Anda di halaman 1dari 8

Tugas MK.

Kesehatan Lingkungan Pemukiman

Nama : Muhammad Al Badar Adang


Nim : 2007010108
Kelas/Semester : KLKK/6

PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PERMUKIMAN DAN KESEHATAN


LINGKUNGAN PERMUKIMAN

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan


Lingkungan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 tahun 2014 tentang


kesehatan lingkungan dalam Pasal 7 disebutkan bahwa kualitas lingkungan yang sehat
ditentukan melalui pencapaian atau pemenuhan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan
persyaratan kesehatan.

Dalam Pasal 8 disebutkan bahwa:


(1) Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan ditetapkan pada
media lingkungan yang meliputi:
a. Air;
b. Udara;
c. Tanah;
d. Pangan;
e. Sarana dan bangunan;
f. Vektor dan binatang pembawa penyakit.
(2) Media lingkungan yang ditetapkan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada pada lingkungan:
a. Permukiman;
b. Tempat kerja;
c. Tempat rekreasi; dan
d. Tempat dan fasilitas umum.
(3) Media lingkungan yang ditetapkan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan media lingkungan yang
berhubungan atau berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat.
Dalam Pasal 9 disebutkan bahwa:
standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan untuk media air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. Standar baku mutu dan persyaratan kesehatan air minum;
b. Standar baku mutu dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan higiene dan sanitasi;
dan
c. Standar baku mutu dan persyaratan kesehatan air untuk kolam renang, solus per aqua,
dan pemandian umum.

Dalam Pasal 10 disebutkan bahwa:


(1) Standar baku mutu air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a terdiri atas
unsur:
a. Fisik;
b. Biologi;
c. Kimia; dan
d. Radioaktif.
(2) Standar baku mutu pada unsur fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Bau;
b. Warna;
c. Total zat padat terlarut;
d. Kekeruhan;
e. Rasa; dan
f. Suhu.
(3) Standar baku mutu pada unsur biologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa
kadar maksimum mikrobiologi yang diperbolehkan paling sedikit bagi:
a. Total bakteri koliform; dan
b. Eschericia coli.

(4) Standar baku mutu pada unsur kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berupa
kadar maksimum yang diperbolehkan paling sedikit bagi:
a. Bahan anorganik;
b. Bahan organik;
c. Pestisida; dan
d. Disinfektan dan hasil sampingnya
(5) Standar baku mutu pada unsur radioaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa
nilai lepasan radioaktivitas yang diperbolehkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan (Peraturan Pemerintah RI No.66, 2014)

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang


Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman

Tujuan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman menurut Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2016, dalam
pasal 2 disebutkan sebagai berikut :
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman bertujuan untuk:
a. Mewujudkan ketertiban dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman;
b. Memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan
tugas dan wewenang serta hak dan kewajibannya dalam Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman; dan
c. Mewujudkan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan terutama bagi MBR dalam
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman (Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No.14, 2016).

Adapun penyelenggaraan perumahan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 14 tahun 2016, dalam
Pasal 6 disebutkan sebagai berikut:
(1) Penyelenggaraan Perumahan meliputi:
a. Perencanaan Perumahan;
b. Pembangunan Perumahan;
c. Pemanfaatan Perumahan; dan
d. Pengendalian Perumahan.
(2) Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup Rumah atau Perumahan beserta
Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum.
(3) Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibedakan menurut jenis dan bentuknya.
(4) Jenis Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibedakan berdasarkan pelaku
pembangunan dan penghunian meliputi Rumah komersial, Rumah umum, Rumah swadaya,
Rumah khusus, dan Rumah negara.
(5) Bentuk Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibedakan berdasarkan hubungan atau
keterikatan antarbangunan meliputi Rumah tunggal, Rumah deret, dan Rumah susun.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan
Rumah susun sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Pemerintah
tersendiri (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.14, 2016).

Adapaun penyelenggaraan kawasan permukiman, bagian kesatu arahan pengembangan


kawasan permukiman menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2016,
dalam
Pasal 47 disebutkan sebagai berikut:
(1) Arahan pengembangan kawasan Permukiman meliputi:
a. Hubungan antar kawasan fungsional sebagai bagian lingkungan hidup di luar kawasan
lindung;
b. Keterkaitan Lingkungan Hunian perkotaan dengan Lingkungan Hunian perdesaan;
c. Keterkaitan antara pengembangan Lingkungan Hunian perkotaan dan pengembangan
Kawasan Perkotaan;
d. keterkaitan antara pengembangan Lingkungan Hunian perdesaan dan pengembangan
Kawasan Perdesaan;
e. Keserasian tata kehidupan manusia dengan lingkungan hidup;
f. Keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan Setiap Orang; dan
g. Lembaga yang mengoordinasikan pengembangan kawasan Permukiman.
(2) Arahan pengembangan kawasan Permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
acuan dalam mewujudkan:
a. Hubungan antara pengembangan Perumahan sebagai bagian dari kawasan Permukiman;
dan
b. Kemudahan penyediaan pembangunan Perumahan sebagai bagian dari kawasan
Permukiman (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.14, 2016).

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992


Undang-undang nomor 23 tahun 1992 pasal 22 membahas tentang kesehatan lingkungan.
Undang-undang ini menyatakan bahwa kesehatan lingkungan sangat penting untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang baik. Kesehatan lingkungan diaplikasikan pada
berbagai tempat, salah satunya merupakan lingkungan pemukiman. Kesehatan Lingkungan
pemukiman dikatakan penting karena sebagian besar waktu dalam satu hari, manusia
menghabiskannya di dalam rumah. Sehingga rumah yang sehat dapat membawa pengaruh
baik bagi manusia di dalamnya. Dalam pasal ini juga menyatakan bahwa kesehatan
lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamatan limbah padat, limbah cair, limbah
gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vector penyakit, dan penyehatan atau pengamanan
lainnya.
 Penyehatan Air dan Udara
a. Air
Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Air yang diperlukan
adalah air yang memenuhi persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia,
mikrobiologis dan radioaktif. Air yang tidak tercemar, didefinisikan sebagai air yang
tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang
ditetapkan sehingga air tersebut dapat dipergunakan secara normal. Air yang memenuhi
syarat, diharapkan dampak negatif penularan penyakit melalui air bisa diturunkan
b. Udara
Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) terutama rumah sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia, karena pada umumnya orang lebih banyak
menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan di dalam rumah sehingga rumah menjadi
sangat penting sebagai lingkungan mikro yang berkaitan dengan risiko dari pencemaran
udara Gangguan kesehatan secara langsung dapat terjadi setelah terpajan, antara lain
yaitu iritasi mata, iritasi hidung dan tenggorokan, serta sakit kepala, mual dan nyeri otot
(fatigue), termasuk asma, hipersensitivitas pneumonia, flu dan penyakit–penyakit virus
lainnya. Sedangkan gangguan kesehatan secara tidak langsung dampaknya dapat terjadi
beberapa tahun kemudian setelah terpajan, antara lainpenyakit paru, jantung, dan kanker,
yang sulit diobati dan berakibat fatal.
 Pengamatan Limbah Padat, Limbah Cair, dan Limbah Gas
Limbah rumah tangga sering kali dibuang sembarangan tanpa pemilahan atau
pengolahan terlebih dahulu sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran dan kerusakan
lingkungan, mulai dari air, tanah, hingga udara. Pencemaran dan kerusakan lingkungan
yang disebabkan oleh pembuangan limbah rumah tangga bukan menjadi hal yang bisa
diremehkan karena kelak akan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan
masyarakat. Berikut beberapa dampak yang akan dirasakan masyarakat akibat
pembuangan limbah rumah tangga secara sembarangan atau tanpa pengelolaan. Beberapa
penyakit yang dapat disebabkan oleh limbah ini, yaitu penyakit diare, penyakit tifus,
penyakit kolera, penyakit jamur, serta penyakit cacingan. Penanganan limbah rumah
tangga secara sembarangan akan mengakibatkan kerusakan dan pencemaran pada
lingkungan, seperti mengakibatkan banjir dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
 Radiasi dan Kebisingan
a. Radiasi
Radiasi adalah gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan dimana energi
yang dimilikinya memiliki kemampuan untuk mengionisasi media yang dilaluinya.
Ada beberapa radiasi yang kita terima setiap saat, baik yang berasal dari alam
maupun dari buatan manusia. Radiasi tersebut ada yang bermanfaat atau berdampak
positif dan ada yang merugikan atau berdampak negatif bagi tubuh manusia, hewan,
maupun tumbuh-tumbuhan. Berdasarkan sumbernya radiasi secara garis besar dapat
dibedakan menjadi: radiasi alam berasal dari sinar kosmik, sinar gamma dari kulit
bumi, peluruhan radon dan thorium di udara, serta radionuklida yang ada di dalam
makanan dan radiasi buatan adalah radiasi yang timbul karena atau berhubungan
dengan aktivitas manusia, seperti penyinaran dengan sinar-X dibidang medis
(radiodiagnostik, radioterapi dan kedokteran nuklir).
b. Kebisingan
Bunyi yang tidak diinginkan dalam tingkat dan waktu tertentu dapat menimbulkan
gangguan pada kesehatan dan kenyamanan manusia yang bersumber dari usaha-usaha
atau kegiatan manusia. Batas maksimal yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan
dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan disebut baku tingkat kebisingan. Seperti yang kita
ketahui kebisingan sudah menjadi hal yang bisa dibilang “lumrah” jika dikaitkan
dengan lingkungan pemukiman. Kebisingan bisa disebabkan oleh banyak hal, contoh
paling sederhana dalam lingkungan pemukiman yaitu kebisingan yang disebabkan
oleh suara musik yang terlalu besar dan membuat orang lain terganggu.
Berikut ini beberapa jenis kebisingan yang sering ditemui:
1. Kebisingan kontinu dibagi menjadi dua yaitu kebisingan kontinu dengan
spektrum frekuensi luas dan sempit, adapun contoh spektrum frekuensi yang luas
(steadystate, widebandnoise), misalnya mesin- mesin, kipas angin, dapur pijar dan
lain- lain. Sedangkan kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit
(steadystate, narrowbandnoise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain.
2. Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu lintas, suara kapal terbang
di lapangan udara.
3. Kebisingan impulsif (impulsivenoise), seperti tembakan bedil atau meriam,
ledakan. Dampak dari kebisingan yaitu ketidaknyamanan, gangguan komunikasi
dan pengaruh terhadap performa kerja merupakan masalah kesehatan. Berdasar
beberapa tingkatan dapat menyebabkan nyeri pada telinga, gangguan pendengaran
sementara, kerusakan pendengaran sebagai, sampai pada kehilangan pendengaran
permanen.

4. Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman


Undang-undang ini mengatur rumah dan perumahan, baik di dalam maupun diluar
kawasan atau lingkungan permukiman, dan mencegah adanya anggapan bahwa tidak ada
rumah dan perumahan selain yang berada di kawasan atau di lingkungan permukiman.
Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan
yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina
serta dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan dan penghidupan
masyarakat. Untuk mewujudkan perumahan dan permukiman dalam rangka memenuhi
kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang dan sesuai dengan rencana tata ruang,
suatu wilayah permukiman ditetapkan sebagai kawasan siap bangun yang dilengkapi jaringan
prasarana primer dan sekunder lingkungan.

Sarana dasar yang utama bagi berfungsinya suatu lingkungan permukiman adalah:
a) Jaringan jalan untuk mobilitas manusia dan angkutan barang, mencegah perambatan
kebakaran serta untuk menciptakan ruang dan bangunan yang teratur
b) Jaringan saluran pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah untuk
kesehatan lingkungan
c) Jaringan saluran air hujan untuk pematusan (drainase) dan pencegahan banjir setempat
Dalam keadaan tidak terdapat air tanah sebagai sumber air bersih, jaringan air bersih
merupakan sarana dasar.
Selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan manusia untuk
berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, rumah juga merupakan tempat
awal pengembangan kehidupan dan penghidupan keluarga, perumahan juga merupakan
tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi, dan teratur serta dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Membangun
perumahan dan permukiman selalu diusahakan dengan memanfaatkan hasil penelitian dan
pengembangan teknologi, industri bahan bangunan, jasa konstruksi dan rancang bangun yang
sesuai dengan lingkungan dan sejauh mungkin menggunakan bahan bangunan lokal secara
bijaksana dan hemat energi serta sejauh mungkin menggunakan tenaga kerja setempat. Hal
ini dimaksudkan untuk menekan biaya pembangunan dengan mutu yang memadai dan
mendorong pengembangan usaha dan sentra produksi, agar dapat memperluas kesempatan 10
usaha dan kesempatan kerja dan memungkinkan pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya. Pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman diarahkan dalam kawasan
permukiman skala besar dengan perencanaan yang menyeluruh dan terpadu, yang
pelaksanaannya secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan permukiman jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang. Penataan jaringan prasarana lingkungan dan sarana
lingkungan secara terencana dan teratur dengan hierarki yang berjenjang.

Anda mungkin juga menyukai