Nim : 2007010108
Kelas/Semester : KLKK/6
Standar rumah sehat Kemenkes diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
829/MENKES/SK/VII/1999. Peraturan ini mengatur bangunan rumah serta lingkungan tempat
rumah tersebut berada. Kriteria-kriteria ini dipenuhi oleh pengembang (yang membangun rumah)
dan penghuni (yang menempati rumah). Berikut kriteria rumah sehat sesuai lingkungan dan
bangunannya:
Ada 7 kriteria lingkungan bagi rumah sehat sesuai standar Kemenkes. Banyak dari kriteria
ini harus diukur secara profesional, artinya pengembang yang punya kewajiban agar rumah ini
sehat sesuai standar. 7 kriteria tersebut yaitu:
1) Lokasi
Rumah tidak terletak di daerah rawan bencana alam (misalnya di bantaran sungai,
rawan tsunami, longsor, aliran lahar), bekas pembuangan sampah, bekas tambang, rawan
kecelakaan, dan jalur pendaratan penerbangan.
2) Kualitas udara, kebisingan, dan getaran
Lingkungan harus bebas dari gas beracun alam maupun buatan. Selain itu, udara
harus memenuhi parameter berikut:
Tingkat kebisingan maksimal 45-55 dbA.
Tidak mengandung gas H2S dan NH3.
Kandungan partikel debu 10 μg tidak melebihi 150 μg/m3.
Kandungan gas SO2 tidak melebihi 0.10 ppm.
Debu terendap tidak melebihi 350 mm3/m2 per hari.
Tingkat getaran maksimal 10 mm/detik.
3) Kualitas Air
Kuslitas tanah harus memenuhi syarat di peraturan yang berlaku. Peraturan air yang
terbaru diatur dalam Peraturan Menkes Nomor 492 Tahun 2010. Kriterianya berupa:
Syarat fisik, yaitu air harus bening, jernih, tidak meninggalkan endapan, tidak
berbau, tidak berasa, dan bersuhu 10-20 derajat Celcius.
Syarat kimiawi, yaitu mengandung mineral penting sesuai kadar (seng, besi,
tembaga, mangan, dan klorida), tidak mengandung bahan beracun (merkuri,
timbal, arsen, kadmium, kromium), dan keasamannya netral (pH 7).
Syarat mikrobiologi, yaitu bebas dari kuman dan bakteri (umumnya Escherichia
coli dan Salmonella sp).
4) Sarana & Prasarana Lingkungan
Di lingkungan rumah harus terdapat:
Taman bermain anak & sarana rekreasi yang aman.
Sarana drainase yang bersih dan tidak malah menjadi sarang penyakit.
Sarana jalan yang aman, trotoar yang ramah pejalan kaki dan penyandang
disabilitas, jembatan penyeberangan berpagar, dan lampu penerangan yang pas.
Sumber air bersih yang cukup sepanjang waktu.
Fasilitas pengelolaan limbah rumah tangga dan pengelolaan pembuangan sampah.
Akses terhadap sarana pelayanan umum dan sosial seperti tempat kerja, tempat
hiburan, sarana pendidikan, sarana kesenina, dan lain-lain.
Instalasi listrik yang aman.
5) Binatang Penular Penyakit
Lingkungan harus bebas dari jentik nyamuk, lalat dan juga tikus
6) Penghijauan
Di lingkungan harus terdapat penghijauan yang berfungsi sebagai pelindung,
pemberi kesejukan, keindahan, dan pelestarian alam.
Selain lingkungan, Kemenkes juga mengatur kriteria bagaimana bangunan rumah yang
sehat. Kriteria ini selain dipenuhi oleh pengembang, dapat pula dipenuhi oleh Anda sebagai
pemilik / penghuni rumah. Kriterianya berupa:
1) Bahan Bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat jadi tempat tumbuh mikro organisme patogen &
tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat dan debu dengan kriteria:
Debu total tidak lebih dari 150 μg/m3.
Asbes bebas tidak lebih dari 0.5 fiber/m3/4 jam.
Timah hitam tidak lebih dari 300 mg/kg.
2) Langit-langit
Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah hendaknya mudah
dibersihkan, tidak rawan kecelakaan, berwarna terang, dan harus menutup rata kerangka
atap
3) Dinding
Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban
tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban diatasnya,
dinding harus terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap
naik sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih tidak berlumut.
4) Lantai
Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, rata, tidak licin, stabil waktu
dipijak, permukaan lantai mudah dibersihkan, dan kedap air. Untuk mencegah masuknya
air ke dalam rumah, untuk rumah bukan panggung sebaiknya tinggi lantai ± 10 cm dari
pekarangan dan 25 cm dari badan jalan
WHO juga punya standar rumah sehat yang terdapat dalam Panduan Perumahan dan
Kesehatan WHO (WHO Housing and Health Guidelines) tahun 2018. Ada 5 kriteria utama dan 1
kriteria lain
1. Kepadatan
WHO menyarankan tegas agar penghuni rumah tidak terlalu banyak dan padat.
Terutama di kamar tidur, yang penghuni nya menghabiskan waktu berjam-jam bersama.
WHO menemukan bahwa rumah yang terlalu padat punya resiko tinggi penghuninya dapat
tertular penyakit seperti TBC, diare, tifus, demam berdarah, dan penyakit lainnya. Rumah
yang terlalu padat juga menganggu kesehatan mental. Penghuni dapat mengalami stres,
terutama akibat kesulitan tidur. Kepadatan rumah ini masih banyak terjadi di Indonesia,
terutama rumah yang terdapat lebih dari 1 keluarga (lebih dari 1 KK).
Hal ini sebenarnya tidak terlalu berpengaruh di Indonesia karena mayoritas penduduk
tinggal di wilayah hangat. Tapi, bagi penduduk Indonesia yang tinggal di pegunungan yang
dingin, disarankan agar suhu dalam ruangan minimal 18 derajat Celcius. Udara dingin
dikhawatirkan dapat menimbulkan penyakit seperti asma, jantung, bahkan depresi.
3. Kehangatan
Sebaliknya, udara yang terlalu panas juga tidak baik bagi rumah. Rumah yang panas
dapat menyebabkan susah tidur, tekanan darah tinggi, dan gangguan kehamilan. WHO
menyarankan agar suhu rumah dijaga supaya tidak panas dan pengap, misalnya dengan
memilih lokasi rumah yang sesuai, dibuat dari material yang tidak panas, orientasi rumah,
ventilasi, dan ruang hijau di sekitar rumah. Memasang AC juga direkomendasikan dalam
kondisi rumah panas.
4. Keselamatan
Rumah sehat juga adalah rumah yang aman dari bahaya fisik. WHO menyebutkan
beberapa kriteria rumah aman yang cocok diterapkan di Indonesia:
Detektor asap. Rumah yang baik sebaiknya dipasang detektor asap, terutama di dapur
dan tempat lain yang ada aktivitas dengan api.
Pengaman tangga. Tangga harus diberi pengaman, terutama agar anak-anak tidak
mengalami kecelakaan.
Pelindung jendela (teralis). Terutama di lantai atas bagi rumah bertingkat, jendela
sebaiknya dipasang teralis.
5. Aksesibilitas
Rumah sehat bukan hanya bagi masyarakat biasa, tapi juga hak bagi penyandang
disabilitas. Beberapa hal mengenai aksesibilitas dalam rumah sehat menurut WHO:
Rumah sehat harus mendukung aktivitas sehari-hari penyandang disabilitas. Hal ini
dilakukan misalnya dengan ruangan yang luas, pemberian ramp untuk akses kursi
roda, dan sebagainya.
Cidera yang paling sering dialami penyandang disabilitas adalah jatuh. Sehingga,
aksesibilitas rumah harus mendukung agar penyandang disabilitas tidak mudah jatuh
karena kondisi rumah.
Rumah sehat dengan aksesibilitas yang baik penting untuk meningkatkan kualitas
hidup dan memberi efek psikologis yang positif bagi penyandang disabilitas.
6. Lainnya
Selain 5 faktor utama di atas, ada faktor lain yang harus dipenuhi agar rumah menjadi
rumah sehat. Hal-hal tersebut yaitu: