Anda di halaman 1dari 71

Laporan Kegiatan Dokter Muda Ikm-Kk

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU


DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PEKANBARU
PERIODE 15 FEBRUARI – 19 MARET 2021

Oleh :
ANTANIA HANJANI, S.KED
FIKRI RURIANDY AUFI, S.KED
JELITA SRI AGUSTIN, S.KED
MHD. AMRULLAH, S.KED
RAESKI AYISHA ISTI, S.KED
RAHMI TRIANA PUTRI, S.KED
RIA DWI UTAMI, S.KED
SUSRIZAL OKTARIANI, S.KED

KEPANITERAAN KLINIK KJF ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT - KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan Dokter Muda IKM-KK

Fakultas Kedokteran Universitas Riau di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II

Pekanbaru.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih serta

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada seluruh dosen tenaga pengajar bagian

IKM-KK atas bimbingan dan tunjuk ajarnya kepada penulis, Bapak/Ibu dari Kantor

Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru yang telah mengizinkan berlangsungnya

kegiatan kepaniteraan klinik IKM-KK di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II

Pekanbaru, dan semua pihak yang membersamai penulis dalam menyelesaikan

laporan kegiatan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangannya.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan laporan kegiatan ini. Akhir kata, semoga laporan

kegiatan ini bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, 25 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….....ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………...3

1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………3

1.3.1 Tujuan umum …………………………………………………………………...3

1.3.2 Tujuan khusus …………………………………………………………………..4

1.4 Manfaat …………………………………………………………………………...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) ……………………………………………..6

2.2 Tugas Pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan ………………………………………8

2.3 Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan ……………………………………………..9

2.4 Tugas dan Fungsi Struktur Organisasi KKP Kelas II Pekanbaru ……………….10

2.5 Karantina pada Kapal dan Pesawat ……………………………………………..15

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN

3.1 Kegiatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) ……………………………….27

3.2 Kegiatan di Bandara Sultan Syarif Kasim II ……………………………………34

3.3 Kegiatan di Pelabuhan Sungai Duku ……………………………………………50

ii
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan ………………………………………………………………………...62

4.2 Saran …………………………………………………………………………….63

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….64

LAMPIRAN ………………………………………………………………………...66

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia, sebagai bagian dari masyarakat dunia, berkomitmen melakukan

upaya untuk mencegah terjadinya kedaruratan kesehatan masyarakat yang

meresahkan dunia sebagaimana yang diamanatkan dalam regulasi International

Health Regulation (IHR) 2005.1 IHR dan World Health Organization (WHO)

merekomendasikan kepada negara peserta untuk melakukan tindakan terhadap bagasi,

kargo, petikemas, alat angkut, barang-barang, paket pos atau jenazah manusia untuk

menghilangkan infeksi atau kontaminasi termasuk vector dan reservoir, tanpa

pembatasan perjalanan dan perdagangan.1

Kemajuan teknologi transportasi dan era perdagangan bebas dapat berisiko

menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit baru atau penyakit lama yang

muncul kembali dengan penyebaran yang lebih cepat dan berpotensi menimbulkan

kedaruratan kesehatan masyarakat, sehingga menuntut adanya upaya cegah tangkal

penyakit dan faktor risiko kesehatan yang komprehensif dan terkoordinasi, serta

membutuhkan sumber daya, peran serta masyarakat, dan kerja sama internasional.2

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab melindungi

kesehatan masyarakat dari penyakit dan/atau Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat

yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.2 Berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2348/MENKES/PER/XI/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 356/MENKES/PER/IV/2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor

1
2

Kesehatan Pelabuhan, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah unit pelaksana

teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan.3

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 tahun

2013 mengatakan bahwa setiap penanggung jawab alat angkut yang berada di

pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat, yang didalamnya ditemukan

faktor resiko kesehatan berupa tanda-tanda kehidupan tikus dan/atau serangga, tikus,

dan/atau serangga berdasarkan pemeriksaan dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

setempat, wajib melakukan tindakan hapis tikus dan serangga.4

KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya

penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan,

pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan obat

makanan komestik alat kesehatan dan bahan adiktif (OMKABA), serta pengamanan

terhadap penyakit baru dan penyakit muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi,

kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandar udara, pos lintas batas darat

dan pelabuhan.2

Untuk mengantisipasi ancaman penyakit global serta permasalahan kesehatan

masyarakat yang merupakan masalah darurat kesehatan dunia, KKP dituntut mampu

menangkal risiko kesehatan yang mungkin masuk melalui orang, alat angkut dan

barang termasuk container yang dating dari Negara lain dengan melakukan tindakan

tanpa menghambat perjalanan dan perdagangan.1


3

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru merupakan Unit Pelaksana

Teknis (UPT) dari Kementerian Kesehatan yang berada di Provinsi Riau dan

beralamat di jalan Rajawali Sakti Panam Pekanbaru. Sasaran pelaksanaan program

adalah wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru yang terdiri

dari 1 (satu) bandar udara dan 6 pelabuhan laut, dengan sasaran hasil program adalah

cegah tangkal masuk keluarnya penyakit karantina, penyakit menular dan penyakit

potensial wabah malalui alat angkut, barang, orang dan lingkungan serta pelayanan

kesehatan terbatas.5

Kemajuan teknologi transportasi dan era perdagangan yang

diselenggarakan di wilayah kerja KKP kelas II Pekanbaru dapat berisiko

menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit baru atau penyakit lama yang

muncul kembali dengan penyebaran yang lebih cepat dan berpotensi menimbulkan

kedaruratan kesehatan masyarakat, sehingga menuntut adanya upaya cegah tangkal

penyakit dan faktor risiko kesehatan yang komprehensif dan terkoordinasi, serta

membutuhkan sumber daya, peran serta masyarakat, dan kerja sama berbagai pihak,

baik di pelabuhan laut maupun Bandar udara.2,5

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana

pelaksanaan kegiatan cegah tangkal penyakit yang dilakukan oleh KKP kelas II

Pekanbaru.
4

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari makalah kegiatan ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan

kegiatan yang terdapat di kantor KKP Kelas II Pekanbaru, Bandara Sultan Syarif

Kasim II dan Pelabuhan Sungai Duku Pekanbaru.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari makalah kegiatan ini antara lain:

1. Mengetahui pelaksaanaan pelayanan kesehatan dan vaksinasi di KKP Kelas II

Pekanbaru.

2. Mengetahui pelaksanaan karantina udara dan pelayanan kesehatan di Bandara

Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

3. Mengetahui pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di di Bandara Sultan

Syarif Kasim II Pekanbaru.

4. Mengetahui pelaksanaan pemeriksaan karantina laut/sanitasi kapal di Pelabuhan

Rakyat Perawang.

5. Mengetahui pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di Pelabuhan Rakyat

Perawang.

1.4 Manfaat

a. Bagi Dokter Muda IKM-KK FK UNRI

1. Mengetahui dan memahami bagaimana pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

KKP Kelas II Pekanbaru.


5

2. Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana pelaksanaan

tugas dokter di KKP Kelas II Pekanbaru dengan cara ikut serta secara langsung

dalam kegiatan pemeriksaan sanitasi kapal, pelaksanaan karantina kesehatan,

serta pelaksanaan pengendalian resiko lingkungan di bandara Sultan Syarif

Kasim II Pekanbaru dan Pelabuhan Rakyat Perawang.

b. Bagi KKP Kelas II Pekanbaru.

Makalah kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam

pelaksanaan tugas dan fungsi KKP Kelas II Pekanbaru.

c. Bagi FK UNRI

Makalah kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan data dan pembanding untuk

dokter muda IKM-KK selanjutnya.


BAB Il

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

Kekarantinaan Kesehatan adalah upaya mencegah dan menangkal keluar atau

masuknya penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi

menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat. Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

ditandai dengan penyebaran penyakit menular dan/atau kejadian yang disebabkan

oleh radiasi nuklir, pencemaran biologi, kontaminasi kimia, bioterorisme, dan pangan

yang menimbulkan bahaya kesehatan dan berpotensi menyebar lintas wilayah atau

lintas negara. Keluar masuknya penyakit dapat dicegah melalui pintu masuk negara

yang terdiri atas tempat masuk dan keluarnya alat angkut, orang, dan/atau barang,

baik di pelabuhan, bandar udara, maupun pos lintas batas darat Negara.

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah unit pelaksana teknis di lingkungan

Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. KKP

dipimpin oleh seorang Kepala dan dalam melaksanakan tugas secara administratif

dibina oleh Sekretariat Direktorat Jenderal dan secara teknis fungsional dibina oleh

Direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan. KKP Kelas II Pekanbaru dipimpin oleh seorang Kepala, dengan struktur

organisasi yang terdiri dari:

a. Kepala KKP

b. Sub Bagian Tata Usaha

c. Seksi Pengendalian Karantina Surveilans Epidemiologi

6
7

d. Seksi Pengendalian Resiko Lingkungan

e. Seksi Upaya Kesehatan Lintas Wilayah

f. Instalasi

g. Wilayah kerja

h. Kelompok Jabatan Fungsional

Kepala Kantor

Drs. H. Sarifuddin Saragih, M.kes

Ka. Sub Bag Tata Usaha

Hannif, SKM. MPH


NIP. 196609131988031002

Ka. Seksi PKSE Ka. Seksi UKLW Ka. Seksi PRL

Rafis Wijaya, SKM dr. R. Melda Indri Purnama, M.M Marnadewi, SKM

Koordinator Wilayah Kerja

1. Wilker Bandara SSK II Pekanbaru


2. Wilker Kampung Dalam Jabatan Fungsional Jabatan Fungsional
3. Wilker Sungai Duku Tertentu (JFT) Umum (JFu)
4. Wilker Siak
5. Wilker Buatan
6. Wilker Tg Bulan
7. Wilker Selat Panjang

Gambar 2.1 Struktur Organisasi KKP Kelas II Pekanbaru

Wilayah kerja KKP Kelas II Pekanbaru memiliki 7 wilayah kerja yang terbagi

menjadi 6 wilayah kerja pelabuhan laut dan sungai serta 1 wilayah kerja bandar

udara. Wilayah kerja tersebut terdiri atas:

a. Wilayah kerja BSSK (Bandara Sultan Syarif Kasim II)

b. Wilayah kerja Buatan

c. Wilayah kerja Sungai Duku


8

d. Wilayah kerja Selat Panjang

e. Wilayah kerja Siak Sri Indrapura

f. Wilayah kerja Kampung Dalam

g. Wilayah kerja Tanjung Buton

2.2 Tugas Pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan

KKP bertugas dalam melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya

penyakit, penyakit potensial wabah (PHEIC), surveilans epidemiologi, kekarantinaan,

pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan

OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul

kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

2.3 Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan

KKP menjalankan 17 fungsi-fungsi yang berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 77 tahun 2020Tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan terdiri dari:

a. Pelaksanaan kekarantinaan

b. Pelaksanaan pelayanan kesehatan;

c. Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan, dan lintas

batas darat negara;

d. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit baru,

dan penyakit yang muncul kembali;


9

e. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi, dan

kimia;

f. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai penyakit

yangberkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan internasional;

g. Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan

Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang kesehatan, serta kesehatan

matra termasuk penyelenggaraan kesehatan haji dan perpindahan penduduk;

h. Pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesehatan kerja;

i. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika dan

alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan mengawasi

persyaratan dokumen kesehatan OMKABA impor;

j. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya;

k. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

l. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

m. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

n. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan, dan

surveilans kesehatan pelabuhan;

o. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan lintas

batas darat negara;

p. Pemantauan dan evaluasi, dan pelaporan; dan


10

q. Pelaksanaan urusan administrasi

2.4 Tugas dan Fungsi Struktur Organisasi KKP Kelas II Pekanbaru

2.4.1 Sub Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan

penyusunan program, pengelolaan informasi, evaluasi, pelaporan, urusan tata

usaha, keuangan, penyelenggaraan pelatihan, kepegawaian, serta perlengkapan

dan rumah tangga dan memiliki fungsi pelaksanaan koordinasi dan penyusunan

program serta pelaporan, pelaksanaan urusan keuangan, pelaksanaan urusan

kepegawaian, pelaksanaan urusan umum dan koordinasi penyiapan pelatihan.5,6

2.4.2 Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi (PKSE)

Menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan

Kesehatan, Karantina merupakan pembatasan kegiatan dan/atau pemisahan

seseorang yang terpapar penyakit menular sebagaimana ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan meskipun belum menunjukkan gejala apapun

atau sedang berada dalam masa inkubasi, dan/atau pemisahan peti kemas, Alat

Angkut, atau Barang apapun yang diduga terkontaminasi dari orang dan/atau

Barang yang mengandung penyebab penyakit atau sumber bahan kontaminasi

lain untuk mencegah kemungkinan penyebaran ke orang dan/atau Barang di

sekitarnya.7

Bidang Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi

mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan evaluasi serta penyusunan


11

laporan di bidang kekarantinaan, surveilans epidemiologi penyakit dan penyakit

potensial wabah serta penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali,

pengawasan alat angkut dan muatannya, lalu lintas OMKABA, jejaring kerja,

kemitraan, kajian, serta pengembangan teknologi, pendidikan dan pelatihan

bidang kekarantinaan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas

darat negara.5,6

Bidang Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi

menyelenggarakan fungsi: 5,6

a. Kekarantinaan surveilans epidemiologi penyakit dan potensial wabah

serta penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali;

b. Kesiapsiagaan, pengkajian, serta advokasi penanggulangan KLB dan

bencana/pasca bencana bidang kesehatan;

c. Pengawasan lalu lintas OMKABA ekspor dan impor serta alat angkut,

termasuk muatannya;

d. Kajian dan diseminasi informasi kekarantinaan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan dan lintas batas darat negara;

e. Pendidikan dan pelatihan bidang kekarantinaan;

f. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di bidang kekarantinaan;

g. Pelaksanaan pengembangan teknologi bidang kekarantinaan di wilayah

kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

h. Penyusunan laporan bidang pengendalian karantina dan surveilans

epidemiologi.

2.4.3 Upaya Kesehatan Lingkungan Wilayah (UKLW)


12

Tugas dari bidang UKLW adalah melaksanakan perencanaan dan

evaluasi serta penyusunan laporan di bidang pelayanan kesehatan terbatas,

kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra, vaksinasi internasional,

pengembangan jejaring kerja, kemitraan, kajian dan teknologi, serta pendidikan

dan pelatihan bidang upaya kesehatan pelabuhan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara. Fungsi UKLW menyelenggarakan

fungsi sebagai berikut:6

a. Pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan gawat darurat medik di

wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

b. Pemeriksaan kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra di wilayah

kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

c. Pengujian kesehatan nahkoda/pilot dan anak buah kapal/pesawat udara

serta penjamah makanan;

d. Vaksinasi dan penerbitan sertifikat vaksinasi internasional;

e. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

f. Pengawasan pengangkutan orang sakit dan jenazah di wilayah kerja

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara, serta ketersediaan obat-

obatan/peralatan P3K di kapal/pesawat udara/alat transportasi lainnya;

g. Kajian dan pengembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang upaya

kesehatan dan lintas wilayah;

h. Penyusunan laporan di bidang upaya kesehatan dan lintas wilayah.


13

Pelayanan kesehatan dasar yang dapat dilakukan terhadap awak dan

penumpang pada moda angkutan laut, udara, dan lintas batas darat serta

masyarakat di lingkungan pelabuhan, bandara, dan lintas batas darat, baik pada

saat rutin maupun pada kondisi matra terdiri atas:6

a. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan

b. Pelayanan skrining kesehatan tertentu yang berhubungan dengan PHEIC

c. Pelayanan gawat darurat medik tindakan pelayanan medik dan asuhan

keperawatan

d. Tindakan rujukan berupa pemindahan penderita atau beberapa penderita

atas dasar indikasi medik dari instalasi poliklinik dan instalasi isolasi,

maupun di lapangan

e. Pelayanan penunjang medik berupa pemeriksaan laboratorium diagnosis

sederhana, pemberian alat bantu, dan berbagai peralatan yang diperlukan

untuk pemeriksaan kesehatan dan pengobatan

f. Pelayanan/pengawasan kesehatan kerja berupa pemeriksaan dan

penyampaian saran perbaikan terhadap kondisi/status kesehatan pekerja

dan lingkungan.

Kondisi/penyakit yang perlu penilaian medik adalah penyakit yang

diperberat dengan perjalanan udara (Penyakit Jantung, DM, THT, dll), penyakit

menular, penderita yang mengganggu penumpang lain (Penderita Peny.

Kejiwaan) dan kondisi yang memerlukan penilaian medik khusus (kehamilan,

Bayi, Lanjut Usia, Jetlag, dll). Ruang lingkup upaya kesehatan penerbangan
14

dan pemeriksaan kelaikan terbang dalam regulasi kementerian kesehatan,

diantaranya:5,6

a. Penetapan Kelaikan Terbang Penumpang Pesawat Udara

b. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jamaah Haji dan Umrah

c. Pemeriksaan Kesehatan Awak Penerbangan

2.4.4 Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL)

Tugas dari bidang PRL adalah melaksanakan perencanaan, pemantauan,

dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang pengendalian vektor dan dan

binatang penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, jejaring kerja,

kemitraan, kajian dan pengembangan teknologi, serta pendidikan dan pelatihan

bidang pengendalian risiko lingkungan di wilayah kerja bandara, pelabuhan,

dan lintas batas darat negara dan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:6

a. Pengawasan penyediaan air bersih, serta pengamanan makanan dan

minuman;

b. Hygiene dan sanitasi lingkungan gedung/bangunan;

c. Pengawasan pencemaran udara, air, dan tanah

d. Pemeriksaan dan pengawasan hygiene dan sanitasi kapal/pesawat/alat

transportasi lainnya di lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas

darat negara;

e. Pemberantasan serangga penular penyakit, tikus dan pinjal di lingkungan

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;


15

f. Kajian dan pengembangan teknologi di bidang pengendalian risiko

lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

g. Pendidikan dan pelatihan bidang pengendalian risiko lingkungan bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat dan negara

h. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di bidang pengendalian risiko

lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

i. Penyusunan laporan di bidang pengendalian risiko lingkungan.

2.5 Karantina Pada Kapal dan Pesawat

2.5.1 Karantina Pada Kapal

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 tahun 2018 Bab VI

tentang Penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di pintu masuk menyebutkan

bahwa, setiap kapal yang datang dari luar negeri, dari pelabuhan wilayah terjangkit di

dalam negeri atau mengambil orang dan/atau barang dari kapal maka berada dalam

status karantina. Nahkoda pada kapal wajib memberikan Deklarasi Kesehatan

Maritim (Maritime Declaration of Health) kepada Pejabat Karantina Kesehatan pada

saat kedatangan kapal. Pejabat Kekarantinaan Kesehatan akan melakukan

pengawasan kekarantinaan kesehatan pada kapal tersebut untuk memperoleh

persetujuan Karantina Kesehatan, sehingga nahkoda kapal dilarang menurunkan atau

menaikkan orang dan /atau barang sebelum dilakukan pengawasan kekarantinaan

kesehatan.7

Pengawasan Karantina Kesehatan dilakukan untuk memperoleh Persetujuan

Karantina Kesehatan, terdapat 2 jenis Persetujuan Karantina Kesehatan:7


16

a. Persetujuan bebas karantina, dalam hal tidak ditemukan penyakit dan/atau faktor

risiko yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat dan/atau

dokumen karantina kesehatan dinyatakan lengkap dan berlaku.

b. Persetujuan karantina terbatas, dalam hal ditemukan penyakit dan/atau faktor

risiko yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat dan/atau

dokumen karantina kesehatan dinyatakan tidak lengkap dan tidak berlaku. Kapal

yang memperoleh persetujuan terbatas harus dilakukan tindakan kekarantinaan

kesehatan dan /atau penerbitan atau pembaruan Dokumen Karantina Kesehatan.

Kapal yang hendak berangkat wajib melengkapi Dokumen Karantina Kesehatan

yang masih berlaku. Persyaratan kesehatan yang harus dipenuhi adalah sebagai

berikut:8

a. Deratting Exempteion Certificate (DEC)/ Deratting Certificate (DC) yang

masih berlaku

b. Buku kesehatan kapal yang valid

c. Sertifikat Sanitasi Kapal

d. Sertifikat Obat P3K

e. Sertifikat air bersih

f. Sertifikat uji kesehatan ABK/Nakhoda

Dokumen yang telah dinyatakan lengkap oleh Pejabat Karantina Kesehatan

serta tidak ditemukan adanya indikasi faktor risiko kesehatan masyarakat maka

kepada nakhoda dapat diberikan Surat Persetujuan Berlayar Karantina Kesehatan

(Port Health Quarantine Clearance).7


17

Pengawasan Karantina Kesehatan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 425/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Karantina

Kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan. Prosedur pengawasan dan pemeriksaan

kekarantinaan kapal adalah sebagai berikut:8

1. Tahap Persiapan

a. Kapal mengajukan permohonan untuk memperoleh ijin karantina;

kapal mengibarkan bendera kuning pada siang hari atau lampu merah

putih di atas kabin atas berjarak 1,8 m pada malam hari.

b. Surat permohonan ijin karantina diajukan oleh agen/perusahaan

pelayaran pada KKP paling cepat 3 jam dan paling lambat 1 jam

sebelum kapal tiba di wilayah Pelabuhan.

c. Petugas KKP menerima, menganalisa permohonan, memilah asal

kapal dan selanjutnya mengisi dan menyerahkan tanda bukti

penerimaan permohonan. Petugas KKP dapat menolak atau meminta

permohonan ulang apabila terdapat kesalahan dalam mekanisme

permohonannya.

2. Tahap Pemeriksaan/pengawasan

a. Tahap ini sebaiknya dilakukan melalui kontak radio namun apabila hal

tersebut tidak dapat dilaksanakan, maka petugas dapat mengunjungi

kapal untuk berkomunikasi dengan nakhoda. Komunikasi ditujukan

terhadap hal-hal yang menyangkut pertanyaan-pertanyaan dalam

MDH.
18

b. Kapal yang berasal dari Pelabuhan luar negeri sehat, dapat diberikan

izin bebas karantina (radio pratique atau free pratique) saat itu juga.

Kapal kemudian dapat menuju wilayah berlabuh dan menurunkan

bendera kuning.

c. Bila dari jawaban mengenai MDH petugas KKP mencurigai adanya

permasalahan penyakit karantina yang dapat membahayakan kesehatan

dalam negeri, meskipun kapal berasal dari Pelabuhan luar negeri sehat,

maka kapal tersebut tidak diberikan izin bebas karantina dan kapal

tersebut diminta untuk menurunkan jangkar di luar wilayah berlabuh

untuk pemeriksaan lanjutan.

d. Kapal yang berasal dari Pelabuhan luar negeri tersangka/terjangkit

penyakit tidak diberikan izin bebas karantina dan diminta untuk

menurunkan djangkar di luar wilayah berlabuh untuk pemeriksaan

lanjutan.

3. Tahap Tindak Lanjut

a. Bila dalam pemeriksaan kapal dan perongan tidak ditemukan hal-hal

yang membahayakan atau dapat menularkan penyakit karantina, kapal

tersebut diberikan izin bebas karantina oleh petugas KKP dan

kemudian dapat berlabuh.

b. Bila dalam pemeriksaan kapal dan pemeriksaan perorangan terdapat

hal-hal yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit karantina,

petugas KKP melakukan tindakan kesehatan untuk penyehatan kapal


19

dan sesudah itu kapal dapat diberikan izin bebas karantina dan dapat

berlabuh.

c. Untuk kapal yang datang dari Pelabuhan luar negeri

tersangka/terjangkit penyakit karantina, kapal tersebut dilakukan

dilakukan pemeriksaan dan bila perlu dilakukan tindakna kesehatan.

Setelah pemeriksaan selesai, kapal tersebut diberikan izin bebas

karantina dan kemudian dapat berlabuh.

d. Untuk kapal yang telah diberikan radio pratique setelah kapal

bersandar, petugas KKP dengan membawa surat tugas mendatangi

nakhoda untuk konfirmasi pemberian radio pratique dan memeriksa

kesehatan kapal ‘bila perlu’, menyerahkan rekam (copy) free pratique

e. Tindakan terhadap pelanggaran mterhadap proses penyelenggaran free

pratique dapat dikenai sanksi hukum berdasarkan perundang-undangan

melalui Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

Nakhoda dapat menyampaikan permohonan untuk memperoleh Persetujuan

Karantina Kesehatan atau memberitahukan suatu keadaan di Kapal dengan memakai

isyarat sebagai berikut:7

a. pada siang hari berupa:

1. Bendera Q, yang berarti Kapal saya sehat atau saya minta Persetujuan

Karantina Kesehatan;

2. Bendera Q di atas panji pengganti kesatu, yang berarti Kapal saya

tersangka; dan
20

3. Bendera Q di atas Bendera L, yang berarti Kapal saya Terjangkit; dan

b. Pada malam hari berupa lampu merah di atas lampu putih dengan jarak

maksimum 1,80 (satu koma delapan nol) meter, yang berarti saya belum

mendapat Persetujuan Karantina Kesehatan.

Persetujuan Karantina Kesehatan dapat dicabut dan dinyatakan tidak berlaku,

apabila dalam waktu berlakunya timbul suatu kematian atau penyakit yang berpotensi

menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan kapal tersebut wajib menuju

ke suatu Zona Karantina untuk mendapat tindakan Kekarantinaan Kesehatan.

2.5.2 Karantina pada Pesawat

Pesawat udara yang datang dari bandar udara wilayah yang terjangkit,

terdapat orang hidup atau mati yang diduga terjangkit dan/atau terdapat barang

dan/atau orang yang diduga terpapar saat berada di dalam pesawat udara dalam status

karantina. Kapten penerbang wajib segera melaporkan mengenai kepada petugas lalu

lintas udara untuk diteruskan kepada pejabat karantina kesehatan di bandar udara dan

memberikan dokumen deklarasi kesehatan penerbangan (health part of the aircraft

general declaration) kepada pejabat karantina kesehatan untuk memperoleh

persetujuan kekarantinaan kesehatan. Persetujuan kekarantinaan kesehatan berupa:

c. Persetujuan bebas karantina, dalam hal tidak ditemukan penyakit dan/atau faktor

risiko yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat dan/atau

dokumen karantina kesehatan dinyatakan lengkap dan berlaku.


21

d. Persetujuan karantina terbatas, dalam hal ditemukan penyakit dan/atau faktor

risiko yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat dan/atau

dokumen karantina kesehatan dinyatakan tidak lengkap dan tidak berlaku.

Pesawat yang memperoleh persetujuan karantina terbatas harus dilakukan

tindakan kekarantinaan kesehatan dan/atau penerbitan atau pembaruan dokumen

karantina kesehatan. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan, adalah sebagai

berikut:

a. Tindakan Kekarantinaan di Ring II (Pemeriksaan Identitas KTP/Paspor)

 Pelaksana kegiatan adalah aparat keamanan (Polisi, TNI dan Keamanan

Bandara) dan petugas Karantina Kesehatan.

 Petugas karantina Kesehatan harus melakukan penyelidikan epidemiologis

untuk mengetahui riwayat perjalanan calon penumpang dan pengantar.

 Petugas yang berada di ring II menggunakan Alat Pelindung Diri minimal

handscoon dan masker.

b. Tindakan Kekarantina di Ring I

Berkaitan dengan kasus suspek suatu pandemi ada tiga kriteria:

1) Dapat berangkat dengan membawa HAC/eHAC bila:

 Tidak kontak/dalam 7 hari tidak berada di wilayah episenter pandemi dan

 Tidak suspek suatu penyakit yang menjadi pandemi.

2) Dilakukan tindakan karantina bila:

 Riwayat kontak/dalam 7 hari tidak berada di wilayah episenter pandemi dan

 Tidak suspek suatu penyakit yang menjadi pandemi.


22

3) Dilakukan rujukan ke RS rujukan bila suspek suatu pandemi.

Yang berkaitan dengan peraturan umum kesehatan penerbangan penumpang

yang sakit ditunda keberangkatannya untuk diperiksa dulu di poliklinik KKP.

Kemungkinan bisa diberangkatan setelah diperiksa oleh dokter KKP dan

memenuhi persyaratan keselamatan penerbangan.

Langkah kegiatan:

Untuk calon penumpang lainnya yang tidak menunjukkan gejala klinis

dibagikan HAC/eHAC untuk diisi dan selanjutnya dianalisa dan diseleksi apakah ada

riwayat kontak dan memiliki keluhan seperti penyakit yang dimaksudkan (salah satu

penyakit yang menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan

dunia).

Langkah kegiatan:

 Kegiatan pemeriksaan diberlakukan untuk seluruh orang yang akan memasuki

wilayah bandara.

 Seluruh petugas yang melaksanakan tindakan kekarantinaan diwajibkan

menggunakan APD lengkap dan diberi profilaksis.

 Apabila calon penumpang tertunda keberangkatannya, seluruh tiket dan

barang bawaan akan diurus oleh petugas tiket/ground handling.

Sasaran pada keberangkatan adalah sebagai berikut:

Pilot dan Pramugari, Pegawai di lingkungan bandara dan Tamu VIP dan calon

penumpang.
23
BAB III

DESKRIPSI KEGIATAN

3. 1 Kegiatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas II Pekanbaru memiliki kegiatan

memfasilitasi vaksinasi meningitis untuk masyarakat yang hendak berangkat ke tanah

suci sebagai jemaah haji ataupun umrah serta penerbitan Internasional Certificate Of

Vaccination (ICV). Mengacu kepada Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang

imunisasi, terdapat keterangan bawah pemberian imunisasi pada jamaah haji dan

umrah termasuk imunasis khusus. Pemberian imunisasi Pada jemaah haji dan umrah

dilakukan minimal 2 minggu sebelum keberangkatan, dikarenakan tubuh

membutuhkan waktu untuk membentuk antibodi pada tubuh. Pada dasarnya

pemberian vaksin diberikan dikarenakan persyaratan dari negara saudi arabia agar

dapat menerima jamaah haji agar tidak tertular salah satunya penyakit meningitis.

Adapun alur kegiatan vaksinasi yang dilakukan di KKP Kelas II Pekanbaru adalah:

1. Pendaftaran dan inform concern

Kegiatan pendaftaran dan inform concern dilakukan pada lobby. Inform

concern dilakukan bertujuan untuk meminta persetujuan pihak yang akan divaksinasi

mengenai keuntungan serta resiko yang akan didapatkan ketika mendapat vaksinasi.

2. Kegiatan Screening

Kegiatan screening dikakukan pada ruangan poliklinik. Kegiatan ini bertujuan

untuk menscreening pasien yang akan mendapatkan vaksin tersebut. Pada kegiatan

inilah pihak KKP akan menilai apakah pasien tersebut layak diberikan vaksin atau

tidak. Kegiatan yang dilakukan seperti anamnesis riwayat penyakit komorbid, riwayat

23
24

vaksinasi sebelumnya, pemeriksaan tanda-tanda vital, serta pemeriksaan berkas yang

dibutuhkan tergantung dari penyakit komorbid yang dimiliki (pemeriksaan akhir CD4

pada orang dengan HIV/AIDS). Biasanya tidak terdapat kontra indikasi absolute pada

pemberian vaksin. Adapun kontra indkasi relative biasa didapati seperti pasien yang

berada dapat fase aksaut penyakit komorbid, ibu hamil dan lainnya.

3. Pembayaran

Sistem pembayaran pada KKP Kelas II Pekanbaru tidak menyediakan

pembayaran cash dengan tujuan mencegah tidakan korupsi, maka pihak KKP

menyediakan pembayaran melalui cashless seperti debit.

4. Kegiatan Vaksinasi

Kegiatan vaksinasi dilakukan para ruangan yang berada disebelah loket

pembayaraan. Tentunya vaknisasi dilakukan oleh petugas yang ahli dalam pemberian

vaksin.

5. Penerbitas Internasional Certificate Of Vaccine (ICV)

ICV merupakan alat bukti yang digunakan sebagai bukti secara administrasi

dan dokumen yang menandakan bahwa calon jamaah haji atau umrah telah

mendapatkan vaksinasi. Pada ICV berwarna kuning, yang dimana terdapat barcode

yang tertera sehingga dapat discan sehingga dapat diketahui dengan lengkap

mengenai jenis vaksin, tanggal pemberian dan segala hal informasi penting lainnya.

Kini pelaksanaan vaksinasi di KKP Kelas II menjadi tertunda dikarenakan

adanya pandemi COVID-19. Jamaah haji serta umrah mengalami penundaan

keberangkatan akibat penutupan keberangkatan internasional.


25

Penyimpanan Vaksin

Keberhasilan dari program vaksin tidak dipisahkan dari ketersediaan rantai

dingin/ Cold Chain. Penyimpanan yang tepat mampu menjaga serta menjamin

kualitas vaksin yang diberikan kepada sasaran. Pengelolaan vaksin harus sesuai

dengan prosedur untuk menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang telah

ditetapkan. Rantai dingin atau cold chain terdiri dari lemari es dan freeze untuk

menyimpan vaksin, dan termos (vaksin carrier) untuk membawa vaksin ke tempat

pelayanan imunisasi, terutama untuk kegiatan di luar gedung/lapangan.

Vaksin meningitis termasuk dalam imunisasi khusus yang bertujuan sebagai

profilaksis untuk mencegah penyakit akut radang selaput otak yang disebabkan oleh

bakteri Neisseria meningitidis. Meningitis merupakan salah satu penyebab utama

kesakitan dan kematian di seluruh dunia. Case fatality rate-nya melebihi 50%, tetapi

dengan diagnosis dini, terapi modern dan suportif, case fatality rate menjadi 5-15%.

Imunisasi meningitis meningokokus diberikan kepada masyarakat yang akan

melakukan perjalanan ke negara endemis meningitis, yang belum mendapatkan

Imunisasi meningitis atau sudah habis masa berlakunya (masa berlaku 2 tahun). 1

Pada vaksin meningitis harus dijaga suhunya antara 2 hingga 8 derajat celcius

sehingga perlu disimpan di lemari pendingin khusus atau jika ingin melakukan

distribusi harus dikemas sedemikian rupa dengan kotak khusus yang dapat

mengisolasi suhu udara luar agar suhu tetap terjaga.


26

Gambar 3.1 Penyimpanan Vaksin

Pada KKP Kelas II Pekanbaru, vaksin meningitis dan yellow fever di simpan

di dalam lemari es untuk menjaga kualitas vaksin tetap baik sampai saat akan

digunakan. Lemari es yang tersedia memliki bentuk buka dari depan (front opening)

dan bentuk buka keatas (top opening) Bentuk top opening pada umumnya adalah

freezer yang biasanya digunakan untuk menyimpan bahan makanan, ice cream,

daging sertaVaccine Refrigerator untuk penyimpanan vaksin


27

Vaccine Refrigerator/freezer dengan bentuk pintu buka dari depan banyak

digunakan dalam rumah tangga atau pertokoan, seperti: untuk meyimpan makanan

minuman, buah-buahan yang sifat penyimpanannya sangat terbatas. Bentuk ini tidak

dianjurkan untuk penyimpanan vaksin..

Cara pemberian imunisasi meningitis meningokokus diberikan minimal 30

(tiga puluh) hari sebelum keberangkatan. Setelah divaksinasi, orang tersebut akan

mendapatkan ICV yang mencantumkan tanggal pemberian Imunisasi. Bila Imunisasi

diberikan kurang dari 14 (empat belas) hari sejak keberangkatan ke negara yang

endemis meningitis atau ditemukan adanya kontraindikasi terhadap Vaksin

meningitis, maka harus diberikan profilaksis dengan antimikroba yang sensitif

terhadap Neisseria meningitidis. Bagi masyarakat yang datang atau melewati negara

terjangkit meningitis harus bisa menunjukkan sertifikat vaksin / International

Certificate of Vaccination (ICV) yang masih berlaku sebagai bukti bahwa mereka

telah mendapat Imunisasi meningitis. 1

Selain vaksin meningitis, juga terdapat vaksin yellow fever/ demam kuning.

Demam kuning adalah penyakit infeksi virus akut dengan durasi pendek masa

inkubasi yaitu 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) hari dengan tingkat mortalitas yang

bervariasi. Disebabkan oleh virus demam kuning dari genus Flavivirus, famili

Flaviviridae, vektor perantaranya adalah nyamuk Aedes aegypti. Icterus / kuning

kadang ditemukan pada awal penyakit. Setelah remisi singkat selama beberapa jam

hingga 1 (satu) hari, beberapa kasus berkembang menjadi stadium intoksikasi yang

lebih berat ditandai dengan gejala perdarahan seperti epistaksis (mimisan),


28

perdarahan ginggiva, hematemesis (muntah seperti warna air kopi atau hitam),

melena, gagal ginjal dan hati, 20%-50% kasus ikterus berakibat fatal. 1

Pencegahan demam kuning dapat dilakukan dengan imunisasi. vaksin demam kuning

akan memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang akan melakukan

perjalanan berasal dari negara atau ke negara/daerah endemis demam kuning. Vaksin

demam kuning efektif memberikan perlindungan 99%. Antibodi terbentuk 7-10 hari

sesudah imunisasi dan bertahan seumur hidup.

Orang yang mendapatkan imunisasi adalah semua orang yang melakukan

perjalanan, berasal dari negara atau ke negara yang dinyatakan endemis demam

kuning, kecuali bayi di bawah 9 (sembilan) bulan dan ibu hamil trimester pertama.

Setelah divaksin akan dibuktikan dengan ICV.

Bagi yang datang atau melewati negara terjangkit demam kuning harus bisa

menunjukkan sertifikat vaksin (ICV) yang masih berlaku sebagai bukti bahwa mereka

telah mendapat Imunisasi demam kuning. Bila ternyata belum bisa menunjukkan ICV

(belum diImunisasi), maka terhadap mereka harus dilakukan isolasi selama 6 (enam)

hari, dilindungi dari gigitan nyamuk sebelum diijinkan melanjutkan perjalanan

mereka. Demikian juga mereka yang surat vaksin demam kuningnya belum berlaku,

diisolasi sampai ICVnya berlaku.

Pemberian Imunisasi demam kuning kepada orang yang akan menuju negara

endemis demam kuning selambatlambatnya 10 (sepuluh) hari sebelum berangkat,

bagi yang belum pernah diimunisasi. Setelah divaksinasi, diberi ICV dan tanggal

pemberian vaksin dan yang bersangkutan setelah itu harus menandatangani di ICV.
29

Bagi yang belum dapat melakukan tanda tangan (anak-anak), maka yang

menandatanganinya orang tua yang mendampingi berpergian.11

3.2 Kegiatan di Bandara Sultan Syarif Kasim II

Pada Bandara Sultan Syarif Qasim II, KKP bertugas sebagai cegah tangkal penyakit

dipintu masuk negara. Pada era pandemi Covid-19 ini pemantauan dilakukan pada

penerbangan domestik, baik keberangkat maupun yang kedatangan dikarenakan

hampir seluruh wilayah Indonesia terjangkit Covid-19. Pada setiap penumpang yang

akan terbang, dilakukan pemeriksaan menggunakan thermo scanner untuk

mendeteksi suhu dengan cepat. Jika pada penumpang didapatkan suhu yang tinggi

maka akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, berupa anamnesis dan pemeriksaan

fisik yang relevan. Pada Anamnesis ditanyakan gejala yang dialami, riwayat

perjalanan, dan riwayat kontak erat dengan pasien terkofirmasi positif Covid-19.

Berdasarkan Surat Edaran Nomor 7 tahun 2020 tentang kriteria dan

persyaratan perjalanan orang dalam masa adaptasi kebiasaan baru menuju masyarakat

produktif dan aman corona virus disease 2019 (COVID-19), maka telah ditetapkan

kriteria dan persyaratan bagi orang yang ingin melakukan perjalanan yaitu:

1. Protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci

tangan wajib diterapkan oleh setiap orang yang melakukan perjalanan.

2. Persyaratan perjalanan domestik:

a. Setiap orang yang melakukan perjalanan orang dengan kendaraan pribadi

bertanggung jawab atas kesehatannnya masing-masing dah harus

mematuhi syarat yang ditetapkan.


30

b. Setiap orang yang melakukan perjalanan orang dengan transportasi umum

darat, laut dan udara harus memenuhi persyaratan:

1) Menunjukkan tanda pengenal (KTP atau SIM atau tanda pengenal

lain yang sah)

2) Menunjukkan surat keterangan tes PCR COVID-19 dengan hasil

negatif atau surat keterangan Rapid Test COVID-19 dengan hasil non

reaktif yang berlaku 14 hari pada saat keberangkatan.

3) Menunjukkan surat keterangan bebas gejala seperti influenza

(influenza-like illness) yang dikeluarkan oleh dokter Rumah

Sakit/Puskesmas bagi daerah yang tidak memiliki fasilitas tes PCR

dan/atau Rapid Test.

c. Persyaratan perjalanan orang dalam negeri dikecualikan untuk perjalanan

orang komuter dan perjalanan orang di dalam wilayah/kawasan

aglomerasi.

Tugas KKP adalah melakukan validasi terhadap hasil pemeriksaan PCR

dan/atau rapid test berdasarkan tanda pengenal calon penumpang dan memeriksa

masa berlaku hasil pemeriksaan tersebut (biasanya maksiimal 14 hari). Jika calon

penumpang memenuhi kriteria dan persyaratan diatas, maka calon penumpang dapat

melakukan perjalanan ke tempat tujuan.

Tugas lain dari KKP adalah memberikan izin layak terbang bagi orang sehat,

orang sakit tertentu, ibu hamil, bayi, dan izin angkut jenazah. Pada ibu hamil hanya

diizinkan terbang apabila usia kehamilan 14-36 minggu apabila kehamilan tunggal

dan janin sehat, atau maksimal 32 minggu apabila kehamilan ganda serta janin sehat.
31

Pada bayi maka hanya dapat diizinkan terbang apabila sudah berusia diatas 2 minggu.

Pada orang dengan penyakit tertentu seperti penyakit gagal jantung, gagal ginjal,

kelainan jiwa dan lainnya maka perlu persiapan tertentu seperti anamnesis kembali

terkait riwayat penyakit yang diderita, terapi yang sudah didapatkan, serta kebutuhan

penunjang yang perlu dibawa seperti oksigenasi dan lainnya.

Pada program pengendalian risiko lingkungan, yang dilakukan adalah suvei

larva aedes, pemeriksaan hygene dan sanitasi tempat makan, pengambilan sampel air,

serta pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit.

3.2.1 Survei larva Aedes

Survei larva aedes dilakukan di area perimeter dan area buffer setiap bulan.

Survei larva aedes di area buffer dilakukan oleh kader dengan pengawasan oleh

Kantor Kesehatan Pelabuhan. Survei larva dilakukan dengan melihat kontainer pada

ruangan-ruangan di bandara.

Tujuan

Tujuan survei larva aedes ini adalah untuk mengetahui risiko yang ditularkan

oleh vektor, mengetahui indeks kepadatan larva aedes di bandara, serta untuk

mengetahui tingkat terjadinya penyakit yang disebabkan oleh vektor.

Manfaat pemeriksaan

Untuk meningkatkan pengetahuan dokter muda Ilmu Kesehatan Masyarakat-

Kedokteran Komunitas tentang indeks kepadatan larva Aedes aegypti di Bandara

Sultan Syarif Kasim II.

Alat dan Bahan :

Alat :
32

1. Alat tulis

2. Papan ujian

3. Kertas label

4. Tabung sampel

5. Senter

6. Lembaran pengisian (Form)

7. Box tempat beberapa sampel

8. Kaca Objek

9. Pipet tetes

10. Mikroskop

Bahan :

Air sampel dan/atau larva dari beberapa container

Cara Kerja :

1. Identifikasi kontainer yang sering menjadi tempat berkembangbiaknya larva

seperti tempayan, bak mandi, bak kakus, drum air dan genangan air lainnya.

2. Identifikasi apakah terdapat larva atau tidak di dalam kontainer tersebut, catat

hasil di lembar penilaian.

3. Jika ditemukan larva, maka larva diambil menggunakan pipet tetes dan

dimasukkan kedalam botol sampel untuk dilakukan identifikasi melalui

mikroskop.

4. Lalu dihitung Indeks kepadatan nyamuk , dengan rumus sebagai berikut:

● Container Index => Larva Aedes (+) x 100%


33

Seluruh Container

● House Index => Jumlah Aedes (+) x 100%

Jumlah bangunan diperiksa

● Breteu Index => Jumlah Container (+) x 100

Jumlah bangunan yang diperiksa

Hasil Pemeriksaan:

● Container Index => 0 x 100% = 0%

23

● House Index => 0 x 100% = 0%

10

● Breteu Index => 0 x 100% = 0%

3.2.2 Pengambilan Sampel Air

1. Pemeriksaan fisika

- Air diambil dari keran dan air minum.

- Air dikatakan bersih jika tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Pemeriksaan kimia

- Air diambil dari kran air dan air minum.

- Persiapan alat (botol sampel, alat tulis, lembar penilaian air bersih dan

cool box).

- Air diambil dengan cara mengalirkan air pada tepi botol secara perlahan

hingga botol terisi penuh. Hal ini agar tidak terjadi gelembung yang

menyebabkan struktur kimia air berubah.


34

- Tutup botol dan beri label pada botol.

- Masukkan botol sampel ke dalam cool box dan bawa ke laboratorium

untuk diperiksa.

3. Pemeriksaan biologi

- Air diambil dari kran air dan air minum.

- Persiapan alat (botol sampel, api bunsen, alat tulis, form pengambilan

air bersih dan cool box).

- Fiksasi mulut kran atau dispenser dengan api bunsen.

- Air diambil dari kran atau dispenser namun pengisian air tidak penuh.

- Fiksasi ujung mulut botol dengan api bunsen.

- Tutup botol dan beri label pada botol.

- Masukkan botol sampel ke dalam cool box dan bawa ke laboratorium

untuk diperiksa.

Berikut adalah standar air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas

Air Minum.
35
36
37

Hasil Pemeriksaan:

Tidak dilakukan pemeriksaan ke laboratorium air.


38

3.2.3 Pemeriksaan Higienitas Sanitasi Tempat Pengolahan Makanan

Untuk mencegah terjadinya penyakit yang menular lewat masyarakat juga

diperlukan upaya penyehatan makanan dan minuman. Rumah makan atau restoran

merupakan tempat pengolahan makanan yang menghasilkan dan menjual berbagai

jenis makanan dan minuman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Maka dari itu perlu

adanya penilaian sanitasi rumah makan atau restoran sebagai bentuk upaya

penyehatan makanan dan minuman. Penilaian sanitasi rumah makan atau restoran

diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1098/MENKES/SK/VII/2003.

1) Penilaian kelaikan hygine sanitasi rumah makan dan restoran

Pemeriksaan ini menggunakan lembar penilaian yang berjumlah 33 poin.

Batas score total tingkat mutu/laik hygiene sanitasi minimal adalah 700. Jika skor

total <700 maka restoran atau rumah makan tersebut tidak layak saji.

Tingkat mutu hygiene sanitasi rumah makan dan restoran

• Tingkat mutu C: 700-800

• Tingkat mutu B: 801-900

• Tingkat mutu A: 901-1000

Pemeriksaan Restoran A&W Bandara SSK II

Variabel Bobot Nilai Skore

1 2 3 4
A. Lokasi dan Bangunan
1. Lokasi 2 2, 6, 10 20
2. Bangunan 2 2, 4, 6, 8, 10 20
39

3. Pembagian ruang 1 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 10
4. Lantai 0,5 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 5
5. Dinding 0,5 0, 4, 6, 7, 10 5
6. Ventilasi 1 2, 3, 5, 7, 8, 10 10
7. Pencahayaan/penerangan 1 2, 3, 5, 7, 8, 10 10
8. Atap 0,5 2, 3, 5, 7, 8, 10 5
9. Langit-langit 0,5 0, 2, 4, 6, 8, 10 5
10.Pintu 1 0, 3, 4, 6, 7, 10 10
B. Fasilitas Sanitasi
11. Air Bersih 3 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 30
11.Air bersih air limbah
12.Pembuangan 2 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 20
13.Toilet 1 0, 1, 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, 9, 10 7
14.Tempat sampah 2 0, 1, 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, 9, 10 20
15.Tempat cuci tangan 2 0, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 10 20
16.Tempat mencuci peralatan 1 0, 2, 4, 6, 8, 10 10
17.Tempat mencuci bahan 1 0, 2, 3, 5, 7, 8, 10 10
18.Locker karyawan 1 0, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10 10
19. Peralatan pencegah 2 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 16
masuknya serangga dan tikus
C. Dapur, Ruang Makan dan
Gudang Bahan Makanan

20.Lokasi 7 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 56
21.Bangunan 5 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 40
22.Pembagian ruang 3 0, 2, 4, 6, 8, 10 18
D. Bahan Makanan dan
Makanan Jadi
23.Bahan makanan 5 0, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 40
24.Makanan jadi 6 3, 4, 6, 7, 10 60
E. PengolahanMakanan  
25.Proses pengolahan 5 2, 3, 5, 7, 8, 10 50
F. Tempat Penyimpanan Bahan  
Makanan dan Makanan Jadi
26.Penyimpanan bahan 4 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9,10 36
27.Penyimpanan makanan 5 4, 6, 10 50
G. Penyajian Makanan  
28.Cara penyajian 5 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 50
H. Peralatan  
29.Ketentuan peralatan 15 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 150
40

I. Tenaga Kerja  
30.Pengetahuan/sertifikat 4 0, 2, 4, 6, 8, 10 0
Hygiene
sanitasi kerja
31.Pakaian makanan 2 0, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 20
32.Pemeriksaan kesehatan 2 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 20
33.Personal hygiene 7 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 70
Dari hasil pemeriksaan sanitasi didapatkan bahwa tingkat mutu sanitasi rumah

makan di sekitar bandara adalah tingkat mutu B dengan jumlah nilai 853.

3.2.4 Pembuatan Dokumen Kesehatan di Bandara

Pembuatan dokumen kesehatan di Bandara Sultan Syarif Qasim II terdiri dari

pembuatan dokumen layak terbang bagi orang sakit, ibu hamil dan bayi serta

pembuatan surat izin angkut jenazah.

Pemeriksaan kelayakan terbang penumpang pesawat udara adalah upaya uji

pemeriksaan kesehatan jasmani dan rohani calon penumpang pesawat udara yang

meliputi rangkaian kegiatan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang yg hasilnya digunakan untuk menentukan status kesehatan calon

penumpang apakah layak/aman untuk terbang.

Tujuan

Sesuai peraturan penerbangan internasional IATA bahwa penumpang pesawat

udara diharuskan mempunyai kesehatan yang baik (fitness for air travel).

Pemeriksaan ini dimaksudkan agar penumpang tersebut tidak mengganggu

kenyamanan penerbangan.
41

Prosedur Pemeriksaan

Pemeriksaan dilaksanakan oleh Dokter yang mempunyai kompetensi dalam

kesehatan penerbangan (SpKP, dokter umum dgn pelatihan kesehatan penerbangan)

dibantu tim kesehatan.

Terdapat sejumlah keadaan yang memerlukan penilaian medik untuk

mendapatkan surat kelayakan terbang. Kondisi tersebut di antaranya adalah :

● Penyakit yg diperberat dengan perjalanan udara (Gangguan Jantung Paru,

Saluran pernafasan, DM, Sistem Sarag Pusat, Saluran cerna, THT, cedera,

dsb)

● Penyakit Menular

● Penyakit yang ofensif/ mengganggu penumpang lain

● Kondisi yg memerlukan penilaian medik khusus (kehamilan, bayi, Jet Lag,

lansia, stress/ cemas, dsb)

Surat layak terbang bisa diajukan oleh orang yang di rawat di rumah sakit

dengan prosedur sebagai berikut :

● Dokter yang merawat mengajukan permohonan ke bagian kesehatan

perusahaan penerbangan atau ke KKP

● Pemeriksaan di RS selambat-lambatnya 48 jam sebelum jadwal penerbangan

● Dokter yang merawat mengisi formulir

● Formulir diperiksa oleh dokter perusahaan penerbangan dan dokter KKP

● Diberikan penilaian apakah layak terbang atau tidak/tunda 🡺 form layak

terbang
42

Bagi penumpang pesawat yang ingin meminta surat layak terbang dengan

langsung datang ke bandara dapat mengikuti prosedur sebagai berikut :

● Penumpang melakukan permohonan pemeriksaan kelayakan terbang di KKP

bandara setempat

● Pemeriksaan selambat-lambatnya 4 jam sebelum jadwal penerbangan yang

dilakukan oleh dokter KKP

● Penetapan oleh dokter KKP apakah penumpang layak terbang atau tidak/

tunda

● Penerbitan surat layak terbang dengan menyebutkan rekomendasi terkait

kondisi penumpang

Terdapat beberapa kriteria pemberian surat layak terbang yaitu :

● Diberikan kepada penumpang yang akan melakukan perjalanan dengan alat

angkut pesawat

● Diberikan kepada penumpang yang dalam kondisi sakit,wanita hamil dan bayi

● Setelah melalui serangkaian pemeriksaan oleh petugas medis

● Disarankan bagi penumpang yang akan berangkat untuk melakukan

pemeriksaan 4 jam sebelum keberangkatan


43

Gambar 2.1 Contoh Surat Kelayakan Terbang

Bagi pihak yang ingin melakukan pengangkutan jenazah di dalam pesawat diperlukan

beberapa dokumen kesehatan yang wajib disiapkan yaitu :

● Surat keterangan dari RS / Dinas Kesehatan setempat menyatakan sebab

kematian bukan karena penyakit menular.

● Surat keterangan pemetian yang memenuhi persyaratan untuk alat angkut.

● Surat keterangan pengawetan jenazah dengan formalin.

● Surat keterangan dari krematorium (untuk abu mayat).

● Surat rekomendasi kepolisian.


44

3.2.5 Validasi Surat Keterangan Sehat

Validasi Surat Kesehatan dilakukan di pintu masuk penerbangan dilakukan

pada setiap penumpang. Validasi Surat Kesehaatan dilakukan oleh anggota KKP dan

dibantu dengan relawan dari berbagai tenaga kesehatan.

Tujuan

Tujuan Validasi Surat Kesahatan ini adalah untuk monitoring perjalanan di

tengah masa pandemi dan mempermudah calon penumpang dalam mengirim hasil tes

COVID-19 ke aplikasi electronik healt alert card (eHAC) milik Kementerian

Kesehatan.

Manfaat pemeriksaan

Untuk meningkatkan pengetahuan dokter muda Ilmu Kesehatan Masyarakat-

Kedokteran Komunitas tentang Validasi Surat Kesehatan di Bandara Sultan Syarif

Kasim II.

Alur penggunaan eHAC untuk memvalidasi surat keterangan hasil Covid-19 :

1. Calon penumpang melakukan registasi dan memilih Faskes pada aplikasi

eHAC.

2. Pilih Faskes di dalam bandara atau diluar bandara

3. Lakukan validasi melalui aplikasi eHAC.

4. Calon penumpang akan mendapatkan QR Code di aplikasi eHAC.

5. Calon penumpangmenunjukan QR code di check in counter, lalu di security

check point 2 dan kemudian di boarding gate.


45

3.3 Kegiatan di Pelabuhan Sungai Duku

3.3.1 Pemeriksaan Sanitasi Kapal

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah unit pelaksana teknis di

lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan (Ditjen PP-PL) yang melaksanakan tugas di bidang cegah tangkal keluar

atau masuknya penyakit dan faktor risiko kesehatan. KKP mempunyai tugas

melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah,

surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak risiko kesehatan

lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan obat, makanan, kosmetika, dan alat

kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) serta pengamanan terhadap penyakit baru,

dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan

pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat

negara.

Menurut Permenkes No. 77 Pasal 5 Tahun 2020, salah satu fungsi KKP

adalah pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan, dan lintas

batas darat negara. Struktur organisasi yang melaksanakan fungsi tersebut adalah

Bidang Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL). Bidang PRL mempunyai tugas

melaksanakan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi serta penyusunan laporan di

bidang Pengendalian vektor dan binatang penular penyakit, pembinaan sanitasi

lingkungan, jejaring kerja, kemitraan, kajian dan pengembangan teknologi, serta

pendidikan dan pelatihan bidang pengendalian risiko lingkungan di wilayah kerja

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. Bidang Pengendalian Risiko
46

Lingkungan terdiri dari Seksi Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit

dan Seksi Sanitasi dan Dampak Risiko Lingkungan. Seksi Sanitasi dan Dampak

Risiko Lingkungan mernpunyai salah satu tugas melakukan penyiapan bahan,

perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan

pengawasan hygiene dan sanitasi kapal laut.

Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit dengan melenyapkan atau

mengendalikan faktor-faktor risiko lingkungan yang merupakan mata rantai

penularan penyakit. Menurut Permenkes No. 40 tahun 2015, Tindakan Sanitasi

adalah upaya penyehatan, pengamanan, dan pengendalian yang dilakukan untuk

mencegah penyebaran penyakit atau kontaminasi, meliputi disinfeksi, dekontaminasi,

disinseksi, dan deratisasi. Pemeriksaan Sanitasi adalah kegiatan pemeriksaan faktor

risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan penularan penyakit di atas

kapal.

Setiap kapal yang melakukan pelayaran di wilayah perairan Indonesia wajib

memiliki Sertifikat Sanitasi Kapal. Apabila dalam Pemeriksaan Sanitasi tidak

ditemukan adanya Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat, Kapal dinyatakan bebas

Tindakan Sanitasi dan dapat diberikan Sertifikat Sanitasi Kapal yaitu SSCEC (Ship

Sanitation Control Exemption Certificate). Sedangkan apabila dalam Pemeriksaan

Sanitasi ditemukan adanya Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat, Kapal harus

dilakukan Tindakan Sanitasi sesuai rekomendasi dan dapat diberikan Sertifikat

Sanitasi Kapal yaitu SSCC (Ship Sanitation Control Certificate). Sertifikat tersebut

berlaku selama 6 (enam) bulan. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukannya

kegiatan pemeriksaan sanitasi kapal di Pelabuhan Sungai Duku.


47

A. Tujuan:

- Tujuan umum: Mengetahui cara kekarantinaan kapal sebagai upaya

pencengahan tangkal penyakit.

- Tujuan khusus:

a. Melakukan penilaian dan pengamatan sanitasi kapal di Pelabuhan Sungai

Duku.

b. Melakukan pengisian ship sanitation supervision inspection checklist dan

checklist examination report of ships sanitation sertificate.

B. Manfaat Pemeriksaan Sanitasi Kapal

a. Mengetahui kondisi sanitasi kapal sebagai proses karantina di Pelabuhan

Sungai Duku.

b. Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai kesehatan perbatasan dan

kesehatan lingkungan di wilayah perbatasan.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

a. Kegiatan ini dilakukan pada 25 Februari 2021. Tempat pemeriksaan sanitasi

kapal dilakukan di Pelabuhan Sungai Duku.

b. Pelabuhan ini merupakan salah satu wilayah kerja KKP Kelas II Pekanbaru.

D. Hasil Pemeriksaan Sanitasi Kapal

Pemeriksaan sanitasi kapal dilakukan terdiri dari 4 jenis pemeriksaan yaitu

pemeriksaan sanitasi kapal, pemeriksaan vektor, pemeriksaan obat dan alat kesehatan,

dan pemeriksaan dokumen. Kegiatan pemeriksaan ini dilakukan pada satu buah kapal
48

yang bersandar pada dermaga di Pelabuhan Sungai Duku, yaitu Kapal Jelatik yang

jenis muatannya adalah penumpang dan barang dengan pelabuhan tujuan Selat

Panjang. Kapal ini telah tiba di Pelabuhan Sungai Duku sejak 25 Februari 2021.

1. Pemeriksaan Sanitasi Jelatik

Pemeriksaan sanitasi kapal Jelatik dilakukan di lokasi ruang penumpang,

gudang, ruang tidur ABK/crew, ruang mesin, air minum, limbah cair, limbah

medis/padat dan fasilitas medik. Didapatkan hasil yaitu memenuhi standar sanitasi

kapal, namun tidak terdapat lokasi khusus untuk fasilitas medik, limbah cair, dapur,

dan limbah medis/padat. Air minum yang digunakan sudah memenuhi syarat karena

air yang dikonsumsi adalah air mineral kemasan atau air galon.

2. Pemeriksaan Vektor pada Jelatik

Pengamatan terhadap tanda-tanda keberadaan vektor seperti lalat, kecoa, tikus

dan nyamuk pada lokasi ruang penumpang, gudang, ruang tidur ABK/crew, air

minum, dan ruang mesin. Pada pengamatan tidak ditemukan tanda tanda kehidupan

vektor seperti lalat, kecoa, tikus dan nyamuk.

3. Pemeriksaan Obat-obatan dan Alat Kesehatan

Telah dilakukan pengecekan kelengkapan obat-obatan dan alat kesehatan yan

g terdapat di kapal. Didapatkan hasil, bahwa terdapat beberapa obat-obatan yang

terdiri dari obat dimakan/obat dalam dan obat luar. Obat dimakan yang tersedia yaitu

obat cuci perut, obat panas, obat anti nyeri, obat asma, obat anti diare, obat anti alergi,

obat anti spasme dan obat anti infeksi. Sedangkan obat luar yang tesedia yaitu obat

luka, obat gosok untuk nyeri, obat tetes telinga, dan obat luka luar. Obat yang tidak
49

tersedia yaitu obat batuk kering, obat batuk berdahak, obat lambung, obat anti

rematik, obat mata, dan obat mulut. Alat kesehatan yang tersedia hanya hansaplast.

4. Pemeriksaan Hasil Dokumen

Pemeriksaan kelengkapan dokumen tidak dapat dilaporkan karena disimpan di


kantor syahbandar.

5. Pemeriksaan Obat-obatan dan Alat Kesehatan

Menurut WHO (2011), menyatakan bahwa semua kapal dianjurkan untuk

memiliki lemari obat, peralatan medis dan panduan medis. Namun peraturan nasional

tidak mewajibkan semua kapal melainkan dengan mempertimbangkan jenis kapal,

jumlah orang di kapal, tujuan dan lamanya perjalanan di atas kapal., Fasilitas medis

dibutuhkan untuk menangani apabila ada yang menderita sakit maupun kecelakaan

kerja, untuk itu fasilitas medis harus memenuhi syarat :

1. Setiap kapal dengan jumlah Anak Buah Kapal 15 (lima belas) orang atau lebih

dilengkapi dengan ruangan perawatan kesehatan yang layak dan memiliki

kamar mandi dan jamban tersendiri.

2. Fasilitas ruang perawatan kesehatan tidak boleh di pergunakan untuk

keperluan lain selain untuk perawatan orang sakit.

3. Pada setiap kapal harus tersedia obat-obatan dan bahan-bahan pembalut dalam

jumlah yang cukup.

4. Untuk pemberian pelayanan kesehatan di kapal, Nahkoda dalam keadaan

tertentu dapat meminta bantuan nasehat dari tenaga medis di darat. Kapal

yang lebih kecil mungkin tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi semua
50

langkah-langkah untuk pengawasan, pencegahan dan pengendalian dalam cara

yang sama seperti kapal yang lebih besar dengan dokter di kapal.

Rincian obat yang terdapat dalam lemari obat seperti pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Daftar rincian obat dalam lemari obat

No Nama Obat/ Alkes

.
I OBAT DALAM/ DIMAKAN
Obat cuci perut/laxantia (Dulcolax, broklak, dll)
Obat Panas/ Antipiretik ( Paracetamol, ibuprofen, dll)
Obat anti nyeri / analgesic ( antalgin, asam mefenamat, dll)
Obat batuk kering / antitusif ( dextromethorphan Hbr, dll)
Obat batuk berdahak/ Ekspektoran ( OBH Syrup, bromhexin, dll)
Obat lambung (antasida, promag, dll)
Obat diare/ mencret ( diatab, norit, dll)
Obat anti alergi ( CTM. Loratadine, dll)
Obat anti infeksi ( Amoxicilin, trisulfa, dll)
Obat anti spasme ( Papaverin, spasminal, dll)
Obat anti Ashma ( asmasoho, salbutamol, dll)
Obat anti rematik ( Neo rhemacyl, voltades, dll)
II OBAT LUAR
Obat mata ( kemicetin, visine, dll)
Obat luka ( betadine, rivanol, dll)
Obat mulut ( borax gliserin, dll)
Obat tetes telinga ( erlamycetin, dll)
Obat gosok untuk nyeri (balsem, rheumason, dll)
Obat luka luar ( burnazin, gentamicin zalf, dll)
III ALAT MEDIS
Arteri klem
Gunting medis
Handsaplast
Nierbeken
Kain segitiga
Kassa steril
Kapas
Kassa gulung
Peniti
51

Plester gulung
Sarung tangan

Hasil Pemeriksaan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT


JENDRAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN
LINGKUNGAN
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PEKANBARU
PEMERIKSAAN KELENGKAPAN OBAT-OBATAN / PPPK DI KAPAL
Nama kapal : KM Jelatik
Tanggal pemeriksaan : 25 Februari 2021
Nama Nakhoda : Tengku Sahril
Flag : Indonesia
Crew : 10 orang
Wilker : Pekanbaru - Selat Panjang
52

AD
NO NAMA OBAT / ALKES TIDAK EXP DATE KET
A
I OBAT DALAM / DIMAKAN
Obat cuci perut / Laxantia (Dulcolax, Januari
A V
Broklak, dll) 2022
Obat panas / Antipiretik (Paracetamol, September
B V
Panadol, dll) 2021
Obat anti nyeri / analgesik (Antalgin, Desember
C V
asam mefenamat, dll) 2020
Obat batuk kering / Antitusif
D V
(Dextromethorfan HBr, dll)
Obat batuk berdahak / Ekspektoran
E V
(OBH Syrup, Bromhexin, dll)
Obat lambung (Antasida, Promag,
F V
Cimetidin, Ranitidin, dll)
Obat anti diare / mencret (Norit, New Desember
G V
Diatab, dll) 2021
Obat anti alergi (CTM, Loratadine,
H V April 2022
Cyproheptadine HCl, dll)
Obat anti infeksi (Amoxicillin,
September
I Trisulfa, Cyprofloxacin, Tetracyclin, V
2021
dll)
Obat anti spasme (Papaverin, September
J V
Spasminal, dll) 2021
Obat anti asthma (Asmasoho, September
K V
Salbutamol, dll) 2021
Obat anti rematik (Neo Rheumacyl,
L V
Voltadex, dll)
II OBAT LUAR
Obat mata (Kemicetin, Visine, Insto,
A V
Boor Water, dll)
Obat luka (Betadine, Rivanol, Alkohol
B V
70%, dll)
C Obat mulut (Borax gliserin, dll) V
D Obat tetes telinga (Erlamycetin, dll) V
E Obat gosok untuk nyeri (Balsem, V
53

Rheumason, Counterpain dll)


Obat luka luar (Leverttant, Burnazin,
F V
Bioplacenton, Gentamycin zaif, dll)
III ALAT MEDIS
A Arteri Klem V
B Gunting Medis V
C Hansaplast V
D Nierbeken V
E Kain Segitiga V
F Kapas V
G Kassa Steril V
H Kassa Gulung V
I Peniti V
J Plaster Gulung V
K Sarung Tangan V

3.3.2 Survei kepadatan Lalat

Lalat merupakan serangga yang kehidupannya dekat dengan manusia dan

seringkali dikaitkan dengan masalah sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS).11 Serangga dari Ordo Diptera ini mempunyai sepasang sayap biru berbentuk

membran. Beberapa jenis lalat diantaranya lalat rumah, lalat hijau, lalat pasir, lalat

buah, lalat limbah, lalat daging, dan lalat kuda.10

Lalat rumah (Musca Domestica) merupakan hama permukiman yang

menimbulkan masalah kesehatan, ekonomi dan estetika.9 Semua bagian tubuh lalat
54

rumah bisa berperan sebagai alat penular penyakit (badan, bulu pada tangan dan kaki,

feces dan muntahannya). Kondisi lingkungan yang kotor dan berbau dapat merupakan

tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan bagi lalat rumah.

Siklus hidup lalat dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu

mulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur,

berwarna putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali bertelur

akan menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam waktu 8–16 jam. Pada suhu

rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 –13 ºC). Telur yang menetas akan

menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir dari phase larva

ini berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat yang dingin guna

mengeringkan tubuhnya, setelah itu berubah menjadi kepompong yang berwarna

coklat tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung

pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 30–35 º C, kemudian akan keluar lalat

muda dan sudah dapat terbang antara 450–900 meter. Siklus hidup dari telur hingga

menjadi lalat dewasa 6-20 hari.12


55

Gambar: Siklus Hidup Lalat

Kepadatan lalat dapat bergantung pada kondisi iklim seperti suhu dan

kelembaban tinggi, sanitasi yang buruk, tempat pembuangan sampah yang tidak

memadai, kurangnya kepedulian terhadap hygiene perorangan dan kesulitan

mengendalikan vektor serangga sehingga faktor lingkungan rumah seperti sarana

sanitasi dapat berpengaruh terhadap keberadaan lalat.11 Lalat rumah (M. domestica)

dapat membawa penyakit seperti salmonelosis, mastitis, tipus, disentri, pinkeye,

anthrax, tuberculosis, cholera, dan lain-lain.12 Untuk itu perlu diketahui kepadatan

lalat disuatu tempat. Pengamatan yang dilakukan terhadap lalat adalah untuk

mengetahui keberadaan lalat yang dilakukan secara visual dengan adanya lalat hidup.

Lokasi yang dilakukan pengukuran kepadatan lalat, contohnya adalah perumahan,

rumah makan dan tempat pembuangan sampah.10


56

Metode pengukuran kepadatan lalat yang biasa digunakan adalah dengan

menggunakan alat fly grill. Fly grill adalah alat berupa potongan kayu yang disusun

untuk melakukan survey kepadatan lalat.9 Fly grill dibuat dari bilah-bilah kayu yang

lebarnya 1,9 cm dan tebalnya 1,5 cm dengan panjang masing- masing 80 cm

sebanyak 21 dan dicat warna putih. Bilah–bilah yang telah disiapkan dibentuk

berjajar dengan jarak 2 cm pada kerangka kayu yang telah disiapkan.

Gambar: Fly Grill

Prinsip kerja dari alat ini didasarkan pada sifat lalat yang menyukai hinggap

pada permukaan benda yang bersudut tajam vertikal. Fly grill digunakan untuk

mengukur tingkat kepadatan lalat dengan cara meletakkan Fly grill pada tempat yang

akan diukur kepadatan lalatnya. Kemudian dihitung jumlah lalat yang hinggap di atas

Fly grill dengan menggunakan alat penghitung (hand counter) selama 30 detik.

Sedikitnya pada setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan kemudian dari 5 kali

hasil perhitungan lalat yang tertinggi dibuat rata – ratanya dan dicatat dalam kartu

hasil perhitungan.9
57

Gambar: Alat Penghitung (Hand Counter)

Selanjutnya angka rata – rata hasil perhitungan digunakan sebagai petunjuk

(indeks) populasi pada satu lokasi tertentu. Sedangkan sebagai interpretasi hasil

pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi (Blok Grill) sebagai berikut:13

a) 0–2 : Rendah atau tidak menjadi masalah

b) 3–5 : Sedang atau perlu dilakukan pengamanan

c) 6-20 :Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempat-tempat

berkembangbiakan lalat

d) >20 : Sangat tinggi/padat dan perlu dilakukan pengamanan serta tindakan

pengendalian lalat.

Tujuan

Tujuan Umum : Mengetahui resiko penularan penyakit melalui vektor lalat.

Tujuan Khusus : Mengetahui cara dan prosedur survey kepadatan lalat dan

interpretasinya.

Alat yang digunakan

1. Fly grill

2. Stop watch
58

3. Alat tulis

4. Form kepadatan lalat

Langkah-langkah Pelaksanaan

- Buat pemetaan daerah potensial lalat.

- Siapkan kelengkapan fly grill dan peralatan lainnya.

- Periksa seluruh kelengkapan sebelum melaksanakan kegiatan.

- Biarkan fly grill dihinggapi lalat selama 30 detik, hitung jumlah lalat yang

hinggap menggunakan alat penghitung, lakukan sebanyak 10 kali pengukuran di

masing-masing jarak yang ditentukan minimal 1 meter.

- Catat dalam formulir pemeriksaan.

- Lima nilai tertinggi dihitung rata-ratanya.

- Cocokkan dengan indeks.

Hasil pengukuran vektor Lalat

FORMULIR PENGUKURAN KEPADATAN LALAT

1. Lokasi Pengamatan : TPS Pelabuhan Sungai Duku


2. Lingkungan Fisik :

Temperatur 29°C

Kelembaban 60%

Jenis Sampah Basah

3. Hasil Pengamatan di 10 Titik :


59

Period Jumlah Lalat (ekor) Total


e
T-1 T-2 T-3 T-4 T-5 T-6 T-7 T-8 T-9 T-10
Waktu

30
4 2 3 6 3 1 2 2 0 0 23
Detik

4. Hasil Pengamatan :

Titik T-1 T-2 T-3 T-4 T-5 Total (N)

Jumlah
6 4 3 3 2
Lalat 18

5. Rata-rata Kepadatan Lalat :


(X) = Total (N) / 5
= 18 / 5
= 3,6 (Sedang atau perlu dilakukan pengamanan)
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

1 Pelaksanaan karantina udara dan pelayanan kesehatan di bandara Sultan Syarif

Kasim II sudah berjalan sesuai dengan prosedur yang diberikan yang meliputi

pemeriksaan validasi syarat terbang, pengisian kartu kewaspadaan, thermal

scanner, dan izin kelayakan terbang.

2 Pemeriksaan pengendalian risiko lingkungan di Bandara Sultan Syarif Kasim II

didapat hasil penilaian kelaikan dan tingkat mutu hygiene sanitasi rumah makan

: Restoran AW skor 853 tingkat mutu B. Pemeriksaan larva aedes didapatkan

hasil BI: 0%, CI: 0%, HI: 0% dan pemeriksaan air bersih tidak dilakukan.

3 Pemeriksaan karantina laut/sanitasi kapal di Pelabuhan Sungai duku pada KM.

Jelatik Express, didapatkan sanitasi kapal memenuhi standar karena tidak

ditemukan tanda-tanda adanya kehidupan vektor seperti lalat, kecoa, tikus dan

nyamuk. Namun tidak terdapat lokasi khusus untuk fasilitas medik, limbah cair,

dapur, dan limbah medis/padat. Air minum yang digunakan sudah memenuhi

syarat karena air yang dikonsumsi adalah air mineral kemasan atau air galon

yang tidak bewana, tidak bebau dan tidak berasa.

4 Pengukuran kepadatan lalat di TPS Pelabuhan Sungai duku, didapatkan rata-

rata kepadatan lalat adalah 3,6 dimana termasuk kategori sedang atau perlu

dilakukan pengamanan

60
61

4.1 Saran

1. Diharapkan KKP memberikan saran dan pemberitahuan kepada pengelola

pelabuhan Sungai duku untuk memperbaiki tempat sampah yang sesuai standar

dengan penutup.

2. Diharapkan KKP Kelas II Pekanbaru dimasa pandemi terus meningkatkan

kewaspadaan dan memberikan sosialisasi yang tepat tentang tata cara dan alur

pengisian e-hac secara elektronik dan manual agar penumpang paham dan

terampil dalam mengisi.

DAFTAR PUSTAKA
62

1. International Health Regulation 2005. 2005.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2348/MENKES/PER/XI/2011 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 356/MENKES/PER/IV/2008 Tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. Jakarta: KEMENKES; 2011.

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan

Kesehatan.

4. Permenkes No. 34 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Tindakan Hapus Tikus

dan Hapus Serangga pada Alat Angkut di Pelabuhan, Bandar Udara, dan Pos

Lintas Batas Darat. 2013.

5. Kantor Kesehatan Pelabuhan. 2005. Profil KKP Kelas II Pekanbaru. Available at

http://kespel.kemkes.go.id/kkp/kkp_tempat_public/profil/18

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2348/MENKES/PER/XI/2011 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 356/MENKES/PER/IV/2008 Tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. Jakarta: KEMENKES; 2011.

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan

Kesehatan. Jakarta; 2018.

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

425/Menkes/SK/IV/2007 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Karantina

Kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan. Jakarta: KEMENKES;2007.


63

9. Ahmad, I., Susanti, S., Kustiati, Yusmalinar, S., Rahayu, R., Hariani, N. (2015).

Resistensi lalat rumah, Musca domestica Linnaeus (Diptera: Muscidae) dari

empat kota di Indonesia terhadap permetrin dan propoksur. Jurnal Entomologi

Indonesia. Vol. 12 No. 3, 123–128

10. Andiarsa, D. (2018). Lalat: Vektor yang Terabaikan Program?. Balaba Vol. 14

No.2 (P1)

11. Andini, T., Siregar, S.D., & Siagian, M. (2019). Efektivitas Teknologi Fly Grill

Modifikasi untuk Mengurangi Kepadatan Lalat di Tempat Penjualan Daging di

Pasar Sukaramai Kota Medan. Jurnal Kesehatan Global, Vol. 2, No. 2.

12. Astuti, E.p., & Pradani, F.Y. (2018). Pertumbuhan dan Reproduksi Lalat Musca

domestica pada Berbagai Media Perkembangbiakan. Aspirator Vol. 2 No. 1

13. Husin, H. (2017). Identifikasi Kepadatan Lalat Di Perumahan Yang Berada Di

Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Air Sebakul Kecamatan Selebar Kota

Bengkulu. JNPH Volume 5 No. 1

LAMPIRAN

1. Kegiatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan


64

2. Kegiatan di Bandara SSQ II


65
66

3. Kegiatan di Pelabuhan Sungai Duku

Anda mungkin juga menyukai