Anda di halaman 1dari 16

CURICULLUM VITAE

Nama : Hj. Masito, S.Kep., M.Kes spkv

Pengalaman kerja:
1. Dosen di Universitas Kader Bangsa Tahun 2014 -2020
2. Instruktur P3K di PJTKI sampai sekarang
3. Kepala pemrogram studi SMK bidang keperawatan di Pondok Pesantren Ma’ariful Ulum
Banyuasin sampai sekarang
Rumah sehat
Standar rumah sehat Kemenkes diatur
dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999.
Peraturan ini mengatur bangunan
rumah serta lingkungan tempat rumah
tersebut berada. Kriteria-kriteria ini
dipenuhi oleh pengembang (yang
membangun rumah) dan penghuni
(yang menempati rumah).
Berikut kriteria rumah sehat sesuai
lingkungan dan bangunannya:
1. Standar Kesehatan Lingkungan
Ada 7 kriteria lingkungan bagi rumah
sehat sesuai standar Kemenkes. Banyak
dari kriteria ini harus diukur secara
profesional, artinya pengembang yang
punya kewajiban agar rumah ini sehat
sesuai standar. 7 kriteria tersebut yaitu:
a. Lokasi. Rumah tidak terletak di
daerah rawan bencana alam
(misalnya di bantaran sungai, rawan
tsunami, longsor, aliran lahar),
bekas pembuangan sampah, bekas
tambang, rawan kecelakaan, dan
jalur pendaratan penerbangan.
b. Kualitas udara, kebisingan, dan getaran.
Lingkungan harus bebas dari gas beracun
alam maupun buatan.
• Tingkat kebisingan maksimal 45-55 dbA.
• Tidak mengandung gas H2S dan NH3.
• Kandungan partikel debu 10 μg tidak
melebihi 150 μg/m3.
• Kandungan gas SO2 tidak melebihi 0.10
ppm.
• Debu terendap tidak melebihi 350 mm3/m2
per hari.
• Tingkat getaran maksimal 10 mm/detik.
c. Kualitas tanah. Harus memenuhi syarat di
peraturan yang berlaku. Peraturan air yang terbaru
diatur dalam Peraturan Menkes Nomor 492 Tahun
2010. Kriterianya berupa:
• Syarat fisik, yaitu air harus bening, jernih, tidak
meninggalkan endapan, tidak berbau, tidak
berasa, dan bersuhu 10-20 derajat Celcius.
• Syarat kimiawi, yaitu mengandung mineral penting
sesuai kadar (seng, besi, tembaga, mangan, dan
klorida), tidak mengandung bahan beracun
(merkuri, timbal, arsen, kadmium, kromium), dan
keasamannya netral (pH 7).
• Syarat mikrobiologi, yaitu bebas dari kuman dan
bakteri (umumnya Escherichia
coli dan Salmonella sp).
d. Sarana & Prasarana Lingkungan. Di lingkungan
rumah harus terdapat:
• Taman bermain anak & sarana rekreasi yang aman.
• Sarana drainase yang bersih dan tidak malah
menjadi sarang penyakit.
• Sarana jalan yang aman, trotoar yang ramah
pejalan kaki dan penyandang disabilitas, jembatan
penyeberangan berpagar, dan lampu penerangan
yang pas.
• Sumber air bersih yang cukup sepanjang waktu.
• Fasilitas pengelolaan limbah rumah tangga dan
pengelolaan pembuangan sampah.
• Akses terhadap sarana pelayanan umum dan sosial
seperti tempat kerja, tempat hiburan, sarana
pendidikan, sarana kesenina, dan lain-lain.
• Instalasi listrik yang aman.
e. Binatang Penular
Penyakit. Lingkungan harus
bebas dari jentik nyamuk dan
lalat.
f. Penghijauan. Di lingkungan
harus terdapat penghijauan
yang berfungsi sebagai
pelindung, pemberi
kesejukan, keindahan, dan
pelestarian alam.
2. Standar Bangunan Rumah
Selain lingkungan, Kemenkes juga mengatur
kriteria bagaimana bangunan rumah yang
sehat. Kriteria ini selain dipenuhi oleh
pengembang, dapat pula dipenuhi oleh Anda
sebagai pemilik / penghuni rumah. Kriterianya
berupa:
a. Bahan Bangunan. Tidak terbuat dari
bahan yang dapat jadi tempat tumbuh
mikro organisme patogen & tidak terbuat
dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat
dan debu dengan kriteria:
• Debu total tidak lebih dari 150 μg/m3.
• Asbes bebas tidak lebih dari 0.5
fiber/m3/4 jam.
• Timah hitam tidak lebih dari 300 mg/kg.
b. Komponen & Penataan Ruang. Harus memenuhi
kriteria fisik dan biologis, berupa:
• Lantai kedap air, mudah dibersihkan.
• Dinding ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi
ventilasi untuk sirkulasi udara, sementara dinding
kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air &
mudah dibersihkan.
• Langit-langit mudah dibersihkan dan tidak rawan
kecelakaan (ambrol).
• Bumbungan rumah dengan tinggi di atas 10 metir
harus dilengkapi penangkal petir.
• Komposisi ruangan harus terdiri dari ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang idur, ruang
dapur, ruang mandi, dan ruang bermain anak.
• Ruang dapur harus dilengkapi saranan
pembuangan asap.
c. Pencahayaan. Rumah harus dilengkapi
pencahayaan alam atau buatan dengan
intensitas minimal 60 lux dan tidak
menyilaukan.
d. Kualitas udara. Kualitas udara dalam
rumah harus memenuhi ketentuan
berikut: nnkihh
• Suhu udara di kisaran 18-30 derajat
Celcius.
• Kelembapan udara di kisaran 40-70%.
• Konsentrasi gas SO2 tidak lebih dari 0.10
ppm/24 jam.
• Konsentrasi gas CO (monoksida) tidak
lebih dari 100 ppm/8 jam
e. Ventilasi. Harus lega, terdapat ventilasi
alami permanen minimal 10% dari luas
lantai.
f. Binatang Penular Penyakit. Tidak ada
tikus yang bersarang di rumah.
g. Air. Air bersih harus tersedia minimal 60
liter/hari/orang (untuk kebutuhan minum,
makan, mandi, bersih-bersih). Standar air
harus sesuai dengan peraturan di atas.
h. Penyimpanan Makanan. Rumah harus
dilengkapi penyimpanan makanan yang
aman, misalnya lemari makanan atau
lemari pendingin.
i. Limbah. Limbah yang berasal dari rumah
tidak boleh mencemari air, mencemari
tanah, dan menimbulkan bau.
j. Kepadatan Penghuni Rumah. Ruang tidur
di rumah minimal seluas 8 meter persegi,
dan maksimal 2 orang tidur dalam satu
ruang tidur (kecuali anak di bawah 5
tahun). Ilustrasi Rumah Sehat
f. Binatang Penular Penyakit. Tidak ada
tikus yang bersarang di rumah.
g. Air. Air bersih harus tersedia minimal 60
liter/hari/orang (untuk kebutuhan minum,
makan, mandi, bersih-bersih). Standar air
harus sesuai dengan peraturan di atas.
h. Penyimpanan Makanan. Rumah harus
dilengkapi penyimpanan makanan yang
aman, misalnya lemari makanan atau
lemari pendingin.
i. Limbah. Limbah yang berasal dari rumah
tidak boleh mencemari air, mencemari
tanah, dan menimbulkan bau.
j. Kepadatan Penghuni Rumah. Ruang tidur
di rumah minimal seluas 8 meter persegi,
dan maksimal 2 orang tidur dalam satu
ruang tidur (kecuali anak di bawah 5
tahun). Ilustrasi Rumah Sehat
Rumah Sehat Standar WHO / PBB
WHO juga punya standar rumah sehat yang terdapat dalam Panduan Perumahan dan
Kesehatan WHO (WHO Housing and Health Guidelines) tahun 2018. Ada 5 kriteria utama dan 1
kriteria lain yaitu :
1. Kepadatan
WHO menyarankan tegas agar penghuni rumah tidak terlalu banyak dan padat. Terutama di
kamar tidur, yang penghuninya menghabiskan waktu bersama dalam jangka yang lama karena
memiliki resiko tinggi dapat tertular penyakit seperti TBC, diare, tifus, demam berdarah, dan
lainnya. Rumah yang terlalu padat juga menganggu kesehatan mental seperti stres, terutama
akibat kesulitan tidur.
2. Insulasi Udara Dingin
Hal ini sebenarnya tidak terlalu berpengaruh di Indonesia karena mayoritas penduduk tinggal di
wilayah hangat, tapi bagi penduduk Indonesia yang tinggal di pegunungan yang dingin,
disarankan agar suhu dalam ruangan minimal
18 derajat Celcius. Udara dingin dikhawatirkan dapat menimbulkan penyakit seperti asma,
jantung, bahkan depresi.
3. Kehangatan
Sebaliknya, udara yang terlalu panas juga tidak baik bagi rumah. Rumah yang panas dapat
menyebabkan susah tidur, tekanan darah tinggi, dan gangguan kehamilan. WHO menyarankan
agar suhu rumah dijaga supaya tidak panas dan pengap, misalnya dengan memilih lokasi rumah
yang sesuai, dibuat dari material yang tidak panas, orientasi rumah, ventilasi, dan ruang hijau di
sekitar rumah. Memasang AC juga direkomendasikan dalam kondisi rumah panas.

4. Keselamatan
Rumah sehat juga adalah rumah yang aman dari bahaya fisik. WHO menyebutkan
beberapa kriteria rumah aman yang cocok diterapkan di Indonesia:
•Detektor asap. Rumah yang baik sebaiknya dipasang detektor asap, terutama di dapur
dan tempat lain yang ada aktivitas dengan api.
•Pengaman tangga. Tangga harus diberi pengaman, terutama agar anak-anak tidak
mengalami kecelakaan.
•Pelindung jendela (teralis). Terutama di lantai atas bagi rumah bertingkat, jendela
sebaiknya dipasang teralis.
5. Aksesibilitas
Rumah sehat bukan hanya bagi masyarakat biasa, tapi juga hak bagi penyandang disabilitas.
Beberapa hal mengenai aksesibilitas dalam rumah sehat menurut WHO:
•Rumah sehat harus mendukung aktivitas sehari-hari penyandang disabilitas. Hal ini dilakukan
misalnya dengan ruangan yang luas, pemberian ramp untuk akses kursi roda, dan sebagainya.
•Cidera yang paling sering dialami penyandang disabilitas adalah jatuh. Sehingga, aksesibilitas
rumah harus mendukung agar penyandang disabilitas tidak mudah jatuh karena kondisi rumah.
•Rumah sehat dengan aksesibilitas yang baik penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan
memberi efek psikologis yang positif bagi penyandang disabilitas.

6. Lainnya
Selain 5 faktor utama di atas, ada faktor lain yang harus dipenuhi agar rumah menjadi rumah sehat.
Hal-hal tersebut yaitu:
•Tersedia air minum yang berkualitas dan sesuai standar.
•Kualitas udara yang baik.
•Rumah bebas asap rokok dan residu-residu rokok di kain, furnitur, lantai, dan sebagainya.
•Rumah tidak terletak di kawasan yang bising.
•Material dan lingkungan rumah harus memperhatikan standar dan peraturan yang ada, terutama
untuk bahan asbes, timah, dan radon.

Anda mungkin juga menyukai