreksi
Pengendalian CCP (NAB)
Pencucian bahan Fisik Mencuci dengan Tekanan air (15 Air mengalir Bersih Observasi Pastikan untuk selalu mencuci
baku air yang mengalir psi) bahan makanan yang akan
digunakan dengan menggunakan air
mengalir
Pengungkepan Salmonella sp Salmonella sp = Mengungkep >1000C Terdapat buih Observasi dan Pastikan untuk memasak ayam
negative/25g ayam pada atau gelembung pengujian lab dengan suhu dan waktu yang sesuai
suhu/waktu di air (1000C selama 30 menit) atau
tertentu pengungkepan dengan melihat indicatornya yaitu
air mendidih dengan ciri gelembung
air yang merata

4.5.12 Lembar Pemantauan HACCP


Tabel 4.20. Pemantauan HACCP pada Ayam Sayur

Bahan Bahaya Ukuran TKK (CCP) Batas Kritis Target Cara Tindakan Perbaikan
Makanan Memantau
Bawang Putih Kotoran tanah Tidak terdapat Pengupasan - Bersih Observasi Pastikan untuk melakukan
kotoran tanah atau penyortiran penyortiran saat penerimaan bahan
makanan dan dibersihkan
Mengupas kulit bawang ketika
akan digunakan
Residu Pestisida Bebas pestisida Pencucian dan Tekanan air 15 Bebas pestisida Uji Mencuci bawang dengan air
pengupasan psi Laboratorium mengalir dan mengupas kulit
kulit bawang bawang sebelum memasak
Jamur Tidak Penyimpanan Disimpan dalam Bebas jamur Observasi dan Pastikan selalu menyimpan
mengandung suhu ruang 25oC uji laboratorium bawang di suhu ruang 25oC
jamur
Bawang merah Kotoran tanah Tidak terdapat Pengupasan - Bersih Observasi Pastikan untuk melakukan
kotoran tanah atau penyortiran penyortiran saat penerimaan bahan

111
makanan dan dibersihkan
Mengupas kulit bawang ketika
akan digunakan
Residu Pestisida Bebas pestisida Pencucian dan Tekanan air 15 Bebas pestisida Uji Mencuci bawang dengan air
pengupasan psi Laboratorium mengalir dan mengupas kulit
kulit bawang bawang sebelum memasak
Jamur Tidak Penyimpanan Disimpan dalam Bebas jamur Observasi dan Pastikan selalu menyimpan
mengandung suhu ruang 25oC uji laboratorium bawang di suhu ruang 25oC
jamur
Jahe Kotoran tanah Tidak terdapat Pengupasan - Bersih Observasi Pastikan untuk melakukan
kotoran tanah atau penyortiran penyortiran saat penerimaan bahan
makanan dan dibersihkan
Mengupas kulit jahe ketika akan
digunakan
Residu Pestisida Bebas pestisida Pencucian dan Tekanan air 15 Bebas pestisida Uji Mencuci jahe dengan air mengalir
pengupasan psi Laboratorium dan mengupas kulit jehe sebelum
kulit jahe memasak
Kunyit Kotoran tanah Tidak terdapat Pengupasan - Bersih Observasi Pastikan untuk melakukan
kotoran tanah atau penyortiran penyortiran saat penerimaan bahan
makanan dan dibersihkan
Mengupas kulit jahe ketika akan
digunakan
Residu Pestisida Bebas pestisida Pencucian dan Tekanan air 15 Bebas pestisida Uji Mencuci jahe dengan air mengalir
pengupasan psi Laboratorium dan mengupas kulit jehe sebelum
kulit jahe memasak
Cabai Kotoran debu Tidak terdapat Pencucian Pencucian Bersih Observasi Pastikan untuk melakukan
kotoran debu dengan air pencucian dengan air mengalir
mengalir
Residu Pestisida Bebas pestisida Pencucian Tekanan air 15 Bebas pestisida Uji Mencuci cabai dengan air mengalir
psi Laboratorium
Ketumbar Kotoran kerikil Bebas dari kerikil Pengayakan - Bebas kerikil Observasi Pastikan pengayakan hingga
kerikil tidak ada
Kemiri Kotoran debu Tidak terdapat Pencucian Pencucian Bersih Observasi Pastikan untuk melakukan
kotoran debu dengan air pencucian dengan air mengalir
mengalir
Gula Pemutih Warna agak Penerimaan Penyortiran dan Semut mendekati Observasi Melakukan penyortiran dan
kekuningan bahan penerimaan gula penerimaan dari yang terpercaya
tidak berwana

112
putih
mencurigakan
Semut Tidak ada semut Pemilahan Penyortiran Tidak ada semut Observasi Pemilahan dan penyortiran semut
dari gula putih
Garam Bakteri halofil Tidak terdapat Penyimpanan Disimpan di Tidak terdapat Observasi dan Memastikan untuk menyimpan
(bakteri yang bakteri yang wadah yang bakteri yang uji laboratorium garam pada wadah yang bersih,
habitatnya bersifat halofil bersih, tertutup bersifat halofil tertutup, rapat, tidak lembab, pada
berada dalam rapat, tidak suhu ± 20-25 oC
keadaan yang lembab, pada
salinitasnya suhu ± 20-25 oC
tinggi)
Debu Terbebas dari Penyimpanan Tempat Tidak terdapat Observasi Pemilihan produk dengan kemasan
debu penyimpanan debu yang utuh
bersih, tertutup Penyortiran saat penerimaan
rapat Memastikan untuk menyimpan
garam pada wadah yang bersih,
tertutup rapat
Salam Kotoran debu Tidak terdapat Pencucian Air mengalir Bersih Observasi Pastikan untuk melakukan
kotoran debu pencucian dengan air mengalir
hingga tidak ada debu pada salam
Jamur Tidak terdapat Penyimpanan Disimpan di Tidak terdapat Observasi Pastikan Disimpan di wadah yang
jamur wadah yang jamur bersih, tertutup rapat, tidak
bersih, tertutup lembab, pada suhu 25 oC
rapat, tidak
lembab, pada
suhu 25 oC
Kelapa parut Kotoran, serbuk Tidak terdapat Penyortiran - Kotoran, serbuk Observasi Melakukan penyortiran bahan saat
sabut kelapa kotoran, serbuk sabut kelapa akan diproses
sabut kelapa
Minyak Goreng Perubahan fisik Kemasan tidak Penyimpan, Penyimpanan Tidak ada Observasi dan Penyortiran saat penerimaan,
expired pemilihan, pada suhu minyak yang pencatatan pemilihan produk dengan kemasan
pencatatan kamar, tidak kadaluarsa yang utuh, mencatat tanggal
produk lembab kadaluarsa yang tertera pada
kemasan
Daging Ayam Kotoran debu Tidak terdapat Pencucian Mencuci dengan Tidak terdapat Observasi Penyimpanan ditempat tertutup
kotoran air mengalir kotoran Dilakukan pencucian sebelum
pengolahan dengan air yang bersih
dan mengalir

113
Salmonella sp Salmonella sp = Mengungkep >1000C Terdapat buih Observasi dan Pastikan untuk memasak ayam
negative/25g ayam pada suhu atau gelembung pengujian lab dengan suhu dan waktu yang
1000C selama di air sesuai (1000C selama 30 menit)
30 menit pengungkepan atau dengan melihat indicatornya
yaitu air mendidih dengan ciri
gelembung air yang merata

114
4.6 Penilaian Skor Keamanan Pangan
4.6.1 Pecel
Jenis Makanan :Pecel
Petugas :
Tabel 4.21. Formulir Penilaian Skor Keamanan Pangan (SKP) Makanan Pecel
NO KOMPONEN & SUB KOMPONEN NILAI
A. Pemilihan dan Penyimpanan Bahan makanan (PPB)
1. * Bahan makanan yang digunakan masih segar 1
2. Bahan makanan yang digunakan tidak rusak 3
3. Bahan makanan yang digunakan tidak busuk 3
4. Tidak menggunakan wadah / kotak bekas pupuk atau pestisida untuk menyimpan dan membawa bm 3
5. Bahan makanan disimpan jauh dari bahan beracun / berbahaya 3
6.* Bahan makanan disimpan pada tempat tertutup 0
7. Bahan makanan disimpan pada tempat bersih 0
8. Bahan makanan disimpan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung 3
JUMLAH NILAI PPB  16
B. HIGIENE PEMASAK (HGP)
1. Pemasak harus berbadan sehat 3
2. Pemasak harus berpakaian bersih 0
3.* Pemasak memakai tutup kepala selama memasak 0
4.* Pemasak memakai alas kaki selama memasak 1
5. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasak 0
6.* Mencuci tangan menggunakan sabun sesudah dari WC (buang air) 3
7. Ketika bersin tidak menghadap ke makanan 3
8. Kuku pemasak selalu bersih dan tidak panjang 3
JUMLAH NILAI HGP  13
C. PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN (PBM)
1. Peralatan memasak yang digunakan harus bersih dan kering 0
2.* Peralatan memasak harus dicucui sebelum dan sesudah dipakai memasak 3
3.* Peralatan memasak dikeringkan terlebih dahulu setelah dicuci 3
4. Peralatan memasak disimpan di tempat yang bersih 0
5. Peralatan memasak disimpan di tempat yang jauh dari bahan beracun atau bahan berbahaya 3
6. Dapur tempat memasak harus dalam keadaan bersih 0
7.* Dapur tempat memasak harus dalam keadaan kering 3
8.* Dapur tempat memasak harus mempunyai ventilasi yang cukup 0
9. Dapur terletak jauh dari kandang ternak 3
10.* Selalu tersedia air bersih dalam wadah tertutup 0
11.* Di dapur tersedia tempat sampah yang tertutup 0
12.* Pembuangan air limbah harus lancer 3
13. Bahan beracun / berbahaya tidak boleh disimpan di dapur 3
14.* Jarak tempat memasak ke tempat distribusi (sekolah) tidak lebih dari satu jam 3
15. Pisau dan telenan yang digunakan harus bersih 0
16.* Bagian makanan yang tidak dimakan tidak ikut dimasak 3
17. Bahan makanan dicusi dengan air bersih 3
18. Meracik / membuat adonan menggunakan alat yang bersih 3
19.* Adonan / bahan makanan yang telah diracik harus segera di masak 3
20.* Makanan segera diangkat setelah matang 2
21. Makanan yang telah matang ditempatkan pada wadah bersih dan terhindar dari debu dan serangga 0
22.* Makanan tidak dibungkus dengan menggunakan pembungkus dari kertas koran dan kertas ketikan 1
23. Makanan dibungkus degan pembungkus yg bersih, tdak menggunakan bekas pembungkus bhn beracun 3
24.* Memegang makanan yang telah matang menggunakan sendok, garpu, alat penjepit, sarung tangan 3
25. Tidak menyimpan makanan yang matang lebih dari 4 jam terutama makanan berkuah dan bersantan 3
26. Untuk makanan goreng, minyak goreng tidak boleh digunakan jika sudah berwarna coklat tua, atau 3
sudah dipakai setelah 4 kali
27. Untuk makanan basah, merebus dan mengukus makanan dalam wadah tertutup 0
JUMLAH NILAI PBM  51
D. DISTRIBUSI MAKANAN (DPM)

115
1. Selama distribusi, makanan ditempatkan dalam wadah yang bersih dan tertutup 0
2. Pembawa makanan berpakaian bersih dan mencuci tangan 3
3.* Tangan dicuci dengan sabun sebelum membagikan makanan 0
4. Makanan tidak boleh berlendir, berubah rasa, atau berbau basi sebelum dibagikan 3
5. Makanan ditempatkan dalam tempat yang bersih dan kering 3
6.* Mencuci tangan sebelum makan 0
7.* Makanan tidak dipegang langsung, menggunakan alat untuk memegang makanan saat membagikan 3
JUMLAH NILAI DMP 19
Sumber : Mudjajanto, 1999.
Keterangan : (1)  Nilai, jika kriteria terpenuhi ; (2)  Nilai, tika kriteria tidak terpenuhi (0)
*  dapat ditolerir untuk katagori keamanan pangan tertentu

Tabel 4.22. Penerapan Perhitungan Hasil Penilaian SKP Makanan Pecel

KOMPONEN NILAI YANG DITOLERIR NILAI HARUS DIPENUHI NILAI KOMPONEN SKOR
(1) (2) (3) (4)  SKALA 0 – 1,00 (5)=(BOBOT) x (4)

PPB 0 16 – 0 = 16 16 : 22 = 0,7272 0,16 x 0,7272 = 0,1164


HGP 0 13 – 0 = 13 13 : 20 = 0,6500 0,15 x 0,6500 = 0,0975
PBM 0 51 – 0 = 51 51 : 74 = 0,6892 0,55 x 0,2162 = 0,3791
DMP 0 19 – 0 = 19 19 : 19 = 1,000 0,14 x 1,000 = 0,1400
SKP Minimal= 0,7330
SKP Maks = 1,0000

4.6.2 Tempe Mendoan


Jenis Makanan : Tempe Mendoan
Petugas :
Tabel 4.23. Formulir Penilaian Skor Keamanan Pangan (SKP) Makanan Tempe Mendoan
NO KOMPONEN & SUB KOMPONEN NILAI
A. Pemilihan dan Penyimpanan Bahan makanan (PPB)
1. * Bahan makanan yang digunakan masih segar 1
2. Bahan makanan yang digunakan tidak rusak 3
3. Bahan makanan yang digunakan tidak busuk 3
4. Tidak menggunakan wadah / kotak bekas pupuk atau pestisida untuk menyimpan dan membawa bm 3
5. Bahan makanan disimpan jauh dari bahan beracun / berbahaya 3
6.* Bahan makanan disimpan pada tempat tertutup 0
7. Bahan makanan disimpan pada tempat bersih 3
8. Bahan makanan disimpan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung 3
JUMLAH NILAI PPB  19
B. HIGIENE PEMASAK (HGP)
1. Pemasak harus berbadan sehat 3
2. Pemasak harus berpakaian bersih 0
3.* Pemasak memakai tutup kepala selama memasak 0
4.* Pemasak memakai alas kaki selama memasak 1
5. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasak 0
6.* Mencuci tangan menggunakan sabun sesudah dari WC (buang air) 3
7. Ketika bersin tidak menghadap ke makanan 3
8. Kuku pemasak selalu bersih dan tidak panjang 3
JUMLAH NILAI HGP  13
C. PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN (PBM)
1. Peralatan memasak yang digunakan harus bersih dan kering 0
2.* Peralatan memasak harus dicucui sebelum dan sesudah dipakai memasak 3
3.* Peralatan memasak dikeringkan terlebih dahulu setelah dicuci 0

116
4. Peralatan memasak disimpan di tempat yang bersih 0
5. Peralatan memasak disimpan di tempat yang jauh dari bahan beracun atau bahan berbahaya 3
6. Dapur tempat memasak harus dalam keadaan bersih 0
7.* Dapur tempat memasak harus dalam keadaan kering 3
8.* Dapur tempat memasak harus mempunyai ventilasi yang cukup 0
9. Dapur terletak jauh dari kandang ternak 3
10.* Selalu tersedia air bersih dalam wadah tertutup 0
11.* Di dapur tersedia tempat sampah yang tertutup 0
12.* Pembuangan air limbah harus lancer 3
13. Bahan beracun / berbahaya tidak boleh disimpan di dapur 3
14.* Jarak tempat memasak ke tempat distribusi (sekolah) tidak lebih dari satu jam 3
15. Pisau dan telenan yang digunakan harus bersih 0
16.* Bagian makanan yang tidak dimakan tidak ikut dimasak 3
17. Bahan makanan dicusi dengan air bersih 3
18. Meracik / membuat adonan menggunakan alat yang bersih 3
19.* Adonan / bahan makanan yang telah diracik harus segera di masak 3
20.* Makanan segera diangkat setelah matang 2
21. Makanan yang telah matang ditempatkan pada wadah bersih dan terhindar dari debu dan serangga 0
22.* Makanan tidak dibungkus dengan menggunakan pembungkus dari kertas koran dan kertas ketikan 1
23. Makanan dibungkus degan pembungkus yg bersih, tdak menggunakan bekas pembungkus bhn beracun 0
24.* Memegang makanan yang telah matang menggunakan sendok, garpu, alat penjepit, sarung tangan 3
25. Tidak menyimpan makanan yang matang lebih dari 4 jam terutama makanan berkuah dan bersantan 3
26. Untuk makanan goreng, minyak goreng tidak boleh digunakan jika sudah berwarna coklat tua, atau 3
sudah dipakai setelah 4 kali
27. Untuk makanan basah, merebus dan mengukus makanan dalam wadah tertutup 0
JUMLAH NILAI PBM  42
D. DISTRIBUSI MAKANAN (DPM)
1. Selama distribusi, makanan ditempatkan dalam wadah yang bersih dan tertutup 0
2. Pembawa makanan berpakaian bersih dan mencuci tangan 3
3.* Tangan dicuci dengan sabun sebelum membagikan makanan 0
4. Makanan tidak boleh berlendir, berubah rasa, atau berbau basi sebelum dibagikan 3
5. Makanan ditempatkan dalam tempat yang bersih dan kering 3
6.* Mencuci tangan sebelum makan 0
7.* Makanan tidak dipegang langsung, menggunakan alat untuk memegang makanan saat membagikan 3
JUMLAH NILAI DMP 19
Sumber : Mudjajanto, 1999.
Keterangan : (1)  Nilai, jika kriteria terpenuhi ; (2)  Nilai, tika kriteria tidak terpenuhi (0)
*  dapat ditolerir untuk katagori keamanan pangan tertentu

Tabel 4.24. Penerapan Perhitungan Hasil Penilaian SKP Makanan Tempe Mendoan

KOMPONEN NILAI YANG DITOLERIR NILAI HARUS DIPENUHI NILAI KOMPONEN SKOR
(1) (2) (3) (4)  SKALA 0 – 1,00 (5)=(BOBOT) x (4)

PPB 0 19 – 0 = 19 19 : 22 = 0,8636 0,16 x 0,8636 = 0,1382


HGP 0 13 – 0 = 13 13 : 20 = 0,6500 0,15 x 0,6500 = 0,0975
PBM 0 42 – 0 = 51 42 : 74 = 0,5676 0,55 x 0,5676 = 0,3122
DMP 0 19 – 0 = 19 19 : 19 = 1,000 0,14 x 1,000 = 0,1400
SKP Minimal= 0,6879
SKP Maks = 1,0000

4.6.3 Ayam Sayur


Jenis Makanan : Ayam Sayur
Petugas :

117
Tabel 4.25. Formulir Penilaian Skor Keamanan Pangan (SKP) Makanan Ayam Sayur
NO KOMPONEN & SUB KOMPONEN NILAI
A. Pemilihan dan Penyimpanan Bahan makanan (PPB)
1. * Bahan makanan yang digunakan masih segar 1
2. Bahan makanan yang digunakan tidak rusak 3
3. Bahan makanan yang digunakan tidak busuk 3
4. Tidak menggunakan wadah / kotak bekas pupuk atau pestisida untuk menyimpan dan membawa bm 3
5. Bahan makanan disimpan jauh dari bahan beracun / berbahaya 3
6.* Bahan makanan disimpan pada tempat tertutup 0
7. Bahan makanan disimpan pada tempat bersih 0
8. Bahan makanan disimpan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung 3
JUMLAH NILAI PPB  16
B. HIGIENE PEMASAK (HGP)
1. Pemasak harus berbadan sehat 3
2. Pemasak harus berpakaian bersih 0
3.* Pemasak memakai tutup kepala selama memasak 0
4.* Pemasak memakai alas kaki selama memasak 1
5. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasak 0
6.* Mencuci tangan menggunakan sabun sesudah dari WC (buang air) 3
7. Ketika bersin tidak menghadap ke makanan 3
8. Kuku pemasak selalu bersih dan tidak panjang 3
JUMLAH NILAI HGP  13
C. PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN (PBM)
1. Peralatan memasak yang digunakan harus bersih dan kering 0
2.* Peralatan memasak harus dicucui sebelum dan sesudah dipakai memasak 3
3.* Peralatan memasak dikeringkan terlebih dahulu setelah dicuci 0
4. Peralatan memasak disimpan di tempat yang bersih 0
5. Peralatan memasak disimpan di tempat yang jauh dari bahan beracun atau bahan berbahaya 3
6. Dapur tempat memasak harus dalam keadaan bersih 0
7.* Dapur tempat memasak harus dalam keadaan kering 3
8.* Dapur tempat memasak harus mempunyai ventilasi yang cukup 0
9. Dapur terletak jauh dari kandang ternak 3
10.* Selalu tersedia air bersih dalam wadah tertutup 0
11.* Di dapur tersedia tempat sampah yang tertutup 0
12.* Pembuangan air limbah harus lancer 3
13. Bahan beracun / berbahaya tidak boleh disimpan di dapur 3
14.* Jarak tempat memasak ke tempat distribusi (sekolah) tidak lebih dari satu jam 3
15. Pisau dan telenan yang digunakan harus bersih 0
16.* Bagian makanan yang tidak dimakan tidak ikut dimasak 3
17. Bahan makanan dicusi dengan air bersih 3
18. Meracik / membuat adonan menggunakan alat yang bersih 3
19.* Adonan / bahan makanan yang telah diracik harus segera di masak 3
20.* Makanan segera diangkat setelah matang 2
21. Makanan yang telah matang ditempatkan pada wadah bersih dan terhindar dari debu dan serangga 0
22.* Makanan tidak dibungkus dengan menggunakan pembungkus dari kertas koran dan kertas ketikan 1
23. Makanan dibungkus degan pembungkus yg bersih, tdak menggunakan bekas pembungkus bhn beracun 3
24.* Memegang makanan yang telah matang menggunakan sendok, garpu, alat penjepit, sarung tangan 3
25. Tidak menyimpan makanan yang matang lebih dari 4 jam terutama makanan berkuah dan bersantan 3
26. Untuk makanan goreng, minyak goreng tidak boleh digunakan jika sudah berwarna coklat tua, atau 3
sudah dipakai setelah 4 kali
27. Untuk makanan basah, merebus dan mengukus makanan dalam wadah tertutup 0
JUMLAH NILAI PBM  48
D. DISTRIBUSI MAKANAN (DPM)
1. Selama distribusi, makanan ditempatkan dalam wadah yang bersih dan tertutup 0
2. Pembawa makanan berpakaian bersih dan mencuci tangan 3
3.* Tangan dicuci dengan sabun sebelum membagikan makanan 0
4. Makanan tidak boleh berlendir, berubah rasa, atau berbau basi sebelum dibagikan 3
5. Makanan ditempatkan dalam tempat yang bersih dan kering 3
6.* Mencuci tangan sebelum makan 0
7.* Makanan tidak dipegang langsung, menggunakan alat untuk memegang makanan saat membagikan 3

118
JUMLAH NILAI DMP 19
Sumber : Mudjajanto, 1999.
Keterangan : (1)  Nilai, jika kriteria terpenuhi ; (2)  Nilai, tika kriteria tidak terpenuhi (0)
*  dapat ditolerir untuk katagori keamanan pangan tertentu

Tabel 4.26. Penerapan Perhitungan Hasil Penilaian SKP Makanan Ayam Sayur
KOMPONEN NILAI YANG DITOLERIR NILAI HARUS DIPENUHI NILAI KOMPONEN SKOR
(1) (2) (3) (4)  SKALA 0 – 1,00 (5)=(BOBOT) x (4)

PPB 0 16 – 0 = 16 16 : 22 = 0,7272 0,16 x 0,7272 = 0,1164


HGP 0 13 – 0 = 13 13 : 20 = 0,6500 0,15 x 0,6500 = 0,0975
PBM 0 48 – 0 = 48 42 : 74 = 0,6487 0,55 x 0,6487= 0,3568
DMP 0 19 – 0 = 19 19 : 19 = 1,000 0,14 x 1,000 = 0,1400
SKP Minimal= 0,7107
SKP Maks = 1,0000

4.7 Hasil Penilaian Skor Keamanan Pangan


Tabel 4.27. Hasil Penilaian Skor Keamanan Pangan

No Jenis Masakan Skor Persentase Kategori


.
1. Pecel 0,7330 73,30 % Rawan tetapi aman untuk dikonsumsi
2. Tempe Mendoan 0,6879 68,79 % Rawan tetapi aman untuk dikonsumsi
3. Ayam Sayur 0,7107 71,07 % Rawan tetapi aman untuk dikonsumsi

Keterangan:

No Kategori Kemanan Pangan SKP (%)


1. Baik (>97,03)
2. Sedang 0,9332-0,9702 (93,32-97,02)
3. Rawan, tetapi aman dikonsumsi 0,6217-0,9331 (62,17-93,31)
4. Rawan, tidak aman dikonsumsi <0,6217 (<62,17)

119
4.8 Data Pekerja Mengenai HIRADC di KKP Kelas II Banten
4.8.1 Data Responden
Tabel 4.28. Data Responden Wawancara

No. Nama Usia Jenis Kelamin Divisi Lama Bekerja

1. Panji 30 tahun Laki - laki Radiologi 7 Tahun

2. Dr. Budi 45 Tahun Laki - laki EKG 10 Tahun

3. Fitri 26 tahun Perempuan Laboratorium 2 Tahun

4. Ratmiyadi tahun Laki-laki Petugas K3 PT. 5 Tahun


ASDP

Sumber: Data Primer


4.8.2 Hasil Wawancara Risiko Kerja
Tabel 4.29. Hasil Wawancara Risiko Kerja

No. Responden Hasil Wawancara

1. Responden 1 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan bekerja pada bagian radiologi tidak berbahaya,
sumber bahaya berasal dari radiotrap yang dimana akan menghasilkan pengion, jenis bahaya pada
bagian radiologi adalah bahaya fisik dan kimia, dalam proses kegiatan pada divisi radiologi tidak terjadi
kecelakan selama ini dan tidak ada waktu yang hilang yang diakibatkan oleh terjadinya kecelakan.
Jumlah pasien yang dirongsen setiap harinya adalah kurang lebih 10 orang, waktu yang dibutuhkan

120
dalam setiap melakukan scan adalah sekitar 10-15 menit, selain itu dalam mencetak hasil scan atau
rongsen digunakan 2 buah bahan kimia yaitu developer dan fisher yang dimana limbah yang dihasilkan
dalam sebulan adalah 20l/bulan. Laju dosis radiasi adalah nol yaitu bahwa radiasi 1% yang dihasilkan
dan 99% hampa udara yang dihasilkan. Radiasi yang dihasilkan dalam proses ini karena diakibatkan
oleh panas listrik pada alat tersebut. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi radiasi adalah dengan
menggunakan papan sliding yang dimmana papan ini bertujuan untuk mengurangi radiasi dan
berdasarkan pengukuran yang dilakukan radiasi dibelakang papan sliding menghasilkan radiasi sebesar
nol

2. Responden 2 Dalam kegiatan EKG, terdapat alat elektrokardiografi, alat bantu diagnostik yang digunakan untuk
mendetekdi aktivitas listrik jantung berupa grafik yang merekam perubahan pontensial listrik kantung
yang dihubungkan dengan waktu. Bahaya pada alat ini jika pemasangan alat pada tutbuh pasien tidak
baik benar maka akan menyebabkan tersetrum atau jenis bahaya yaitu fisik

3. Responden 3 Berdasarkan hasil wawancara dihasilkan bahaya yang berada di Laboratorium adalah tertusuk oleh
jarum suntik, radiasi oleh alat fotometer, pegal, dan terkena ceceran darah, mikroorganisme di udara
khususnya penyakit. Risiko yang terjadi adalah penyakit menular seperti TBC, jika ada pasien yang
menderita penyakit TBC. Tersedianya APD seperti masker dan sarung tangan dan jika ada kecelakan
maka yang dilakukan adalah dengan mengambil obat P3K dan mengobatinya. Adapun bahaya yang
bersifat karsinogenik adalah berasal dari reagen asam pikrat yang dimana asam pikrat tersebut dapat
menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan perlu dilakukan penangan khusus sebelum dibuang ke
badan air.

4. Responden 4 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, bahaya yang berada di pelabuhan sangatlah beragam

121
tergantung pada bagian atau pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja. Sebagai contohnya pekerja yang
bekerja di bagian untuk side ramp, moveble ramp, maupun gang way yang berfungsi untuk jalur masuk
penungpang maupun kendaraan ke kapal memiliki risiko terjepit, terpeleset, tersandung, dan bahkan
tercebur ke laut.

Di Pelabuhan Merak sendiri terdapat pos kesehatan, namun pelayanan kesehatan di pos kesehatan tidak
memadai. Jika terjadi suatu kecelakaan atau ada orang yang sakit di lingkungan Pelabuhan, PT. ASDP
melapor ke pos kesehatan KKP kemudian dilakukan pertolongan pertama, apabila sudah tertangani
pasien diberitahu untuk istirahat, apabila kecelakaan parah maka pasien dibawa ke klinik atau Rumah
Sakit terdekat menggunakan ambulance yang telah tersedia milik PT. ASDP.

Sumber: Data Primer

122
4.9 Identifikasi Hazard, Sumber Hazard dan Risiko di Klinik KKP Kelas II Banten
4.9.1 Manajemen Risiko Lingkungan Klinik
Klinik yang ada di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten hanya melayani
vaksinasi meningitis dan yellow fever untuk masyarakat serta melayani Medical
checkup untuk anak buah kapal (ABK). Berdasarkan data yang ada pada tahun 2016
pasien yang berkunjung ke poliklinik di KKP Kelas II Banten sebanyak 17.136
kunjungan. Berdasarkan jenis pasien, yang terbanyak adalah dari pasien umum yang
melakukan vaksinasi yaitu sebanyak 16.342 kunjungan, dan sisanya yaitu ABK yang
melakukan Medical checkup.
Limbah yang dihasilkan dari klinik berupa jarum suntik, sarung tangan, obat
kadaluarsa, vaksin kadaluarsa, labu infusan, masker, tabung gas oksigen, dan sampah
domestik organik maupun anorganik.
Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas sebelum dimusnahkan.
Safety box ukuran 2,5 liter mampu menampung 50 alat suntik bekas, sedangkan
ukurang 5 liter menampung 100 alat suntik bekas.
Setelah disimpan selanjutnya limbah infeksius dimasukan kedalam drum-drum khusus
untuk selanjutnya diangkut dan diolah oleh PT. Wastec Internasional Cilegon.
Pengangkutan dilakukan apabila drum telah penuh, kapsitas drum bermacam-macam
ada yang 120, 150 dan 200 liter. Pengolahan dilakukan dengan proses incinerasi.
Pengelolaan sampah domestik sudah terkelola dengan baik. Sampah disetiap ruangan
diangkut setiap hari ke TPS terdekat.
Pengelolaan limbah infeksius dan limbah domestic di klinik KKP kelas II Banten
belum terkelola secara baik sesuai dengan UU no. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah.

123
Klinik KKP kelas II Banten pada Bulan Oktober-November 2017 memiliki risiko yang dapat menyebabkan bahaya bag kesehatan manusia dan
kesehatan lingkungan, dengan risiko sebagai berikut :
4.9.2 Manajemen Risiko Berdasarkan Ruangan
Tabel 4.30. Identifikasi Hazard di Klinik KKP Kelas II Banten November 2017
Jenis Upaya yang Telah
Lokasi Sumber Hazard Risiko Upaya yang Direkomendasikan
Hazard Dilakukan
Ruangan Posisi kerja Posisi kerja Ergonomi Pegal-pegal dan stress Terdapat beberapa kursi Mengganti kursi yang tidak fleksibel
Administrasi yang kurang kerja yang tidak fleksibel dengan kursi yang fleksibel
ergonomis sehingga mobilitas pekerja
terganggu
Computer Radiasi dari Fisik Penggunaan layar computer Pencahayaan pada layar Penambahan screen protector pada
layar computer yang terlalu terang computer di setting tidak layar komputer
mengakibatkan mata ceat terlalu terang
Lelah, pusing dan
menurunnya tingkat
konsentrasi
Ruang Alat rontgen Sinar X-ray Radiasi Menyebabkan penurunan Sebagian dinding bangunan Pemasangan lapisan Pb di semua
Radiologi produksi sel darah, dilapisi oleh Pb dan dinding ruang radiologi dan adanya
menyebabkan infeksi dan terdapat pakaian anti SOP serta pengawasan agar pakaian
iritasi pada kulit, radiasi anti radiasi selalu dipakai oleh petugas
mempengaruhi penurunan Dinding pelindungan ketika mesin beroperasi
produksi serma dan portable Pb bagi petugas /
kemandulan, kanker dan papan sliding
kerusakan jaringan tubuh
Sitotoksik 10 – 20 tahun
yang akan daatang
Bahan kimia cuci Penyimpanan Fisik Terpeleset, terjatuh,iritasi Penyimpanan bahan bahan Terdapat lemari penyimpanan khusus
film seperti bahan kimia Kimia kulit dan gangguan kimia di tata dengan rapih untuk bahan kimia dengan label yang
developer, fixer dan yang tidak pernapasan pada lantai jelas. Disediakan MSDS
air pencuci film sesuai
Saat Kimia Iritasi pada kulit dan mata Menggunakan APD Pembuatan SOP untuk kegiatan
pencampuran (sarung tangan, masker) pencampuran bahan kimia
bahan kimia saat mencampurkan bahan
terjadi kimia
tumpahan pada

124
tubuh pekerja
Pakaian saat tes Pakaian pasien Biologi Tertular penyakit kulit Tersedia 2-3 pakaian Penambahan jumlah pakaian khusus
radiologi untuk yang bergantian khusus minimal terdapat 10-20 buah dan
pasien pencucian pakaian secara berkala
minimal 3 hari sekali
Lampu Intensitas Fisik Intensitas cahaya yang redup Tersedia lampu Penambahan jumlah lampu dan
Pencahayaan dapat mempengaruhi pada penggantian lampu yang sudah redup
yang redup produktifitas kerja dan dan sudah tidak berfungsi
gangguan pada penglihatan
Kondisi ruang Kurangnya Psikologis Stress, jenuh dan bosan Terdapat shift/ penggantian Menambah dan memperbaiki interaksi
pekerjaan hubungan antar petugas setiap harinya dan komunikasi antara petugas dan
manusia pasien dengan tatakrama yang baik
diruangan kerja,
karena hanya
satu orang
petugas
Ruang Fisik Tersandung, terpeleset dan Terdapat meja kerja Barang-barang diletakan sesuai dengan
pekerjaan tidak terjatuh tempatnya dan dirapihkan kembali
tertata rapih seerti semula
Laboratorium Penggunaan Tidak adanya ergonomi Badan kaku Sudah disediakan kursi Penggantian kursi yang fleksibel dapat
mikroskop kursi namun tidak ergonomi ditinggikan, berputar, memiliki roda
laboratorium dan sandaran
yang sesuai
dengan tinggi
mikroskop
Penggunaan meja Meja biologi Penularan penyakit Merapihkan kembali meja Penambahan meja kerja dan
pengambilan pengambilan yang telah digunakan untuk pemisahkan meja kerja untuk
sampel darah sampel darah pengambilan sampel pengambilan sampel dan untuk
digunakan juga administrasi
untuk meja
kerja
Memindahkan Tabung Biologi Tertular penyakit Memakai APD (sarung Memakai APD yang lengkap (jas lab,
sampel darah ke pemeriksaan Fisik Terkena pecahan tabung tangan) sarung tangan, masker)
tabung pemeriksaan pecah saat
memindahkan
sampel darah
Membuang Mencemari Kimia Karsinogenik pada - Membuat dokumen MSDS dan SOP
campuran Asam lingkungan lingkungan tentang penanganan limbah asam pikrat

125
Pikrat dan sampel
darah yang telah
diuji
Pasien berpenyakit Virus dan Biologi Tertular penyakit Mencuci tangan dengan Petugas/laboran menggunakan masker
menular bakteri subun setelah menangani
pasien
Kapas dan suntikan Bakteri/virus Biologi Tertular penyakit Tersedia tempat sampah Disediakan tempat sampah sampah
bekas yang tercecer dalam darah khusus limbah infeksius yang tertutup,
kuat dan mencukupi kapasitas
Penyimpanan alat- Penyimpanan Fisik Tersandung, tertindih, Tersedia lemari Adanya SOP dan pengawasan agar
alat laboratorium alat kerusakan pada alat penyimpanan alat-alat laboratorium yang sudah
laboratorium dipakai disimpan ditempatnya kembali
tidak sesuai
dengan
tempatnya
Ruang Lampu Intensitas Fisik Intensitas cahaya yang redup Tersedia lampu Penambahan jumlah lampu dan
vaksinasi Pencahayaan dapat mempengaruhi pada penggantian lampu yang sudah redup
yang redup produktifitas kerja dan dan sudah tidak berfungsi
gangguan pada penglihatan
Penyimpanan kotak Penyimpanan Fisik Obat tercecer dan terinjak Tersedia rak penyimpanan Adanya SOP dan pengawasan agar
obat kotak obat yang obat kotak obat yang sudah tidak digunakan
telah digunakan disimpan ditempatnya kembali
tidak disimpan
di tempatnya
kembali
Ruangan EKG Alat EKG Tidak memakai Fisik Tersetrum alat Tersedianya SOP Menaati SOP
(Electrocardiogram APD (sarung penggunaan alat
) tangan) saat
mengoperasika
n alat

126
Tabel 4.31. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Udara di Klinik KKP Kelas II Banten November 2017
Pencahayaan Kebingan Suhu
No. Area NAB Ket. NAB Ket. NAB Ket.
(lux) (dB) (0C)
1. Ruang Administrasi 162,43 MS 65,99 MS 25,0 MS
2. Ruang Polikinik Umum 40,03 TMS 60,53 MS 25,9 MS
3. Ruang Radiologi >100 56,96 70 MS 26,0 18-28 MS
4. Laboratorium 127,12 MS 56,4 MS 22,4 MS
5. Ruang Vaksinasi 141 MS 50,84 MS 28,0 MS

4.9.3 Manajemen Risiko Berdasarkan Kegiatan


Tabel 4.32. Identifikasi dan Penilaian Risiko Bahaya Kegiatan di Klinik KKP Kelas II Banten November 2017
No Tugas Bahaya- Risiko Jumlah Jenis Kalkulasi Risiko Tingkat
bahaya Murni Karyawan Risiko Kons Frek Risiko
yang (S/H) Murni
Terpapar
1 Pemeriksaan kesehatan Virus, Tertular 1 orang H 2 2 4
jama’ah umroh bakteri
2 Pemeriksaan kesehatan Virus, Tertular 1 orang H 2 2 4
ABK bakteri
3 Memberi vaksin Jarum suntik Tertusuk 1 orang S 2 2 4
4 Pemeriksaan sampel Virus, Tertular 1 orang H 2 2 4
darah bakteri
5 Pemeriksaan sampel Bau Terpapar 1 orang H 1 3 3
urin
6 Rontgen pasien Sinar X-Ray Terpapar 1 orang H 3 4 12
radiasi
7 Cuci Film Cairan cuci Terpeleset 1 orang S 3 3 9
fim tercecer
8 Pemeriksaan aktivitas Fisik Tersetrum 1 orang S 3 1 3
jantung

127
Tabel 4.33. Penentuan Kontrol Risiko Bahaya Kegiatan diKlinikKKP Kelas II Banten November 2017
Jenis Efektifitas
Tingkat Tingkat
risiko Kontrol yang ada untuk Kontrol Tambahan Kontrol yang
No. Risiko Risiko
(apakah memitigasi risiko murni (%- direkomendasikan
(murni) Sisa
S/H) gabungan)
Dinding bangunan dilapisi Dinding ruangan dilapisi Pb minimal
oleh Pb 2 mm yang terpasang dari lantai,
Dinding pelindungan plafond dan jendela dengan kaca
1 12 H portable Pb bagi petugas 95% 0.6 timah.
(sliding) Petugas mengenakan tabir Pb (apron)
serta sarung tangan Pb
Disediakan ruangan control room.
Penyimpanan bahan Disediakan ruangan khusus untuk
bahan kimia di tata penyimpanan bahan – bahan kima
dengan rapih pada lantai fixer
2 9 S 65% 3.15
Bahan kimia ditempatkan secara
rapih dan ditata pada rak – rak
Disediakan MSDS

128
4.10 Manajemen Risiko Lingkungan Pos Kesehatan
Pos kesehatan di Pelabuhan penyebrangan Merak Ferry Indonesia hanya
melayani perawatan baik itu untuk pengunjung, pekerja dan untuk anak buah kapal
serta pelayanan administrasi buku kesehatan kapal.
Berdasarkan pengamatan kami, sangat jarang sekali terdapat pasien dalam kurun
waktu 1 bulan hanya 1-2 orang pasien saja. Sehingga produksi limbah infeksius tidak
banyak. Limbah yang dihasilkan berupa jarum suntik, sarung tangan, obat kadaluarsa,
masker, tabung gas oksigen dan labu infusan.
Limbah infeksius yang dihasilkan disimpan pada tempat sampah yang sama
dengan limbah domestic yaitu di tempat sampah plastic. Seharusnya, limbah infeksius
dan limbah domestic disimpan di tempat yang berbeda dan memiliki label yang jelas
serta tertutup. Limbah infeksius dimasukan kedalam safety box berwarna kuning dan
limbah domestic dimasukan kedalam tempat sampah plastic.
Setelah disimpan selanjutnya limbah infeksius dari pos kesehatan dibawa ke
KKP untuk disatukan dengan limbah infeksius dari klinik di drum-drum khusus untuk
selanjutnya diangkut dan diolah oleh PT. Wastec Internasional Cilegon. Pengangkutan
dilakukan apabila drum telah penuh, kapasitas drum bermacam-macam ada yang 120,
150 dan 200 liter. Pengolahan dilakukan dengan proses incinerasi.
Pengelolaan limbah infeksius dan limbah domestic di Pos kesehatan sama
halnya dengan pengelolaan limbah infeksius dan limbah domestic di klinik KKP kelas
II Banten belum terkelola secara baik sesuai dengan UU no. 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah.

129
Pos Kesehatan Pelabuhan penyebrangan Merak Ferry Indonesia pada Bulan November 2017 memiliki risiko yang dapat menyebabkan
bahaya bagi kesehatan manusia dan kesehatan lingkungan, dengan risiko sebagai berikut :
4.10.1 Manajemen Risiko Berdasarkan Ruangan
Tabel 4.34 Identifikasi Hazard di Pos Kesehatan November 2017
Identifikasi Hazard, Sumber Hazard dan Risiko di Klinik KKP Kelas II Banten
Lokasi Sumber Hazard Jenis Risiko Upaya yang telah Upaya yang direkomendasikan
hazard dilakukan
Lampu Intensitas Fisik Pencahayaan yang kurang Penggunaan lamu neon Penambahan jumlah lampu dan
cahaya yang mengakibatkan penurunan fungsi penggantian lampu yang sudah
kurang penglihatan. Hasil pengukuran redup dan sudah tidak berfungsi
pencahayaan sebesar 67,04 lux
Computer Radiasi dari Fisik Penggunaan layar computer yang Pencahayaan pada layar Penambahan screen protector pada
layar computer terlalu terang mengakibatkan mata computer di setting tidak layar komputer
ceat Lelah, pusing dan menurunnya terlalu terang
tingkat konsentrasi
Ruang Tata letak meja Tata letak meja Ergonomic Tinggi meja,kursi serta tata letak Menyesuaikan tinggi Menata barang-barang yang berada
Administrasi kerja kerja yang tidak peralatan kantor yang tidak sesuai antara kursi dan meja di bawah meja kerja, seperti CPU,
sesuai bagi pekerja dapat berisiko pekerja dan kabel mouse sehingga posisi
mengalami gangguan persendian duduk pekerja terasa nyaman
(pegal-pegal) dan cepat lelah
(terdapat CPU, kabel computer dan
kabel mouse dibawah meja
sehingga mengakibatkan posisi
duduk pekerja tidak nyaman)
Lampu Intensitas Fisik Pencahayaan yang kurang Penggunaan lamu neon Penambahan jumlah lampu dan
cahaya yang mengakibatkan penurunan fungsi penggantian lampu yang sudah
kurang penglihatan. Hasil pengukuran redup dan sudah tidak berfungsi
pencahayaan sebesar 80.68 lux
Ruang Jarum suntik Jarum suntik Biologi Penularan penyakit Terdapat tempat sampah Menyediakan tempat khusus limbah
perawatan bekas medis dan adanya SOP serta
pengawasan agar setiap jarum
suntik yang telah digunakan untuk
langsung dibuang ke tempatnya
Labu infus Labu infus Fisik Penyimpanan infusan yang tidak Terdapat tempat sampah Penyimpanan infusan ditempatkan

130
bekas yang sesuai pada tempatnya dapat di lemari atau tempat khusus, dan
tidak tertutup di menyebabkan infusan terjatuh dan infusan bekas segera dibuang ke
meja kerja mengenai pekerja, serta infusan tempat sampah khusus limbah
bekas yang tidak segera dibuang medis
dan tidak mempunyai penutup
dapat menyebabkan air infusan
tercecer dan menyebabkan pekerja
terpeleset
Tempat tidur Tempat tidur Fisik Tempat tidur yang tidak dilengkapi - Memberikan pengaman badan pada
pasien pasien yang dengan pengaman badan dapat tempat tidur pasien atau mengganti
tidak mengakibatkan pasien terjatuh dengan tempat tidur yang memiliki
dilengkapi pengaman
dengan
pengaman
Tempat tidur Ergonomic Tempat tidur yang tidak dapat - Mengganti tempat tidur pasien yang
yang terlalu diatur ketinggiannya dapat dapat diatur ketinggiannya
tinggi mengakibatkan pasien mengalami
pegal pegal
Tempat tidur Terdapat Fisik Mobilitas pasien dan petugas - Melipat dan merapihkan kembali
darurat/velbed velbed di area terganggu velbed yang tidak terpakai ada saat
ruang jam kerja dan ditempatkan ditempat
perawatan yang yang aman
sempit
diletakan
didepan meja
pemeriksaan

131
4.10.2 Manajemen Risiko Berdasarkan Kegiatan
Tab 4.35. Identifikasi dan Penilaian Risiko Bahaya Kegiatan di Pos Kesehatan Pelabuhan Penyebrangan Merak Ferry Indonesia November 2017
No Tugas Bahaya- Risiko Murni Jumlah Jenis Risiko Kalkulasi Risiko Tingkat
bahaya Karyawan yang (S/H) Risiko Murni
Terpapar Kons Frek
1 Pemeriksaan kesehatan pengunjung, Virus, bakteri Tertular 1 orang H 2 2 4
pekerja dan ABK
2 Pengelolaan alat-alat medis Benda-benda Tertusuk 1 orang S 2 2 4
tajam
3 Menginfus pasien Jarum infuse Tertusuk 1 orang S 2 1 2
4 Memeriksa detak jantung Stetoskop Ketulian, 1 orang H 2 1 2
ergonomis
Berdasarkan analisis Hiradc diatas karena tingkat risiko murni pada seluruh kegiatan di Pos Kesehatan berada pada tingkat risiko
rendah, sehingga tidak perlu adanya penambahan control.

132
4.11 Manajemen Risiko Lingkungan Pelabuhan
Gambar 4.25.Alur Koordinasi Forum Pelabuhan Sehat
Penyebrangan Merak Kota Cilegon Provinsi Banten

Pelindung

Penangung Jawab

Pengarah

Ketua

Sekretaris

Bidang Keamanan Bidang Sarana Bidang Promosi Bidang Pelayanan Bidang Pelayanan
Ketertiban dan Prasarana Kesehatan Kesehatan Kes. Kesehatan Kes.

4.11.1 Dasar Hukum


Keputusan Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otomatis Pelabuhan Kelas I Banten
Nomor: Kp.104/11/18/KSOP.Btn-14 Tentang Forum Pelabuhan Sehat Pelabuhan
Penyebrangan Merak Kota Cilegon Propinsi Banten,
Menimbang:
a. Bahwa upaya untuk mewujudkan pelabuhan sehat dan bebas dari faktor resiko yang
membahayakan kesehatan merupakan tanggung jawab berama.
b. Bahwa upaya untuk mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan secara terkordinir,
terpadu dan berkesinambungan
c. Berdasarkan huruf a dan b perlu dibentuk forum pelabuhan sehat pelabuhan
penyebrangan merak
Mengingat:
a. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Undang-undang No. 17 tahun 2008 tentang pelayaran Undang-undang N0. 01
Tahun 1962 tentang karantina laut
c. Permenkes No. 44 tahun 2014 tentang penyelenggaraan pelabuhan dan bandar udara
sehat

133
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 431/Menkes/SK/IV/2007 Tentang pedoman
teknis pengendalaian resiko kesehatan lingkungan di pelabuhan/ bandara/ pos lintas
batas dalam rangka karantina kesehatan.
e. Sosialisasi dan diskusi pelabuhan sehat tanggal, 26 Mei 2014
Menetapkan
Kesatu : Membutuhkan forum pelabuhan sehat penyebrangan merak sebagaimana
tercantum dalam lampiran kesehatan ini
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya
4.11.2 Susunan Forum Pelabuhan Sehat Pelabuhan Penyebrangan Merak Kota Cilegon
Provinsi Banten
Menimbang : Walikota Cilegon
Tanggung Jawab : 1. Kepala Kantor Kesyahbandaraan dan Otoritas Pelabuhan
Kelas I Banten
2. Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Penyebrangan Merak
3. General Manager PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero)
Cabang Merak
Pengarah : 1. Kepala Dinas Kesehatan Kota Cilegon
2. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten
3. Camat Kecamatan Pulo Merak
4. Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Banten
5. Kepala Stasiun Karantina Ikan Kelas II Cilegon
6. Kepala Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan Merak
Ketua Forum : Manager Usaha Pelabuhan PT. ASDP Indonesia Ferry
(Persero) Cabang Merak
Sekretaris : 1. Kepala Seksi PKSE, KKP Kelas II Banten
1. Asmen Humas PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero)
Cabang Merak
2. Asmen Umum PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero)
Cabang Merak
Bendahara : Ketua Gapasdap Cabang Merak

134
Bidang Keamanan
dan Ketertiban : 1. Kanit Reskim Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan
Merak
2. Direktur PT Indo Sarana Usaha
3. Lurah Kelurahan Tamansari
4. Lurah Kelurahan Mekarsari
Bidang Sarana dan
Prasarana : 1. Manager Teknik PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero)
Cabang Merak
2. Gapasdap Cabang Merak
3. Kepala Stasiun Kereta Api Merak
4. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cilegon
Bidang Promosi
Kesehatan : 1. Kepala Cabang PT. Jasaraharja (Persero) Cabang Serang
2. Kepala BPJS Kesehatan Cabang Serang
3. Kepala BPJS Ketenagakerjaan Cabang Serang
4. Ka. Sub bag TU Stasiun Karantina Ikan Kelas II Cilegon
5. Ka. Sub Bag TU Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon
6. Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota
Cilegon
7. Kepala Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan KKP Kelas
II Banten
8. Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kota Cilegon
Bidang Keselamatan : 1. Koordinator Pos Kesehatan Pelabuhan Merak, KKP Kelas
II Banten
2. Koordinator Syahbandar Pelabuhan Penyebrangan Merak
3. Kepala Basarnas Merak
Bidang Pelayanan
Kesehatan : 1. Kepala Puskesmas Pulo Merak
2. Kepala Seksi Upaya Kesehatan Lintas Wilayah KKP Kelas
II Banten

135
4.11.3 Uraian Tugas
Pelindung
1. Pelindung semua kegiatan yang direnacanakan dan dilaksanakan oleh forum
pelabuhan sehat penyebrangan merak
Penanggung Jawab
1. Penanggung Jawab kegiatan penyelenggaraan pelabuhan sehat
2. Menetapkan visi dan misi program pelabuhan sehat
Pengarah
1. Memberikan pengarahan tentang kebijakan dan tujuan umum berdasarkan visi dan
misi yang ditetapkan
2. Memberikan masukan kepada penanggung jawab untuk mengatifasi forum
pelabuhan sehat
Ketua
1. Menetapkan sasaran dan srategi berdasarkan kebijakan dan tujuan yang telah
ditetapkan oleh forum pelabuhan sehat.
2. Mengkoordinir bidang-bidang untuk mencapai sasaran
3. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan
4. Melakukan koordinasi dengan lintas sector terkait dalam upaya mewujudkan
pelabuhan sehat.
5. Memantu dan mengevaluasi pencapaian sasaran.
Bendahara
1. Pertanggungjawab pengelolaan keuangan
Bidang Keamanan dan Ketertiban
1. Melaksanakan program kegiatan pengamanan lingkungan pelabuhan penyebrangan
merak
2. Membuat prosedur pengamanan pelabuhan
3. Berkoordinasi dengan ketua dalam pelaksanaan kegiatan pemgamatan dan
pengawasan peredaran obat terlarang/ narkoba diwilayah pelabuhan penyebrangan
merak.
Bidang Sarana dan Prasarana
1. Melaksanakan pengawasan sarana umum pelabuhan seperti sarana penyediaan air
bersih, pengelolaan air limbah, pengelolaan sampah dan asarana umum lainya
(toilet, sarana ibadah, ruang tunggu, ibu menyusui, smoking area, fasilitas
penyandang cacat).
136
2. Melakukan perbaikan sarana dan prasarana umum.
3. Berkoordinasi dengan ketua dan penanggung jawab forum pelabuhan sehat
Bidang Promosi Kesehatan
1. Melaksanakan program upaya pendidikan kesehatan masyarakat pengguna jasa dan
pengusaha dilingkungan pelabuhan penyebrangan merak melalui penyuluhan,
pelatihan kedaruratan medis, pembuatan poster kesehatan dan media promosi lainya
2. Pengawasan sanitasi kapal
3. Pengawasan penyediaan obat-obatan dikapal
4. Melaksanakan rujukan bila diperlukan
4.11.4 Total Produksi
Tabel 4.36. Total Produksi
Uraian 2014 2015 2016 %
A B C D 2015:2014 2016:2015
1. Trip 2.170 2.333 2.369 107,5% 101,55%
2. Penumpang
a. Pejalan Kaki 197.414 193.262 199.060 98% 103,00%
b. Diatas Kendaraan 1.039.618 1.223.977 1.287.624 118% 105,20%
Total Penumpang 1.237.032 1.417.239 1.486.684 115% 105%
3. Kendaraan
a. Roda 2 86.755 86.926 92.376 100% 106,27%
b. K. Kecil 123.693 125.620 135.268 102% 107,68%
c. Bus 9.107 8.884 8.775 98% 98,77%
d. Truk 30.629 26.335 25.168 86% 95,57%
Total Kendaraan 250.184 247.765 261.587 99% 106%
Sumber: Data Sekunder
4.11.5 Peak Day
Tabel 4.37. Peak Day
No Uraian ANGLEB 2014 ANGLEB 2015 PREDIKSI PEAK %
. ANGLEB 2016 2016:2015
1. Jumlah Trip/ 1 Satu Sisi 102 104 104 100,3%
2. Sailing/ Port Time
a. Dermaga I & II 120 mnt/ 60 mnt 120 mnt/ 60 mnt 120 mnt/ 60 mnt 120 mnt/ 60 mnt
b. Dermaga III, IV & V 120 mnt/ 60 mnt 120 mnt/ 60 mnt 120 mnt/ 60 mnt 120 mnt/ 60 mnt
3. Peak Day
1. Penumpang
a. Penjalan Kaki 28.676 23.740 23.977 101,00%
b. Diatas Kendaraan 108.905 104.142 109.360 105,01%
Jumlah Penumpang 137.581 127.882 133.337 104%
a. Kendaraan R2 (Motor) 18.940 19.197 20.243 105,45%
b. Kendaraan Kecil 11.241 12.114 12.821 105,84%
c. Bus 731 622 602 96,79%
Jumlah Kendaraan 30.912 31.933 33.667 105%
Sumber : Data Sekunder

137
Gambar 4.26. Denah Pelabuhan Penyebrangan Merak
Pelabuhan Penyebrangan Merak terletak di Provinsi Banten adalah pelabuhan
umum yang melayani penyebrangan antara Pulau Jawa dan Sumatera. Pelabuhan
Penyebrangan Merak memiliki luas 150.615 m2. Pelabuhan Penyebrangan ini dikelola
oleh PT. ASDP Indonesia Ferry. Fasilitas yang terdapat di Pelabuhan Penyebrangan
Merak adalah :
1. Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat
dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang/kendaraan dan
menaik-turunkan penumpang. Pelabuhan Penyebrangan Merak pada saat ini
memiliki enam dermaga. Lima dermaga yang beroperasi yaitu dermaga I, II, III, IV
dan V serta satu dermaga yang sedang dalam proses pembangunan yaitu dermaga
VI. Dermaga I, II dan III adalah dermaga untuk menaik-turunkan penumpang dan
bongkar muat barang/kendaraan sedangkan dermaga IV dan V adalah dermaga yang
khusus untuk melayani bongkar muat barang/kendaraan saja.Dermaga-dermaga ini
dilengkapi dengan sarana:
a. Movable Bridge
Moveble bridge merupakan dermaga yang dapat digerakan turun naik dengan
bantuan mesin hidrolik
b. Gangway
Gangway adalah jalur/route yang dijalani oleh penumpang dari tempat tunggu
penumpang menuju kapal
c. Side Ramp
138
Side ramp adalah jembatan bagi kendaraan atau penumpang yang akan masuk
ke kapal.
d. Fender
Fender adalah bumper yang digunakan untuk meredam benturan yang terjadi
pada saat kapal akan merapat ke dermaga atau pada saat kapal yang sedang
ditambatkan tergoyang oleh gelombang atau arus yang terjadi di pelabuhan.
2. Lapangan parkir
Lapangan parkir berfungsi sebagai tempat kendaraan yang menunggu untuk
dapat dilayani masuk kedalam kapal. Di Pelabuhan Penyebrangan Merak terdapat
lapangan parkir untuk mendukung kelancaran arus bongkar muat penumang dan
kendaraan bermotor dari dan dalam kapal. Selain itu terdapat pula lapangan parkir
umum dan lapangan parkir khusus karyawan.
3. Loket penumpang
Di Pelabuhan Penyebrangan Merak ini ada dua jenis loket yaitu loket untuk
penumpang dan loket untuk kendaraan. Pelabuhan Penyebrangan Merak memiliki
14 loket untuk penumpang (tana kendaraan).
4. Fasilitas penunjang lainnya
Fasilitas penunjang lainnya yang ada di Pelabuhan Penyebrangan Merak yaitu
ruang tunggu penumpang, area foodcourt, CCTV di sebagian titik pelabuhan dan
toilet. Dalam pelayanannya, Pelabuhan Penyebrangan Merak merupakan pelabuhan
yang beroperasi 24 jam dalam sehari.

4.11.6 Laporan Kegiatan Pengendalian Risiko Lingkungan


A. Gambaran Umum
Pelabuhan dengan segala fasilitasnya, kapal dan alat angkut umum yang
merupakan tempat bertemunya berbagai macam kegiatan dan kepentingan baik
nasional maupun internasional dari berbagai bidang perdagangan, pariwisata,
transmigrasi, dan lain-lain. Pelabuhan juga merupakan titik simpul pertemuan atau
aktifitas keluar masuk kapal, barang dan orang, sekaligus sebagai pintu gerbang
transformasi penyebaran penyakit. Hal ini menyebabkan ancaman global terhadap
kesehatan masyarakat karena adanya penyakit karantina, penyakit menular lama
yang timbul kembali (Reemerging Diseases).
Pengelolaan sanitasi lingkungan pelabuhan merupakan kegiatan untuk
menciptakan lingkungan di wilayah pelabuhan sesuai standar, berwawasan
139
lingkungan dan berkelanjutan. Kegiatan sanitasi lingkungan fisik manusia yang
berpotensi menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik,
kesehatan dan daya tahan tubuh manusia.
Kantor kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten mempunyai tugas melaksanakan
pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilens
epidemologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan
penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia, dan pengamanan
radiasi wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
Seksi pengendalian risiko lingkungan merupakan teknis dibidang pengendalian
vector dan binatang penular penyakit, serta pembinaan sanitasi lingkungan di
wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak meruapakan salah satu perusahaan
yang memiliki terminal untuk penyebrangan laut antar pulau. Sehubung dengan hal
tersebut, maka Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten melaksanakan
pengawasan dan pembinaan khususnya bidang pengendalian risiko lingkungan di PT.
ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya tersebut.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah sebagai pelaksanaan tupoksi Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten yang meliputi:
a. Kegiatan pengawasan inspeksi sanitasi lingkungan di PT. ASDP Indonesia Ferry
Cabang Merak.
b. Kegiatan pengawasan pengendalian vector dan binatang pembawa penyakit di PT.
ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan ini adalah pengawasan sanitasi lingkungan,
pengawasan pengendalian vector dan binatang pembawa penyakit di PT. ASDP
Indonesia Ferry Cabang Merak
D. Dasar Hukum
a. UU Nomor 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut
b. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
c. UU Nomor 4 Tahun 1984, tentang Wabah Penyakit Menular
d. International Helath Regulation Revisi Tahun 2005
140
e. PP Nomor 40 Tahun 1991, tentang penanggulangan Wabah Penyakit Menular
f. PP No. 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan
g. PP No. 16 Tahun 2009 tentang Pelabuhan
h. Permenkes No. 416 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
i. Permenkes No. 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
j. Permenkes No. 736 tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air
Minum
k. Permenkes Nomor. 374/Menkes/Per/III/2010 tentang Pengendalian Vektor
l. Permenkes Nomor 356/Menkes/Per/IV/2008, tentang dan Tata Kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan sebagaimana telah diubah dengan Permenkes Nomor 2348
tahun 2011
m. Kepmenkes RI No 431 tahun 2007, tentang Pedoman Teknis Pengendalian Risiko
Lingkungan di Pelabuhan/ Bandara/ Pos Lintas Batas dalam Rangka Karantina
Kesehatan
n. Permenkes No. 44 tahun 2014, tentang Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat
E. Tugas Yang Dilaksanakan
1. Persiapan Kegiatan
Persiapan Peralatan dan Bahan, yaitu:
Tabel 4.38. Peralatan dan Bahan Kegiatan
No. Alat dan Bahan Satuan Jumlah Keterangan
1. Kendaraan Unit 1 Transportasi
2. Aedes Kit Unit 1 Peralatan Survey Jentik
3. Senter Unit 1 Alat Penerangan Survei
4. Blanko Survei Lembar 10 Pencatatan Data Sampel
5. Alat Tulis Set 5 Alat Pencacat Hasil Survey
6. Fly Grill Buah 1 Pengukur Kepadatan Lalat
7. Perangkap Tikus Buah 20 Perangkap Tikus
8. Mikroskop Buah 1 Identifikasi Pinjal
9. Water Test Kit Set 1 Pemeriksaan Kualitas Air
10. Sound Level Meter Buah 1 Pemeriksaan Kebisingan
11. Lux Meter Buah 1 Pemeriksaan Pencahayaan
12. pH Meter Buah 1 Pemeriksaan pH
13. APD Set 5 Alat Pelindung Diri
Sumber : Data Sekunder
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tanggal : 14-24 Juni 2016
b. Tenaga Pelaksana :
1. 7 (Tujuh) orang dari seksi Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL) Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten

141
c. Kegiatan yang dilakukan:
1. Inspeksi Sanitasi yang tediri dari :
a. Pengamatan lapangan terhadap seluruh jenis sarana penyediaan air
bersih
b. Pengamatan sanitasi lingkungan (fasilitas umum, gedung, dermaga,
fasilitas air)
c. Pendataan, pengawasan, dan pengambilan sampel tempat pengolahan
makanan (kantin)
2. Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
a. Survey Jentik Aedes Aegpty
b. Pengukuran Kepadatan Lalat
c. Pemasangan Perangkap Tikus
3. Hasil yang Dicapai
Hasil kegiatan adalah sebagai berikut:
A. Pengawasan Inspeksi Sanitasi Lingkungan
a. Hasil Pengawasan Air Bersih dilaksanakan terhadap sarana penyediaan air
bersih di lingkungan PT . ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak. Hasil
Pemeriksaanya adalah sebagai berikut:
Sumber air bersih untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK) dan
supply kapal berasal dari Supplier air CV. Ricky Putera yang telah
memperoleh ijin dan sertifikat air bersih serta sumur gali sebagai
tambahannya. Tempat penampungan air memakai reservoir. Pemeriksaan
air bersih secara kimiawi hanya dilakukan oleh pihak KKP Kelas II Banten
dengan Frekuensi dua kali dalam setahun.

b. Hasil Pengamatan Sanitasi Lingkungan


Tabel 4.39. Hasil Pengamatan Sanitasi Lingkungan
No. Kegiatan Hasil Inspeksi Keterangan

142
1. Fasilitas Umum Risiko Rendah -
2. Bagunan Risiko Rendah -
3. Dermaga/ Kade Risiko Rendah -
4. Fasilitas Air Bersih Risiko Rendah -
5. Vektor Risiko Rendah Belum tersedia pest control, tetapi ada kegiatan
kebersihaan PSN
Sumber : Data Sekunder
c. Hasil kegiatan pengawasan Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak terdapat tujuh kantin didalam
kawasan pelabuhan. Seluruh kantin memenuhi syarat kesehatan.
B. Pengawasan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
Lingkungan pelabuhan harus bebas dari vector penular penyakit seperti
nyamuk, tikus, lalat dan kecoa. Maka untuk memastikan PT. ASDP Indonesia
Ferry Cabang Merak bebas dari faktor risiko vector tersebut dilakukan survei
vector.
Hasil survei vector diketahui:
a. Survei kepadatan lalat dilakukan ditempat pembuangan sementara (TPS)
dan kantin-kantin PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak hasilnya 0
(Kepadatan Rendah)
b. Survei jentik dilakukan disetiap tempat yang potensial. Hasil survei jentik
menunjukan Countener Index (CI) 0% dan House Index (HI) yaitu 0%
c. Hasil dari rodent control menunjukan Bahwa populasi tikus dipelabuhan
rendah dan indeks pinjal 0 (nol)

143
4.12 Manajemen Risiko Bagi Pekerja di Pelabuhan Penyebrangan Merak
4.12.1. Manajemen Risiko Berdasarkan Ruangan
Tabel 4.40. Manajemen Risiko di Pelabuhan Penyebrangan Merak November 2017
No. Sumber Hazard Jenis Risiko Upaya yang Telah Ada Upaya yang Direkomendasikan
Hazard Hazard
Loket Tiket Penumpang
Pekerja tidak leluasa untuk Jarak meja kerja yang lebih Memperluas ruangan loket
Luas ruangan yang
bergerak sehingga mobilitas tinggi dari kursi sehingga penjualan tiket agar pekerja
terlalu sempit yaitu
1 Ruangan Fisik pekerja terganggu dan pekerja ketika duduk, lutut pekerja mudah untuk bergerak.
1,5 x 0,7 m untuk 2
sering terpantuk dinding tidak terpantuk meja
orang orang
ataupun meja kerja
Terdapat pengendalian Menyesuaikan tinggi meja
Pekerja merasakan pegal- administrative dengan pekerja sesuai dengan tempat
Posisi kerja yang tidak Ergonomi pegal, mudah mengeluh dan penggantian shift setiap duduk pekerjanya dan
2 Posisi kerja
ergonomis c kurang nyaman bekerja di karyawan yaitu setia 12 jam menyesuaikan tinggi tempat
ruangan tersebut sekali pemberian tiket agar sesuai
dengan posisi kerja
Sinar matahari yang langsung Penggunaan kaca film dan Adanya pemeriksaan berkala/
Intensitas cahaya yang menyinari tempat loket adanya penggantian shift medical chekup bagi pekerja dan
3 Sinar matahari Fisik
tinggi menyilaukan sehingga dapat adanya tindak lanjut dari hasil
mengganggu penglihatan pemeriksaan tersebut
Terdapat pengendalian teknik Jika pada saat AC beroperasi,
yaitu terdapat alat penyegar seharusnya pintu ruangan tertutup
Pekerja berisiko terkena udara berupa 1 unit AC jangan dibiarkan terbuka terlalu
Kondisi Suhu yang tinggi Fisik dan dehidrasi, heatstress, mudah dibeberapa ruangan dan lama karena akan menjadi tidak
4
geografis melebihi 300C psikologi Lelah dan berkurangnya sebagian ruangan efektif proses penyegaran
konsentrasi pada saat bekerja menggunakan kipas angin serta udaranya serta penambahan unit
adanya penggantian shift kipas angina untuk yang
menggunakan kipas angin
Terdapat perbedaan Menggunakan sepatu tertutup Pemasangan penutup lubang dan
ketinggian antara dipasang miring kearah lantai
lantai area tiket dan Pekerja sering tersandung area tiket
5 Pintu masuk lantai ruangan tiket Fisik karena kaki masuk kedalam
dan terdapat lubang lubang
yang menjorok
kedalam

144
Lantai ruangan loket - Perbaikan lantai ruangan loket
6 Lantai tiket tidak rata dan Fisik Pekerja berisiko tiket, menutup lubang yang ada
terdapat lubang
Loket Tempat Parkir
Pekerja berisiko terpantuk Telah dilakukan pengendalian Memperluas ruangan loket
dinding ruangan dan meja administratif yaitu pergantian tempat parkir agar pekerja
Fisik, kerja. Ruangan yang sempit karyawan setiap 12 jam sekali. nyaman dalam bekerja dan
Luas ruangan loket ergonomic menghambat gerakan pekerja pemilihan pekerja yang sesuai
1 Ruangan
yang sempit dan sehingga bekerja kurang dengan luas ruangan
psikologis nyaman, pegal-pegal, stress
dan menurunnya konsentrasi
pada saat bekerja
Sinar matahari yang langsung Penggunaan kaca film dan Adanya pemeriksaan berkala/
Intensitas cahaya yang menyinari tempat loket adanya penggantian shift medical chekup bagi pekerja dan
2 Sinar matahari Fisik
tinggi menyilaukan sehingga dapat adanya tindak lanjut dari hasil
mengganggu penglihatan pemeriksaan tersebut
Pengendalian administratif, Penggunaan kursi disesuaikan
Posisi pekerja yang Ergonomi Pekerja berisiko pegal-pegal pergantian shift setiap dengan tinggi dan berat badan
3 Posisi pekerja
tidak ergonomis c dan mudah kelelahan karyawan setiap 12 jam sekali pekerja
dan terdapat kursi
Pengendalian administratif, Terdapat SOP dan instruksi kerja
pergantian shift setiap penggunaan alat pelindung diri
karyawan setiap 12 jam sekali serta system pengawasannya.
Pekerja berisiko mengalami
Mesin Kebisingan, debu dan Fisik, Penggunaan alat pelindung diri
stress, menurunnya fungsi
4 kendaraan yang asap yang berasal dari kimia dan berupa ear muff/ear plug dan
pendengaran, dan gangguan
lalu lalang mesin kendaraan psikologis masker serta adanya pemeriksaan
pernapasan
berkala/ medical chekup bagi
pekerja dan adanya tindak lanjut
dari hasil pemeriksaan tersebut
Gate masuk dermaga
Tempat duduk Pengendalian administratif, Penggantian kursi dengan kursi
petugas yang terlalu Ergonomi Pekerja berisiko pegal-pegal pergantian shift setiap yang lebih tinggi disesuaikan
1 Tempat duduk
rendah dengan mesin c dan sakit leher karyawan setiap 12 jam sekali dengan tinggi mesin tiket
tiket otomatis otomatis
Pagar besi dan mesin tiket Menggunakan sepatu yang Menutup lubang-lubang yang
Pagar besi dan Pagar besi dan mesin
otomatis yang memiliki tertutup berisiko membuat orang
2 mesin tiket tiket otomatis yang Fisik
lubang berisiko terpantuk dan tersandungp
otomatis memiliki lubang
tersandung

145
- Memiliki SOP dan instruksi kerja
Mesin roll yang terbuka
Mesin roll yang penggunaan mesin roll serta
3 Mesin roll Fisik berisiko membuat tangan
terbuka larangan menyentuh mesin tanpa
terjepit
adanya barang
Dermaga I, II, III, IV, V
Terdapat garis hati-hati pada Hati-hati pada setiap perbedaan
pintu masuk kapal, danya ketinggian di side ramp,
penggantian shift bekerja dan merekayasa besi pada awal naik
terdapat rantai untuk membtasi side ramp dengan memberikan
Perbedaan ketinggian jarak antara pagar besi satuke penambahan besi yang dibuat
di side ramp, terdapat pagar besi lainnya miring kea rah lantai gang way
lubang pada awal naik agar tidak terdapat lubang,
side ramp, perbedaan dilakukan perawatan side ramp
Berisiko untuk terpeleset,
ketinggian antara side secara berkala agar tidak mudah
terjatuh, tercebur, tersandung,
ramp dan pintu masuk berkarat, merekayasa besi pada
dan terjerembab masuk
Kontruksi side kapal, side ramp yang akhir turun side ramp dengan
1 Fisik kedalam sela-sela lubang atau
ramp sudah berkarat dan penambahan tangga buatan ,
tercebur kedalam air karena
rapuh, jarak anak merekayasa jarak dari setiap
tepat dibawah side ramp
tangga pada side tangga di side ramp dengan
merupakan perairan dalam
ramp yang berjauhan penambahan besi, penambahan
dan Pembatas/pagar rantai/pagar besi di pintu masuk
besi tidak terpasang mesin katrol dan pintu masuk
disepanjang side ramp kapal dan penambahan pamflet
hati-hati terbentur, terpeleset,
terjatuh, tercebur dan tersandung
di pintu masuk kapal dan pintu
masuk side ramp
- Memberikan pagar
besi,memberikan garis hati-
Tidak terdapat pagar
hati,penambahan pamflet hati-
besi /pembatas dan Orang berisiko terjatuh,
Area sebelah hati Penambahan pamflet hati-
2 terdapat roda side Fisik tercebur, tersandung,
side ramp hati terbentur, terpeleset, terjatuh,
ramp yang dapat terbentur
tercebur dan tersandung,
diakses dengan mudah
memberikan garis hati-hati pada
setiap roda side ramp
3 Mesin katrol Penempatan kabel Fisik Orang berisiko untuk terjatuh, Mesin katrol dibatasi dengan Mengatur penempatan kabel agar
yang dapat terjepit dan tersandung pagar embatas tetai tidak jauh dari mobilitas pekerja,
mengganggu pekerja, keseluruhan menggunakan alat pelindung diri

146
seperti safety shoes, alat
terdapat perbedaan pelampung, wearpack,
ketinggian antara side memberikan garis hati-hati pada
ramp dan area mesin setiap perbedaan ketinggian,
katrol, terdapat lantai melakukan engeinering control
yang berlubang, mesin dengan memberikan penutup
katrol dapat diakses transparan yang terbuat dari
dengan mudah oleh bahan yang aman seperti fiber
orang lain, tidak glass yang dilengkapi dengan
terdapat pembatas di kunci, menutup lantai yang
pintu masuk area berlubang dan memasang
mesin katrol pembatas seperti pintu besi/rantai
yang dilengkapi dengan kunci
Pagar gang way yang - Melakukan perawatan pagar besi,
terbuat dari besi sudah mengganti pagar besi yang sudah
berkarat dan rapuh, berkarat dan meninggikan batas
batas pagar besi yang pagar sampai setinggi pinggang
Pagar besi gang terlalu pendek dapat Orang berisiko tercebur, orang dewasa
4 Fisik
way dengan mudah diakses terjerembab, dan terluka
oleh anak-anak
sehingga berpotensi
untuk tercebur dan
terjatuh
Terdapat alat penyegar udara Terdapat SOP dan instruksi kerja
berupa 1 unit AC penggunaan alat pelindung diri
serta system pengawasannya.
Pekerja berisiko mengalami
Kebisingan dan suhu Penggunaan alat pelindung diri
Kondisi ruangan stress, kelelahan, kepanasan,
yang tinggi serta Fisik, berupa ear muff/ear plug.
di pos gangguan pendengaran dan
5 penggunaan atap fisiologis Penambahan dan pengecekan
penyebrangan mengalami penyakit
ruangan yang terbuat dan kimia secara berkala keadaan mesin
penumpang asbestosis karena debu yang
dari asbes penyegar udara dan mengganti
berasal dari dari asbes
bahan pembuatan atap dengan
yang lebih aman seperti terbuat
dari genting tanah liat
6 Kontruksi Terdapat jarak antara Fisik Pekerja berisiko tercebur, - melakukan rekayasa penambahan
movable bridge besi jembatan dan terjatuh, dan tersandung penutup yang terbuat dari bahan
beton pijakan yang yang kuat pada jarak tersebut dan
terlalu lebar memasang garis hati-hati pada

147
sekeliling movable bridge
- Memasang kayu yang
Lantai terbuat dari ketinggiannya diatur sehingga
Lantai ruangan pasangan besi tidak dapat sama tinggi dengan lantai
Tersandung, terjatuh,
7 pos jaga mesin permanen yang fisik beton, penempatan kayu diatas
terperosok dan tercebur
movable bridge memiliki pegangan pasangan besi dan pemasangan
yang timbul garis hati-hati pada setiap
perbedaan ketinggian
Menalikan kabel dengan Menalikan kabel disetiap bagian
pengunci kabel kabel yang
menjuntai/menggantung,
memasang dan penambahan
Kabel-kabel di Penempatan kabel-
pengunci kabel serta kabel
ruangan pos kabel yang terbuka, Konsleting listrik dan
8 Fisik protector, memberikan tanda
jaga mesin menggantung dan kebakaran
bahaya sengatan listrik dan
movable bridge tidak teratur
mudah terbakar, penyediaan
APAR dan membuat SOP dan
instruksi kerja penggunaan
APAR
Adanya peringatan penggunaan Melakukan perawatan mesin dan
masker ruangan pos, membersihkan
ceceran oli secara berkala,
menggunakan alat pelindung diri
berupa safety shoes, melakukan
Terpeleset dan iritasi kulit dan
Mesin control Fisik dan perawatan mesin agar tumpahan
9 Ceceran oli dari mesin terganggunya system
movable bridge kimia oli dapat diminimalisisr
pernapasan
pembuatan SOP, instruksi kerja
dan MSDS dan melakukan
engawasan terhadap SOP,
instruksi kerja dan MSDS yang
telah dibuat

Tabel 4.41. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Udara di Pelabuhan Penyebrangan Merak November 2017
Pencahayaan Kebisingan Suhu
No. Area NAB Ket. NAB Ket. NAB Ket.
(lux) (dB) (0C)
1. Loket tiket penumpang 81,08 >100 TMS 65,5 70 MS 30,8 18-28 TMS

148
2. Pos kesehatan 67,04 TMS 64,85 MS 26,91 MS
3. Pos security dermaga 108,67 MS 67,1 MS 30,4 TMS
4.12.2. Manajemen Risiko Berdasarkan Kegiatan
Tabel 4.42. Identifikasi dan Penilaian Risiko Bahaya Kegiatan di Pelabuhan Penyebrangan Merak November 2017
No Tugas Bahaya-bahaya Risiko Murni Jumlah Karyawan Jenis Risiko Kalkulasi Risiko Tingkat
yang Terpapar (S/H) Kons Frek Risiko
Murni
Loket Tiket Penumpang
a. Ruangan loket yang Terpantuk, pegal, kram otot 1 orang S 2 7 14
sempit
Melayani orang yang b. Suhu yang melebihi Dehidrasi, heat stress 1 orang H 3 3 9
1
membeli tiket NAB
c. Pencahayaan yang Penurunan fungsi 1 orang H 4 2 8
kurang dari NAB pengelihatan
Loket Tempat Parkir
a. Ruangan loket yang Terpantuk, pegal, kram otot 1 orang S 2 7 14
sempit
Melayani keluar masuk tiket
1 b. Debu yang berasal dari Menurunnya fungsi 1 orang H 3 3 9
kendaraan
kendaraan pernapasan
c. Asap knalpot Gangguan pernapasan 1 orang H 3 3 9
Gate masuk dermaga
Melayani penumpang yang a. Posisi kerja yang tidak Pegal, kram otot 1 orang S 2 7 14
1
akan masuk dermaga ergonomis
Dermaga I, II, III, IV dan V
1 Menaik turunkan side ramp a. Perbedaan ketinggian di Tersandung, terjatuuh 1 orang S 2 6 12
dengan mesin katrol side ramp
b. Lubang pada side ramp Tersandung, terjerembab, 1 orang S 2 6 12
terjatuh
c. Bahan side ramp yang Terjerembab, terjatuh 1 orang S 5 3 15
sudah berkarat dan mulai
rapuh

d. Tidak ada Terjatuh 1 orang S 5 5 25


pembatas/pagar besi
pada side ramp
e. Roda side ramp yang Tersangkut, terjepit, tergiling 1 orang S 4 4 16

149
tidak tertutup roda side ramp
f. Kabel mesin katrol Tersandung, tersetrum 1 orang S 3 4 12
g. Mesin katrol yang tidak Tersangkut, terjepit, 1 orang S 4 5 20
tertutup tersandung, terbentur
h. Atap yang terbuat dari Penyakit asbestosis 1 orang H 3 2 6
asbes
Menarik tali dari kapal ke Menarik tali kapal secara Tertarik, terseret, pegal, kram 3 orang S 4 5 20
2
penambat tali kapal manual otot, dislokasi persendian
a. Mobilisasi kendaraan Terlindas kendaraan, 3 orang S 5 4 20
tertabrak, tercebur
Pengawas dan pengatur b. Mobilisasi kendaraan gangguan fungsi pernafasan 3 orang H 3 3 9
3
mobilisasi kendaraan c. Jarak antara besi Tersandung, terjatuh, tercebur 3 orang S 2 3 6
jembatan dan beton yang
terlalu lebar
a. Kabel-kabel yang Tersetrum, konsleting, 1 orang S 5 3 15
terbuka, menggantung kebakaran
dan tidak teratur
Mengoprasikan mesin control
4 b. Ceceran oli dari mesin Terpeleset 1 orang S 2 3 6
movable bridge
c. Knalpot mesin Gangguan pernapasan 1 orang H 3 3 9
d. Posisi kerja Terpantuk mesin, pegal, kram 1 orang S 2 5 10
otot

Tabel 4.43. Tabel Penentuan Kontrol Risiko Bahaya Kegiatan di Pelabuhan Penyebrangan Merak November 2017
No. Tingkat Jenis risiko Kontrol yang ada untuk memitigasi Efektifitas Tingkat Tambahan Kontrol yang direkomendasikan
Risiko (apakah S/H) risiko murni Kontrol (%- Risiko
(murni) gabungan) Sisa
Loket Tiket Penumpang
1a 14 S Adanya pembagian shift 0% 14 - Memperluas ruangan loket tempat parker
- Membereskan barang-barang yang berada di loket
penumpang
- Membuat SOP dan Instruksi kerja
- Mensosialisasikan SOP dan instruksi kerja yang telah
dibuat
- Menempelkan SOP dan instruksi kerja yang telah dibuat
1b 9 H - Dipasang alat penyegar ruangan seperti 100% 0 -
AC

150
- Adanya pembagian shift kerja
1c 8 H Dipasang kaca film pada loket 100% 0 -
Loket Tempat Parkir
1a 14 S Adanya pembagian shift kerja 0% 14 Memperluas ruangan loket tempat parker
1b 9 H - 0% 9 - Pemberian dan penggunaan APD berupa masker
- Membuat SOP dan Instruksi kerja
- Mensosialisasikan SOP dan instruksi kerja yang telah
dibuat
- Menempelkan SOP dan instruksi kerja yang telah dibuat
1c 9 H - 0% 9 - Pemberian dan penggunaan APD berupa masker
- Membuat SOP dan Instruksi kerja
- Mensosialisasikan SOP dan instruksi kerja yang telah
dibuat
Menempelkan SOP dan instruksi kerja yang telah dibuat
Gate masuk dermaga
1a 14 S - Terdapat kursi untuk pekerja 40% 8.4 - Mengganti kursi yang dapat disesuaikan ketinggiannya
- Adanya pembagian shift kerja - Membuat SOP dan Instruksi kerja
- Mensosialisasikan SOP dan instruksi kerja yang telah
dibuat
- Menempelkan SOP dan instruksi kerja yang telah dibuat
1b 14 S - Adanya bukaan pada banguan sebagai 40% 5.4 - Memasang alat penyegar ruangan seperti AC atau kipas
ventilasi alami angina
- Adanya pergantian shift - Menyediakan air minum untuk pekerja
1c 8 H - Terdapat bukaan pada bangunan dan 100% 0 -
kaca sebagai jalan masuknya cahaya
pada ruangan
- Terdapat lampu
- Terdapat pergantian shift
Dermaga I, II, III, IV dan V
1a. 12 S - 0% 12 - Memberikan tanda peringatan hati-hati pada setiap
perbedaan ketinggian side ramp
- Merekayasa besi pada awal side ramp agar terdapat
tambahan besi yang miring ke arah lantai gang way
- Memberikan APD berupa safety shoes kepada pekerja
1b 12 S - 0% 12 Menutup lubang pada side ramp dengan besi
1c 15 S - 0% 15 - Mengganti besi side ramp yang sudah berkarat dan
rapuh dengan yang baru
- Melakukan perawatan terhadap besi agar tidak cepat

151
berkarat dan rapuh
1d 25 S Memasang rantai besi pada beberapa 40% 15 Membuat pagar besi di setiap sisi side ramp
bagian side ramp
1e 16 S - 0% 16 - Memberikan tanda hati-hati terjepit atau tergiling roda
pada side ramp
- Pemberian dan penggunaan safety shoes pada pekerja
1f 12 S Menutup kabel dengan menggunakan cable 75% 3 - Memberikan tanda hati-hati adanya tegangan listrik
protector - Penyedian gloves karet tahan listrik untuk pekerja
1g 20 S - 0% 20 - Memberikan penutup transparan yang terbuat dari
bahan yang aman seperti fiber glass yang dilengkapi
dengan kunci
- Penyedian IPD untuk pekerja yang menggunakan mesin
katrol trsebut seperti gloves (sarung tangan) dan safety
shoes
- Pembuatan SOP dan Instruksi kerja
- Sosialisasi mengenai SOP dan instruksi kerja yang telah
dibuat kepada pekerja
- Penempelan SOP dan instruksi kerja pada pos pekerja
2 20 S Adanya pembagian shift 40% 12 - Mengganti orang dengan mesin untuk menarik tali
- Pemberian dan penggunaan APD
- Pembuatan SOP dan instruksi kerja
- Sosialisasi mengenai SOP dan instruksi kerja yang telah
dibuat kepada pekerja
- Penempelan SOP dan instruksi kerja pada pos pekerja
3a 20 S - 0% 20 - Membuat jalur khusus pejalan kaki
- Pemberian dan penggunaan APD berupa safety shoes
- Pembuatan SOP dan Instruksi kerja
- Sosialisasi mengenai SOP dan instruksi kerja yang telah
dibuat kepada pekerja
- Penempelan SOP dan instruksi kerja pada pos pekerja
3b 9 H Adanya pembagian shift kerja 40% 3.6 Pemberian dan penggunaan APD berupa masker
4a 15 S Menutup kabel dengan cable protector 65% 9.75 - Memberikan tanda hati-hati adanya tegangan listrik
- Merapihkan kabel yang bergelantungan
- Penyedian gloves karet tahan listrik untuk pekerja
- Pembuatan SOP dan Instruksi kerja
- Sosialisasi mengenai SOP dan instruksi kerja yang telah
dibuat kepada pekerja
- Penempelan SOP dan instruksi kerja pada pos pekerja

152
4c 9 H - Adanya peringatan pemakaian APD 25% 6.75 - Pemberian dan penggunaan APD
berupa masker untuk pekerja - Pembuatan SOP, MSDS dan Instruksi kerja
- Adanya pembagian shift kerja - Sosialisasi mengenai SOP, MSDS dan instruksi kerja
yang telah dibuat kepada pekerja
- Penempelan SOP, MSDS dan instruksi kerja pada pos
pekerja
4d 10 S - 0% 10 - Pemberian dan penggunaan APD berupa safety shoes
- Pembuatan SOP, MSDS dan instruksi kerja
- Sosialisasi mengenai SOP, MSDS dan instruksi kerja
yang telah dibuat kepada pekerja
- Penempelan SOP, MSDS dan instruksi kerja pada pos
pekerja

4.13 Manajemen Risiko Bagi Pekerja di Kapal Penyebrangan (Caitlyn)


4.13.1. Manajemen Risiko Berdasarkan Ruangan
Tabel 4.44. Manajemen Risiko di Kapal Penyebrangan (Caitlyn) November 2017
No Sumber Hazard Jenis Risiko Upaya yang Telah Ada Upaya yang Direkomendasikan
. Hazard Hazard
Berisiko terkena Terdapat pengendalian teknik Jika pada saat AC beroperasi, seharusnya
Suhu dan dehidrasi, heatstress, yaitu terdapat alat penyegar udara pintu ruangan tertutup jangan dibiarkan
Kondisi kelembaban yang Fisik dan mudah Lelah dan berupa 1 unit AC dibeberapa terbuka terlalu lama karena akan menjadi
1
geografis tidak memenuhi psikologi berkurangnya ruangan dan sebagian ruangan tidak efektif proses penyegaran udaranya serta
syarat konsentrasi pada saat menggunakan kipas angina serta penambahan unit kipas angina untuk yang
bekerja adanya penggantian shift menggunakan kipas angin
Terdapat tempat sampah di Menambah dan menempatkan tempat sampah
Dibeberapa ruangan beberapa ruangan dan geladak diseluruh ruangan, toilet dan geladak. Tempat
Berisiko dapat
terdapat sampah yang sampah yang terbuat dari bahan yang kuat,
2 Sampah Fisik mengundang vector
berceceran seperti tidak mudah bocor, dan memiliki penutup
penyakit
punting rokok serta dipisahkan antara sampah organic dan
anorganik
3 Vector dan Di dapur/tempat Fisik,biolog Berisiko menularkan Melakukan perawatan Melakukan perawatan dan kebersihan kapal
binatang pengolahan makanan i dan penyakit melalui lingkungan kapal setiap hari secara rutin, melakukan
pengganggu terdapat kecoa, psikologi makanan, dan pembersihan kapal dari kucing/ binatang

153
membuat lingkungan lainnya serta diadakannya pengawasan
kapal menjadi kotor perawatan dan kebersihan kapal
sarang laba-laba
sehingga timbul rasa
tidak nyaman
Tirai yang sudah - Melakukan perbaikan dan penggantian tirai-
rusak tidak dapat lagi tirai yang sudah rusak
Tirai Banyak tirai yang melindungi orang dari
4 Fisik
jendela/kaca sudah rusak terik sinar matahari
dan berisiko orang
kejatuhan
Saluran pembuangan Beberapa saluran pembuangan Sebaiknya ember/wadah plastic ditempatkan
yang langsung terdapat ember/wadah plastic di semua saluran pembuangan AC
dibuang ke lantai untuk menampung air buangan
kapal dapat membuat
lantai licin sehingga
Saluran Saluran pembuangan berisiko terpeleset dan
Fisik dan
5 pembuangan langsung dibuang ke jatuh dan dapat
biologi
AC lantai kapal membuat genangan
air di kapal sehingga
berisiko menjadi
breeding place vector
penyakit yang dapat
menularkan penyakit
Tempat wudhu yang Tempat wudhu yang - disediakan tempat wudhu yang terpisah antara
tidak dipisah antara tidak dipisah perempuan dan laki-laki, dapat diberi
6 Tempat wudhu psikologi
perempuan dan laki- membuat tidak sekat/pembatas dan diberikat stiker/ tanda
laki nyaman pada masing-masing tempat wudhu.
Mengganggu estetika, - Disediakan lemari tempat penyimpanan
Alat sholat yang dapat membuat khusus alat sholat dan alat sholat dicuci secara
Fisik dan
7 Alat sholat tercecer dan terpeleset dan terjatuh berkala
psikologi
menggantung serta tidak terjamin
kebersihannya

154
4.13.2 Manajemen Risiko Berdasarkan Kegiatan
Tabel 4.45. Identifikasi dan Penilaian Risiko Bahaya Kegiatan Pengamatan Langsung Sanitasi Kapal Penyebrangan (Caitlyn) November 2017
No. Tugas Bahaya-bahaya Risiko Murni Jumlah Jenis Risiko Kalkulasi Tingkat Risiko
Karyawan yang (S/H) Risiko Murni
Terpapar
Kons Frek

1 Pemeriksaan kamar Perbedaan Terpantuk, dan 1 orang S 2 2 4


perwira, ABK dan ketinggian terjatuh
penumpang
2 Pemeriksaan dapur dan Perbedaan Terpeleset, 1 orang S 2 2 4
tempat bahan makanan ketinggian dan terpantuk dan
lantai licin lantai terjatuh
licin
3 Pemeriksaan ruang Jarum suntuik tertusuk dan 1 orang S 1 2 3
perawatan dan benda- tergores
benda tajam
4 Pemeriksaan Toilet Lantai licin Terpeleset 1 orang S 1 2 2
5 Pemeriksaan insektisida Insektisida Terpapar dan 1 orang H 3 2 6
keracunan
6 Pemeriksaan Tempat Sampah Terpapar 1 orang H 1 2 2
Sampah penyakit dan
bau
7 Pemeriksaan tempat Tempat Terpeleset dan 1 orang S 2 2 4
penampungan air bersih penampungan terjatuh
air bersih
8 Pemasangan pengaman Pengaman tikus Terjepit 2 orang S 1 2 2
tikus perangkap
9 Pengukuran kebisingan Kebisingan Ketulian 2 orang S 3 2 6
sementara
10 Pemeriksaan jentik dan Nyamuk Aedes Tergigit 1 orang H 1 2 2
nyamukAedes aegypti aegypti
11 Pengawasan Kapal Tali untuk naik Terjatuh 2 orang S 3 4 12
ke kapal

Perahu untuk Terjatuh 5 orang S 3 4 12


menyebrang

155
Tangga licin Terjatuh, 5 orang H 2 2 4
terjerembab
12 Intervensi kimia Bahan kimia Keracunan 1 orang H 3 2 6
terhadap lalat dewasa,
larva
13 Intervensi kimia tehadap Bahan kimia Keracunan 1 orang H 3 2 6
kecoa
14 Peracunan tikus Bahan kimia Keracunan 1 orang H 3 2 6
(rodenticide)

Tabel 4.46. Penentuan Kontrol Risiko Bahaya Kegiatan Pengamatan Langsung Sanitasi Kapal Penyebrangan (Caitlyn) November 2017
No. Tingkat Jenis risiko Kontrol yang ada untuk memitigasi risiko murni Efektifitas Tingkat Tambahan Kontrol yang
Risiko (apakah S/H) Kontrol (%- Risiko Sisa direkomendasikan
(murni) gabungan)
11 12 S - Penyediaan APD (Helm, Pelampung dan safety 90% 1.2 - memberikan peringatan
shoes) jika lalai menggunakan
APD
12 S - Penyediaan APD (Helm, Pelampung dan safety 90% 1.2 - menggunakan perahu
shoes) yang konstruksinya lebih
aman meskipun dalam
situasi apapun

4.14 Manajemen Risiko Lingkungan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten


4.14.1. Manajemen Risiko Berdasarkan Ruangan
Tabel 4.47. Manajemen Risiko di Ruangan Seksi Upaya Kesehatan Lintas Wilayah November 2017
Upaya yang
Lokasi Sumber Hazard Jenis Hazard Risiko Upaya yang Telah Ada
direkomendasikan
Ruangan Administrasi - Pegal Disediakan tempat Posisi tempat duduk dan
Posisi kerja yang - Mudah kelelahan duduk meja kerja harus sejajar
Posisi kerja Ergonomi
kurang ergonomis sehinggapekerja dapat
bekerja dengan nyaman
Kondisi kerja Mobilitas pasien Psikologi - Stress - Memberikan Membuat jalur antrian
ruangan - Mudah lelah nomor antrian agar mobilitas pasien

156
- Berkurangnya kepada pasien lancar dan tidak berbelit
konsentrasi agar bisa datang
berurutan
Ruangan UKLW - Terjatuh - Membereskan ruangan
(Upaya Kesehatan - Mudah stress kerja dengan rapi dan
Kondisi Ruangan kerja Fisik
Lintas Wilayah) menyimpan barang sesuai
ruangan kerja tidak tertata rapi Psikologi
dengan jenisnya

Tabel 4.48. Manajemen Risiko di Ruangan Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan November 2017
No. Sumber Hazard Jenis Risiko Upaya yang Telah Ada Upaya yang direkomendasikan
Hazard
Sedanga melakukan Ruangan di perluas, jarak antar meja
ruangan yang memiliki
Pekerja berisiko pembangunan kantor baru kerja di perluas dan melakukan
jarak antar meja kerja
1 Ruangan Fisik tersandung, terjatuh dan pengaturan tata letak meja kerja
yang disekat sangat
membatasi ruang gerak sehingga tidak membatasi ruang
sempit
gerak pekerja

Tabel 4.49. Manajemen Risiko di Ruangan Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi November 2017
No. Sumber Hazard Jenis Risiko Upaya yang Telah Upaya yang direkomendasikan
Hazard Ada
Banyak dokumen-dokumen dan Terdapat rak Penambahan rak dokumen di masing-
barang-barang yang tidak terata dokumen di beberapa masing meja kerja, membereskan dan
Meja kerja tidak tertata rapih baik diatas meja kerja meja kerja memisahkan dokumen yang penting,
Fisik dan
1 Meja kerja rapih dan berkas-berkas maupun di bawah meja kerja masih terpakai dengan yang tidak
psikologi
yang tertumpuk sehingga sangat berisiko untuk dipisahkan dari meja kerja dan menata
kejatuhan, kehilangan dan barang-barang dengan rapi agar dapat
akhirnya mudah stress bekerja dengan nyaman dan leluasa
Sedangan melakukan Ruangan di perluas, jarak antar meja
ruangan yang memiliki
Pekerja berisiko tersandung, pembangunan kantor kerja di perluas dan melakukan
jarak antar meja kerja
2 Ruangan Fisik terjatuh dan membatasi ruang baru pengaturan tata letak meja kerja
yang disekat sangat
gerak sehingga tidak membatasi ruang gerak
sempit
pekerja

157
4.14.2. Manajemen Risiko Berdasarkan Kegiatan
Tabel 4.50. Identifikasi dan Penilaian Risiko Bahaya Kegiatan Seksi Pengendalian Karantina
dan Surveilans Epidemiologi November 2017
No. Tugas Bahaya-bahaya Risiko Murni Jumlah Jenis Risiko Kalkulasi Tingkat Risiko
Karyawan yang (S/H) Risiko Murni
Terpapar
Kons Frek

1. Pendataan Penyakit Virus, bakteri Tertular 1 orang H 3 2 6


Wabah
2. Pengawasan alat angkut Tangga ke kapal Terjatuh, 3 orang S 2 2 4
licin terjerembab
3. Pengawasan barang Barang di kapal Tertindih 1 orang S 1 2 2
4. Pengawasan ABK Virus, bakteri Tertular 1 orang H 3 2 6
dari penyakit
menular
5. Menginput data penyakit Radiasi Terpapar radiasi 1 orang H 3 1 3
6. Pengawasan Kapal Bakteri, virus Terinfeksi, 10 orang H 3 2 6
Karantina penyakit tertular
7. Mengevakuasi Jenazah Bakteri, virus Terinfeksi, 10 orang H 3 2 6
dari kapal Karantina penyakit tertular
8. Melakukan isolasi Bakteri, virus Terinfeksi, 5 orang H 3 2 6
terhadap penderita penyakit tertular
9. Evakuasi ABK sehat Ruangan sempit Terhimpit, 5 orang S 1 2 2
berdesakan

Tabel 4.51. Identifikasi dan Penilaian Risiko Bahaya Kegiatan Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan November 2017
No. Tugas Bahaya-bahaya Risiko Murni Jumlah Jenis Risiko Kalkulasi Tingkat Risiko
Karyawan yang (S/H) Risiko Murni
Terpapar Kons Frek

1. Pengambilan sampel air Api bunsen Terbakar 1 orang S 2 2 4


secara biologi
2. Pengambilan sampel Api bunsen Terbakar 1 orang S 2 2 4

158
makanan
3. Pengukuran kebisingan Kebisingan Ketulian 2 orang S 3 2 6
sementara
4. Pemasangan perangkap Perangkap tikus Terjepit 2 orang S 1 2 2
tikus perangkap
5. Pemeriksaan jentik Nyamuk Aedes Tergigit 1 orang H 1 2 2
Aedes aegypti aegypti
6. Survey Kepadatan Lalat Lalat Terpapar 2 orang H 3 2 6
penyakit
7. Pemeriksaan Tempat Sampah Terpapar 1 orang H 1 2 2
Sampah penyakit dan
bau
8. Pemeriksaan Toilet Lantai licin Terpeleset 1 orang S 1 2 2
9. Pengawasan Kapal Tali untuk naik Terjatuh 2 orang S 3 4 12
Angker ke kapal

Perahu untuk Terjatuh 5 orang S 3 4 12


menyebrang
10. Pengawasan Kapal Tangga licin Terjatuh, 5 orang H 2 2 4
Cargo terjerembab
11. Identifikasi tikus Bakteri dan Terinfeksi 6 orang H 3 2 6
virus
12. Pengambilan perangkap Tikus Tergigit 1 orang H 2 2 4
tikus
13. Identifikasi pinjal tikus Bakteri dan Terinfeksi 6 orang H 2 2 4
virus
14. Intervensi kimia Bahan kimia Keracunan 1 orang H 3 2 6
terhadap lalat dewasa,
larva
15. Intervensi kimia tehadap Bahan kimia Keracunan 1 orang H 3 2 6
kecoa
16. Peracunan tikus Bahan kimia Keracunan 1 orang H 3 2 6
(rodenticide)

Tabel 4.52. Penentuan Kontrol Risiko Bahaya Kegiatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten November 2017
No. Tingkat Jenis risiko Kontrol yang ada untuk memitigasi risiko murni Efektifitas Tingkat Tambahan Kontrol yang

159
Risiko (apakah S/H) Kontrol (%- Risiko Sisa direkomendasikan
(murni) gabungan)
9 12 S - Penyediaan APD (Helm, Pelampung dan safety 90% 1.2 - memberikan peringatan jika
shoes) lalai menggunakan APD
12 S - Penyediaan APD (Helm, Pelampung dan safety 90% 1.2 - menggunakan perahu yang
shoes) konstruksinya lebih aman
meskipun dalam situasi
apapun

Tabel 4.53. Identifikasi dan Penilaian Risiko Bahaya Kegiatan Seksi Upaya Kesehatan Lintas Wilayah November 2017
No Tugas Bahaya-bahaya Risiko Murni Jumlah Jenis Risiko Kalkulasi Risiko Tingkat
Karyawan yang (S/H) Kons Frek Risiko Murni
Terpapar
1. Memberi vaksin Jarum suntik Tertusuk 1 orang S 3 2 6
2. Memeriksa detak jantung Stetoskop Ketulian, ergonomis 1 orang H 3 1 2

160
4.15 Pemantauan dan Review
Kegiatan pemantauan/ pengawasan dan review memastikan penilaian dan
pengendalian yang diterapkan berjalan dengan efektif.
4.15.1 Pemantauan
Monitoring yang dilakukan oleh pihak KKP Kelas II Banten dan PT.
ASDP Ferry Indonesia yaitu dengan melakukan pemantauan secara
berkala kepada para pegawai yang berada di KKP Kelas II Banten dan PT.
ASDP Ferry Indonesia pemantauan ini dapat dilakukan setiap harinya
tanpa mengganggu kegiatan dan pekerjaan yang berada di KKP Kelas II
Banten dan PT. ASDP Ferry Indonesia. Pemantauan dapat dilakukan
dengan terfokus pada hazard dan risiko yang berada di KKP Kelas II
Banten dan PT. ASDP Ferry Indonesia. Monitoring untuk pemantauan
dapat dilakukan pada kegiatan
1. Pemantauan pada kegiatan rontagen pasien dan cuci film yaitu dapat
dilakukan dengan cara memantau setiap harinya yaitu memastikan pada
saat kegiatan rontagen pasien petugas harus menggunakan tabir Pb
(apron) serta sarung tangan Pb dan memastikan pasa saat cuci film
petugas memakai APD lengkap dan tidak ada ceceran bahan-bahan
kimia di lantai pada saat proses pencucian film.
2. Pemantauan pada kegiatan menaikan dan menurunkan side ramp
dengan mesin katrol, tidak ada pagar pembatas, dalam pemantauan ini
dapat dilakukan yaitu harus membuat pagar side ramp, dikarenakan
tidak adanya pagar side ramp.
3. Pengawasan kapal dengan kegiatan tali untuk naik ke kapal dan perahu
untuk menyebrang dapat dilakukan pemantauan yaitu dengan cara
penyediaan APD yang lengkap seperti helm, pelampung dan safety
shoes dan memastikan petugas yang akan melakukan kegiatan ini harus
memakai APD yang lengkap.
4. Pengawasan Kapal Angker dengan kegiatan naik ke kapal dengan
menggunakan tali dan perahu untuk menyebrang dapat dapat dilakukan
pemantauan yaitu dengan cara penyediaan APD yang lengkap seperti

161
helm, pelampung dan safety shoes dan memastikan petugas yang akan
melakukan kegiatan ini harus memakai APD yang lengkap.
Monitoring dapat dilakukan dengan langkah-langkah adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan komunikasi/ menjalin komunikasi antara pihak KKP Kelas
II Banten dan PT. ASDP Ferry Indonesia khususnya bagian K3 atau
semua pihak yang terakit.
2. Melakukan kerjasama/ menjalin kerjasama antara pihak KKP Kelas II
Banten dan PT. ASDP Ferry Indonesia khususnya bagian K3 atau
semua pihak yang terakit
3. Melakukan evaluasi mengenai hasil monitoring yang telah dilakukan
yang dimana dalam monitoring ini dilakukan dengan cara yaitu:
a. Mempertahanakan hasil yang telah ada dari monitoring yang telah
dibuat.
b. Memperbaiki hasil yang telah ada dari monitoring yang telah dibuat.
4.15.2 Review
Manajemen risiko perlu ditinjau secara konsisten dan berkelanjutan
dalam semua tahap yang ada mulai dari identifikasi bahaya, penilaian
risiko, penteuan control risiko, penerapan tindakan pengendalian dan
pemantauan dan review. Tahap ini perlu dikaji ulang mengenai control
risiko yang dapat diimplentasikan dengan baik atau dapat dilakukan control
tambahan yang dapat dilakukan sehingga risiko dapat dikurangi dengan
semaksimal mungkin.
Pemantauan pengendalian risiko terhadap petugas ataupun penumpang,
maka haruslah ditambahkan control risiko pada kegiatan kegiatan rontagen
pasien dan cuci film, kegiatan menaikan dan menurunkan side ramp dengan
mesin katrol, Pengawasan kapal dengan kegiatan tali untuk naik ke kapal
dan perahu untuk menyebrang, dan Pengawasan Kapal Angker dengan
kegiatan naik ke kapal dengan menggunakan tali dan perahu untuk
menyebrang seperti:

162
1. Dinding ruangan dilapisi Pb minimal 2 mm yang terpasang dari lantai,
plafond dan jendela dengan kaca timah, petugas mengenakan tabir Pb
(apron) serta sarung tangan Pb dan disediakan ruangan control room.
2. Disediakan ruangan khusus untuk penyimpanan bahan-bahan kimia fixer
dan bahan kimia ditempatkan secara rapih dan ditata pada rak-rak dan
disediakan MSDS.
3. Membuat pagar besi di setiap sisi side ramp.
4. Memberikan peringatan jika lalai mengunakan APD.
5. Menggunakan perahu yang kontruksinya lebih aman meskipum dalm
situasi apapun.
Berdasarkan control tambahan yang telah diberikan sebaiknya
diimplementasikan kembali dan dipantau kembali agar kontrol yang
ditambahkan dapat mencapai hasil yang maksimal dan dapat mengurangi
risiko hingga mencapai kategori rendah.

4.16 Hasil Observasi Poliklinik


Tabel 4.54. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan Kontruksi Lantai
di Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan
No. Komponen Kesehatan Lingkungan Keterangan
Ya Tidak
1. Kuat V
2. Bersih V
3. Pertemuan antara lantai membentuk V
konus/melengkung
4. Kedap air V
5. Rata V
6. Tidak licin V
7. Mudah dibersihkan V
Ni 6 1
N 7 7
% 85,72 14,28
Berdasarkan Tabel 4.54. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan
Kontruksi Lantai di Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan diketahui
85,72% konstruksi lantai memenuhi syarat dengan komponen kesehatan
lingkungan yang terpenuhi yaitu kuat, bersih, kedap air, rata, tidak licin
dan mudah dibersihkan.

163
Tabel 4.55. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan Kontruksi Dinding di
Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan
No. Komponen Kesehatan Lingkungan Keterangan
Ya Tidak
1. Rata V
2. Bersih V
3. Berwarna terang V
4. Mudah dibersihkan V
Ni 4 0
N 4 4
% 100 0
Berdasarkan Tabel 4.55. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan
Kontruksi Dinding di Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan diketahui
100% konstruksi dinding memenuhi syarat dengan komponen kesehatan
lingkungan yang terpenuhi yaitu rata, bersih, berwarna terang dan mudah
dibersihkan.

Tabel 4.56. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan Kontruksi Ventilasi di


Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan
No. Komponen Kesehatan Lingkungan Keterangan
Ya Tidak
1. Lubang ventilasi minimum 15% x luas lantai V
(ventilasi alam)
2. Lubang ventilasi minimum 15% x luas lantai V
(ventilasi mekanis)
Ni 2 0
N 2 2
% 100 0
Berdasarkan Tabel 4.56. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan
Kontruksi Ventilasi di Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan diketahui
100% konstruksi ventilasi memenuhi syarat dengan komponen kesehatan
lingkungan yang terpenuhi adalah lubang ventilasi minimum 15% X luas
lantai (ventilasi alam) dan lubang ventilasi minimum 15% X luas lantai
(ventilasi mekanis)

164
Tabel 4.57. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan Kontruksi Atap di
Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan
No. Komponen Kesehatan Lingkungan Keterangan
Ya Tidak
1. Bebas serangga dan tikus V
2. Tidak bocor V
3. Berwarna terang V
4. Mudah dibersihkan V
Ni 4 0
N 4 4
% 100 0
Berdasarkan Tabel 4.57. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan
Kontruksi Atap di Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan diketahui 100%
konstruksi lantai memenuhi syarat komponen kesehatan lingkungan yang
terpenuhi adalah bebas serangga dan tikus, tidak bocor, berwarna terang,
dan mudah dibersihkan.

Tabel 4.58. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan Kontruksi Langit-


langit di Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan
No. Komponen Kesehatan Lingkungan Keterangan
Ya Tidak
1. Tinggi langit-langit minimum 2,7 m dari V
lantai
2. Kuat V
3. Berwarna terang V
4. Mudah dibersihkan V
Ni 4 0
N 4 4
% 100 0
Berdasarkan Tabel 4.58. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan
Kontruksi Langit-langit di Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan diketahui
100% konstruksi langit-langit memenuhi syarat komponen kesehatan
lingkungan yang terpenuhi adalah tinggi langit-langit minimum 2,7 m dari
lantai, kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan.

165
Tabel 4.59. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan Kontruksi Balkon,
Beranda, dan Talang di Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan
No. Komponen Kesehatan Lingkungan Keterangan
Ya Tidak
1. Tidak terdapat genangan air V
2. Tidak terdapat jentik V
3. Mudah dibersihkan otomatis (springkler) V
4. Adanya pintu darurat V
5. Adanya jalur evakuasi V
6. Adanya tangga darurat V
7. Adanya tempat titik kumpul yang aman V
8. Terdapat APAR disetiap koridor V
Ni 3 5
N 8 8
% 37,5 62,5
Berdasarkan Tabel 4.59. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan
Kontruksi Balkon, Beranda dan Talang di Poliklinik Kesehatan Kerja
Pelabuhan diketahui 37,5% konstruksi balkon, beranda dan talang
memenuhi syarat komponen kesehatan lingkungan yang terpenuhi adalah
tidak terdapat genangan air, tidak terdapat jentik, dan mudah dibersihkan
otomatis (springkler).

Tabel 4.60. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan di Ruang Tunggu


Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan
No. Komponen Kesehatan Lingkungan Keterangan
Ya Tidak
1. Bebas rokok V
2. Terdapat kursi tunggu V
3. Sejuk dan tidak pengap V
4. Intensitas penerangan cukup (100-200 lux) V
5. Terdapat poster-poster kesehatan V
6. Terdapat toilet V
Ni 6 0
N 6 6
% 100 0
Berdasarkan Tabel 4.60. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan di
Ruang Tunggu Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan diketahui 100%
memenuhi syarat komponen kesehatan lingkungan yang terpenuhi adalah
bebas rokok, terdapat kursi tunggu, terdapat kursi tunggu, sejuk dan tidak

166
pengap, intensitas penerangan cukup (100-200 lux), terdapat poster-poster
kesehatan, dan terdapat toilet.

Tabel 4.61. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan Poliklinik Kesehatan


Kerja Pelabuhan
No. Komponen Kesehatan Lingkungan Keterangan
Ya Tidak
1. Pencahayaan 100-200 lux V
2. Suhu 19oC - 25oC (dengan AC) atau suhu V
kamar (tanpa AC)
3. Kelembaban 45% - 60% (dengan AC) atau V
kelembaban udara ambien (tanpa AC)
4. Adanya tempat penyimpanan alat pelindung V
Ni 4 0
N 4 4
% 100
Berdasarkan Tabel 4.61. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan
Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan diketahui 100% memenuhi syarat
komponen kesehatan lingkungan yang terpenuhi adalah pencahayaan 100-
200 lux, suhu 19oC-25 oC (dengan AC) atau suhu kamar (tanpa AC),
kelembaban 45%-60% (dengan AC) atau kelembaban udara ambien (tanpa
AC) dan adanya tempat penyimpanan alat pelindung.

Tabel 4.62. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan di Ruang Obat


Kesehatan Kerja Pelabuhan
No. Komponen Kesehatan Lingkungan Keterangan
Ya Tidak
1. Pencahayaan 100-200 lux V
2. Suhu 19oC - 25oC (dengan AC) atau suhu V
kamar (tanpa AC)
3. Kelembaban 45% - 60% (dengan AC) atau V
kelembaban udara ambien (tanpa AC)
4. Bebas tikus dan kecoa V
5. Dilengkapi rak untuk menyimpan berbagai V
jenis obat-obatan
Ni 5 0
N 5 5
% 100 0
Berdasarkan Tabel 4.62. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan di
Ruang Obat Kesehatan Kerja Pelabuhan diketahui 100% memenuhi syarat
komponen kesehatan lingkungan yang terpenuhi adalah pencahayaan 100-
200 lux, suhu 19oC-25oC (dengan AC) atau suhu kamar (tanpa AC),

167
kelembaban 45%-60% (dengan AC) atau kelembaban udara ambien (tanpa
AC), bebas tikus dan kecoa dan dilengkapai rak untuk menyimpan
berbagai jenis obat-obatan.

Tabel 4.63. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan di Laboratorium Kimia


Darah Kesehatan Kerja Pelabuhan
No. Komponen Kesehatan Lingkungan Keterangan
Ya Tidak
1. Pencahayaan 100-200 lux V
2. Suhu 19oC - 25oC (dengan AC) atau suhu V
kamar (tanpa AC)
3. Kelembaban 45% - 60% (dengan AC) atau V
kelembaban udara ambien (tanpa AC)
4. Terdapat lemari yang lengkap dan mudah V
dibersihkan
5. Dinding terbuat dari porselin/keramik setinggi V
1,5 m dari lantai
6. Lantai dan meja kerja tahan terhadap bahan V
kimia dan getaran
7. Dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet V
8. Tinggi langit-langit 2,7 m – 3,3 m dari lantai V
9. Kebisingan <85 dBA V
Ni 8 1
N 9 9
% 88,89 11,1
Berdasarkan Tabel 4.63. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan di
Laboratorium Kimia Darah Kesehatan Kerja Pelabuhan diketahui 88,89%
memenuhi syarat komponen kesehatan lingkungan yang terpenuhi adalah
pencahayaan 100-200 lux, suhu 19oC-25 oC (dengan AC) atau suhu kamar
(tanpa AC), kelembaban 45%-60% (dengan AC) atau kelembaban udara
ambien (tanpa AC), terdapat lemari yang lengkap dan mudah dibersihkan,
dinding terbuat dari porselin/ keramik setinggi 1,5 m dari lantai, lantai dan
meja kerja tahan terhadap bahan kimia dan getaran, tinggi langit-langit 2,7
m-3,3 m dari lantai dan kebisingan <85 dBA.
.

168
Tabel 4.64 Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan Laboratorium Vektor
dan Sanitasi Kesehatan Kerja Pelabuhan
No. Komponen Kesehatan Keterangan
Lingkungan Ya Tidak
1. Pencahayaan 100-200 lux V

2. Suhu 19-25oC (dengan AC) atau V


suhu kamar (tanpa AC)
3. Kelembaban 45-60% (dengan AC) V
atau kelembaban udara ambien
(tanpa AC)
4. Terdapat lemari yang lengkap dan V
mudah dibersihkan
5. Dinding terbuat dari V
porselin/keramik setinggi 1,5 meter
dari lantai
6. Lantai dan meja kerja tahan V
terhadap bahan kimia dan getaran
7. Dilengkapi dengan kamar mandi dan V
toilet
8. Tinggi langit-langit 2,7-3,3 meter V
dari lantai
9. Kebisingan ≤65 dbA V

Ni 8 1
N 9 9
% 88,89 11,11
Berdasarkan Tabel 4.64. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan
Laboratorium Vektor dan Sanitasi Kesehatan Kerja Pelabuhan diketahui
88,89% memenuhi syarat komponen kesehatan lingkungan yang terpenuhi
adalah pencahayaan 100-200 lux, suhu 19oC-25 oC (dengan AC) atau suhu
kamar (tanpa AC), kelembaban 45%-60% (dengan AC) atau kelembaban
udara ambien (tanpa AC), terdapat lemari yang lengkap dan mudah
dibersihkan, dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet, lantai dan meja
kerja tahan terhadap bahan kimia dan getaran, tinggi langit-langit 2,7 m-
3,3 m dari lantai dan kebisingan <85 dBA.

169
Tabel 4.65. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan Kuantitas Penyehatan
Air Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan
No. Komponen Kesehatan Lingkungan Keterangan
Ya Tidak
1. Tersedia air bersih 250 lt/tt/hari V
2. Tersedia air bersih 3lt/pengunjung/hari V
Ni 2 0
N 2 2
% 100 0
Berdasarkan Tabel 4.65. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan
Kuantitas Penyehatan Air Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan diketahui
100% memenuhi syarat dengan komponen kesehatan lingkungan yang
terpenuhi tersedia air berih 250 lt/tt/hari dan tersedia air bersih 3
lt/pengunjung/hari

Tabel 4.66. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan Sarana Penyehatan Air


Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan
No Komponen Kesehatan Keterangan
Lingkungan Ya Tidak
1. Sumber PDAM, air tanah diolah V
2. Distribusi lancar V
3. Distribusi tidak bocor V
4. Penampungan tertutup V
Ni 4 0
N 4 4
% 100 0
Berdasarkan Tabel 4.66. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan
Sarana Penyehatan Air Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan diketahui
100% memenuhi syarat dengan komponen kesehatan lingkungan yang
terpenuhi adalah sumber PDAM, air tanah diolah, distribusi lancer,
distribusi tidak bocor, dan penampungan tertutup.

170
Tabel 4.67 Form Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kualitas
Air Bersih

Kadar Kadar Yang Keterangan


No Parameter Satuan
Maksimum Diperiksa
MS TMS
  Fisik
1 Bau       V  
2 Warna Skala TCU 50   V  
3 Rasa       V
  Kimia Anorganik
4 Besi mg/l 1 0,00 V  
5 Mangan mg/l 0,5 1,6 V
6 Nitrit, sebagai N mg/l 1 0,041 V  
7 Nitrat, sebagai N mg/l 10 51,3 V
8 pH   6.5 - 9.0 7,2 V  
Ni 6 2
N 8 8
% 75 25
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari hasil
pemeriksaan air yang kami lakukan pada air bersih yang digunakan di
Poliklinik KKP secara fisik telah memenuhi syarat, sedangkan secara
kimia pada mangan dan nitrat air yang kami periksa tidak memenuhi
syarat berdasarkan Permenkes No.32 Tahun 2017.

Tabel 4.68. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan Limbah Padat


Poliklinik Kantor Kesehatan Kerja Pelabuhan

171
No. Komponen Kesehatan Lingkungan Keterangan
Ya Tidak
1. Pemusnahan limbah padat infeksius dan V
farmasi dengan insenerator (suhu >1000 oC)
atau membuat MOU dan diserahkan pada
pihak ketiga
2. Tempat limbah padat
 Kedap air V
 Tertutup V
 Kuat V
 Tahan karat V
 Dibungkus dengan kantong plastik V
dengan warna dan lambing
 Disimpan minimal 1 pada radius
perbatasan tiap ruangan
3. Tempat pengumpulan dan penampungan V
sementara segera didesinfeksi setelah
dikosongkan
4. Diangkut ke TPS >2 kali/hari dan ke TPA 1 V
kali/hari
5. Limbah domestik dibuang ke TPA yang telah V
ditetapkan PEMDA setempat
6. Limbah jarum ditampung pada safety box dan V
dibuang melalui pihak ketiga
7. Penggunaan APD
 Sepatu boots V
 Apron V
 Sarung tangan V
 Masker V
Ni 9 2
N 11 11
% 81,81 18,19
Berdasarkan Tabel 4.68. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan
Limbah Padat Poliklinik Kantor Kesehatan Kerja Pelabuhan diketahui
81,81% memenuhi syarat dengan komponen kesehatan lingkungan yang
terpenuhi adalah pemusnahan limbah padat infeksius dan farmasi dengan
insenertor (suhu > 1000 oC) atau membuat MOU dan diserahkan pada
pihak ketiga, tempat limbah: kedap air, tertutup, kuat, tahan karat,
dibungkus dengan kantong plastik dengan warna dan lambing, disimpan
minimal 1 pada radius perbatasan tiap ruangan, limbah domestik dibuang
ke TPA yang telah ditetapkan PEMDA setempat, limbah jarum ditampung
pada safety box dan dibuang melalui pihak ketiga dan pengunaan APD:
sepatu boots, apron, sarung tangan dan masker.
Tabel 4.69. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan Pengendalian Serangga
dan Tikus di Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan

172
No. Komponen Kesehatan Lingkungan Keterangan
Ya Tidak
1. Fisik
 Kontruksi bangunan, tempat V
penampung air, penampungan
tempat sampah tidak memungkinkan
sebagai tempat berkembang biaknya
serangga dan tikus
 Tidak terdapat genangan air
V
2. Kimia : insektisida yang digunakan sesuai V
dengan dosis yang tepat
3. Biologi:
 Menanam tanaman anti nyamuk V
seperti lavender dan lain-lain
4. Lingkungan : menjaga kebersihan di V
lingkungan sekitar klinik
Ni 5 0
N 5 5
% 100 0
Berdasarkan Tabel 4.69. Lembar Observasi Kesehatan Lingkungan
Pengendalian Serangga dan Tikus di Poliklinik Umum dan Vaksinasi, dan
Poliklinik Kesehatan Kerja Pelabuhan diketahui 100% memenuhi syarat
dengan komponen kesehatan lingkungan yang terpenuhi adalah fisik:
kontruksi bagunan tempat penampungan air, penampungan tempat sampah
tidak memungkinkan sebagai tempat berkembangbiaknya seranga dan
tikus, dan tidak terdapat genangan air. Kimia: insektisida yang digunakan
sesuai dengan dosis yang tepat, Biologi: menanam tanaman anti nyamuk
seperti lavender dan lain-lain. Lingkungan: menjaga kebersihan di
lingkungan sekitar klinik.

4.17. Hasil Observasi Lingkungan Pelabuhan Merak Banten


Gambar 4.27. Skema Debit Air PT. ASDP

173
Air Baku

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4


Dermaga Dermaga Dermaga Dermaga

20.000 liter 20.000 liter 20.000 liter 20.000 liter

Didistribusikan

Toilet

Kantor

Masjid

Tabel 4.70. Form Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kualitas Air


Bersih

Kadar Kadar Yang Keterangan


No Parameter Satuan
Maksimum Diperiksa
MS TMS
  Fisik
1 Bau       V  
2 Warna Skala TCU 50   V  
3 Rasa       V
  Kimia Anorganik
4 Besi mg/l 1 0,03 V  
5 Mangan mg/l 0,5 0,1 V  
6 Nitrit, sebagai N mg/l 1 0,007 V  
7 Nitrat, sebagai N mg/l 10 6,6 V  
8 Ph   6.5 - 9.0 7,1 V  
Ni 7 1
N 8 8
% 87,5 12,5
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari hasil
pemeriksaan air yang kami lakukan pada air bersih yang digunakan di
Pelabuhan Merak secara kimia telah memenuhi syarat, sedangkan secara
fisik air yang kami periksa tidak memenuhi syarat dari segi rasa

174
berdasarkan Permenkes No.32 Tahun 2017. Air yang digunakan berasa
asin. Rasa asin dari air tersebut bisa diakibatkan karena kesadahannya
yang tinggi. Hanya saja kami tidak melakukan pengukuran kesadahan.

Tabel 4.71. Form Pemeriksaan Sarana Air Bersih


N Keterangan
Parameter
o Ya Tidak
1 Sumber Air    
  a. SGL    
  b. PDAM    
  c. Mata air    
  d. Artesis/bor V  
  e. Lainnya  
2 Penyimpanan air bersih  
  a. Bak/tempat penampung terbuat dari bahan yang tidak mudah bocor V  
  b. Kokoh/kuat V  
  c. Mudah dibersihkan V  
  d. Tidak berkarat V  
  e. Tidak berlumut V  
  f. Tertutup V  
  g. Lokasi terhindar dari pencemar V  
Ni 8 0
N 8 8
% 100% 0%
Berdasarkan tabel di atas mengenai sarana air bersih indikator yang
memenuhi syarat yaitu sebesar 100% dengan komponen kesehatan
lingkungan yang terpenuhi yaitu sumber air: Artesis/ bor dan penyimpanan
air bersih: bak/ tempat penampungan terbuat dari bahan yang tidak mudah
bocoe, kokoh/kuat, mudah dibersihkan, tidak berkarat, tidak berlumut,
tertutup, dan lokasi terhindar dari pencemar.air yang digunakan di
Pelabuhan Merak berasal dari sumur artesis. Penyimpanan air bersih
disimpan di dalam torent dan memenuhi syarat dari segi lokasi dan
konstruksi.

Tabel 4.72. Form Pemeriksaan Limbah Cair

175
Jenis limbah : Oli

No Pernyataan Ya Tidak
`1 Pengumpulan dan pengangkutan limbah
a. Adanya tangki khusus untuk pengumpulan V
limbah :
b. Tanki yang digunakan
- Tidak bocor/rusak V
- Kedap air V
- Tertutup V
- Diberi label jenis limbah V
c. Terdapat apar di tempat pengumpulan limbah V
d. Adanya petugas khusus
- Pengangkutan limbah V
- Pengumpulan limbah V
e. Petugas menggunakan APD
- Helm V
- Masker V
- Baju khusus V
- Sarung tangan V
- Sepatu V
2 Regulasi yang digunakan :
a. Adanya SOP pengumpulan limbah V
b. Adanya SOP pengangkutan limbah V
c. Adanya MOU dengan jasa pengangkutan limbah V
Ni 16 0
N 16 16
% 100 0

Limbah cair yaitu oli di Pelabuhan Merak tidak diolah sendiri,


melainkan dibawa oleh pihak ketiga. Dari tabel tersebut dapat diketahui
bahwa pengelolaan limbah oli sudah memenuhi syarat 100% dengan

176
komponen yang terpenuhi adalah Pengumpulan dan pengangkutan limbah:
adanya tangka khusus untuk pengumpulan limbah, tangki yang digunakan:
tidak bocor/rusak, kedap air, tertutup, dan diberi label jenis limbah,
terdapat apar di tempat pengumpulan limbah, adanya petugas khusus:
pengumpulan limbah dan pengumpulan limbah, petugas menggunakan
APD: helm, masker, baju khusus, sarung tangan dan sepatu, dan regulasi
yang digunakan: adanya SOP pengumpulan limbah, adanya SOP
penangkutan limbah, dan adanya MOU dengan jasa pengangkutan limbah.
Tabel 4.73 Form Pemeriksaan Vektor dan Binatang Pengganggu
KETERANGAN
NO PERNYATAAN
YA TIDAK
Vektor dan Binatang Penganggu di sekitar pelabuhan
1 Tidak tampak tikus hidup V
2 Tidak tampak bangkai tikus V
3 Tidak tampak kotoran tikus V
4 Tidak tampak bekas jejak tikus V
5 Tidak tampak sarang tikus V
6 Tidak tampak bekas gigitan tikus V
7 Tidak tampak bekas gesekan tikus V
8 Tidak tercium bau tikus V
9 Tidak terdengar suara tikus V
10 Tidak terdapat lalat V
11 Tidak terdapat kecoa V
Ni 9 2
N 11 11
% 81,81 18,18
Sarana yang berkaitan dengan keberadaan Vektor
1 Pada penampungan air tidak terdapat jentik Ae.aegypty V
2 Kepadatan lalat di tempat penampungan sampah sementara rendah V
Ni 1 1
N 2 2
% 50 50
Penanggulangan Vektor
1 Terdapat Pelaksana/SDM Pengendali Vektor dan Binatang Penular
Penyakit V
2 Tersedia Instrumen Pengendalian / Pengawasan Pengendali Vektor dan
V
Binatang Penular Penyakit
3 Terdapat SOP Tindak Hapus Tikus dan Hapus Serangga V
Ni 3 0
N 3 3
% 100 0
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa di pelabuhan tidak
ditemukan tanda-tanda keberadaan tikus, namun terdapat lalat di sekitar

177
kantin walaupun kepadatan lalatnya masih rendah, terdapat kecoa yang
kami temukan di toilet. Terdapat jentik Ae.Aegypti yang ditemukan di
penampungan dispenser pos kesehatan, penampungan dispenser pos
keamanan dermaga. Untuk penanggulangan vektor PT.ASDP cabang
Merak telah menunjuk Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten untuk
melakukan penanggulangan vektor.

Tabel 4.74. Form Penyelenggaran Kesehatan Lingkungan


Penyehatan Udara
Lokasi : Loket
Keterangan
No Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan
MS TMS
1 Suhu °C 18 - 28 V 30,8OC
2 Pencahayaan Lux 100 V 81,08 lux
Sirkulasi udara diruangan
kerja lancar (ruangan tidak
3
pengap, tidak panas, dan
tidak berbau) V
4 Kebisingan dB 70 V 65,5
Ni 2 2
N 4 4
% 50 50
Dari tabel 4.47 dapat diketahui bahwa kualitas udara di loket
Pelabuhan Merak sirkulasi dan kebisingannya memenuhi syarat,
sedangkan suhu tidak memenuhi syarat yaitu 30,8OC dan pencahayaannya
tidak memenuhi syarat yaitu 81,08 lux.
Lokasi : Pos Security Dermaga
N Keterangan
Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan
o MS TMS
1 Suhu °C 18 - 28 V 30,4OC
3 Pencahayaan Lux 100 V 108,67 lux
Sirkulasi udara diruangan
4 kerja lancar (ruangan tidak V
pengap, tidak panas, dan
tidak berbau)    
5 Kebisingan dB 70 V 67,1
Ni 3 1
N 4 4
% 75 25

178
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa kualitas udara di pos
security dermaga Pelabuhan Merak sirkulasi, kebisingannya dan
pencahayaan memenuhi syarat, sedangkan dari suhu tidak memenuhi
syarat.
Lokasi : Pos Kesehatan
N Keterangan
Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan
o MS TMS
1 Suhu °C 18 - 28 V 26,91C
3 Pencahayaan Lux 100 V 67,04 lux
Sirkulasi udara diruangan
kerja lancar (ruangan tidak
4 V
pengap, tidak panas, dan
tidak berbau)
5 Kebisingan dB 70 V 64,85
Ni 2 2
N 4 4
% 50 50
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa kualitas udara di pos
kesehatan Pelabuhan Merak suhu dan kebisingannya memenuhi syarat,
sedangkan dari pencahayaan dan sirkulasi udara tidak memenuhi syarat.

Tabel 4.75. Form Penyelenggaran Kesehatan Lingkungan


Penghijauan

Keterangan
No Parameter
Ya Tidak
1 Adanya pemantauan udara secara teratur V
2 Penghijauan
a. Tersedia ruang terbuka hijau V
b. Lingkungan instansi/swasta terdapat
V
tanaman/penghijauan
c. Penghijauan dijalan Umum V
Ni 4 0
N 0 4
% 100 0
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penyelenggaraan kesehatan
lingkungan penghijauan memenuhi syarat sebesar 100% dengan
komponen atau parameter yang terpenuhi adalah adanya udara secara
teratur dan penghijauan: tersedia ruang terbuka hijau, lingkungan instansi/
swasta terdapat tanaman/ penghijauan dan penghijauan dijalan umum.

179
Tabel 4.76. Form Penyelenggaran Kesehatan Lingkungan
Pengelolaan Sampah

Keterangan
No Pernyataan
Ya Tidak
1 Sampah tidak berserakan V
2 Tersedianya tempat penampungan sampah V
Tempat sampah kedap air, tidak mudah berkarat, dan
3
tertutup V
Tempat sampah dibedakan antara organik dan
5
anorganik V
Tempat sampah dibersihkan secara berkala oleh
6
petugas V
7 Sampah tidak melebihi volume tempat sampah V
8 Tidak terdapat serangga vektor/binatang pengganggu V
9 Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam ke TPA V
10 Terdapat SOP mengenai pengelolaan sampah V
Ni 9 1
N 10 10
% 90 10
Pengelolaan sampah di pelabuhan merak sudah terkelola dengan baik
meskipun belum ada SOP secara tertulis. Pengangkutan sampah terjadi
setiap 1x24 jam pada sore hari. Tidak ada tempat penampungan sampah
sementara di pelabuhan, tetapi sampah langsung diangkut ke TPS luar
wilayah pelabuhan.

4.18. Pengukuran Laju Dosis Paparan Radiasi Sinar-X


Menurut rekomendasi ICRP dan BAPETEN nilai batas dosis untuk
a. Pekerja radiasi yang di tempat kerjanya terkena radiasi, yaitu:
1. Dosis efektif 20 mSv pertahun rata-rata dalam 5 tahun berturut-
turut
2. Dosisi efektif 50 mSv dalam 1 tahun tertentu

180
3. Dosis ekivalen untuk lensa mata 150 mSv dalam 1 tahun
4. Dosis ekivalen untuk tangan, kaki, dan kulit 500 mSv dalam 1
tahun
b. Untuk pekerja magang 16-18 tahun
1. Dosis efektif 6 mSv dalam 1 tahun
2. Dosis ekivalen untuk lensa mata 50 mSv dalam 1 tahun
3. Dosis ekibvalen untuk tangan, kaki, dan kulit 150 mSv dalam 1
tahun
c. Untuk masyarakat umum atau ABK
1. Dosis efektif sebesar 1 mSv dalam 1 tahun
2. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv dalam 1 tahun
3. Dosis ekivalen untuk tangan, kaki dan kulit 50 mSv dalam 1
tahun

4.18.1. Pekerja Radiasi

Masa Kerja = 1 tahun


Batas Dosis = waktu x masa kerja 1 tahun
50 mSv (Penelitian yang dilakukan BAPETEN)
Tegangan yang digunakan = 70 Kv
Arus waktu = 6,4 mAs
Maksimal kuat arus = 100 mA (Diasumsikan)
Masa kerja = 26 hari dalam 1 bulan
Penembakan sinar-X dalam sehari = 10 kali
Laju dosis radiasi sekunder dalam 1 tahun
adalah
Jika kuat arus = 100 mA
Waktu = 6,4 mAs
100 mA
= 6,4 x 10-2 sekon
Sehingga laju dosis dalam 1 tahun
D waktu =
x D́ x 10 x 260 x 12
3600 s
Untuk pengukuran radiasi didepan alat = 0,1 X 10-3
rongsen dihasilkan dosis
D1 = 6,4 x 10−2
x (0,1 x 10-3 ) x 10 x 260 x 12
3600 s

181
D1 = 1,78 x 10-5 x 3,12
D1 = 5,5536 x 10-5 mSv/tahun

A. Menghitung Total Dosis


a. Petugas bekerja terpapar 5,5536 x 10-5 mSv/tahun = 5,5536 x 10-2
µSv/tahun = 1,52 x 10-4 µSv/hari = 6,34 x 10-6 µSv/jam
b. Petugas bekerja selama 1 jam
c. Total dose = dose rate x waktu
Total dose = 6,34 x 10-6 µSv/jam x 1 jam
Total dose = 6,34 x 10-6 μSv (6,34 x 10-7 mrem)
B. Lama Waktu Bekerja
Petugas radiasi menerima total dosis = 6,34 x 10-6 µSv (dalam satu
hari)
Dose rate = 6,34 x 10-6 µSv/jam
Time = total dose/dose rate
= 6,34 x 10-6 µSv / 6,34 x 10-6 µSv/jam
= 1 jam

4.18.2. Pekerja Magang

Masa Kerja = 1 tahun


Batas Dosis = waktu x masa kerja 1 tahun
6 mSv (Penelitian yang dilakukan
BAPETEN)
Tegangan yang digunakan = 70 Kv
Arus waktu = 6,4 mAs
Maksimal kuat arus = 100 mA (Diasumsikan)
Masa kerja = 26 hari dalam 1 bulan
Penembakan sinar-X dalam sehari = 10 kali
Laju dosis radiasi sekunder dalam 1
tahun adalah
Jika kuat arus = 100 mA
Waktu = 6,4 mAs
100 mA
= 6,4 x 10-2 sekon

182
Sehingga laju dosis dalam 1 tahun
D waktu =
x D́ x 10 x 260 x 12
3600 s
Untuk pengukuran radiasi didepan = 0,01 X 10-3
alat rongsen dihasilkan dosis
D1 = 6,4 x 10−2
x (0,01 x 10-3 ) x 10 x 260 x
3600 s
12
D1 = 1,78 x 10-5 x 0,312
D1 = 5,5536 x 10-6 mSv/tahun

A. Menghitung Total Dosis


a. Petugas bekerja terpapar 5,5536 x 10-6 mSv/tahun = 5,5536 x 10-3
µSv/tahun = 1,52 x 10-5 µSv/hari = 6,34 x 10-7µSv/jam
b. Petugas bekerja selama 1 jam
c. Total dose = dose rate x waktu
Total dose = 6,34 x 10-7 µSv/jam x 1 jam
Total dose = 6,34 x 10-7 μSv (6,34 x 10-7 mrem)
B. Lama Waktu Bekerja
Pekerja magang menerima total dosis = 6,34 x 10-7 µSv (dalam satu
hari)
Dose rate = 6,34 x 10-7 µSv/jam
Time = total dose/dose rate
= 6,34 x 10-7 µSv / 6,34 x 10-7 µSv/jam
= 1 jam

4.18.3. Anggota ABK

183
Masa Kerja = 1 tahun
Batas Dosis = waktu x masa kerja 1 tahun
1 mSv (Penelitian yang dilakukan
BAPETEN)
Tegangan yang digunakan = 70 Kv
Arus waktu = 6,4 mAs
Maksimal kuat arus = 100 mA (Diasumsikan)
Masa kerja = 1 kali dalam 1 bulan
Penembakan sinar-X dalam/ bulan = 1 kali
Laju dosis radiasi sekunder dalam 1
tahun adalah
Jika kuat arus = 100 Ma
Waktu = 6,4 mAs
100 mA
= 6,4 x 10-2 sekon
Sehingga laju dosis dalam 1 tahun
D waktu
=
x D́ x 1 x 1 x 12
3600 s
Untuk pengukuran radiasi didepan = 0,001 x 10-3
alat rongsen dihasilkan dosis
D1 = 6,4 x 10−2
x (0,001 x 10-3 ) x 1 x 1 x
3600 s
12
D1 = 1,78 x 10-5 X 1,2 x 10-5
D1 = 2,136 x 10-10 mSv/tahun

A. Menghitung Total Dosis


a. Anggota ABK terpapar 2,136 x 10-10 mSv/tahun = 2,136 x 10-7
µSv/tahun = 5,85 x 10-10 µSv/hari = 2,44 x 10-11 µSv/jam
b. Petugas bekerja selama 10 menit = 0,167 jam
c. Total dose = dose rate x waktu
Total dose = 2,44 x 10-11 µSv/jam x 0,167 jam
Total dose = 4,0784 x 10-12 μSv (4,0784 x 10-12 mrem)
B. Lama Waktu Bekerja
Petugas radiasi menerima total dosis = 4,0784 x 10-12 µSv (dalam satu
hari)
Dose rate = 2,44 x 10-11 µSv/jam

184
Time = total dose/dose rate
= 4,0784 x 10-12 µSv / 2,44 x 10-11 µSv/jam
= 0,167 jam
Maka dari perhitungan-perhitungan di atas daoat diketahui bahwa
laju dosis paparan radiasi sekunder di lingkungan sekitar instalasi
radiologi Klinik KKP Kelas II Banten pada masing-masing posisi yaitu
pada petugas radiasi sebesar 6,34 x 10-6 μSv/tahun, pada pekerja magang
sebesar 6,34 x 10-7 μSv/tahun, dan pada anggota ABK sebesar 4,0784 x 10-
7
μSv/tahun. Dari nilai-nilai tersebut setelah dibandingkan dengan nilai
ambang batas (NAB) yang telah ditetapkan oleh IAEA dan BAPETEN
yaitu 50 mSv/tahun untuk pekerja dan 5 mSv/tahun untuk masyarakat
sekitar, masih dibawah nilai ambang batas tersebut oleh karena itu ruang
instalasi radionogi Klinik KKP Kelas II Banten aman digunakan untuk
proses foto rontgen.

4.19.Kebutuhan Air Bersih Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten


Sumber air bersih yang digunakan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas II Banten yaitu sumur gali yang berjumlah 2 buah. Sumber air tersebut
dapat mensuplai seluruh kebutuhan air bersih baik untuk kebutuhan
domestik, kegiatan di klinik, dan sebagainya.

Tabel 4.77. Standar Kebutuhan Air Non Domestik

185
Menurut Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996
bahwa kebutuhan air untuk karyawan perkantoran adalah 10
liter/pegawai/hari. Adapun untuk menghitung kebutuhan air suatu
kawasan, yang perlu diketahui adalah jumlah yang dilayani, tujuan
penggunaan air dan ketentuan kebutuhan air setiap orang/setiap unitnya.
Perhitungan ketersediaan air dengan kebutuhan air untuk karyawan dapat
dijabarkan sebagai berikut :
Jumlah karyawan = 66 orang
Pengunjung = dari data tahun 2016 jumlah pengunjung sebanyak 17.136
orang, maka dalam sehari kurang lebih 47 orang
Debit gedung B = 0,166 liter/detik
Poliklinik = 0,069 liter/detik
Ruang TU = 0,098 liter/detik
Jadi rata-rata debit di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten adalah
0,014 liter/detik

186
Tabel 4.78. Perhitungan Debit dan Kebutuhan Air

Debit Keterangan
Standar Kebutuhan Pengukuran
Kebutuhan
No Sektor Jumlah Kebutuhan Air Debit
Air M TM
Air (liter/hari) (liter/detik)
(liter/detik)
1 Karyawan 123 10 liter/ 1230 0,014 0, 111 M
dan orang pegawai/
pengunju hari
ng
(sumber : hasil perhitungan, 2017)

Dari data tersebut dapat diketahui kebutuhan air di Kantor Kesehatan


Pelabuhan Kelas II Banten telah mencukupi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Manajemen risiko pada makanan dan minuman di lakukan pada rumah
makan Rasa Sayang yang merupakan salah satu rumah makan yang telah

187
diawasi oleh KKP dan mempunyai sertifikat laik Hygiene. Manajemen
risiko pada makanan dan minuman dilakukan dengan HACCP (Hazard
Analisis Critical Control Poin). Terdapat 3 (tiga) menu makanan yang
kami sampel yaitu:
a. Pecel dengan kategori risiko III yaitu yang termasuk kedalam
kelompok bahaya B (mengandung bahan yang sensitive terhadap
bahaya biologi/kimia/fisik), D (kemungkinan mengalami kontaminasi
kembali setelah pengolahan) dan E (kemungkinan penanganan yang
salah selama distribusi/konsumsi). Menurut hasil penilaian Standar
Keamanan Pangan pecel termasuk rawan tetapi aman untuk
dikonsumsi.
b. Tempe mendoan dengan kategori risiko VI yaitu termasuk kedalam
kelompok bahaya A (makanan untuk konsumen beresiko tinggi), B
(mengandung bahan yang sensitive terhadap bahaya
biologi/kimia/fisik), D (kemungkinan mengalami kontaminasi kembali
setelah pengolahan), dan E (kemungkinan penanganan yang salah
selama distribusi/konsumsi). Menurut hasil penilaian Standar
Keamanan Pangan tempe mendoan termasuk rawan tetapi aman untuk
dikonsumsi.
c. Ayam Sayur dengan kategori risiko VI yaitu termasuk kedalam
kelompok bahaya A (makanan untuk konsumen beresiko tinggi), B
(mengandung bahan yang sensitive terhadap bahaya
biologi/kimia/fisik), D (kemungkinan mengalami kontaminasi kembali
setelah pengolahan), E (kemungkinan penanganan yang salah selama
distribusi/konsumsi), dan F (tidak ada proses pemanasan setelah
pengemasan atau penyajian atau waktu dipersiapkan di tingkat
konsumen atau pasien yang dapat memusnahkan / menghilangkan
bahaya biologis atau tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi
menghilangkan, atau menghancurkan bahaya kimia/fisik). Menurut
hasil penilaian Standar Keamanan Pangan tempe mendoan termasuk
rawan tetapi aman untuk dikonsumsi.

188
Jadi, dengan melakukan analisis HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Point) maka, setiap orang mencegah dan mengendalikan
timbulnya bahaya pada makanan, serta menjamin keamanan pangan
dengan encegahan yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam
menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen.
2. Hasil identifikasi dan analisis hazard baik berdasarkan kondisi ruangan
kerja dan berdasarkan kegiatan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai
berikut:
a. Di Klinik KKP
Hasil identifikasi dan analisis hazard di ruangan klinik KKP
mempunyai jenis hazard fisik, ergonomic, radiasi, biologi dan kimia.
Hasil HIRACD (Hazard Identification Risk Assessment and Control)
pada kegiatan di Klinik didaptkan 2 (dua) kegiatan yang memerlukan
tambahan Control yaitu pada saat rontgen pasien dan cuci film.
b. Di Pos Kesehatan
Hasil identifikasi dan analisis hazard di ruangan Pos Kesehatan
Pelabuhan Penyebrangan Merak mempunyai jenis hazard fisik,
ergonomic, biologi dan kimia. Hasil HIRACD (Hazard Identification
Risk Assessment and Control) pada kegiatan di Pos Kesehatan berada
pada tingkat risiko rendah, sehingga tidak perlu adanya penambahan
control.
c. Di Pelabuhan Penyebrangan Merak
Hasil identifikasi dan analisis hazard di area Pelabuhan
Penyebrangan Merak terutama pada ruangan loket tiket penumpang,
loket tempat parkir, gate masuk dermaga dan pada masing-masing
dermaga I, II, III, IV dan V mempunyai jenis hazard fisik, ergonomic,
dan kimia. Hasil HIRACD (Hazard Identification Risk Assessment and
Control) pada kegiatan di loket tiket penumpang yaitu ruangan loket
yang sempit dan lantai yang rusak. Di loket tiket parkir yaitu ruangan
loket yang sempit, debu yang berasar dari kendaraan dan asap knalpot.
Di gate masuk dermaga yaitu posisi kerja yang tidak ergonomis. Dan

189
pada masing-masing dermaga I, II, III, IV dan V hazard dengan tingkat
risiko tinggi yaitu tidak adanya pembatas/pagar besi pada side ramp,
mesin katrol yang tidak tertutup, menarik tali kapal secara manual,
mobilisasi kendaraan, dan beberapa risiko sedang lainnya. Risiko-
risiko tinggi dan sedang tersebut perlu diberikan kontrol atau
pengendalian untuk mengurangi tingkat risiko.
d. Di Kapal
Hasil identifikasi dan analisis hazard di ruangan Kapal ASDP
JATRA II mempunyai jenis hazard fisik, psikologi dan biologi. Hasil
HIRACD (Hazard Identification Risk Assessment and Control) pada
kegiatan Pengamatan Langsung sanitai Kapal didaptkan 2 (dua)
kegiatan yang memerlukan tambahan Control yaitu pada saat menaiki
tali untuk naik ke kapal dan pada saat menaiki perahu untuk
menyebrang dari dan menuju kapal.
e. Di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten
Hasil identifikasi dan analisis hazard di ruangan seksi UKLW, PRL
dan PKSE Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten mempunyai
jenis hazard fisik, ergonomic, biologi dan kimia. Hasil HIRACD
(Hazard Identification Risk Assessment and Control) pada kegiatan di
seksi UKLW, PRL dan PKSE Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Banten berada pada tingkat risiko rendah, sehingga tidak perlu adanya
penambahan control.
3. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Klinik KKP Kelas II
Banten ditemukan beberapa hal yang tidak memenuhi syarat, diantaranya
yaitu pertemuan antara lantai tidak membentuk konus/melengkung, belum
adanya pintu darurat, tangga darurat dan tempat titik kumpul yang aman,
tidak terdapat APAR disetiap koridor, dinding tidak terbuat dari
porselin/keramik setinggi 1,5 meter dari lantai, laboratorium kimia darah
tidak dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet, tempat pengumpulan dan
penampungan sementara limbah padat klinik tidak didesinfeksi setelah

190
dikosongkan, pengangkutan sampah domestik ke TPS >2 kali/hari dan ke
TPA 1 kali/hari.
4. Berdasarkan hasil observasi lingkungan yang dilakukan di Pelabuhan
Penyebrangan Merak ditemukan beberapa hal yang tidak memenuhi
syarat, diantaranya yaitu mengenai kualitas air bersih, parameter yang
tidak memenuhi syarat yaitu rasa, mengenai pemeriksaan vektor dan
binatang pengganggu, ditemukan lalat di kantin, kecoa di toilet dan jentik
nyamuk di dispenser. Mengenai penyehatan udara atau kualitas udara, di
loket suhu dan pencahayaannya tidak memenuhi syarat, di pos security
dermaga suhu tidak memenuhi syarat, dan di pos kesehatan suhu tidak
memenuhi syarat. Mengenai pengelolaan sampah, yaitu tidak adanya SOP
pengelolaan sampah.

5.2. Saran
1. Melakukan sosialisasi dan implementasi terhadap penjamah makanan
mengenai 6 (enam) prinsip HSM dan HACCP di Tempat Pengolahan
Makanan pelabuhan penyebrangan PT. ASDP Merak.
2. Melakukan upaya pengendalian risiko lingkungan terhadap hazard yang
ada berdasarkan hirarki pengendalian (eliminasi, substitusi, engineering
control, administrasi dan alat pelindung diri) di tiap bagian maupun
kegiatan yang dilakukan di tiap seksi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
II termasuk klinik, di lingkungan Pelabuhan Penyebrangan Merak
termasuk didalamnya pos kesehatan dan di alat angkut kapal Ferry.
3. Dilakukan pengukuran dan pengawasan/monitoring risiko terhadap
kualitas udara pelabuhan, perhitungan timbulan sampah pelabuhan, dan
pengelolaan limbah domestic serta B3.
4. Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan sanitasi tempat pengolahan
makanan pelabuhan secara rutin dengan intervensi-intervensi yang tegas.
5. Penataan dan pengorganisiran berkas-berkas/dokumen-dokumen pada
setiap seksi di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten.
6. Pembuatan Log Book limbah B3 baik di klinik.

191
7. Penambahan jalur bagi kendaraan dan pejalan kaki di setiap area parkir
dermaga dan penegasan aturan area terbatas.
8. Pembuatan IPAL portable pada laboratorium.
9. Penggunaan alat CN- Xray pada ruangan rongsen.
10. Disediakan rak penyimpanan bahan kimia fixer dan developer.
11. Pembuatan dokumen MSDS di bagian laboratorium.
12. Penambahan rambu-rambu jalur evakuasi, titik kumpul, peta jalur
evakuasi dan peta risiko lingkungan dikantor KKP Kelas II Banten.
13. Membuat alur proses pendaftaran vaksin yang jelas dan mudah dipahami
oleh orang yang akan melakukan vaksin di KKP Kelas II Banten.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Malika Lutfiana. 2015. Evaluasi Bahaya Mikronbiologi pada Ayam Goreng
Laos Melalui Prinsip-Prinsip HACCP. Karya Ilmiah, Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah: Surakarta.

192
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2006.
Pedoman Kantor Kesehatan Lingkungan. Edisi 1
Direktorat Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012.
Pedoman Analisi Risiko Kesehatan Lingkungan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996 tentang Baku tingkat
Kebisingan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja dan Perkantoran
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2348/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organiasi dan Tata Kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2348/Menkes/Per/Xi/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 356/Menkes/Per/Iv/2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 Tentang
Klinik
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 34 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Hapus Tikus dan Hapus Serangga pada Alat Angkut di Pelabuhan, Bandara
udara, dan Pos Lointas Batas Darat
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pelabuhan dan Bandara Udara Sehat
Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Standar Nasional Indonesia 7388 Tahun 2009 tentang Batas Cemaran Mikroba
dalam Pangan
Standar Nasional Indonesia Nomor 01-4852-1998 tentang Sistem analisa bahaya
dan pengendalian kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya titik
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

193

Anda mungkin juga menyukai