Anda di halaman 1dari 22

PAPER

“PERSEPSI DAN MOTIVASI DALAM PROMOSI KESEHATAN”


MK. Promosi Kesehatan

Disusun Oleh:

Muhammad Al Badar Adang


Nim : (2007010108)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian


makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus
didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa
ataupun hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya
diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi.

Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling


sempurna. Manusia memiliki kemampuan kognitif untuk
memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan
disekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat
persepsi terhadap apa yang dilihat atau dirabanya, serta
berfikir untuk memutuskan apa yang hendak dilakukan
untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang
dapat mempengaruhi kemampuan kognitif pada manusia
meliputi tingkat intelegensi, kondisi fisik, serta kecepatan
sistem pemrosesan informasi terganggu, maka akan
berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi
berbagai kondisi yang dihadapi. Keterbatasan kognitif
terjadi apabila terdapat masalah atau gangguan pada
kemampuan kognitif. Akibat dari adanya keterbatasan
kognitif ini, manusia menjadi tidak mampu untuk
memproses informasi dengan sempurna.
Motivasi adalah sebuah kemampuan kita untuk
memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain.
Memotivasi diri adalah proses menghilangkan faktor yang
melemahkan dorongan kita. Rasa tidak berdaya
dihilangkan menjadi pribadi yang lebih percaya diri.

1
Sementara harapan dimunculkan kembali dengan
membangun keyakinan bahwa apa yang diinginkan bisa
kita capai. Oleh karena itu, persepsi dan motivasi tidak bisa
dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi. Persepsi
membentuk pandangan seseorang terhadap orang lain,
dunia dan segala isinya. Pada gilirannya, pandangan
personal ini memotivasi seseorang untuk berpendirian dan
bertindak tertentu.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakanag masalah diatas, maka


rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan persepi dalam promosi
kesehatan?

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi?

3. Apa yang dimaksud dengan motivasi dalam promosi


kesehatan?
4. Bagaimanakah pendekatan dalam motivasi?
5. Teori-teori dalam motivasi?
6. Jenis-jenis motivasi?
7. Bagaimana motivasi untuk berperilaku sehat?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi persepsi;


2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi persepsi;
3. Untuk mengetahui definisi motivasi;
4. Untuk mengetahui pendekatan dalam motivasi;
5. Untuk mengetahui teori-teori motivasi;
6. Untuk mengetahui jenis motivasi;
7. Untuk mengetahui motivasi berperilaku sehat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERSEPSI DALAM PROMOSI KESEHATAN

Persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi dengan sangat cepat dan kadang tidak kita
sadari, di mana kita dapat mengenali stimulus yang kita terima. Persepsi yang kita miliki ini dapat
mempengaruhi tindakan kita. Robbin (2003) mendefinisikan persepsi sebagai proses di mana
seseorang mengkordinasikan dan menginterpretasikan sensasi yang di rasakan dengan tujuan untuk
memberi makna terhadap lingkungannya. Walaupun proses mulai dari rangsangan fisik hingga
interpretasi terjadi cepat, namun untuk mempelajari persepsi kita dapat membaginya menjadi dua
bagian besar yaitu: proses sensasi atau merasakan (sensation) yang menyangkut proses sensoris dan
persepsi yang menyangkut interpretasi kita terhadap objek yang kita lihat atau kita dengar atau kita
rasakan.
A. Sensasi

Sebuah objek berupa stimulus di terima oleh panca indera melalui elemen sensitif yang
di sebut reseftor. Reseftor ini berhubungan dengan saraf otak. Ketika indera kita di rangsang
oleh suatu obyek fisik, maka akan terjadi sensasi sesuai dengan indera yang di rangsang. Contoh
: Kita melihat cahaya lampu, maka yang di rangsang adalah saraf mata. Begitu halnya elemen-
elemen sensitif yang lain seperti, telinga, hidung, kulit, lidah dan juga mata. Sensasi yang lain
yang dapt kita rasakan adalah kinesthetic, sedangkan pestibular dapat menginformasikan
tentang adanya gerakan atau tidak di kepala, sehingga kita dapat menjaga keseimbangan kita.

Energy fisik yang kita peroleh dari luar harus di ubah menjadi aktivitas pada system saraf
kita, proses ini di sebut transduction. Transdiksi ini terjadi pada sel reseftor, di mana secara
efisien sel reseftor mengubah energi fisiknya menjadi tegangan listrik yang di sebut sebagi
reseftor potensial.

Seorang yang rusak primary visual cortexnya dan tidak dapat melihat tetapi mengenali dan
mempelajari dunia luar yang hanya menggunakan indera pengecap dan peraba, dalam bukunya
ia menyebutkan beberapa gangguan tersebut antra lain :

4
1) Achromatopsia : ibarat hidup dalam film hitam putih, seberapa parah buta warnanya
tergantung dari kerusakan saraf pengelihatannya. Jika kerusakan ada pada kedua sisi otak, maka
terjadilah buta warna total.
2) Balint’s syindrome : sindrom yang di sebabkan karena kerusakan bilateral pada daerah
parieto accipital di otak sehingga seseorang akan mengalami kesulitan dalam
mempersepsikan lokasi dari objek dan meraihnya hanya dengan panduan pengelihatan saja.
3) Visual agnosi : ketidak mampuan seseorang yang tidak buta dalam mengenali identitas
objek visual yang di sebabkan karena kerusakan pada visual association cortex.
4) Prosopagnosia : salah satu bentuk dari visual agnosia, dimana seseorang mengalami
kesulitan dalam mengenali raut muka orang lain.

B. Persepsi
Setelah stimulus diterima oleh system saraf, proses selanjutnya adalah menginterpretasikan
stimulus tersebut. Interpretasi adalah apa yang keluar dari kepala kita, sedangkan sensasi
adalah apa yang kita terima dari luar dan masuk ke dalam kepala kita.

Proses pertama yang harus kita lalui dalam mempersepsikan suatu objek adalah perhatian.
Tanpa memusatkan perhatian pada suatu objek, maka kita tidak dapat mempersepsikannya.
Pemusatan perhatian adalah suatu usaha dari manusia untuk menyeleksi atau membatasi segala
stimulus yang ada untuk masuk kedalam suatu pengalaman kesadaran kita dalam rentang waktu
tertentu. Bayangkan jika kita tidak dapat memusatkan perhatian, maka semua objek akan
berusaha kita persepsikan sehingga kita akan bingung sendiri. Karena kita tidak dapat
mengolah semua stimulus yang ada, maka kita harus menyaring stimulus tersebut untuk kita
proses. Dengan demikian, proses filtering adalah proses di mana kita mengabaikan stimulus
tertentu dan membiarkan stimulus lainnya untuk kita proses lebih lanjut.

C. Faktor Persepsi
Ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian
kita. Faktor penyebab ini dapat kita bagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Factor internal adalah faktor melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal
adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.
1. Faktor Eksternal
a) Kontras, cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat kontras
baik

5
pada warna, ukuran, bentuk dan ukuran.
1) Kontras Warna : Jika kita naik gunung, maka kita dianjurkan
menggunakan jaket warna jingga, hal ini untu memudahkan pencarian jika kita
hilang atau tersesat.
2) Kontars Ukuran : Pembuatan iklan dalam ukura yang sangat besar ( balihoo) akan
cepat menarik perhatian.
3) Kontras Bentuk : Bentuk yang berbeda dengan sekelilingnya akan
menyebabkan sesuatu lebih menarik dari sekelilingnya.
4) Kontras Gerakan : Gerakan akan menarik apabila sesuatu yang ada di
sekelilingnya diam.
b) Perubahan Intensitas : Perubahan suara yang pelan menjadi lebih keras, cahaya yang
tiba-tiba menyilaukan mata.
c) Pengulangan ( Repetition ) : Iklan yang di ulang-ulang akan lebih menarik perhatian kita,
walaupun ssering kali kita enggan untuk melihat atau mendengarnya. Dengan
pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tersebut tidak masuk dalam rentang
perhatian kita, maka akhirnya akan mendapat perhatian kita.
d) Sesuatu yang baru ( Novelity ) : suatu stimulus yang menjadi perhatian kita dari pada
suatu yang sudah biasa kita dengar atau kita terima sehari-hari.
e) Suatu yang menjadi perhatian orang banyak : Suatu stimulus yang menjadi perhatian
orang banyak, maka akan menarik perhatian.

2. Faktor Internal

Dalam Ilmu Psiologi, untuk mengetahui faktor internal yang ada dalam diri seseorang,
misalnya motivasi atau emosi, maka di gunakan stimulus tertentu. Pada umumnya stimulus
yang di berikan dapat memancing berbagai macam respon. Teknik ini di sebut teknik
proyeksi. Tes Porchhach,Wartegg atau TAT adalah contoh yang mempergunakan teknik ini.
a. Pengalaman atau Pengetahuan
Hal ini merupakan hal yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus
yang kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah kita pelajari akan
menyababkan terjadinya perbedaan interpretasi.

6
b. Harapan atau expectation
Harapan akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus. Jika anda datang ke RS
membawa seseorang dalam keadaan gawat, maka ketika ada seseorang dengan jas putih
datang, maka anda akan langsung memanggilnya sebagai dokter. Namun jika anda tahu
yang datang bukan dokter, maka anda akan kecewa dan berteriak, “Mana dokternya?”
c. Kebutuhan
Hal ini akan menyebabkan stimulus tersebut dapat masuk dalam rentang perhatian
dan kebutuhan ini akan menyebabkan kita menginterpretasikan stimulus secara berbeda.
d. Motivasi
e. Emosi
Emosi sangat mempengaruhi persepsi terhadap stimulus yang di terima. Contoh :
seseorang yang sedang jatuh cinta akan rela melakukan dan mengorbankan apa saja
yang bisa membahagiakan pasangannya.
f. Budaya
Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan
orang-orang dalam kelompok dalam kelompoknya berbeda, namun akan mepersepsikan
orang-orang diluar kelompoknya sebagai sama saja. Inilah yang membentuk terjadinya
stereotype. Kita akan melihat orang tua sebagai sama saja cerewetnya dan suka
membangakan masa lalunya. Demikian pula orang tua akan menginterpretasikan anak
muda sekarang sebagai orang muda sekarang sebagai anak muda yang kurang sopan
santun dan kurang mau bekerja keras.

7
D. Hukum-Hukum dalam Pengelompokan Stimulus
1. Hukum Kedekatan (promiximity)
Kita cenderung mempersepsikan objek-objek yang lebih kecil dan berdekatan sebagai
suatu keseluruhan bentuk yang lebih besar.
2. Hukum Kesamaan (similarity)
Stimulus yang serupa cenderung kita persepsikan sebagai suatu kesatuan. Hukum
kedekatan dan kesamaan ini berlaku pula pada persepsi bunyi. Ritme yang kita dengar pada
musik akan bergantung dari pengelompokan bunyinya, sesuai dengan warna suara dan
kedekatannya. Demikian pula hal ini berlaku pada persepsi terhadap sentuhan.
3. Hukum Kesederhanaan (simplicity)
Dalam mempersepsikan stimulus kita cenderung mempersepsikannya dalam bentuk
yang paling dasar.
4. Hukum Keteraturan bentuk (good figure)
Dalam mempersepsikan suatu stimulus, kita cenderung membuatnya menjadi satu
kesatuan yang sempurna atau secar simetris.
5. Hukum Kesinambungan (continuation)
Hukum ini mengacu pada kesederhanaan sehingga stimulus tersebut mudah kita
ramalkan.
6. Hukum kesempurnaan (law of closure)
Hukum ini merupakan proses persepsi di mana kita mengorganisasikan stimulus yang
kita lihat dengan cara mengisi bagian-bagiannya yang hilang. Dengan demikian kita
cenderung akan mempersepsikan suatu bentuk yang keseluruhan dan bukan bagian-
bagiannya. Hal ini dibuktikan dengan menggunaan techitoscope yaitu alat berupa ampu yang
dapat menyinarkan gambar secara berkedip-kedip. Jika gambar yang disorot adalah gambar
titik berupa lingkaran, maka kita melihatnya sebagai gambar sebuah lingkaran dan buka
titik-titik.
7. Hukum Kesenasiban (law of common fate)
Hukum persepsi ini menyangkut gerakan. Jika ada benda yang bergerak kearah yang
sama, maka kita akan mempersepsikan bahwa benda itu adalah bagian dari kelompoknya.
Hukum ini terkait pula dengan penjelasan tentang kontur, dimana benda akan dipersepsikan
sebagai bagian dari suatu kelompok jika benda tersebut bergerak bersamaan. Sebaliknya,
8
jika benda tersebut tidak bergerak maka akan dipersepsikan sebagai bagian yang berbeda.

E. Hukum Ketetapan
Dalam mempersepsikan srimulus yang ada,kita akan mempersepsikan sebagi suatu yang tetap.
1. Ketetapan Ukuran

2. Ketetapan Warna

3. Ketetapan Gerak

9
2.1 MOTIVASI DALAM PROMOSI KESEHATAN

A. Pengertian Motivasi
Pengertian motivasi menurut beberapa para ahli :
a) T. Hani Handoko ( 2003:252)
“Keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan tertentu guna mencapai tujuan”.

b) H. Hadari Nawawi (2003:351)

“Suatu keadaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu
perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar”.

c) Anwar Prabu Mangkunegara (2002:95)

“kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara prilaku yang


berubungan dengan lingkungan kerja”.

Dari pengertian-pengertian motivasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi


merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan
seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai
tujuannya.

B. Berbagai Pendekatan dalam Mempelajari Motivasi


1) Pendekatan Instink
Pada awalnya motivasi dipelajari dengan mempelajari instink. Instink adalah pola
prilaku yang kita bawa sejak lahir yang secara biologis diturunkan. Beberapa instink yang
mendasari adalah instink untuk menyelamatkan diri dan instink untuk hidup. Seks adalah
salah satu contoh dari instink untuk hidup, karena terkait dengan fungsi reproduksi.
Motivasi adalah bukan sesuatu yang dapat secara langsung kita pelajari, maka banyak para
ahli mempelajari motovasi dengan menelaah mengenai kebutuhan manusia. Kebutuhan
adalah ketidak seimbangan yang dialami manusia, dan karena pada dasarnya manusia
tidak menyukai ketidak seimbangan, maka kita akan berusaha memenuhi kebutuhan kita
agar terjadilah keseimbangan.
2) Pendekatan Pemuasan Kebutuhan
Teori yang menekankan pada apa yang menarik seseorang untuk berperilaku atau drive
10
theori ini menjelaskan motivasi dalam suatu gerak sirkuler. Manusia terdorong untuk

11
berprilaku tertentu guna mencapai tujuannya sehingga tercapailah keseimbangan. Dengan
tujuannya tercapailah teori yang berusaha menjelaskan apa yang menarik seseorang untuk
berusaha menjelaskan apa yang menarik seseorang untuk berprilaku tertentu atau disebut
juga posh theory.
Jika keadaan internal seseorang tidak seimbang, maka individu akan terdorong untuk
melakukan tindakan atau prilaku untuk mencapai suatu tujuan, dimana jika tujuan-tujuan
tersebut tercapai maka akan tercapailah keseimbangan yang menyebabkan seseorang akan
merasa puas dan lega. Misalnya, jika kita sakit kepala terjadi krtidakseimbangan dalam
tubuh kita, kita merasa tidak nyaman sehingga memunculkan perilaku untuk minum obat
dengan tujuan menghilangkan gejala sakit kepala yang mengganggu kita. Dalam prilaku
kesehatan, penyakit yang menimbulkan ketidak seimbangan akan lebih mudah diintervensi
karena pada dasarnya manusia memang selalu menghindari keadaan yang tidak nyaman.
3) Pendekatan Insentif
Berlawanan dengan teori dorongan yang memfokuskan diri pada yang mendorong
seseorang untuk berperilaku teretentu, maka posh theory lebih tertarik untuk mempelajari
apa yang dapat menarik seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Insentif merupakan
stimulus yang menerik seseorang untuk melakukan sesuatu, karena dengan melakukan
prilaku tersebut, maka kita akan mendapat imbalan. Pendekatan insentif ini mempelajari
motif yang berasal dari individu yang bersangkutan atau disebut dengan motif ekstrinsik.
Denga demikian, motivasi seseorang dapat dibentuk dengan memberikan insentif dari
luar.
4) Pendekatan Arousal
Pendekatan ini mencari jawaban atas tingkah laku dimana tujuan dari perilaku ini
adalah memelihara atau meningkatkan rasa ketegangan. Pandangan Hedonistik mengatakan
bahwa manusia selalu mencari kenikmatan atau hal-hal yang membuatnya senang dan
menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan. Dalam teori ini dikatakan pula bahwa
manusia selalu berusaha memelihara kadar stimulasi dan aktivitas tertentu. seperti pada teori
dorongan, maka jika stimulasi atau aktivitas kita terlalu tinggi, maka manusia akan berusaha
menguranginya.

12
13
5) Pendekatan Kognitif
Menjelaskan bahwa motivasi merupakan produk dari pikiran, harapan, dan tujuan
seseorang,
a. Motif intrinsik, yaitu motif yang mendorong kita untuk melakukan sesuatu aktivitas
guna memenuhi kesenangan bukan karena ingin mendapatkan pujian.
b. Motif ekstrinsik, yaitu motif yang mendorong kita untuk melakukan sesuatu
aktivitas karena ingin mendapatkan pujian.

C. Teori Motivasi
Ada dua aliran teori motivasi
a) Content Theory
Teori ini mengajukan cara untuk menganalisis kebutuhan yang mendorong seseorang
untuk bertingkah laku tertentu. Salah satu teori kebutuhan yang terkenal adalah teori
kebutuhan berhierarki dari Maslow. Dalam teori ini Maslow menyusun kebutuhan manusia
secara berhierarki. Maslow membagi dua kategori besar, yaitu kebutuhan tingkat dasar dan
tingkat tinggi. Kebutuhan tingkat dasar adalah kebutuhan yang dapat dipuaskan dari luar,
misalnya kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman. Sedangkan kebutuhan
tingkat tinggi adalah kebutuhan yang hanya dapat dipuaskan dari dalam diri orang yang
bersangkutan, misalnya kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri.
Secara lebih rinci Maslow membagi kebutuhan tersebut menjadi lima tingkatan, yaitu :
1. Kebutuhan fisikologis seperti misalnya kebutuhan untuk makan dan minum, tidur dan
seks.
2. Kebutuhan akan rasa aman, dalam hal ini setiap manusia selalu ingin mendapatkan
lingkungan hidup yang aman.
3. Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, kebutuhan ini mencerminkan bahwa manusia
adalah makhluk sosia, dimana dalam hal ini setiap manusia selalu ingin hidup
berkelompok agar dapat mencintai dan dicintai.
4. Kebutuhan untuk dihargai, yaitu kebutuhan untuk diakui dilingkungannya.
b) Process Theory

14
Teori ini mengajukan cara untuk berusaha memahami proses berfikir yang ada yang

15
dapat mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu. Teori yang mengacu pada teori
proses adalah teori tentang keadilan dari Adams. Teori ini mengatakan, bahwa jika
seseorang merasa diperlakukan tidak adil maka ia akan termotivasi untuk melakukan
tugasnya. Teori ini didasarkan oleh fenomena perbandingan social di mana seseorang
selalu membandingkan dirinya dengan orang lain.
Teori yang lain yang termasuk pada teori proses adalah teori harapan. Dikatakan bahwa
motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu tergantung dari :

 Seberapa yakin orang tersebut terhadap hubungan antara usaha dan keberhasilan.
 Hubungan antara keberhasilan dan imbalan yang akan diperoleh.
 Seberapa bernilainya imbalan tersebut baginya.

D. Jenis motivasi
Motivasi dibagi menjadi dua jenis motif. Motif biologis adalah motif yang tidak
dapat kita pelajari dan sudah ada sejak kita lahir, misalnya lapar, haus dan seks. Sedangkan
motif social adalah motif yang kita pelajari, atau tidak kita bawa sejak lahir, misalnya motif
untuk mendapatkan penghargaan, motif untuk berkuasa.
1. Motif biologis
Motif biologis bersumber dari keadaan fisiologis dari tubuh manusia. Secara biologis
manusia mengikuti prinsip homeostatis yaitu kecenderungan tubuh kita untuk memelihara
kondisi internal. Morgan (1986) memberikan contoh kebutuhan biologis seperti dibawah
ini.
a. Motif lapar
Rasa lapar dipengaruhi oleh adanya perubahan gula dalam tubuh. Jika kadar gula
dalam tubuh turun hingga titik tertentu, maka rasa lapar akan muncul. Penggunaan
kadar gula yang rendah dalam waktu yang cukup lama, misalnya pada penderita
penyakit diabet akan menyebabkan rasa lapar yang hebat. Kadar gula darah ini
dimonitori oleh bagian otak kecil yang disebut hypothalamus. Jika ada kerusakan
dibagian lateral hypothalamus maka kita akan mati kelaparan tapi jika yang rusak
adalah ventromedial hypothalamus maka kita akan terus menerus merasa lapar. Berat
tubuh manusia ditentukan oleh factor genetic.Orang yang memiliki kecepatan
metabolisme tinggi dapat makan banyak namun tidak mengalami kenaikan berat badan
yang berarti,begitupun

16
sebaliknya. Bahkan hal- hal eksternal misalnya, bau, rasa, dan bentuk makanan yang
menarik juga akan mendorong kita untuk merasa lapar.
Penyakit pola makan yang banyak terjadi adalah anorexia nervosa penderita akan
menolak untuk makan karena merasa sudah terlalu gemuk ,walaupun sebenarnya
badannya sudah sedemikian kurusnya,penyakit ini biasanya menyerang wanita usia
12-40 tahun. Penderita pada umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut : berasal
dari keluarga yang stabil, umumnya mereka sukses, menarik dan cukup kaya.
Kelainan makan lainnya adalah bulimia penderita dapat makan secara berlebihan
dan kemudian merasa bersalah, sedih, sehingga mencari cara agar makanan bisa
keluar walaupun dengan cara itu membahayakan kesehatan dan berat badannya tetap
normal-normal saja.
b. Motif seksual
Dorongan seksual dipengaruhi oleh hormon estrogen pada perempuan dan
hormone androgen pada laki-laki,namun kelenjar adrenalin juga mengatur dorongan
seks pada kedua kelenjar ini. Pada hewan sangat dipengaruhi hormon estrogen pada
tubuhnya.jika kadar estrogen tinggi makan mereka akan mengalami birahi dan
merespon lawan jenisnya dan juga sebaliknya.
Pada jenis kelamin laki-laki pada manusia maupun hewan.kadar androgen
kususnya testoteron tidak berkorelasi dengan birahi.karena kadar testoteron
dibutuhkan cukup saja buat membangkitkan birahi.pada laki-laki birahi lebih
disebabkan karena adanya sinyal positif dari lawan jenisnya.

2. Motif Sosial
Motif sosial adalah sesuatu dorongan untuk bertindak yang tidak kita pelajari, namun
kita mempelajari dalam kelompok sosial dimana kita hidup.motif sosial mempengaruhi
munculnya berbagai perilaku-perilaku/kebutuhan sosial adalah tidak ada batasnya apabila
sudah mencapai tujuan maka akan ada tujuan lagi, misalnya berawal dari merokok
menjadi meminum miras dan akhirnya terjerumus dalam narkoba.
Motif sosial ini mencerminkan pula karakteristik dari seseorang dan semua ini
tergantung pada pengalaman hidup dan hal ini merupakan keunikan kepribadian
individu.

17
Para pakar banyak mempelajari berbagai motif sosial . Salah satunya tori yang diajukan
Mc Leland ada tiga motif sosial yang selalu mempengaruhi kebutuhan manusia yaitu:
a. N-ach adalah apabila seseorang akan lebih peduli kebutuhan prestasinya dan akan
selalu berusaha melakukan yang terbaik terhadap pekerjaannya, cendrung mengambil
tanggung jawab dan senang mengerjakan tugas-tugas yang menantang.
b. N-aff adalah apabila seseorang dengan kebutuhan afiliasi pada umumnya peduli
terhadap hubungan persahabatan dan selalu memeliharanya,suka menambah relasi
pertemanan serta tidak menyukai berbeda paham dengan orang.
c. N-power adalah apabila seseorang dengan keinginan berkuasa yang kuat cenderung
paduli terhadap reputasi dengan pengaruh dan ingin selalu mencapai keinginannya.

E. Pengukuran Motivasi
Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsug namun harus diukur pada umumnya
yang yang banyak diukur adalah motivasi sosial dab bioligis, ada beberapa caranya:
1. Tes proyektif
Apa yang kita katakana akan merupakan cerminan dari pa yang ada dalam diri kita,
demikian juga dengan memahami orang lain. Salah satunya teknik proyektif yang
banyak dikenal dengan Tnematic apperception test (TAT) ditest ini klien diberi gambar
dan disuruh menceritakan isi dari gambar yang di lihatnya.
2. Kuesioner
Adalah dengan meminta klien untuk mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan yang
dapat memenancing motivasi klien , contoh EPPS bersoal 210 yang disuruh memilih salah
satu jawaban dari dua jawaban dn dari situ kita dapat melihat kebuthan klien kita mana
yang lebih dominan.

3. Observasi perilaku

Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuat situasi sehingga klien
dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan motivasinya, misal untuk mengukur
keinginan berprestasi, klien diminta untuk memproduksi orgami dengan batas waktu yang
ditentukan, apakah klien mengutamakan kualitas atau kuantitas.

18
F. Motivasi Untuk Berpeilaku Sehat
Ada 3 hal yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku sehat yaitu:
• Pengetahuan yang tepat
• Motivasi
• Ketrampilan untuk berprilaku sehat
Jika tidak memiliki ketrampilan untuk berprilaku sehat maka skill deficits untuk
berprilaku sehat kita harus memberikan berbagai pelatihan namun jika seseorang memiliki
pengetahuan dengan ketrampilan tidak memiliki motivasi maka disebut dengan performance
deficits cara menimbulkan motivasi dengan menggunakan modifikasi perilaku dari aliran
kaum behavioristik.
Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak ada yang menginginkan sakit (kecuali
seseorang yang mengalami gangguan psikologis)namun mengapa seringkali melakukan
sesuatu yang beresiko buat kesehatan kita misalnya : merokok,padahal kita sudah tahu
bagaimana bahaya rokok itu tetapi tetap saja tidak memperdulikannya.
Masalah lain yang menyebabkan seseorang sulit termotivasi untuk berprilaku seha adalah
karena perubahan perilaku dari yang tidak sehat tidak menimbulkan dampak secara
cepat,bahkan mungkin tidak menimbulkan dampak apa-apa terhadap penyakitnya.
Memotivasi orang sehat lebih sulit dari pada memotivasi orang yang sakit.lebih lagi factor
lingkungan dapat mempersulit motivasi seseorang untuk berprilaku sehat jika lingkungan
keluarga tidak mendukung perilaku sehat.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap
stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa ataupun
hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai
dari persepsi. Permasalahan atau gangguan persepsi sangat beragam, diantaranya: halusinasi,
ilusi, depersonalisasi, derealisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan
psikologi dan agnosia.

Motivasi merupakan keinginan, hasrat penggerak dalam diri manusia, motivasi berhubungan
dengan faktor psikologi manusia yang mencerminkan antara sikap, kebutuhan, kepuasan yang
terjadi pada diri manusia sedangkan daya dorong yang diluar diri seseorang ditimbulkan oleh
pimpinan.motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi bawahan,
agar mau bekerjasama secara produktif sehingga dapat mencapai dan mewujudkan tujuan
perusahaan yang telah ditentukan. Jadi sudah sangat jelas bahwa

Persepsi dan Motivasi dalam Promosi Kesehatan sangat perlu untuk di pelajari sebagai
penunjang pandangan hidup dalam memberikan promosi kesehatan. Dengan menjaga cara-cara
memberikan persepsi terhadap objek, kita bisa memberikan penyuluhan dengan baik terhadap
orang lain dalam mempromosikan kesehatan.

20
REFERENSI

Ungaran, N. W. (n.d.). Persepsi dan motivasi dalam promosi kesehatan.

https://id.scribd.com/doc/76328696/Persepsi-Dalam-Promosi-Kesehatan

Nurazizah, R. (2010). Hubungan persepsi dan motivasi kader kesehatan dengan kinerja dalam desa siaga
program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) (Doctoral dissertation, UNS
(Sebelas Maret University)).

https://id.scribd.com/document/418904948/Motivasi-Dalam-Promosi-Kesehatan

Notoadmodjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta, Rineka Cipta

21

Anda mungkin juga menyukai